Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

PENGANTAR SOSIOLOGI

KAJIAN ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN


AKSIOLOGI DALAM SOSIOLOGI DAN METODOLOGI
DALAM SOSIOLOGI

Disusun Oleh :

Bella Amalia

11816378

Dosen Pembimbing:

Dr. Nuriyati Samatan, Dra., M.Ag.

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS GUNADARMA

2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas terselesaikan nya
makalah Pengantar Sosiologi ini . Makalah ini saya buat berdasarkan tanggung
jawab tugas yang diberikan kepada saya dan ber isi materi Kajian Ontologi dalam
Sosiologi, Kajian Epistemologi dalam Sosiologi, Kajian Aksiologi dalam
Sosiologi dan Metodologi dalam Sosiologi. Maka dari itu saya mengucapkan
banyak terima kasih kepada segala pihak terutama Ibu Dr. Nuriyati Samatan, Dra.,
M.Ag. yang menjadi Dosen Pembimbing Mata Kuliah Pengantar Sosiologi kelas
1MA12.

Semua perbuatan manusia tiada yg sempurna maka dari itu saya akan
menerima saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini agar makalah berikutnya
yang saya buat akan menjadi lebih baik lagi.

Sekian dari saya kurang lebihnya mohon maaf karena kesempurnaan


hanya milik-Nya dan kekurangan milik kita sebagai manusia.
Terimakasih.

Wassalamualaikum wr.wb

Depok, 07 Oktober 2016

Bella Amalia

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kajian Ontologi dalam Sosiologi 3


2.1.1 Pengertian ontologi 4
2.1.2 Ontologi dalam sosiologi 5
2.2 Kajian Epistemologi dalam Sosiologi 6
2.2.1 Pengertian epistemologi 6
2.2.2 Epistemologi dalam sosiologi 6
2.3 Kajian Aksiologi dalam Sosiologi 7
2.3.1 Pengertian Aksiologi 7
2.3.2 Aksiologi dalam sosiologi 8
2.4 Metodologi dalam Sosiologi 8
2.4.1 Pengertian Metodologi 8
2.4.2 Garis garis metode ilmiah 10
2.4.3 Langkah langkah kegiatan penelitian 12
2.4.3.1 Penentuan judul 12
2.4.3.2 Penentuan masalah penelitian 13
2.4.3.3 Penentuan tujuan penelitian 16
2.4.3.4 Tinjauan kepustakaan .............................................. 16
2.4.3.5 Penentuan hipotesis ................................................ 17

ii
2.4.3.6 Penentuan populasi dan sampel penelitian 18
2.4.3.7 Pengumpulan data 20
2.4.3.8 Penentuan cara mengolah dan menganalisis data ................
24
2.4.4 Ciri proses penelitian 26
2.4.5 Fungsi proses penelitian 28
2.4.6 Prinsip proses penelitian 28
2.4.7 Dimensi pembeda proses penelitian 29
2.4.8 Metode penelitian kualitatif 30
2.4.9 Metode penelitian kuantitatif 34
2.4.10 Perbedaan perbedaan pokok penelitian kuantitatif dari penelitian
kualitatif .............................................. 38
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 39

DAFTAR PUSTAKA 40
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Debat panjang epistemologi antara para ilmuan sosial tentang cara terbaik
dalam melakukan penelitian telah berlangsung. Perdebatan tersebut terpusat pada
nilai relatif dua paradigma penelitian, yaitu : (1) Logika positivistik, yang
menggunakan metode metode kuantitatif dan eksperimental dalam menguji
generalisasi hipotesis deduktif, (2) Penelitian fenomenologis, yang menggunakan
pendekatan kualitatif dan naturalistik yang secara induktif dan holistik memahami
pengalaman manusia pada konteks yang khusus (Idrus, 2009:19). Jika ditarik
kesimpulan dari akar sejarahnya, keduanya memang memiliki induk yang semula
satu, yakni filsafat. Hanya saja pada perkembangan sejarahnya terjadi pemisahan
yang justru tampak bagi sebagian orang tidak dapt disatukan.

Sejarah perkembangannya, muncul dua desain besar penelitian ini bermula


pada filsafat. Para filsuf berusaha untuk mencari kebenaran, sebagaimana
semoboyan dari kata filsafat itu sendiri. Dua aliran besar filsafat memiliki
pandangan berbeda dalam menyikapi suatu kebenaran. Kedua aliran itu adalah
Rasionalisme dengan tokoh utama nya Rene Descartes dan Emperisme dengan
tokohnya John Locke.

Penelitian sosial banyak terdapat fenomena yang tidak terindra oleh panca
indra manusia, serta terkadang menjadikan fenomena perilaku sebagai penejelas
situasi yang dirasakan subjek, dan pada kondisi tersebut terdapat suatu proses
yang tidak cukup untuk diungkapkan dalam bilangan, terlebih jika dalam proses
tersebut mengandung makna sebagai penjelas perilaku yang ditampilakn oleh
subjek penelitian. Artinya ada fenomena khusus yang tidak dapat dijangkau
oleh pendekatan positivistik (kuantitatif) dan fenomena tersebut hanya mungkin
dipahami jika dilakukan pemahaman interpretatif terhadap simbol simbol
1
tingkah laku yang ditampilkan individu. Stephen dan Stephen (1990) memberi
catatan bahwa fenomena tingkah laku sosial kebudayaan dapat dijelaskan dengan
tepat jika peneliti memahami secara mendalam makna tingkah laku itu
berdasarkan sudut pandang subejktif partisipan penelitian,

Sosiologi memiliki cara kerja yang sistematik untuk memahami berbagai


fenomena, permasalahan atau issue yang terjadi dalam hubungan antar manusia
dalam masyarakat. Ilmu Sosiologi memiliki kegunaan dalam bidang perencanaan
pembangunan masyarakat (social engineering) dan penelitian sosial yang
berufungsi untuk memecahkan permasalahan permasalahan yang timbul dalam
rangka hubungan antar manusia dalam masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagimanakah Kajian Ontologi dalam Sosiologi?

2. Bagaimanakah Kajian Epistemologi dalam Sosiologi?

3. Bagaimanakah Kajian Aksiologi dalam Sosiologi?

4. Apa itu Metodologi dalam Sosiologi?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian Ontologi dalam Sosiologi


Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan
yang paling kuno. Awal mula alam pikiran Yunani telah menunjukan munculnya
perenungan di bidang ontologi. Yang tertua di antara segenap filsafat Yunani yang
kita kenal adalah Thales. Atas perenungan terhadap air merupakan substansi
terdalam yang merupakan asal mula dari segala sesuatu.

Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita


menerangkan hakikat dari segal yang ada ini? Pertama kali orang dihadapkan pada
adanya dua macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan yang berupa materi
(kebenaran) dan kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).

Pembicaran tentang hakikat sangatlah luas sekali, yaitu segala yang ada
dan yang mungkin ada. Hakikat adalah realitas; realita adalah ke real-an, Rill
artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah kenyataan sebenarnya
sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga byukan
kenyataan yang berubah.

Ahmad Tafsir mencontohkan tentang hakikat makna demokrasi dan


fatamorgana. Pada hakikatnya pemerintahan demokratis menghargai pendapat
rakyat. Mungkin orang pernah menyaksikan pemerintahan itu melakukan tindakan
sewenang-wenang, tidak menghargai pendapat rakyat. Itu hanyalah keadaan
sementara, bukan hakiki, yang hakiki pemerintahan itu demokratis. Tentang
hakikat fatamorgana dicontohkan, kita melihat suatu objek fatamorgana. Apakah
real atau tidak? Tidak, fatamorgana itu bukan hakikat, hakikat fatamorgana itu
ialah tidak ada.
Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk
menjawab apa yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan
merupakan ilmu mengenai esensi benda. Untuk lebih jelasnya penulis
mengemukakan pengertian dan aliran pemikiran dalam ontologi ini.

2.1.1 Pengertian ontologi

Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani: On = being, dan Logos =


logic. Jadi Ontologi adalah The theory of being qua being (teori tentang
keberadaan sebagai keberadaan) (Lih. James K. Feibleman, Ontologi dalam D,
Runes, 1976:219). Louis O Kattsof dalam Elements of Filosophy mengatakan,
Ontologi itu mencari ultimate reality dan menceritakan bahwa di antara contoh
pemikiran ontologi adalah pemikiran Thales, yang berpendapat bahwa airlah yang
menjadi ultimate subtance yang mengeluarkan semua benda. Jadi asal semua
benda hanya satu saja yaitu air.

Noeng Muhadjir dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan, ontologi


membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Ontologi membahas tentang yang ada universal, menampilkan pemikiran semesta
universal. Ontologi berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan,
atau dalam rumusan Lorens Bagus, menjelaskan yang ada yang meliputi semua
realitas dalam semua bentuknya (Noeng Muhadjir, 2001:57). Sedangkan menurut
Jujun S. Suriasumantri dalam Pengantar Ilmu dalam Perspektif mengatakan,
ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu,
atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang ada (Jujun
S Suriasumantri, 1985:5).

Sementara itu, A. Dardiri dalam buku nya Humaniora, Filsafat dan Logika
mengatakan, ontologi adalah menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara
fundamental dan cara yang berbeda di mana entitas dari kategori-kategori yang
logis yang berlainan (objek-objek fisis, hal universal, abstraksi) dapat dikatakan
ada; dalam kerangka tradisional ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip-
prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaiannya akhir-akhir ini
ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada (A.Dardiri, 1986:17).
Sidi Gazalba dalam bukunya Sistematika Filsafat mengatakan, ontologi
mempersoalkan sifat dan keadaan terakhir dari kenyataan. Karena itu ia disebut
ilmu hakikat, hakikat yang bergantung pada pengetahauan. Dalam agama ontologi
memikirkan tentang Tuhan (Sidi Gazalba, 1973:106).

Amsal Bakhtiar dalam bukunya Filsafat Agama I mengatakan, ontologi


berasal dari kata ontos = sesuatu yang berwujud. Ontologi adalah teori/ilmu
tentang wujud, tentang hakikat yang ada. Ontologi tidak banyak berdasar pada
alam nyata, tetapi berdasar pada logika semata-mata (Amsal Bakhtiar, 1997:169).

Dari beberapa pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa:


1. Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos =
ada, dan Logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.

2. Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada,
yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani abstrak.

2.1.2 Ontologi dalam sosiologi

Ontologi dalam ilmu sosial, yaitu Positivisme memandang kenyataan


yang dapat dimengerti itu ada dan dikendalikan oleh hukum dan mekanisme alam
yang kekal (realism). Pengetahuan mengenai gejala gejala disajikan dalam
bentuk generalisasi yang bebas waktu dan konteks, juga dalam bentuk hukum
sebab akibat. Sikap dasar dari paradigma ini adalah mereduksi (reductionst) dan
telah ditentukan (deterministic). Postpositivisme memandang kenyataan itu ada,
tetapi karena keterbatasan manusia dan sifat degil dari gejala, maka kenyataan itu
tidak dapat dimengerti secara sempurna. (Agus Salim, 2001:43).
Ontologi dari postpositivis ini disebut kenyataan kritis (critical realism)
karena sikap dari para pendukung nya berkeras menyatakan bahwa kenyataan
harus diperiksa secara kritis agar dapat dipahami sesempurna mungkin, tetapi
tidak pernah bisa sempurna. Sedangkan constructivism memandang kenyataan
sebagai sesuatu yang relatif (relativst), tempat kenyataan ada dalam bentuk
konstruksi mental dari manusia (Agus Salim, 2001:44).

2.2 Kajian Epistemologi dalam Sosiologi

2.2.1 Pengertian epistemologi


Berdasarkan buku Amsal Bakhtiar Epistimologi adalah cabang filsafat
yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian dan dasar
dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang
dimiliki. Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera dan lain
lain meiliki metode tersendiri dalam teori pengetahuan (DW. Hamlyn, 1967:9)

2.2.2 Epistemologi dalam sosiologi


Epistemologi dalam ilmu sosial, yaitu positivisme berisfat dualitas dan
objektif, dalam arti si peneliti dan yang diteliti diasumsikan sebagai sesuatu yang
saling tidak mempengaruhi atau terpengaruh. Postpositivisme memodifikasikan
sifat dualistik dan objektif. Dualisme ditinggalkan karena dianggap tidak
mungkin, namun objektivitas tetap dicoba untuk dipertahankan. (Agus Salim,
2001:44)
Objektivitas eksternal ditekankan disini. misalnya, apakah temuan sesuai
dengan pengetahuan yang sudah ada, juga pemanfaatan masyarakat ilmiah.
Konstruktivisme bersifat objektif dimana temuan merupakan hasil interkasi antara
peneliti dengan yang diteliti.
2.3 Kajian Aksiologi dalam Sosiologi

2.3.1 Pengertian aksiologi


Di dalam buku Amsal Bakhtiar aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Dari definisi
mengenai aksiologi, terlihat jelas bahwa permasalahan yang utama adalah
mengenai nilai, nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai, teori tentang nilai
dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Makna etika dipakai
dalam 2 bentuk arti, pertama etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan
mengenai penilaian terhadap perbuatan perbuatan manusia, arti kedua etika
merupakan suatu predikat yang dipakai untk membedakan hal hal, perbuatan
perbuatan atau manusia manusia yang lain.
Untuk lebih mengenal apa yang dimaksud dengan aksiologi, akan
diuraikan beberapa definisi tentang aksiologi, diantaranya :
1. Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan
logos yang berarti teori. Jadi Aksiologi adalah teori tentang
nilai(Burhanuddin Salam, 1997:168)
2. Menurut Jujun S. Suriasumantri bahwa aksiologi diartikan sebagai teori
nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh
(Jujun S Suriasumantri, 1985:234)
3. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama, moral
conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus,
yakni etika. Kedua, esthectic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang
ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosio-political life, yaitu kehidupan
sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosiopolitik.

Nilai dan norma yang harus berada pada etika keilmuan adalah nilai dan
norma moral. Nilai moral tidak berdiri sendiri. Yang paling utama dalam nilai
norma moral adalah yang terkait dengan tanggung jawab seseorang. Penerapan
ilmu pengetahuan yang telah dihasilkan oleh para ilmuan, mesti memperhatikan
nilai-nilai kemanusiaan, nilai agama, nilai adat, dan sebagainya.
Menurut Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan
bahwa aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara
umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan
yang berupa ilmu itu dipergunakan serta kaitannya dengan kaidah-kaidah moral.

2.3.2 Aksiologi dalam sosiologi


Aksiologi dalam ilmu sosial, yaitu pada kelompok positivisme dan
postpositivisme, nilai, etika dan pilihan moral harus berada diluar proses
penelitian. Peneliti harus dapat membebaskan diri dari objek yang dikaji, karena
sikap ilmiah menghendaki adanya jarak yang menetralisir kedudukan peneliti.
Sikap yang diambil oleh kelompok postpositivisme lebih reaktif, sebab sudah
mulai disadari bahwa objektivitas mulai diragukan (Agus Salim, 2001:45)

Peneliti mulai terlibat dalam pengambilan keputusan, terlibat dalam


diskusi dan sampai pada proses pengambilan kesimpulan. Kelompok
kosntruktivisme melihat nilai sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari suatu
penelitan. Peneliti adalah transformative intellectual. Selanjutnya dalam
paradigma Critical Theory, peneliti adalah pasrtisipan aktif yang menjebatani
keragama subjektivitas pelaku sosial.

2.4 Metodologi dalam Sosiologi

2.4.1 Pengertian Metodologi

Emile Durkheim, dalam bukunya Rules of Sociological Method yang


menggambarkan metodologi yang ia teruskan dalam buku Suicide yang bercerita
tentang sebab-sebab bunuh diri. Ia merencanakan desain risetnya dan

mengumpulkan data tentang ciri-ciri orang melakukan bunuh diri.


Sejak tahun 1917, Samuel H. Prince dari Columbia University pertama
kali menerapkan metodologi ilmu sosial pada pemecahan bencana besar ledakan
kapal mesiu di Halifax Harbor, Nova Scotia, kejadian mengerikan yang
membunuh 1600 orang.

Penelitian adalah kegiatan yang sistematik yang dimaksudkan untuk


menambah pengetahuan yang sudah ada dengan cara yang dikomunikasikan dan
dapat dinilai kembali. Metode merupakan cara yang dianjurkan untuk
melaksanakan prosedur. Metodologi adalah studi mengenai tata cara dan teknik
penelitian.

The purpose of research is to learn more about how the world


work so that evenst can be controlled or predicted. This is sometimes
called an instrumetal orientation or a technical interest, because
knowledge is used as an instrument to satisfy human wants and control the
physical and social environment (Neuman, 1994:58).

Sociological research, like all scientific enquiry is fundamentally


promted by simple human curiosity, an indispensable quality if research is
to be both success and enjopyable. But curiosity can take different forms.
(McNeill, 2003: 9)

Istilah penelitian (research) telah banyak didefinisikan oleh para ahli dalam
bidang metodologi research. Para ahli yang dimaksud antara lain sebagai berikut:

1. Hill Way dalam bukunya Introduction to Research mendefinisikan


penelitian sebagai suatu metode studi yang bersifat hati-hati dan mendalam
dari segala bentuk fakta yang dapat dipercaya atas masalah tertentu guna
membuat pemecahan masalah tersebut.

2. Winarno Surachmad mendefinisikan penelitian atau penyelidikan sebagai


kegiatan ilmiah mengumpulkan pengetahuan baru dari sumber-sumber
primer, dengan tekanan tujuan pada penemuan prinsip-prinsip umum, serta
mengadakan ramalan generalisasi di luar sampel yang diselidiki.

3. Soetrisno Hadi mendefinisikan, penelitian sebagai usaha untuk


menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan,
usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.

Dari ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian adalah


suatu kegiatan ilmiah untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan atau masalah guna mencari pemecahan.

Menurut Hadari Nawawi, metode penelitian adalah ilmu yang


memperbincangkan metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran
pengetahuan, sedangkan menurut Soetrisno Hadi, metode penelitian adalah
pelajaran yang memperbincangkan metode-metode ilmiah untuk suatu penelitian.
Dengan demikian, metode penelitian sosial dapat diartikan sebagai pelajaran yang
menjelaskan tentang metode-metode ilmiah untuk mengkaji kebenaran dan
mengembangkan pengetahuan yang menyangkut gejala-gejala dan masalah sosial.

The term methodology (as in Max Webers The Methodology of


Social Sciences) commonly (although not invariably) refres to general
considerations of the first type; it is here qualified by adjective general to
make quite clear what is meant. Research methods commonly (although
not invariably) refres to the more concrete and specific activities of
Reseacrh strategy or research procedure and Reseacrh tchniques, which
are here separately distinguished. (Bulmer, 1994: 5)

Sosiologi menggunakan dua metode penelitian yakni metode penelitian


yang bersifat kuantitatif dan metode penelitian yang bersifat kualitatif. Kedua
jenis penelitian ini mempunyai hubungan dengan asumsi dasar mengenai realitas
sosial antara ilmuan ilmuan sosial Prancis dan Inggris di satu pihak dan ilmuan
ilmuan sosial Jerman di pihak lain pada awal perkembangan sosiologi.
Berdasarkan buku Bodgan dan Taylor (1975) Metodologi adalah proses,
prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari
jawaban. Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis yang kita
gunakan untuk melakukan penelitian, sementara perspektif teoritis itu sendiri
adalah suatu kerangka penjelasan atau intepretasi ya ng memungkinkan peneliti
memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi
lain.

Penelitian Sosial metodologi, memiliki contoh yaitu, positivisme (yang


berusaha menemukan hukum hukum dengan menggunakan metode kualitatif)
dan metodologi kualitatif (yang sering bertujuan menghasilkan hipotesis dari
penelitian lapangan. Metodologi Penelitian Sosial adalah ajaran mengenai metode
metode yang dipergunakan dalam proses penelitian sosial.

2.4.2 Garis garis besar metode ilmiah

John Dewey (1933) memberikan garis garis besar dari apa yang disebut
metode ilmiah yang lima taraf, yakni:

- The felt need. Dalam taraf ini orang merasakan kesuliatan untuk menyesuaikan
dirinya terhadap kebutuhan atau tujuan tujuan masyarakat, atau untuk
menemukan ciri ciri dari suatu objek, atau untuk menerangkan sesuatu kejadian
yang terjadi tiba tiba dan tidak terduga.

- The problem. Orang merumuskan kesulitan kesulitan itu sebagai masalah atau
problema, yakni sesuatu yang terjadi dalam kenyataan (das sein) namun tidak
sesuai dengan harapan (das sollen), atau sebagai sesuatu yang tidak diketahui
who, what, where, when, why dan how.

- The hypotesis. Langkah yang ketiga adalah mengajukan kemungkinan


pemecahannya atau mencoba menerangkannya, berupa terkaan terkaan,
kesimpulan sementara, teori teori, kesan kesan umum, atau apa pun yang
masih belum dapat dipandang sebagai sebuah konklusi yang final.
- Collection of data as evidence. Selanjutnya bahan bahan, informasi
informasi, atau bukti bukti dikumpulkan , dan melalui pengolahan pengolahan
yang logis dan sistematik dijadikan bukti atas hipotesis yang telah dirumuskan.

- Concluding bilief. Berdasarkan bukti bukti yang sudah di olah maka akan
terbukti hipotesis, teori atau kesan kesan yang telah dirumuskan apakah benar
atau salah, diterima atau ditolak.

- General value of the conclusion. Akhirnya, apabila suatu pemecahan masalah


telah dipandang tepat, maka disimpulkan implikasi implikasi nya untuk masa
depan.

Menurut Hutchins, penelitian berarti pengembangan, perluasan dan


penyempurnaan prinsip secara bersama sama dengan mengumpulkan dan
menggunakan bahan bahan empiris untuk membantu dalam proses ini (Singh,
2006)

2.4.3 Langkah langkah kegiatan peneltian

Sebelum suatu penelitian sosial dilaksanakan, terlebih dahulu dipersiapkan


segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Rencana penelitian
ini dituangkan ke dalam suatu bentuk tulisan yang disebut rancangan penelitian
atau desain penelitian. Rancangan penelitian adalah suatu rencana tentang cara
mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah
agar penelitian dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai dengan
tujuannya. Rancangan penelitian merupakan pedoman bagi seorang peneliti dalam
melaksanakan penelitian agar data dapat dikumpulkan secara efisien dan efektif,
serta dapat diolah dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Langkah langkah penelitian sosial sekurang-kurangnya mempunyai


ruang lingkup yang terdiri atas:

1. Penentuan judul penelitian;


2. Penentuan masalah penelitian;

3. Penentuan tujuan penelitian;

4. Tinjauan kepustakaan;

5. Penetapan hipotesis (kalau diperlukan);

6. Penentuan populasi dan sampel penelitian;

7. Pengumpulan data;

8. Penentuan cara mengolah dan menganalisis data; dan

9. Daftar pustaka.

2.4.3.1 Penentuan judul penelitian

Terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam judul penelitian, yaitu
penentuan judul dan syarat pemilihan judul.

a. Penentuan judul

Penentuan judul penelitian sangat penting karena dalam judul


tergambarkan objek dan subjek apa yang ingin diteliti, di mana lokasinya, tujuan
dan sasaran apa yang ingin dicapai. Dalam menentukan judul penelitian, para
peneliti bebas memilih sendiri judul yang diinginkan. Meskipun demikian, tidak
mustahil muncul masalah yang kadang-kadang agak membingungkan untuk
memilih judul penelitian yang paling tepat.

b. Syarat pemilihan judul


Ada beberapa syarat yang diperlukan dalam pemilihan judul penelitian, antara lain
sebagai berikut.

1. Judul ditetapkan setelah peneliti mengetahui permasalahan pokok objek


yang akan diteliti.

2. Judul penelitian mencerminkan keseluruhan isi penulisan.

3. Judul harus menggunakan kalimat singkat dan jelas.

2.4.3.2 Penentuan masalah Penelitian

Peneliti dari awal harus memikirkan bagaimana menemukan dan


merumuskan masalah penelitian.

a. Peranan Masalah

Dalam penelitian, masalah sangat berperan untuk mengarahkan seorang


peneliti melakukan kegiatan penelitiannya. Jika tidak merumuskan masalah, para
peneliti dapat mengalami kebingungan, baik dalam pelaksanaan kegiatan
penelitian maupun dalam penulisan. Judul suatu penelitian sebenarnya sudah
merupakan suatu bentuk masalah. Akan tetapi, masalah yang terkandung dalam
judul tersebut masih bersifat global dan masih perlu diperinci lagi. Bagi peneliti,
semua perincian masalah dapat memperjelas apa saja yang perlu diteliti. Dengan
kata lain, semua perincian masalah akan dapat mengarahkan seorang peneliti
untuk sampai pada sasaran yang ingin dicapai.

Ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan dalam memperinci masalah


utama (judul penelitian), yaitu bahwa perincian masalah:

1. masih berhubungan erat dengan masalah utama (judul penelitian);


2. mendukung tujuan penelitian;

3. mengembangkan atau memperluas cara-cara menguji suatu teori;

4. memberikan sumbangan kepada pengembangan metodologi penelitian;

5. memanfaatkan konsep-konsep teori atau data dan teknik dari disiplin yang
bertalian; dan

6. menunjukkan variabel-variabel apa saja yang perlu diteliti.

b. Sumber Masalah Penelitian

Masalah penelitian yang baik adalah menarik bagi peneliti sehingga


memiliki tanggung jawab untuk memecahkannya. Untuk mendapatkan masalah
penelitian, perhatikan hal-hal berikut.

1. Masalah dapat diperoleh dari kehidupan sehari-hari karena menjumpai hal-


hal yang aneh atau didorong oleh keinginan untuk meningkatkan hasil
kerja dan rasa ingin tahu untuk mengetahui atau menguji suatu teori
(pendapat).

2. Masalah dapat diperoleh dari membaca buku, jurnal, koran, majalah, atau
hasil penelitian orang lain.

3. Masalah dapat diperoleh dengan cara diberi oleh orang lain, terutama
berhubungan dengan pemegang kekuasaan (otoritas) atau guru.

4. Masalah dapat diperoleh dari hasil pengamatan peneliti secara langsung di


lapangan.

5. Masalah dapat diperoleh dari hasil diskusi dengan teman atau seminar
yang diselenggarakan oleh suatu lembaga.
Secara garis besar, masalah penelitian terdiri atas tiga jenis atau bentuk, yakni
sebagai berikut.

1. Masalah untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena. Apabila


peneliti bermaksud mengetahui keadaan mengenai apa dan bagaimana,
berapa banyak, sejauh mana, dan sebagainnya, penelitiannya bersifat
deskriptif yaitu menjelaskan suatu peristiwa.

2. Masalah untuk membandingkan dua fenomena atau lebih. Dalam


melakukan perbandingan, penelitian selalu memandang dua fenomena atau
lebih, ditinjau dari persamaan dan perbedaan yang ada, maka untuk
mengungkapnya dilakukan penelitian yang bersifat komparatif.

3. Masalah untuk mencari hubungan antara dua fenomena atau lebih


(problema korelasi). Penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada
tidaknya hubungan dan apabila ada, bagaimana erat atau tidaknya
hubungan-hubungan itu.

c. Petunjuk Penentuan Masalah Penelitian

1. Merumuskan dan Membatasi Masalah Penelitian

Masalah penelitian harus dirumuskan dengan jelas dan tegas, tetapi tidak lepas
dari judul dan tujuan penelitian. Seperti dikatakan dalam uraian sebelumnya, judul
penelitian itu sendiri sebenarnya sudah merupakan bentuk masalah yang masih
terlalu umum dan global sehingga masih perlu diperinci lebih lanjut. Masalah
perlu dibatasi agar peneliti dapat membatasi diri pada apa saja yang perlu dan
tidak perlu untuk diteliti. Peneliti harus menegaskan bahwa ia akan meneliti
masalah tertentu dan aspek tertentu yang berhubungan dengan judul penelitian,
dengan membuat pernyataan atau pertanyaan-pertanyaan pokok yang perlu dikaji
lebih lanjut.

2.4.3.3 Penentuan tujuan penelitian


Tujuan penelitian sangat bergantung pada judul dan masalah penelitian.
Tujuan penelitian dapat mengarahkan peneliti untuk mencapai sasaran dan target
yang ingin dicapai. Dengan kata lain, tujuan penelitian dimaksudkan sebagai
jawaban yang ingin ditemukan dari suatu penelitian. Perumusan tujuan penelitian
harus sejalan dengan rumusan masalah penelitian. Tujuan suatu penelitian terdiri
atas tujuan utama dan tujuan sekunder.

2.4.3.4 Tinjauan kepustakaan

Tinjauan kepustakaan juga dikenal dengan istilah studi kepustakaan yang


memiliki fungsi sebagai berikut.

1. Memperdalam pengetahuan tentang masalah yang diteliti sehingga


permasalahan dapat dikuasai dengan baik.

2. Menegaskan kerangka teoretis yang dijadikan landasan berpikir dalam


menjawab masalah penelitian yang diajukan.

3. Mempertajam konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan


hipotesis.

Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam tinjauan kepustakaan adalah


sebagai berikut.

1. Mempelajari hasil yang diperoleh dari setiap sumber yang relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan.

2. Mengumpulkan data dari sumber lain yang berhubungan dengan masalah


penelitian.

3. Mempelajari analisis deduktif dari permasalahan yang telah diteliti atau

4. dilakukan oleh orang lain sebelumnya.


Seorang peneliti tentunya harus bersikap selektif dalam mencari sumber-
sumber bacaan. Artinya, tidak semua bahan kepustakaan yang ada perlu ditelaah,
tetapi harus mencerminkan kemutakhiran (sumber yang digunakan harus up to
date atau tidak ketinggalan zaman), dan relevan dengan masalah yang diteliti.

2.4.3.5 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu masalah. Jawaban


tersebut masih perlu diuji kebenarannya. Seorang peneliti pasti akan mengamati
sesuatu gejala, peristiwa, atau masalah yang menjadi fokus perhatiannya. Sebelum
mendapatkan fakta yang benar, mereka akan membuat dugaan tentang gejala,
peristiwa, atau masalah yang menjadi titik perhatiannya tersebut.

Ada beberapa petunjuk untuk merumuskan hipotesis antara lain sebagai berikut.

a. Hipotesis Harus Mendukung Judul, Masalah, dan Tujuan Penelitian

Hipotesis yang baik adalah hipotesis yang searah atau mendukung judul, masalah,
dan tujuan penelitian.

b. Hipotesis Harus Dapat Diuji Berdasarkan Data Empiris

Untuk menguji hipotesis, orang perlu mengumpulkan data empiris.

c. Hipotesis Harus Bersifat Spesifik

Hipotesis agar bersifat spesifik, konsep-konsep yang digunakan harus jelas dan
sedapat mungkin dapat diolah secara spesifik atau dapat digolongkan ke
dalam kategori-kategori tertentu.

Dalam statistik dikenal dua hipotesis, yakni hipotesis nol (H0) dan
hipotesis alternatif (Ha/H1). Hipotesis nol (H) adalah hipotesis yang menyatakan
adanya kesamaan atau tidak adanya perbedaan atau tidak ada pengaruh antara dua
variabel yang dipersoalkan.Kebalikan dari hipotesis nol (H0) adalah hipotesis
alternatif (H1). Hipotesis alternatif (H1) adalah suatu hipotesis yang menyatakan
ketidaksamaan, perbedaan, atau adanya pengaruh antara dua variabel yang
dipersoalkan.

Hipotesis tersebut dapat diuji dengan metode statistik, seperti uji tchi
kuadrat, analisis korelasi, dan sebagainya. Berdasarkan hasil dari tes tersebut
dapat ditemukan apakah hipotesis diterima atau ditolak.

Selain beberapa ketentuan tersebut, terdapat persyaratan lain dalam merumuskan


hipotesis, yaitu:

1. Hipotesis disusun dalam kalimat berita dan bukan kalimat tanya;

2. Hipotesis harus jelas dan tidak bermakna ganda; dan

3. Dirumuskan secara operasional sehingga memudahkan pengujiannya.

2.4.3.6 Penentuan populasi dan sampel penelitian

Menetapkan populasi dan sampel merupakan kegiatan dalam memilih


subjek penelitan. Subjek penelitian dapat berupa benda, hal, atau tempat data
untuk penelitian yang dipermasalahkan. Di dalam sebuah penelitian, subjek
penelitian merupakan sesuatu yang sangat netral karena pada subjek penelitian
data variabel yang akan diambil peneliti dan pada subjek penelitian dikenal
populasi dan sampel.

a. Populasi

Jika seorang peneliti ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, penelitian dilaksanakan melalui populasi. Dilihat dari jumlahnya,
populasi dapat dibedakan atas populasi terhingga, yaitu jumlahnya dapat
ditentukan, dan populasi tak terhingga yang jumlahnya sulit untuk ditentukan.
Untuk mengatasi kesulitan kedua populasi tersebut, dengan tidak mengurangi
karakteristik umum populasi, peneliti melakukan pengambilan sampel.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang dipilih untuk diteliti.
Terdapat beberapa keuntungan jika orang menggunakan sampel, yaitu sebagai
berikut.

1. Subjek sampel lebih sedikit dibandingkan dengan populasi, kerepotannya


tentu berkurang.

2. Jika jumlah populasi terlalu besar, dikhawatirkan ada yang terlewati.

3. Penelitian sampel akan lebih efisien dalam arti biaya, waktu, dan tenaga.

4. ada kemungkinan terjadi bias apabila seluruh populasi diteliti, karena


kelelahan peneliti (petugas) sehingga kurang teliti.

5. Tidak mungkin untuk meneliti populasi yang jumlahnya banyak dan


wilayahnya luas.

Teknik pengambilan sampel merupakan teknik sampling. Pengambilan


sampel harus dilakukan agar sampel dapat menggambarkan populasi yang
sebenarnya atau representatif.

Pengambilan sampel yang ideal mempunyai sifat-sifat berikut.

1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi.

2. Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan.

3. Dapat memberikan keterangan sebanyak-banyaknya dengan biaya


serendah-rendahnya.
Beberapa cara pengambilan sampel penelitian dapat dilakukan sebagai berikut.

1. Sampel Random (Sampel Acak, Sampel Campur), pengambilan sampel


random dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Pengambilan Sampel dengan Cara Undian

Cara ini dapat dilakukan dengan jalan memasukkan kertas yang telah
diberi tanda atau nama-nama populasi, ditentukan jumlah sampel yang
akan diambil, kemudian dikocok dan yang keluar terlebih dahulu maka
itulah sampel. Hal ini seperti awal pembukaan arisan.

2) Pengambilan Sampel dengan Cara Interval

Pengambilan sampel dengan cara ini berdasarkan sejumlah angka dari


nama-nama populasi, tentukan banyaknya sampel yang akan diambil,
kemudian buat rentang angka dari populasi tersebut.

2.4.3.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam


penelitian. Oleh karena itu, pengumpulan data harus dilakukan secara sistematis,
terarah dan sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam proses pengumpulan data,
hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah:

Jenis data yang diperoleh

Sumber data

Penyusunan instrumen sebagai alat untuk mengumpulkan data

Jumlah data yang diperlukan

Siapa saja yang menjadi responden dan bagaimana cara menghubunginya


Mempersiapkan orang-orang yang akan diminta bantuannya untuk
mengumpulkan data

Menyiapkan surat izin untuk meneliti seseorang atau instansi tertentu

Biaya yang diperlukan untuk mengumpulkan data

a. Analisis isi

Analisis isi dalam pelaksanaan penelitian bertujuan untuk mengungkapkan


isi sebuah buku atau bacaan di media yang menggambarkan situasi penulis dan
masyarakatnya pada waktu buku atau bacaan di media masa itu ditulis. Dalam
melakukan analisis, seorang peneliti dapat menghitung:

Frekuensi munculnya suatu konsep tertentu.

Penyusunan kalimat menurut pola yang sama.

Kelemahan pola berpikir yang sama.

Cara menyajikan bahan ilustrasi, gambar dan lain-lain.

Selain itu dengan cara ini dapat dibandingkan antara satu buku dengan
buku yang lain dalam bidang yang sama, baik berdasarkan perbedaan waktu
penulisannya maupun mengenai kemampuan buku-buku tersebut mencapai
sasarannya sebagai bahan yang disajikan kepada masyarakat atau sekelompok
masyarakat tertentu.

b. Observasi

Observasi meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek


dengan menggunakan seluruh indra. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui
penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan dan pengecapan. Semua kegiatan
itu disebut pengamatan atau observasi langsung.

Observasi ada dua macam, yaitu:

Observasi partisipasi, Dalam melakukan observasi partisipasi, pengamat


ikut terlibat dalam kegiatan yang sedang diamatinya. Contohnya seorang
antropolog yang tinggal bersama orang sakai di Riau untuk keperluan
penelitian.

Observasi non partisipasi, Dalam melakukan observasi, pengamat tidak


terlibat langsung dalam kegiatan orang yang sedang diamatinya.

c. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian


dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan di penjawab atau responden.

Hal-hal yang membedakan wawancara dengan percakapan biasa sehari-hari


adalah:

Pewawancara dan responden pada umumnya belum saling mengenal

Pewawancara selalu bertanya

Responden selalu menjawab

Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti alur pembicaraan yang telah


disiapkan sebelumnya. Pertanyaan panduan ini dinamakan interview
guide

Pewawancara bersifat netral


1. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil wawancara, yaitu :

Pewawancara diharapkan menyampaikan pertanyaan kepada


responden dan dapat merangsang responden untuk menjawabnya

Responden

Topik penelitian yang tertuan dalam daftar pertanyaan

Situasi wawancara proses wawancara sangat dipengaruhi oleh


situasi wawancara karena faktor waktu, tempat ada tidaknya orang
ketiga dan sikap masyarakat pada umumnya.

2. Sikap pewawancara

Netral jangan menentang atau bereaksi terhadap jawaban


responden

Ramah kesan yang diberikan akan besar pengaruhnya terhadap


diri responded

Adil tidak memihak, semua responden harus diperlakukan sama

Hindarkan ketegangan hindarilah kesan seolah-olah responden


sedang diuji

3. Keuntungan wawancara

Dapat diperoleh keterangan sedalam-dalamnya mengenai suatu


masalah

Informasi yang diinginkan dapat diperoleh dengan cepat


Dapat dipastikan bahwa memang betul respondenlah yang
memberikan jawaban

Cara bertanya lebih fleksibel

Pewawancara yang sensitif dapat menilai gerak-gerik, nada suara


dan air muka responden

Informasi yang diperoleh lebih dipercayai kebenarannya

Responden akan lebih bersedia mengungkapkan keterangan-


keterangan yang enggan diberikan dalam angket tertulis

4. Kelemahan wawancara

Terdapat kesangsian akan kebenaran jawaban yang diperoleh

Kondisi pewawancara tidak selalu stabil

Adanya perbedaan antara pribadi dan keterampilan para petugas


penelit

Lebih banyak diperlukan biaya

Menggunakan sejumlah pewawancara memerlukan usaha untuk


memilih, melatih dan mengawasi pekerja lapangan

Menemui responden bukan pekerjaan muda

2.4.3.8 Penentuan cara mengolah dan menganalisis

a. Mengelompokkan data
Setelah data dikumpulkan lengkap dari lapangan, tahap berikut yang harus
dikerjakan adalah mengelompokkan dan menganalisis data. Jadi data yang
dikumpulkan akan digunakan untuk:

Memecahkan masalah-masalah yang ada

Mengambil/menyarankan kebijakan

Mencapai tujuan

Analisis data dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kualitatif dan
kuantitatif. Perbedaan ini tergantung pada sifat data yang dikumpulkan oleh si
peneliti. Apabila data yang dikumpulkan itu hanya sedikit dan berbentuk kasus-
kasus, maka analisisnya pasti kualitatif. Demikian pula, kalau data yang
dikumpulkan itu berjumlah besar dan mudah untuk diklasifikasikan, maka
analisisnya kuantitatif dan disebut juga analisis statistik. Proses pengolahan data
dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

Tahap pendahuluan atau pengolahan data

Tahap kedua atau tahap pokok, yaitu tahap pengorganisasian data

Tahap ketiga adalah tahap penemuan hasil

b. Tahap Pengolahan Data

Setelah si peneliti pulang dari lapangan, seluruh berkas catatan informasi


akan diserahkan kepada para pengolah data. Tugas pengolah data yang pertama-
tama adalah meneliti kembali catatan para pencari data itu untuk mengatahui
apakan catatan itu dapat disiapkan untuk melakukan proses berikutnya. Langkah-
langkah pengolahan data adalah sebagai berikut:
Editing
Editing merupakan meneliti kembali catatan-catatan yang telah kembalid
ari lapangan. Editing dilakukan terhadap kuesioner-kuesioner yang
disusun secara berstruktur dan diisi lewat wawancara formal.

Coding
Setelah editing diselesaikan, kegiatan selanjutnya yang perlu dilakukan
adalah memberi kode (pengkodean). Pengkodean dilakukan dengan
memberi tanda (simbol) yang berupa angka pada jawaban responden yang
diterima. Tujuan pengkodean adalah untuk menyederhanakan jawaban
responden. Jadi coding ialah usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban
para responden menurut macamnya yang dilakukan dengan menandai
masing-masing jawaban dalam bentuk angka.

c. Tahap Pengorganisasian Data

Setelah kode diberikan, akan diperoleh data jawaban yang seluruhnya


berada dalam keadaan sudah terdistribusi ke dalam kategori-kategori. Setiap
kategori telah memuat data dalam jumlah atau frekuensi tertentu.
Pengorganisasian data perlu dilakukan dalam bentuk tabel, baik tabel frekuensi
maupun tabel silang.

Tabel Frekuensi

Untuk mengetahui besarnya frekuensi data masing-masing kategori perlu


dilakukan perhitungan dan disusun dalam tabel frekuensi. Cara menghitung
frekuensi yang paling sederhana adalah dengan cara men-talli.

Tabulasi

Tabulasi artinya menyusun data ke dalam bentuk tabel. Pada tahap ini data
dianggap telah selesai diproses. Melalui tabulasi, data dari lapangan akan tampak
ringkas dan bersifat merangkum. Dalam keadaannya yang ringkas dan tersusun
dalam tabel yang baik, data akan dapat mudah dipahami.

Tabulasi Silang

Tabulasi silang dibuat dengan jalan memecah setiap kesatuan data ke


dalam setiap kategori menjadi dua atau tiga atau lebih sub-kesatuan. Pemecahan
ini dilakukan atas suatu kriteria baru yang lain.

2.4.4 Ciri proses penelitian

Selain menggunakan metode ilmiah, proses penelitian juga memiliki


beberapa ciri atau karakter, yaitu :

1. Penelitian merupakan suatu proses mendapatkan pengetahuan baru


dengan mengumpulkan data primer atau sumber sumber dari tangan

pertama;

2. Penelitian menekankan pada penemuan prinsip prinsip yang berisfat


umum;

3. Penelitian merupakan proses penyelidikan yang tepat, sistematis dan


akurat;

4. Penelitian menggunakan seperangkat alat pengumpulan data tertentu


yang valid (sah);

5. Penelitian adalah kegiatan yang bersifat logis dan objektif;

6. Peneliti menolak keinginan untuk hanya mencari data yang mendukung


hipotesis (melakukan manipulasi)

7. Peneliti perlu menghilangkan perasaan dan preferensi pribadi;


8. Penelitian merupakan suatu usaha untuk mengorganisasi data dalam
istilah kuantitatif;

9. Penelitian merupakan aktivitas yang dilakukan dengan sabar dan tidak


tergesa gesa;

10. Penelitian bersedia mengikuti berbagai prosedur guna memperoleh


kesimpulan yang mungkin tidak populer dan membawa ketidaksetujuan
sosial;

11. Penelitian dilakukan dengan hati hati, di catat dan dilaporkan;

12. Kesimpulan dan generalisasi dalam penelitian diambil dengan hati


hati (Singh, 2006)

2.4.5 Fungsi proses penelitian

Proses penelitian memiliki beberapa fungsi, yaitu:

Membantu dalam pembuatan keputusan mengenai perbaikan


(kebijikan) atau untuk memperluas pengetahuan dalam bidang
pengetahuan tertentu;
Meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dan dapat digunakan
guru ketika menghadapi masalah di kelas. Teknik pembelajaran
yang lebih efektif untuk mengajar dapat di kembangkan melalui
penelitian;
Sebagai bantuan sosial serta meningkatkan studi mengenai sistem
sosial. Penelitian juga harus turut berperan dalam menyusun teori.

2.4.6 Prinsip proses penelitian

Smith, Harre & Langenhove (1995) mengajukan beberapa prinsip dalam


proses penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian seharusnya dilakukan dalam konteks kehidupan nyata.


2. Terdapat pengakuan terhadap peran utama bahasa dalam konstruksi
gejala gejala psikologis.

3. Kehidupan manusia dan aktivitas penelitian dilihat sebagai kegiatan


yang berlangsung sebagai suatu proses timbal balik (berlangsung secara
dinamis dan interkatif)

4. Penelitian tentang atribut psikologi seharusnya lebih ditekan kan pada


fenomena psikologis yang bersifat individual dari pada fenomena yang
diformat dalam bentuk variabel serta melibatkan sejumlah individu dalam
kelompok yang besar.

2.4.7 Dimensi pembeda dalam penelitian

Ada empat dimensi yang dapat dibedakan berdasarkan:

1. Berdasarkan tujuan penelitian, jenis penelitian dibedakan menjadi:

a. Penelitian eksploratif. Penelitian ini juga dapat dikatakan sebagai


penelitian pendahuluan dikarenakan penelitian ini mencoba menggali
informasi atau permasalahan yang relatif masih baru.
b. Penelitian deskriptif. Tipe penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
karakter suatu variabel, kelompok atau gejala sosial yang terjadi
dimasyarakat.
c. Penelitian eksplanatif. Penelitian ini berupaya menjelaskan mengapa suatu
fenomena atau gejala sosial dapat terjadi.
2. Berdasarkan manfaat penelitian, jenis penelitian dibedakan menjadi:
a. Penelitian dasar (murni). Penelitian dasar menguraikan pengetahuan yang
mendasar (fundamental) mengenai dunia sosial. Penelitian ini
memfokuskan pada dukungan atau penolakan sebuah teori yang
menjelaskan bagaimana dunia sosial bekerja, apa yang membuat terjadi
sesuatu, mengapa hubungan sosial dapat terjadi dengan beberapa dasar
banyak digunakan untuk kepentingan akademis seperti untuk skripsi, tesis
atau disertasi.
b. Penelitian terapan. Penelitian terapan merupakan bagain dari pekerjaan
dan akan dinilai oleh sponsor yang membiayai, biasanya berada diluar
disiplin ilmu peneliti.
3. Berdasarkan waktu penelitian, jenis penelitian dibedakan menjadi:
a. Penelitian longitudinal (antar waktu). Penelitian antar waktu atau
penelitian mengenai satu masalah, namun dilakukan dalam waktu yang
berbeda.
b. Penelitian cross-sectional (satu waktu). Penelitian ini hanya dilakukan
dalam satu waktu tertentu dengan satu fokus.
29
4. Berdasarkan teknik pengumpulan data, jenis penelitian dibedakan menjadi:
a. Penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan
kata kata atau kalimat kalimat dari individu, buku atau sumber lain.
b. Penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan
c. data yang berupa angka. Data yang berupa angka tersebut kemudian
diolah dan dianalisis untuk mendapatkan suatu informasi ilmiah dibalik
angka angka tersebut.

2.4.8 Metode penelitian kualitatif

Metode kualitatif sering disebut juga metode penelitian naturalistik karena


penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga
sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak
digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode
kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.

The orientation of qualitative research, its asumptions about social


life, its objectivies for research, and the way it deals with data are often at
odds with the quantitative approach (Neuman, 1994:316)

Peneltian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrumen,


yaitu peneliti itu sendiri. Penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi,
tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif
dinamakan transferability.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan


pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Metode kualitatif berupaya menjelaskan makna dari fenomena


fenomena atau peristiwa peristiwa yang nyata terjadi dalam masyarakat namun
sukar di ukur dengan angka angka atau dengan ukuran ukuran lain yang
berisfat eksak

Menurut Taylor & Bodgan, 1984; Marshall & Rossman, 1989; Silverman,
1993. Penelitian Kualitatif memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Bersifat Induktif, yaitu mendasarkan pada prosesur logika yang berawal dari
proposisi khusus sebagai hasil pengamatan dan berakhir pada suatu kesimpulan
(pengetahuan baru) hipotesis yang bersifat umum. Dalam hal ini konsep konsep,
pengertian pengertian dan pemahaman didasarkan pada pola pola yang di
temui di dalam data.

2. Melihat pada setting dan manusia sebagai suatu kesatuan, yaitu memperlajari
manusia dalam konteks dan situasi dimana mereka berada. Oleh karena itu,
manusia dan setting tidak disederhanakan kedalam variabel, tetapi dilihat sebagai
suatu kesatuan yang saling berhubungan.

3. Memahami perilaku manusia dari sudut pandang mereka sendiri (sudut


pandang yang diteliti). Hal ini dilakukan dengan cara melakukan empati pada
orang orang yang diteliti dalam upaya memahami bagaimana mereka melihat
berbagai hal dalam kehidupannya.

4. Lebih mementingkan proses penelitian dari pada hasil penelitian. Oleh karena
itu, bukan pemahaman mutlak yang dicari, tetapi pemahaman mendalam tentang
kehidupan sosial.

5. Menekankan pada validitas data sehingga ditekankan pada dunia empiris.


Penelitian dirancang sedemikian rupa agar data yang diperoleh benar benar
mencerminkan apa yang dilakukan dan dikatakan yang teliti. Dalam hal ini data
bukannya tidak akurat, tetapi prosedurnya yang tidak di standardisasi.

6. Bersifat humanistik, yaitu memahami secara pribadi orang yang diteliti dalam
kehidupannya sehari hari.

7. Semua aspek kehidupan sosial dan manusia dianggap berharga dan penting
untuk dipahami karena dianggap bersifat spesifik dan unik.

Sebagai metode dan prosedur, penelitian kualitatif dapat digunakan


sebagai satu satu nya metode penelitian ataupun diterapkan sebagai metode
penelitian yang melengkapi metode penelitian kuantitatif.

Penelitian kualitatif diterapkan sebagai satu satu nya metode apabila:

Topik penelitiannya merupakan hal sifatnya kompleks, sensitif,


sukar di ukur dengan angka, dan berhubungan erat dengan interaksi
sosial dan proses sosial;
Objek dan sasaran penelitiannya bersifat mikro dan relatif sedikit
jumlahnya;
Tujuan penelitiannya merupakan awal penelitian atau merupakan
penelitian pendahuluan.

Sebaliknya, metode penelitian kualitatif dapat di terapkan sebagai metode


penelitian yang melengkapi penelitian kuantitatif apabila:

Peneliti ingin melakukan interprestasi yang lebih mendalam dari


penelitian kuantitatif yang telah dilakukan;
Memerlukan suatu ilustrasi dari data dan hasil penelitian kuantitatif
yang telah dilakukan;
Memerlukan penajaman dan pengkayaan analisis dari hasil
penelitian kuantitatif.

Menurut Tuckman (1982), langkah langkah dalam penelitian kualitatif,


yaitu :
1. Penentuan Tema Penelitian

Tema dalam penelitian kualitatif sangat penting sebab dengan


berdasar pada tema inilah kegiatan penelitian akan diarahkan. Untuk itu,
peneliti harus menentukan tema yang hendak diteliti nya sejak awal agar
arah penelitian dapat dengan jelas diketahui sejak awal proses penelitian.

2. Penentuan Fokus Penelitian

Peneliti harus menentukan masalah atau tema yang menjadi fokus


dalam penelitiannya. Dari fokus penelitian ini kemudian akan diajukan
pertanyaan pertanyaan penelitian yang akan dilaksanakan.

3. Pelacakan Informasi tentang Penelitian Terdahulu

Sebagaimana juga dalam penelitian kuantitatif, dalam kegiatan


penelitian kualitatif juga perlu dilakukan pelacakan informasi tentang
penelitian penelitian terdahulu yang hampir sama dengan tema yang
sedang teliti. Dalam proses ini dapat juga diajukan konsep yang digunakan
peneliti.

4. Pengambilan Data dan Reduksi Data

Proses pengambilan data dalam penelitian kualitatif tidak harus


menunggu data terkumpul semuanya. Mungkin saja dalam proses
pertemuan pertama dengan subjek (informan) telah banyak data yang
dapat dikumpulkansehingga perlu dilakukan reduksi data. Proses ini
dimaksudkan untuk dapat lebih memfokuskan masalah pada apa yang
diinginkan. Setidaknya dengan melakukan reduksi data, peneliti dapat
menyaring data yang harus dipertajam dalam proses wawancara dengan
informan pada pertemuan selanjutnya.

5. Penarikan Simpulan Sesuai Konteks Penelitian


Penarikan hasil penelitian dapat dilakukan jika kondisi subjek yang
akan dikenai simpulan tersebut memiliki kesamaan dengan subjek yang
diteliti.

Menurut Taylor & Bodgan, 1984; Marshall & Rossman, 1989; Silverman,
1993 Penerapan sebuah metode penelitian sangatlah tergantung dari research
questions yang telah di tentukan. Ada beberapa pedoman yang dapat digunakan
untuk menentukan apakah penelitian kualitatif memang sesuai untuk diterapkan
dalam suatu penelitian, yaitu sebagai berikut :
Penelitian kualitatif sangat sesuai untuk diterapkan bila penelitian
itu bertujuan untuk memahami makna yang mendasari tingkah laku
manusia.
Penelitian kualitatif sesuai diterapkan bila penilitian itu ingin
mendeskripsikan latar dan interaksi yang kompleks dari partisipan .
Penelitian kualitatif sesuai diterapkan pada penelitian yang
dimaksudkan untuk melakukan eksplorasi atau untuk
mengidentifikasi informasi baru.
Penelitian kualitatif sesuai diterapkan pada penelitian yang
dimaksudkan untuk memahami keadaan yang terbatas jumlahnya
dengan fokus yang mendalam dan rinci.
Penelitian kualitatif sesuai diterapkan pada penelitian yang ingin
mendeskripsikan gejala untuk melahirkan sesuatu teori atau
hipotesis.
Penelitian kualitatif sesuai diterapkan pada penelitian yang
mempersoalkan variabel variabel menurut pandangan dan
definisi partisipan.

2.4.9 Metode penelitian kuantitatif

Metode kuantitatif sering dinamakan metode tradisional, positivistik,


scientific dan metode discovery. Metode Kuantitatif dinamakan metode
tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah
mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode
postivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai
metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah kaidah ilmiah yaitu
konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut
metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan
iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa
angka angka dan analisis menggunakan statistik.

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian


yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah di tetapkan.

Metode kuantitatif dalam sosiologi diperkenalkan oleh Emmile Durkheim


(1968) dalam penelitiannya tentang laju bunuh diri. Durkheim menggambarkan
laju bunuh diri dalam tiap masyarakat yang dari tahun ke tahun cenderung
konstan. Laju bunuh di pengaruhi oleh derajat integrasi sosial, sehingga adalah:
(1) bunuh diri altrustik, terjadi karena derajat integrasi sosial yang terlalu kuat, (2)
bunuh diri egoistik, terjadi ketika derajat integrasi sosial terlalu lemah, dan (3)
bunuh d iri anomi, terjadi karena masyarakat tidak memberikan pegangan kepada
seseorang.

Secara sederhana penelitian kuantitatif berarti segala macam bentuk


penelitian yang dalam proses pengolahan dan analisis data menggunakan
kelengkapan statistik seperti presentase, nilai rata rata, standard deviasi dan
kelengkapan statistik lainnya. Hal yang paling menonjol dalam penelitian
kuantitatif adalah kuantitas data, yakni banyak dan luasnya data.

Seorang peneliti dalam pendekatan kuantitatif membutuhkan pendasaran


teoritis dalam melakukan penelitian. Dari segi proses, penelitian kuantitatif
bersifat deduktif. Ia berangkat dari teori dan berdasarkan teori itu ia turun
kelapangan untuk mengumpulkan data. Sesudah analisa data ia bisa membuat
kesimpulan yang bisa membenarkan, merevisi atau menolak teori yang ada.
Menurut Tuckman (1982), langkah langkah dalam penelitian kuantitatif,
yaitu :

1. Penentuan Variabel yang Akan Diteliti

Mengenali variabel yang akan di teliti akan memudahkan peneliti


dalam memahami konsep penelitiannya. Dalam upaya mengenali variabel
penelitian, hendaklah dipahami keterkaitan antarvariabel yang diajukan
sehingga diketahui hubungan kausalitas, korelasional antarvariabel
penelitian yang hendak dijadikan objek penelitian.

2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan titik tuju aktivitas penelitian sebab


rumusan masalah inilah yang hendak diketahui jawabannya.

3. Pelacakan Informasi tentang Penelitian Terdahulu

Melakukan tracking study atas penelitian lain yang sejenis atau


hampir sama tema nya dengan yang dilakukannya. Kegiatan ini penting
sekali dilakukan agar tidak terjadi repitisi atau bahkan duplikasi tema
penelitian dengan penelitian terdahulu. Kegiatan pelacakan informasi
tentang penelitian terdahulu ini akan memposisikan peneliti pada bagian
lowong dari sekian penelitian yang telah dilakukan peneliti terdahulu
sehingga peneliti dapat secara tepat menempatkan proyeksi hasil
penelitiannya pada bagian mana hasil penelitiannya dapat memberI
kontribusi pada struktur ilmu pengetahuan yang di tekuninnya. Dalam
kegiatan pelacakan ini, pertanyaan yang hendak dijawab adalah siapa,
meneliti apa, kapan, dimana dan bagaimana hasilnya.

4. Pengajuan Teori yang akan Digunakan sebagai Model

Peneliti mengajukan rancangan teori yang dimiliki nya, tentu


sajatidak serta merta baru tetapi merupakan hasil kajian atas beberapa teori
yang telah ada. Kemudian dibangun teori yang baru.
5. Pengajuan Hipotesis

Rancangan teori sudah dimiliki dan digunakan sebuah landasan


teori. Langkah berikutnya membuat hipotesis atas teori yang diajukan
tersebut. Hipotesis ini akan diuji dan diketahui apakah yang diajukan
tersebut sesuai dengan kenyataan empiris atau tidak.

6. Penentuan Desain Penelitian

Menentukan desain penelitian yang akan digunakan, teknik


pengumpulan data, teknik sampling dan teknik analisis yang digunakan
dalam proses penelitian yang akan dilaksanakan. Desain penelitian akan
menentukan banyak hal seperti teknik pengumpulan data yang akan
digunakan, subjek yang harus diambilnya, teknik analisis data dari pada
akhirnya akan menentukan bagaimana proses penarikan simpulan
(generalisasi).

7. Pengujian Hipotesis yang Diajukan

Dalam melakukan uji hipotesis secara statistik, hal yang perlu


diingat adalah jenis data, teknik statistik yang hendak digunakan, dan
prasyarat (uji asumsi) yang harus dipenuhi untuk teknik statistik tersebut.
Jika hal itu telah sesuai, pengujian secara statistik dapat dilakukan dengan
menggunakan perangkat komputer (software) yang telah ada.

8. Penarikan Kesimpulan Berdasar Hasil Uji Hipotesis

Setelah pengajuan hipotesis dilakukan, lakukanlah interprestasi dan


buat simpulan berdasar pada hasil uji hipotesis yang dilakukan.

2.4.10 Perbedaan perbedaan pokok penelitian kuantitatif dari penelitian


kualitatif

Perbedaan perbedaan pokok penelitian kuantitatif dari penelitian


kualitatif dapat terlihat dari :
1. Cara memandang sifat realitas sosial

Penelitiaan kualitatif menganggap realitas sosial itu bersifat ganda. Realitas


sosial merupakan hasil konstruksi pemikiran dan bersifat holistis. Di pihak lain,

penelitian kuantitatif memandang realitas sosial bersifat tunggal, konkret, dan


teramati.

2. Peranan nilai

Penelitian kualitatif menganggap bahwa proses penelitian tidak dapat dikatakan

sebagai sepenuhnya bebas nilai. Di pihak lain, penelitian kuantitatif


menganggap bahwa proses penelitian sepenuhnya bebas nilai.

3. Fleksibelitas dalam pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif tidak bersifat kaku tetapi selalu
disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Demikian pula hubungan antara
peneliti dan yang diteliti bersifat interaktif dan tidak dapat dipisahkan.
Sedangkan dalam penelitian kuantitatif prosedur pengumpulan data standarisasi

dan menganggap bahwa hubungan peneliti denga yang diteliti adalah


independen dan dapat dipisahkan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu,


On/Ontos = ada, dan Logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
Sedangkan menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat
yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret
maupun rohani abstrak.
Epistemologi adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan, pengandaian dan dasar dasarnya serta pertanggung jawaban
atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan yang diperoleh
oleh manusia melalui akal, indera dan lain lain meiliki metode tersendiri dalam
teori pengetahuan. Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti
nilai dan logos yang berarti teori. Jadi Aksiologi adalah teori tentang nilai.

Metode merupakan cara kerja yang digunakan untuk memudahkan kita


dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan, agar tercapai tujuan seperti
yang telah kita tentukan dan harapkan. Metode yang digunakan dalam melakukan
penelitian sosiologi yaitu metode penelitian kualitatif dan metode penelitian
kuantitatif.

39

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Yesmil Adang. 2013. Sosiologi untuk Universitas, Cet. I; Bandung,


PT Refika Aditama.
Bakhtiar, Amsal. 2011. Filsafat Ilmu, Cet. X; Jakarta, PT RajaGrafindo
Persada.
Bulmer, Martin. 1994. Sociological Reseacrh Methods, Second Edition.
London, Macmillan.
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial, Cet. II; Jakarta,
Erlangga.
Jalaludin, 2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan, Cet. I; Jakarta, PT RajaGrafindo
Persada.
Martono, Nanang. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Cet. III; Jakarta, PT
RajaGrafindo Persada.
Mc Neill, Patrick. 2003. Reseacrh Methods, Second Edition. London,
Routledge.
Mulyana, Deddy. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. VIII; Bandung,
PT Remaja Rosdakarya.
Neuman, William Lawrence. 1994. Social Research Methods, Second Edition.
London, Allyn and Bacon.
Raho, Bernard. 2014. Sosiologi, Cet. III; Flores, Ledalero.

Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Cet. I;


Yogyakarta, PT Tiara Wacana Yogya.
Soetrino, SRDm Rita Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian,
Cet. I; Yogyakarta, Andi.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cet. XIII;
Bandung. Alfabeta.
Suyanto, Bagong Sutinah. 2015. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan, Cet. VIII; Jakarta, Prenadamedia.
Vardiansyah, Dani. 2005. Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Jakarta,
PT INDEKS Kelompok GRAMEDIA.
40

Anda mungkin juga menyukai