1. Pengertian
Sectio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut atau alat kelamin, atau sectio sesarea adalah suatu
histeretomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1999 : 117)
Sectio Sesarea adalah pembedahan melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding uterus. (Standar Asuhan Keperawatan, RSDK).
Sectio Sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gr,
melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (intac). (Wiknjosastro, 2000:536)
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonialisasi yang baik.
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga
peritoneum.
Perdarahan kurang.
Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan kurang atau lebih kecil.
Kekurangan:
Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah, sehingga dapat menyebabkan uterina putus
sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak.
Sayatan huruf T
3. Indikasi
Indikasi dilakukan tindakan Sectio Sesarea. (Mochtar, 1998:118) yaitu:
a.
b.
Panggul Sempit
c.
d.
e.
f.
g.
Distosia servik
h.
i.
Malpresentasi janin
4. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini menurut Mochtar, 1998 antara lain:
Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung.
Atonia uteri
c.
Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu
tinggi.
Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang
A. POST PARTUM
1. Pengertian
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 8 minggu. (Mochtar, 1998)
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil. Pada waktu bayi lahir tinggi fundus uteri setinggi pusat dan berat uterus 1000
gram, waktu uri lahir
tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat dengan berat uterus 750 gram. 1 jam setelah lahir tinggi
fundus uteri setinggi umbilikus dengan konsistensi lembut dan kontraski masih ada. Setelah 12
jam tinggi fundus uteri 1 cm di atas umbilikus setelah 2 hari tinggi fundus uteri turun 1 cm. Satu
minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri pertengahan pusat simfisis dengan berat uterus 500
gram, dua minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri tidak teraba di atas simfisis dengan
berat uterus 350 gram. 6 minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri bertambah kecil dengan
berat uterus 50 gram, dan 8 minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri kembali normal
dengan berat 30 gram. (Mochtar, 1998)
Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan alat kelamin dalam masa nifas.
Locea Rubra (Cruenta)
Berasal dari kavum uteri dan berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, vernik kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir. Hari ke 3 7 pasca pesalinan.
Lochea Serosa
Berwarna pink (merah muda) kecoklatan. Cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 7 14
pasca persalinan.
Lochea Alba
Berwarna kuning putih. Setelah 2 minggu. Tanda bahaya jika setelah lochea rubra
berhenti warna darah tidak muda, bau seperti menstruasi. Lochea Purulenta jika terjadi infeksi,
keluar cairan seperti nanah berbau busuk, Locheostiasis Lochea tidak lancar keluarnya.
Pengeluran rata-rata lochea 240 270 ml. (Mochtar, 1998).
Perineum
Selama persalinan Perinum mendapatkan tekanan yang besar, yang kemudian setelah
persalinan menjadi edema. Perawat perlu mengkaji tingkat kenyamanan sehubungan dengan
adanya luka episiotomi, laserasi dan hemoroid. Perawat perlu melaporkan adanya edema,
khimosis, kemerahan dan pengeluaran (darah, pus, serosa). Dan apabila ada luka episiotomy kaji
tanda-tanda infeksi dan luka episiotomy ini akan sembuh dalam 2 minggu. (Pillitteri, 1999).
Proses Laktasi
Di awal kehamilan, peningkatan estrogen yang diproduksi oleh placenta menstimulasi
perkembangan kelenjar susu. Pada hari pertama post partum terdapat perubahan pada mammae
ibu post partum. Semenjak masa kehamilan kolostrum telah disekresi. Pada 3 hari pertama post
partum mammae terasa penuh atau membesar oleh karena kelahiran plasenta diikuti dengan
meningkatnya kadar prolaktin menstimulasi produksi susu. (Pillitteri, 1999).
Tanda-tanda Vital
Jumlah denyut nadi normal antara 50 70 x/menit. Takikardi mengidentifikasi
perdarahan penyakit jantung infeksi dan kecemasan. Tekanan darah terus selalu konsisten
dengan keadaan sebelum melahirkan. Penurunan tekanan darah secara drastis dicurigai adanya
peradarahan. Kenaikan tekanan darah sistole 30 mmHg dan distol 15 mmHg atau keduanya
dicuriagi kehamilan dengan hipertensi atau eklamsi. Kenaikan suhu tubuh hingga 38o C pada 24
jam pertama atau lebih diduga terjadi infeksi atau karena dehidrasi. Perawat perlu mengkaji
tanda-tanda vital, karena sebagai petunjuk adanya peradarahan, infeksi atau komplikasi post
partum lainnya. (Sherwen, 1999).
Sistem Pernafasan
Diafragma turun dan paru kembali ke tingkat sebelum melahirkan dalam 6 8 minggu
post partum. Respiratory rate 16 24 kali per menit. Keseimbangan asam basa akan kembali
normal dalam 3 minggu post partum. Dan metabolisme basal akan meningkat selama 14 hari
post partum. Pada umumnya tidak ada tanda-tanda infeksi pernafasan atau distress pernafasan
pada beberapa wanita mempunyai faktor predisposisi penyakit emboli paru. Secara tiba-tiba
terjadi dyspneu. Emboli paru dapat terjadi dengan gejala sesak nafas disertai hemoptoe dan nyeri
pleura. (Sherwen, 1999).
Sistem Muskuloskeletal
Pada kedua ekstremitas atas dan bawah dikaji apakah ada oedema atau perubahan
vaskular. Ekstermitas bawah harus diobservasi akan adanya udema dan varises. Jika ada udema
observasi apakah ada pitting udema, kanaikan suhu, pelebaran pembuluh vena, kemerahan yang
diduga sebagai tanda dari tromboplebitis. Ambulasi harus sesegera mungkin dilakukan untuk
meningkatkan sirkulasi dan mencegah kemungkinan komplikasi. (Sherwen, 1999).
Sistem Persyarafan
Ibu post partum hiper refleksi mungkin terpapar kehamilan dengan hipertensi. Jika
terdapat tanda-tanda tersebut perawat harus mengkaji adanya peningkatan tekanan darah,
proteinuria, udema, nyeri epigastritik dan sakit kepala. (Sherwen, 1999).
Sistem Perkemihan
Untuk mengkaji sistem perkemihan pada masa post partum secara akurat harus meliputi
riwayat : kebiasaan berkemih, infeksi saluran kemih, distensi kandung kemih, retensi urine.
Kemampuan untuk berkemih, frekuensi, jumlah, warna, konsistensi, rasa lampias. Kemampuan
untuk merasakan penuhnya kandung kemih dan pengetahuan tentang personal hygiene. Pada
umumnya dalam 4 8 jam setelah melahirkan ibu post partum, mempunyai dorongan untuk
mengosongkan kandung kemih. Dalam waktu 48 jam kemudian ibu post partum akan sering
berkemih tiap 3 4 jam sekali untuk menghidari distensi kandung kemih. (Pillitteri, 1999).
Sistem Pencernaan
Karakteristik dari fungsi normal usus adalah adanya bising usu 5 35 /menit. Kurangnya
pergerakan usus pada hari pertama post partum adalah hal yang biasa terjadi. Sebagai akibat
terjadinya udema saat kelahiran, kurang asupan makan (puasa) sesaat sebelum melahirkan
selanjutnya pada beberapa hari pertama post partum. Khususnya saat berada di rumah sakit.
Beberapa ibu tidak mendapatkan kembali kebiasaan makannya. Jika terjadi konstipasi, abdomen
akan mengalami distensi, maka feses akan terpalpasi. (Sherwen, 1999).
Perubahan Psikologis
Taking in Phase
Timbul pada jam pertama kelahiran 1 2 hari selama masa ini ibu cenderung pasif, ibu
cenderung dilayani dalam memenuhi cenderung sendiri. Hal ini disebabkan rasa tidak nyaman
pada perineal, nyeri setelah melahirkan.
Letting Go Phase
Ibu post partum dapat menerima keadaan dirinya apa adanya. Proses ini perlu
menyesuaikan diri terjadi pada hari terakhir minggu pertama.
Early Ambulation
Ibu post partum diharapkan sedini mungkin melakukan early ambulation, dimana ibu 8
jam pertama istirahat tidur terlentang, setelah 8 jam diperbolehkan miring ke kiri atau ke kanan
untuk mencegah trombosis dan boleh bangun dari tempat tidur setelah 24 jam sampai 48 jam
post partum.
Perawatan Payudara
Perhatikan kebersihan mammae, putting bila ada luka segera obati, dan pada ibu yang
belum mampu mengeluarkan ASI dilakukan perawatan payudara post partum.
Pemberian Nutrisi
Nutrisi ibu diberikan harus memenuhi gizi seimbang porsinya lebih banyak daripada
waktu hamil, disamping untuk mempercepat pulihnya kesehatan setelah kelahiran juga untuk
meningkatkan produksi ASI.
Aktivitas Seksual
Pasangan dianjurkan untuk menunggu sampai terdapat pengeluaran lochea akhir minggu
ke 4. Perhatikan posisi, sebaiknya wanita pada posisi atas untuk menghindari adanya penetrasi
yang telalu dalam.
5. FOKUS PENGKAJIAN
a.
Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau
statis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus)
b. Integritas Ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya faktor-faktor stress multiple seperti
financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan
ketegangan, dan stimulasi simpatis.
c.
Makanan/cairan
Kaji kondisi malnutrisi, membrane mukosa yang kering. Lakukan pembatasan pra
operasi insuisiensi pancreas atau DM karena merupakan predisposisi untuk terjadi
hipoglikemia/ketoasidosis.
d. Pernafasan
Kaji adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok.
e.
Keamanan
Kaji adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan, defisiensi
imun, munculnya kanker atau adanya terapi kanker, riwayat keluarga tentang hipertermia
malignan/reaksi anestesi, riwayat penyakit hepatic, riwayat transfusi darah, dan tanda
munculnya proses infeksi.
6. PRIORITAS KEPERAWATAN
Prioritas asuhan keperawatan ditujukan untuk: mengurangi ansietas dan trauma
emosional, menyediakan keamanan fisik, mencegah komplikasi, meredakan rasa sakit,
memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan menyediakan informasi mengenai proses
penyakit
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
c.
d. Resti perubahan nutrisi b.d. peningkatan kebutuhan untuk penyembuhan luka, penurunan
masukan (sekunder akibat nyeri, mual, muntah)
8. INTERVENSI KEPERAWATAN
DP
Tujuan
Intervensi
Rasional
Ansietas b.d
Ansietas berkurang
Lakukan pendekatan
rasa nyaman
pengalaman
setelah dilakukan
akan
pembedahan
dan hasil
Tidak menunjukkan
nyaman.
rasa tenang,
tidak dapat
Yakinkan bahwa
tidak cemas
diperkirakan
membicarakan
pembedahan
serta
pembedahan
merupakan jalan
kepercayaan
terhadap
ditempuh untuk
perawat.
menumbuhkan
menyelamatkan bayi
dan ibu.
sama.
Pasien merasa tenang
Resti infeksi
Mencegah
b.d. destruksi
setelah dilakukan
timbulnya
pertahanan
tindakan keperawatan
dengan pasien.
infeksi silang
tubuh
dengan KH:
Monitor tanda-tanda
(nosokomial)
terhadap
Tanda-tanda vital
vital.
bakteri
normal
Monitor tanda-tanda
normal
menjaga kebersihan
luka.
luka
Mengevaluasi
b.d. insisi,
setelah perawatan 24
Jelaskan sebab-sebab
nyeri, untuk
flatus, dan
nyeri
menentukan
mobilitas
KH:
Ajarkan managemen
dan pengalihan
perhatian.
berkurang
Pasien mengatakan
nyaman.
efektivitas
terapi dan
pilihan
intervensi
Meningkatkan
pemahaman
tentang nyeri
Nutrisi dapat
Evaluasi kemampuan
Mengkaji
perubahan
terpenuhi, dengan
makan
pemasukan
nutrisi b.d.
kriteria hasil :
makanan yang
peningkatan
Menunjukkan
sesuai indikasi
adekuat
kebutuhan
untuk
penyembuha
makan lagi.
lemah.
Berikan makanan
masukan
Menunjukkan
(sekunder
peningkatan berat
akibat nyeri,
badan.
n luka,
penurunan
mual,
muntah)
B. PRE EKLAMSIA
I.
DEFINISI
Pre eklamsia adalah suatu kelainan kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hypertensi, proteinuria, dan oedem pada seorang gravida yang terjadi normal.
II. ETIOLOGI
Sebab pre eklamasi belum diketahui, tapi pada penderita yang meninggal karena
eklamsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat. Tapi kelainan yang menyertai
penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan
tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai eklamsi.
Vasospasmus menyebabkan :
1.Hypertensi
2.Pada otak
: sakit kepala
Kejang
3.Pada placenta
: solution placentae
Kematian janin
4.Pada ginjal
: oliguri
Insuffisiensi
5.Pada hati
: icterus
6.Pada retina
: amourose
b. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh hoemorragia atau oedema, atau sakit karena
perubahan pada lambung.
c.
Gangguan penglihatan :
Penglihatan menjadi kabur malahan kadang-kadang pasien buta.
IV. PROGNOSA
Prognosa tergantung pada terjadinya eklampsi. Di negara-negara yang sudah maju
kemaatian karena preeklampsi kurang lebih 0.5%. tetapi jika eklampsi terjadi maka prognosa
menjadi kurang baik kematian pada eklampsi adalah 5%. Prognosa untuk anak juga berkurang
tetapi juga bergantung pada saatnya preeklampsi menjelma dan pada beratnya preeklampsi.
Kematian perinatal kurang lebih 20%. Kematian perinatal ini sangat dipengaruhi oleh
prematuritas.
Ada ahli yang berpendapat bahwa preeklampsi dapat menyebabkan hypertensi yang tetap
terutama kalau preeklampsi berlangsung lama atau denga perkataan lain kalau gejala
preeklampsi timbul dini.
V. DASAR PENGOBATAN
a.
Istirahat
b. Diit
c.
Obat-obat antihypertensip
d. Sedatip
e.
Induksi persalinan.
Pengobatan jalan hanya mempunyai tempat kalau preeklaampsi ringan sekali misalnya
kalau tensi kurang dari 140/90 dan oedema dan proteinuria tidak ada atau ringan sekali.
Anjuran diberikan pada pasien semacam ini ialah :
a.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marillyn, E. 2000. Rencana Perawatan Maternal dan Bayi. Alih Bahasa : Yasmin
Asih. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Rostam Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.
Gulardi Hanifa Wiknjosastro. 2000. Ilmu Kebidanan. Edisi 6. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo
LAPORAN PENDAHULUAN
Di Susun Oleh:
Fadlilatun Nimah
1.1.10452
PRE EKLAMSIA
A. DEFINISI
Pre eklamsia adalah suatu kelainan kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hypertensi,
proteinuria, dan oedem pada seorang gravida yang terjadi normal.
B. ETIOLOGI
Sebab pre eklamasi belum diketahui, tapi pada penderita yang meninggal karena eklamsia
terdapat perubahan yang khas pada berbagai alat. Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini
adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer.
Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi
vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang menyertai eklamsi.
Vasospasmus menyebabkan :
Hypertensi
Pada otak
: sakit kepala
Kejang
Pada placenta : solution placentae
Kematian janin
Pada ginjal
: oliguri
Insuffisiensi
Pada hati
: icterus
Pada retina
: amourose
Timbulnya oedema didahului oleh tambah berat badan yang berlebihan. Penambahan
berat kg pada seorang yang hamil dianggap normal, tapi kalau mencapai 1 kgseminggu atau 3
kg dalam sebulan pre eklamasi harus dicurigai.
Tambah berat yang sekonyong-konyong ini diebab kan retensi air dalam jaringan
kemudian baru oedema nampak. Oedema ini tidak hilang dengan istirahat.
7. Proteinuria
Protinuria sering diketemukan pada preeklamasi rupa-rupanya kare na vasospasmus
pembuluh-pembuluh dan ginjal. Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dari hypertensi dan
tambah berat.
8. Gejala-gejala subjektif
Perlu ditekankan bahwa hypertensi, tambah berat daan proteinuria yang merupakan
gejala-gejala yang terpenting dari preeklamasi tidak diketahui oleh penderita. Karena itu pernatal
care sangat penting untuk diagnosa dan terapi preeklamasi dengan cepat.
Baru pada preeklamasi yang sudah lanjut timbul gejala-gejala subjektif yang membawa
pasien ke dokter.
Gejala-gajala subjektif tersebut antara lain :
a.
b. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh hoemorragia atau oedema, atau sakit karena
perubahan pada lambung.
c.
Gangguan penglihatan :
Penglihatan menjadi kabur malahan kadang-kadang pasien buta.
D. PROGNOSA
Prognosa tergantung pada terjadinya eklampsi. Di negara-negara yang sudah maju
kemaatian karena preeklampsi kurang lebih 0.5%. tetapi jika eklampsi terjadi maka prognosa
menjadi kurang baik kematian pada eklampsi adalah 5%. Prognosa untuk anak juga berkurang
tetapi juga bergantung pada saatnya preeklampsi menjelma dan pada beratnya preeklampsi.
Kematian perinatal kurang lebih 20%. Kematian perinatal ini sangat dipengaruhi oleh
prematuritas.
Ada ahli yang berpendapat bahwa preeklampsi dapat menyebabkan hypertensi yang tetap
terutama kalau preeklampsi berlangsung lama atau denga perkataan lain kalau gejala
preeklampsi timbul dini.
E. ASAR PENGOBATAN
a.
Istirahat
b. Diit
c.
Obat-obat antihypertensip
d. Sedatip
e.
Induksi persalinan.
Pengobatan jalan hanya mempunyai tempat kalau preeklaampsi ringan sekali misalnya
kalau tensi kurang dari 140/90 dan oedema dan proteinuria tidak ada atau ringan sekali.
Anjuran diberikan pada pasien semacam ini ialah :
e.
f.