BAB II
PEMBAHASAN
Ditinjau dari segi hukum perkawinan, bahwa anak yang dilahirkan dalam keluarga adalah
kepunyaan kedua orang tuanya, karena pergaulan dan kehidupan rumah tangga yang mereka bina
dan tegakkan. Secara hukum telah disahkan melalui ijab qobul yang disaksikan oleh majlis
perkawinan yang sengaja dilakukan, maka anak mereka adalah tanggung jawab mereka. Orang luar
secara hukum tidak dapat mencampuri masalah intern mereka terkecuali dalam hal-hal tertentu
misalnya adanya penganiayaan, melainkan tanggung jawab kepada anak atau kejadian yang
membahayakan jiwa si anak. Mengenai hal ini diatur tersendiri dalm peraturan perundang-undangan
negara.
Sebenarnya hakikat perkawinan ini dilihat dari segi kependidikan adalah kesadaran kedua suami
istri memikul rasa tanggung jawab bersama. Sebelum keduanya melakukan pernikahan, tanggung
jawab atas diri mereka berada pada kedua orang tua masing-masing. Sebagai mana diketahui dalam
hukum islam, bahwa tanggung jawab adalah sejak anak masih dalam kandungan sampai
mengawinkannya. Bila ia telah dikawinkan maka secara hukum islam ia sudah dewasa dan semua
tanggung jawab berubah kepundaknya. Begitulah rasa tanggung jawab ini berlaku untuk semua
suami istri setelah melakukan perkawinan.
Menurut Pasal UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974, dikatakan bahwa : perkawinan adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagi suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga yang bahagia dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Anak yang lahir dari
perkawinan ini adalah anak yang sah dan menjadi hak dan tanggung jawab kedua orang tuanya
memelihara dan mendidiknya dengan sebaik-baiknya. kewajiban kedua orang tuanya mendidik anak
ini terus berlanjut sampai ia dikawinkan atau dapat berdiri sendiri. Bahkan menurut Pasal 45 Ayat 2
UU Perkawinan ini, kewajiban dan tanggung jawab orang tua akan kembali apabila perkawinan
antara keduanya putus karena suatu hal. Maka anak ini kembali menjadi tanggung jawab orang
tua.[2]
Kewajiban mendidik ini secara tegas dinyatakan Allah dalam surat At-tahrim ayat 6, sebagai
berikut yang artinya :
Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluaragamu dari api neraka. (QS. At-
tahrim : 6)[3]
Perkataan Quran di sini adalah kata kerja perintah atau fill amar yaitu suatu kewajiban yang harus
ditunaikan oleh kedua orang tua terhadap anaknya. Kedua orang tua adalah pendidik yang pertama
dan utama bagi anaknya. Karena sebelum orang lain mendidik anak ini, kedua orang tuanyalah yang
mendidik terlebih dahulu. Dan bila kita telah secara mendalam memang benar apabila tanggung
jawab pendidikan anak terletak di tangan kedua orang tuanya dan tidak dapat dipikulkan kepada
orang lain, kecuali apabila orang tua merasa tidak mampu melakukan sendiri, maka bolehlah
tanggung jawabnya diserahkan kepada orang lain misalnya dangan cara disekolahkan.
Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak
antara lain sebagai berikut :
1. Memelihara dan membesarnya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk
dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum, dan perawatan agar ia dapat hidup
secara berkelanjutan.
2. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmani maupun rohani dari berbagai
gangguan penyakit atau bahkan bahaya lingkungan yang dapat membahayakannya.
3. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi
hidupnya, sehingga apabila ia telah dewasa ia mampu berdiri sendiri dan membantu orang
lain serta melaksanakan kekhalifahannya.
4. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama
sesuai dengan ketentuan Allah sebagai tujuan akhir hidup muslim. Tanggung jawab ini
dikategorikan juga sebagai tanggung jawab kepada Allah.
Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus-menerus perlu
dikembangkan setiap orang tua, mereka juga perlu dibekali teori-teori pendidikan modern sesuai
dengan perkembangan zaman. Dengan demikian tingkat dan kualitas materi pendidikan yang
diberikan dapat digunakan anak untuk menghadapi lingkungan yang selalu berubah. Bila hal ini
dapat dilakukan oleh setiap orang tua,maka generasi mendatang telah mempunyai kekuatan mental
menghadapi perubahan dalam masyarakat. Untuk dapat berbuat demikian, tentu saja orang tua
perlu meningkatkan ilmu dan keterampilannya sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-
anaknya. Upaya yang dapat ditempuh utuk meningkatkan kualitas diri orang tua antara lain dengan
cara belajar seumur hidup, sebagai mana diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW Yaitu belajar seumur
hidup dan menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimat tanpa kecuali. Agama islam
selalu meningkatkan pemeluknya agar generasi berikutnya memiliki kualitas yang lebih baik dari
generasi sebelumnya. Konsep pendidikan ini tampaknya telah dianut oleh bangsa Indonesia
sehinggan dimasukkan kedalam GBHN.[4]
Kerja sama untuk mendidik anak antara suami dan istri sangat mutlak diperlukan. Bagi suami
mempunyai kelebihan ilmu dan keterampilan mendidik, harus mengajarkan kepada istrinya dan
begitu pula sebaliknya. Dengan demikisn antara suami dan istri saling menutup kelemahannya. Cara
mendidik anak dengan menyerahkan sepenuhnya kepada istri rasanya tidak tepat lagi, mengingat
tugas dan tanggung jawab istri dalam kelurga sekarang tampaknya semakin berat. Apalagi bagi
keluarga yang kedua harus bekerja di luar rumah, sedang di rumah tidak ada pembantu atau nenek
atau kakeknya, sehingga jenis keluarga ini menjadi keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-
anaknya. Keluarga inti atau keluarga batih ini, di daerah perkotaan cenderung meningkat terutama
di lingkungan pegawai negeri yang mengotrak rumah atau tinggal di rumah
susun.
Anak sebagai manusia kecil yang sedang menuju ke arah perkembangan yang sempurna, tidak
luput dari beberapa tingkah laku dan sikapnya yang dapat mengganggu keharmonisan rumah
tangga. Gangguan akibat pertumbuhan dan perkembangan ini adalah wajar, namun perlu
diwaspadai dan diketahui agar tidak merugikan perkembangan atau hubungann kekeluargaan.
Beberapa sifat dan sikap yang mungkin muncul itu antara lain dikemukakan oleh Dr. Sis Heyster
dalam bukunya Ilmu Jiwa Anak dan Masa Muda dan juga oleh Crijn dan Reksosiswojo dalam
pengantar praktek pengajaran dan pendidikan sebagai berikut : keras hati, keras kepala, manja,
perasaan takut, dusta , agresif (menyerang anak lain), cepat merajuk, berkata gagap, ingin menang
sendiri, menyembunyikan milik teman sendiri dan diakui kepunyaannya, fantasi dan gangguan anak
yang disebut infant terrible. Di bawah ini di bicarakan beberapa buah saja, yaitu dusta, gagap, dan
infant terrible.
Dusta
Dusta atau bohong , hampir ditampilkan oleh semua anak dalam masa perkembangannya.Dusta ini
ada yang disebut dusta sebenarnya dan ada pula dusta semu.
Dusta sebenarnya adalah perkataan bohong yang sengaja dilakukan untuk sesuatu keuntungan
tertetu dengan sengaja merugikan orang lain.
Dusta semu atau dusta tidak sebenarnya adalah dusta karena tidak mampu membela diri atau
menyatakan dengan sebenarnya rasa ketakutannya.
Gagap
Gagap adalah ucapan yang dikeluarkan tidak lancar dan cenderung diulang-ulang dalam cara
tertentu .
c. Infant terrible
Infant terrible adalah gangguan anak-anak untuk memahami kasus-kasus yang dapat
mempengaruhi pemikiran buruk dari perkataan orang tua yang tanpa disadari orang tua perilakunya
menjadikan anak menjadi punya pemikiran buruk.[5]
Pembinaan pendidikan yang dilakukan kepada anak dalam lingkungan keluaraga akan membentuk
sikap, tingkah laku, cara merasa, dan mereaksi anak terhadap lingkungannya .
Untuk dapat memahami usaha pembinaan dan rasa tanggung jawab pendidikan yang dilakukan
oleh sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, ada baiknya dikemukakan pengertian yang
berkaitan dengan pendidikan informal, formal, dan nonformal.
Dalam buku Administrasi Pendidikan karangan Dr. Hadari Nawawi dikatakan sebagai berikut :
Pendidikan formal adalah usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, berencana,
terarah, dan sistematis melalui suatu lembaga pendidikan yang disebut sekolah .
Pendidikan informal adalah usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, tetapi tidak
berencana, dan tidak sistematis di luar lingkungan keluarga.
Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja dan berencana
tetapi tidak sistematis di luar lingkungan keluarga dan sekolah.
Semua usaha yang diselenggarakan oleh ketiga lembaga pendidikan di atas, tertuju kepada suatu
tujuan umum, yaitu untuk membentuk peserta didik mencapai kedewasaannya, sehingga ia mampu
berdiri sendiri di dalam masyarakat sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungan
masyarakat. Dengan demikian semua usaha pendidikan membantu perkembangan dirinya.
Menurut Pasal 9 Ayat 2 UU Sistem Pendidikan Nasional yang diundangkan pada tanggal 27
Maret No 2 Tahun 1989 dinyatakan, bahwa satuan pendidikan yang disebut sekolah merupakan
bagian dari pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan. Tanggung jawab sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal didasarkan atas tiga faktor :
Masyarakat dari segi sosiologi adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu
kawasan dan saling berinteraksi sesamanya untuk mencapai tujuan. Secara kualitatif dan kuantitatif
anggota masyarakat terdiri dari berbagai ragam pendidikan, profesi, keahlian, bangsa, suku,
kebudayaan, agama, lapisan sosial sehigga menjadi masyarakat yang plural. Secara makro memang
demikianlah kenyataan masyaraakt karena terdiri dari berbagai keluarga yanga yang heterogen.
Setiap anggota masyarakat secara tidak langsung telah mengadakan kerja sama dan saling
mempengaruhi untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya. Demikianlah dinamiaka
berjalan sejak dahulu sampai sekarang dan seterusnya.
Mereka secara fungsional dan struktural di lingkungan masing-masing bertanggung jawab
terhadap perilaku dan tingkah laku warganya secara konsepsional pendidikan oleh kedua jenis
pemimpim masyarakat ini antara lain adalah mengawasi, menyalurkan, membina, dan meningkatkan
kualitas anggotanya. Dengan demikian aktivitas masing-masing anggota masyarakat berjalan
menurut fungsinya dalam mewujudkan masyarakat yang damai.
Setelah kita melihat ketiga macam tanggung jawab dan pembinaan pendidikan yang dilakukan
oleh orang tua, sekolah, dan masyarakat, tampaknya ada kesaaman rasa tanggung jawab yang
dipikul oleh ketiga macam lingkungan pendidikan ini. Mereka secara tidak langsung telah
mengadakan kerja sama yang erat di dalam praktek pendidikan. Kerja sama yang erat itu tampak
dari hal-hal berikut. Orang tua anak meletakkan dasar-dasar pendidikan di rumah tangga, terutama
dalam segi pembentukan kepribadian, nilai-nilai luhur moral dan agama sejak kelahirannya.
Sekolah merupakan salah satu lembaga masyarakat. Di dalamnya terdapat reaksi dan interaksi
antar warganya. Warga sekolah tersebut adalah guru, murid, tenaga administrasi sekolah serta
petugas sekolah lainnya. Sebagai salah satu lembaga masyarakat maka untuk dapat menjalankan
tugasnya sekolah perlu memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
b. Metode yang digunakan harus mampu merangsang murid untuk lebih mengenal kehidupan riil
dalam masyarakat.
c. Menumbuhkan sikap pada murid untuk belajar dan bekerja dari kehidupan sekitarnya.
d. Sekolah harus selalu berintegrasi dengan kehidupan masyarakat, sehingga kebutuhan kedua belah
pihak akan terpenuhi.
Kecerdasan masyarakat dapat dikembangkan melalui pendidikan baik pendidikan formal maupun
non formal bahkan informal. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan dalam hal ini memegang peran
penting karena programnya lebih mantap dan baku dibanding lembaga pendidikan lainnya. Tingkat
kecerdasan masyarakat dan peradapan ekonomi sosial sangat membantu sekolah dalam
mewujudkan masyarakat yang lebih cerdas. Tingkat kecerdasan masyarakat akan sangat
menentukan dalam menghadapi tantangan.
3) Melahirkan warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan ma-
syarakat.
Untuk terjun ke lapangan pekerjaan diperlukan bekal matang, pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Sekolah tidak dapat terlepas dari tugas pembekalan hal tersebut. Hal ini tercermin
dalam isi kurikulum pada masing-masing lebaga pendidikan (sekolah). Sekolah kejuruan lebih tegas
batas spesialisasinya dalam membekali para muridnya dan lebih menekankan pada skill tertentu
misalnya STM pada keterampilan tehnik, SMEA Pada keterampilan di bidang ekonomi administrasi,
SMKK pada kerumahtanggaan.
4) Melahirkan sikap-sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta integrasi
sosial yang harmonis ditengah-tengah masyarakat.
Sikap positif dan konstruktif sungguh sangat didambakan oleh masyarakat, dan sekolah telah
membekali murid-muridnya sejak pendidikan dasar sampai perguruan tinggi lawat pendidikan
agama, pendidikan moral pancasila, maupun dalam bidang studi lain. Kesadaran hidup bernegara,
persatuan dan kesatuan, serta loyalitas warga negara terhadap nusa dan bangsanya secara bertahap
ditanamkan pada hati sanubari murid-muridnya sehingga sikap positif dan konstuktif bagi
masyarakat dapat terwujud.
Di dalam Tap MPR No. IV/MPR/1978 ditegaskan bahwa pendidikan berdasar atas pancasila dan
bertujuan :
a) Meningkatan:
o Kecerdasan
o Keterampilan
c) Memperkuat kepribadian
Selain masyarakat selalu tumbuh dan berkembang, ia memiliki identitas atau karakter tersendiri
sesuai dengan sosial budaya dan latar belakang sosial ekonominya. Identitas dan perkembangan
masyarakat tersebut sedikit banyak akan terpengaruh terhadap sekolah. Pengaruh tersebut baik
dalam orientasi dan tujuan pendidikan maupun proses pendidikan itu
sendiri.
Ada yang mengatakan bahwa sekolah merupakan lembaga investasi manusia/ tenaga yang
sangat penting untuk kebutuhan dan kemajuan masyarakat. Investasi tenaga ini diharapkan
mutunya baik dan jumlahnya mencukupi. Tersebarnya lulusan sekolah yang berkualitas dan
jumlahnya memadai akan membawa pengaruh positif bagi perkembangan masyarakat yang
bersangkuatan.
Peranan masyarakat terhadap sekolah antara lain terutama dalam :
1) Pengawasan; Masyarakat terlibat juga dalam pengawasan terhadap sekolah (social control).
Pengawasan ini terhadap segala gerak-gerik sekolah selaku lembaga pendidikan. Pengawasan dapat
secara langsung atau lewat Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) atau lewat media
massa; demikian juga masukan hasil pengawasan.
2) Bantuan-bantuan yang berupa pembiayaan sekolah (gedung, sarana, dan prasarana) lewat BP3 atau
secara langsung perorangan/ kelompok.
3) Penyediaan tempat untuk mendirikan sekolah atau lapangan sekolah dan lain-lain yang diperlukan
sekoah.
5) Masyarakat sebagai laboratorium atau sumber belajar yang sangat membantu proses belajar
mengajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak sebagai makhluk sosial dilahirkan dalam ketidak berdayaan. Lingkungan keluarga yang
memotori oleh ayah dan ibu adalah dua orang pertama dan utama, maka peran keduanya sangat
dominan dalam diri anak dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan yang mewarnai kehidupan
seseorang sepanjang hayatnya.
Mengingat berbagai keterbatasan kedua orang tua maka tanggung jawab pendidikan
sebagian dipercayakan kepada sekolah. Sekolah sebagai lembaga formal (resmi). Menerima
limpahan tanggung jawab ini secara sadar dan menunaikannya secara sengaja, berencana, dan
sistematis.
Kewibawaan pendidikan diperlukan oleh sekolah, agar peserta didik mematuhi dan melaksanakan
beberapa peraturan yang ada. Maka untuk menegakkan kewibawaan pendididkan diperlukan kerja
sama terpadu dari keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Mengingat pentingnya hubungan timbal balik antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Maka
penting untuk direalisasikan dengan berbagai bentuk dan cara pelaksanaannya guna mencerdaskan
anak bangsa.
B. Saran
Anak merupakan kader generasi bangsa masa depan. Anak harus dibekali ilmu pengetahuan,
keterampilan, cakrawala yang komprehensif. Diharapkan anak ketika dewasa dia dapat menjadi
orang yang berguna dan diterima di dalam masyarakat, oleh karena itu diharapkan juga pada era
modern ini ada pengaruh timbal balik antara keluarga, sekolah, dan masyarakat sehinggatercipta
anak yang baik dan benar dalam masalah bidang apapun.
DAFTAR PUSTAKA
Rosyi dan Moeslihatun. Dasar-Dasar Psikologi dalam Pendidikan. Surabaya: Bulan Bintang. 1981.
UU No. 2 Tahun 1985. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Kreasi Jaya. 1989.
[3] Departemen Agama, Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara penerjemah Al-Quran, 1985) hlm. 951
[4] Prof. H. MA. Zahra Idris, Dasar-dasar Pendidikan 1,(Padang: Angkasa Raya, 1987), hlm.76
[5] Rosyi dan Moeslihatuen, Dasar-dasar Psikologi dalam Pendidikan, (Surabaya: Bulan Bintang,
1981), hlm. 178
[6] UU Nomor 2 Tahun 1989, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen Penerangan,1990),
hlm. 63
[7] Drs.H.Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan,cet.kelima (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 84-93
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan
Di dalam UU Nomor 20 tahun 2003 secara jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab
a. Sebagai Arah Pendidikan, tujuan akan menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah
menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang kepada situasi berikutnya.
b. Tujuan sebagai titik akhir, suatu usaha pasti memiliki awal dan akhir. Mungkin saja ada usaha yang
terhenti karena sesuatu kegagalan mencapai tujuan, namun usaha itu belum bisa dikatakan berakhir.
Pada umumnya, suatu usaha dikatakan berakhir jika tujuan akhirnya telah tercapai.
c. Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain, apabila tujuan merupakan titik akhir dari usaha,
maka dasar ini merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut merupakan fundamen
Secara Universal Tujuan umum pendidikan adalah mewujudkan kedewasaan subyek (anak)
didik. Kedewasaan yang dicapai anak didik, adalah yang bersifat normatife, berupa kedewasaan
masing-masing. Untuk mencapai tujuan umum berupa kedewasaan seseorang diperlukan waktu
yang relatif lama. Selama waktu yang panjang itu, tujuan umum atau kedewasaan harus di wujudkan
Dalam hal ini, apabila tujuannya telah tercapai, maka berakhir pula usaha tersebut. Usaha
yang terhenti sebelum tujuannya tercapai, sesungguhnya belum dapat disebut berakhir, tetapi
hanya mengalami kegagalan yang antara lain disebabkan oleh tidak jelasnya rumusan tujuan
pendidikan. Maka dari itu, penulis memiliki tujuan pendidikan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejauhmana peran tri pusat pendidikan dalam meminimalisir sosial dikalangan
peserta didik?
2. Untuk mengetahui sejauhmana peran sosiologi pendidikan dalam meminimalisir sosial dikalangan
peserta didik?
B. Manfaat
Dalam menyusun makalah ini, penulis sangat mengharapkan dalam penyusunan makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan semua civitas masyarakat yang pro aktif dalam meningkatkan
C. Peran Tri Pusat Pendidikan dalam Meminimalisir Penyimpangan Sosial di Kalangan Peserta
Didik.
Istilah Tri Pusat Pendidikan adalah istilah yang digunakan oleh tokoh pendidikan Indonesia,
yaitu Ki Hajar Dewantara yang menggambarkan lembaga atau lingkungan pendidikan yang ada
disekitar manusia yang mempengaruhi perilaku peserta didik. Dalam kegiatan 4 ini berisikan tiga
pokok bahasan, yaitu (A) Pendidikan keluarga, (B) Pendidikan dalam sekolah, (C) Pendidikan di dalam
masyarakat. Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa dapat 1. Menjelaskan pentingnya
pendidikan keluarga sebagai peletak dasar pendidikan anak, 2. Menjelaskan pentingnya pendidikan
Pendidikan dapat digolongkan dalam berbagai jenis. Penggolongan itu tergantung kepada dari
mana kita melihatnya. Dilihat dari tempat berlangsungnya pendidikan, maka Ki Hajar Dewantara,
membedakan menjadi tiga dengan sebutan Tri Pusat Pendidikan (Ahmadi ,1991) yaitu: Pendidikan
dalam keluarga (pendidikan informal), pendidikan dalam sekolah (pendidikan formal), dan
pendidikan di dalam masyarakat (pendidikan non formal). Sedangkan dilihat dari cara
Pendidikan fungsional adalah pendidikan yang berlangsung secara naluriah, tanpa rencana dan
tujuan tetapi berlangsung begitu saja. Sedangkan pendidikan intensional adalah lawan dari
pendidikan fungsional. Bila dilihat dari aspek pribadi yang disentuh, maka terdapat jenis pendidikan
Orkes (Olah Raga Kesehatan), Pendidkan Sosial, Pendidikan Bahasa, Pendidikan Kesenian, Pendidikan
Moral, Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Pendidikan Seks dan sebagainya.
Sedangkan kalau dilihat dari jenis dan jenjang, maka Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa satuan pendidikan adalah kelompok
layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal
pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yang dikembangkan, sedangkan jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga. Pendidikan anak usia dini adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut. Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan
dan media lain. Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan
kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan
1. Peran keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama
dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab
memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik.
2. Peran Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam
hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya.
Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya sebagai
berikut;
a. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan
budi pekerti yang baik.
b. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat
diberikan di rumah.
menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan, pengetahuan dan wawasan
d. Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah, dan
sebagainya.
3. Peran Masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan lingkungan keluarga dan sekolah.
Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu
setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian,
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini
D. Pengaruh Timbal Balik antara Tri Pusat Pendidikan dalam Meminimalisir Penyimpangan
Sosial di Kalangan Peserta Didik.
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga
E. Peran Sosiologi Pendidikan dalam Meminimalisir Peyimpangan Sosisal di Kalangan Peserta Didik
Secara harfiah atau etimologi (definisi nominal), Sosiologi berasal dari bahasa Latin:
Socius = teman, kawan, sahabat, dan logos = ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut terminologi,
a. Sosiologi adalah studi tentang hubungan antara manusia (human relationship). (Alvin Bertrand)
b. Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni
hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan
kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis. (Mayor Polak)
d. Sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial,
Jadi kami selaku pemakalah dapat menyimpulkan bahwa sosiologi itu adalah suatu ilmu yang
mempelajari suatu interaksi seseorang dengan orang lain dan lingkungan masyarakat. Sekarang
1. Menurut Prof. Dr. S. Nasution, MA. Mengatakan bahwa memberikan definisi sosiologi pendidikan
tidak mudah. Para ahli pendidikan dan ahli sosiologi telah berusaha untuk memberikan definisi
sosiologi pendidikan, namun definisi-definisi itu kebanyakan tidak terpakai oleh orang lapangan.
Kesukaran untuk memperoleh definisi yang mantap tentang sosiologi pendidikan antara lain
disebabkan :
(a) sukarnya membatasi bidang studi di antara bidang pendidikan dan bidang sosiologi.
(c) belum nyatanya sumbangannya kepada pendidikan umumnya dan pendidikan guru khususnya.
(a) Menurut F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki
struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat
pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata sosial
masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan
Dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan, bahwa peran dari Tri Pusat Pendidikan dan Sosiologi
Pendidikan mempunyai peran penting dalam meminimalisir penyimpangan sosial di kalngan peserta
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasar uraian uraian pada bab I dan II, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut.
1. Tri Pusat Pendidikan merupakan tiga unsur penting yang sangat berperan dalam pendidikan dan
2. Akibat dari perkembangan zaman dan keterbatasan orang tua dalam mendidik anak, maka kegiatan
pendidikan juga dilaksanakan disuatu lembaga yang disebut sekolah atau madrasah. Pendidikan
3. Diluar pendidikan informal salah satunya lingkungan masyarakat, hal ini merupakan tempat atau
unsur yang sangat berperan penting dalam pendidikan dan memiliki pengaruh besar terhadap
B. Saran
Menyadari betapa pentingnya peran keluarga, sekolah, dan masyarakat (Tri Pusat Pendidikan)
dalam meminimalisir penyimpangan sosial di kalangan peserta didik, maka menurut penulis :
2. Peran guru sebagai ujung tombak yang terdepan harus melaksanakan tugas secara optimal dan
professional
3. Peran masyarakat sebagai pendidikan non formal yang bersifat melekat bagi perkembangan peserta
didik.
penulis memberikan saran yang berkaitan dengan Tri Pusat Pendidikan (keluarga, sekolah, dan
Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat harus menyadari betul akan peranan penting yang dituntut dan
mereka untuk melaksankan di dalam lingkungan masyarakat setempat sebagai golongan profesi
maupun warga Negara, sebagai agen pembangunan dan perubahan dalam meningkatkan kualitas
peserta didik atau sebagai masyarakat yang jika diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Daftar Pustaka
http://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/16/bab-v-pengertian-fungsi-dan-jenis-lingkungan-
pendidikan/
http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/02/tentang-tri-pusat-pendidikan/
http://re-searchengines.com/0308ainun.html
HOME
PROFIL
DOWNLOAD
Untuk Memenuhi Tugas Pengantar Pendidikan yang Diampu oleh Ibu Heri Maria Zulfiati, M.Pd
Disusun oleh
Ikarihayati (2014015224)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga Makalah
Pengantar Pendidikan yang berjudul Hubungan Timbal Balik Antara Lingkungan Pendidikan dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan dan memerlukan perbaikan.
Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih
sempurnanya makalah ini. Atas kritik dan saran yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih
dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
A. Simpulan......................................................................................................... 12
B. Saran............................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 13
BAB II
PEMBAHASAN
Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang penting dan menentukan, karena itu
tugas keluarga adalah mendidik anak-anaknya dengan optimal. Anak-anak yang biasa turut serta
mengerjakan segala pekerjaan didalam keluarga, dengan sendirinya berfaedah bagi pendidikan
watak dan budi pekerti seperti kejujuran, keberanian, ketenangan, dan sebagainya. Keluarga juga
membina dan mengembangkan perasaan sosial anak seperti hidup hemat, menghargai kebenaran,
tenggang rasa, menolong orang lain, hidup damai, dan sebagainya.
c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by design) maupun yang
dimanfaatkan (utility). Manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu berupaya
memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya itu untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain,
manusia berusaha
mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia
dimasyarakatnya dalam bekerja, bergaul, dan sebagainya.
Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia. Lingkungan sekolah
sebagai bekal keterampilan dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkungan masyarakat merupakan
tempat praktek dari bekal yang diperoleh dikeluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat
pengembangan kemampuan diri.
Sebagai salah satu wujud sekolah sebagai bagian dari masyarakat maka terbentuklah sekolah
masyarakat (community school). Sekolah ini bersifat life centered. Yang menjadi pokok pelajaran
adalah kebutuhan manusia, masalah- masalah dan proses-proses sosial dengan tujuan untuk
memperbaiki kehidupan dalam masyarakat. Masyarakat dipandang sebagai laboratorium dimana
anak belajar, menyelidiki dan turut serta dalam usaha-usaha masyarakat yang mengandung unsur
pendidikan.
Isi atau arah program pendidikan yang demikian disebut sebagai transformasi pembaruan
yang pada akhirnya akan berfungsi dan menjalar ditengah-tengah masyarakat.
c) Mencetak warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan
masyarakat.
Untuk terjun didunia kerja, seseorang memerlukan persiapan tertentu yang diperlukan oleh
lapangan kerja. Kesiapan itu meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Hal tersebut tidak
terlepas dari peran lembaga pendidikan (sekolah), kualitas, dan kuantitas sistem lembaga pemberi
kerja dimasyarakat sedikit banyak dipengaruhi oleh produk-produk (output) sistem pendidikan
persekolahan itu sendiri.
d) Melahirkan sikap-sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta
integrasi sosial yang harmonis ditengah-tengah masyarakat.
Sikap-sikap positif dan konstruktif yang diperlukan didalam hidup bernegara atau
bermasyarakat ditanamkan sejak awal, yaitu di sekolah dasar sampai ketingkat perguruan tinggi.
Orientasi tersebut senantiasa menjadi perhatian dari lembaga pendidikan formal (persekolahan). Hal
ini berkaitan dengan falsafah hidup dari suatu bangsa atau masyarakat, yang sudah tentu
mendambakan keharmonisan dan keutuhan (integrasi) sosial dari kehidupan berbangsa atau
bernegara.
Identitas dan perkembangan masyarakat tersebut sedikit banyak akan berpengaruh terdapat
sekolah. Hal ini dikarenakan sekolah merupakan institusi yang dilahirkan dari, oleh dan untuk
masyarakat.
Berlangsungnya proses pendidikan di sekolah tidak lepas dari pengaruh masyarakat, pengaruh
masyarakat yang dimaksud adalah pengaruh sosial budaya dan partisipasinya. Pengaruh sosial
budaya biasanya tercermin dalam proses belajar baik yang berkaitan dengan pola aktifitas
pendidikan maupun anak didik di dalam proses pendidikan. Nilai sosial budaya masyarakat bisa
menjadi penghambat dan pendukung terhadap proses pendidikan. Oleh karena itu usaha
pembaharuan terhadap proses pendidikan disekolah, mesti memperhitungkan pengaruh sosial
budaya dari masyarakat lingkungannya.
Pengaruh dan peranan masyarakat terhadap sekolah dapat kita simpulkan sebagai berikut:
1). Pasal yang terdapat didalam batang tubuh UUD 1945 yang mengatur tentang pendidikan pasal 31.
- ayat 2 Pemerintah berusaha menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur dengan
undang-undang berdasarkan pasal ini. Disusunlah sebuah undang-undang organik yang mengatur
pendidikan dan pengajaran Indonesia yaitu UU. No. 4 tahun 1950, No. 12 tahun 1954, yang disebut
Undang-undang Pendidikan dan Pengajaran (UUDP).
2). Pasal 3 dari UUDP menyebutkan bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran nasional Indonesia
adalah membentuk manusia sosial yang cukup dan warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab untuk kesejahteraan masyarakat masyarakat dan tanah air. Rumusan tujuan pendidikan itu
terdiri atas dua bagain yaitu:
b. Tujuan kemasyarakatan yaitu membentuk warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
atas kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Dengan demikian maka setiap warga negara Indonesia
harus susila, cakap, demokratis dan bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak,
khususnya keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang dikenal sebagai
tripusat pendidikan. Fungsi dan peranan tripusat pendidikan itu, baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama, merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan yakni membangun
manusia Indonesia seutuhnya serta menyiapkan sumber daya manusia pembangunan yang bermutu.
Dengan demikian, pemenuhan fungsi dan peranan itu secara optimal merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan pembangunan nasional.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen FIP IKIP Malang. 2003. Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan.Surabaya : Usaha Nasional
http://pengantarpendidikan.files.wordpress.com/2010/11/hubungan-timbal-balik-antara-
lingkungan-pendidikan.pdf. Diakses tanggal 18 September 2014
Pengantar Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manuia. Pendidikan sangat
berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.
Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi
oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal ( sekolah ) saja. Manusia
selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.
Ketiga lingkunga itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan. Dengan kata lain proses
perkembangan pendidikan manusia untuk mencapai hasil yang maksimal tidak hanya
tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga tergantung
pada lingkungan pendidikan yang berada diluar lingkungan formal.
1. Pengertian Lingkungan Pendidikan
Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya,
keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakungya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mehluk hidup lainnya.
Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati,
lingkungan buatan dan lingkungan sosial.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik scara aktif dapat mengembangkan potensi
dirinya supaya memiliki kekuatan spritual keagamaan, emosional, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Jadi, lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai berbagai
lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari
lingkungan sosial. 2. Jenis Lingkungan Pendidikan
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup di dalam lingkungan
masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara
lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolahan, lingkungan
masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan atau lingkungan pendidikan.
1. Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena
hubungan searah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti ( ayah, ibu, dan anak ). Menurut
Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya
untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama
dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung
jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh adn berkembang
dengan baik.
Pendidikan keluarga berfungsi:
Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
Menjamin kehidupan emosional anak
Menanamkan dasar pendidikan moral
Memberikan dasar pendidikan sosial.
Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
2.Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama
dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu anak
dikirimkan ke sekolah-sekolah formal.
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan.
Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peran sekolah dalam mempersiapkan
generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat.
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya.
Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya
sebagai berikut;
2) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau
tidak dapat diberikan di rumah.
4) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah,
dan sebagainya.
Suatu alternatif yang mungkin dilakukan sesuai situasi dan kondisi sekolah antara lain :
3. Masyarakat
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini
meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-
pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga sisi, yaitu :
3) Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang dirancang (by design),
2) Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau sawah dengan
3) Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di ladang atau sawah.
pokok padi.
Selain tipe masyarakat di atas yang dapat mempengaruhi karakteristik seseorang, terdapat
juga lembaga kemasyarakatan kelompok sebaya dan kelompok sosial seperti remaja masjid,
pramuka, dsb. Kelompok teman sebaya mempunyai fungsi terhadap anggotanya antara lain :
3) Menguatkan sebagian dari nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat orang
dewasa.
kekuatan otoritas.
persamaan hak.
6) Memberikan pengetahuan yang tidak bisa dibrikan oleh keluarga secara memuaskan
(pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian, musik, jenis tingkah laku tertentu, dan lain-
lain).
2) Mengajarkan bagi mereka tingkah laku dan prinsip-prinsip moral yang sesuai dengan
keyakinan-keyakinan agamanya
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga
kegiatan pendidikan, yakni:
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi
dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang
tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Terdapat hubungan timbal
balik dan saling mempengaruhi antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain.
Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia. Lingkungan
sekolah sebagai bekal keterampilan dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkungan masyarakat
merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di keluarga dan sekolah sekaligus
sebagai tempat pengembangan kemampuan diri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses mencapai tujuan pendidikan untuk menghasilkan manusia yang unggul baik
secara pribadi maupun penguasaan ilmu pengetahuan tidak hanya tergantung tentang
bagaimana sistem pendidikan dijalankan oleh lingkungan pendidikan formal. Namun juga
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. Hubungan dari ketiganya
disebut sebagai tripusat pendidikan. Pendidikan tidak dapat berdiri sendiri, namun ada
hubungan saling mempengaruhi diantara lingkungan pendidikan.
B. Saran
Melihat kenyataan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal diperlukan
sebuah hubungan timbal balik yang yang erat maka diperlukan sebuah koordinasi antar
lingkungan pendidikan. Dalam menentukan kurikulum lingkungan formal (sekolah) baiknya
untuk mepertimbangankan faktor lingkungan keluarga dan masyarakat. Bahkan kalau
memungkinkan melibatkan keluarga anak didik dan tokoh masyarakat dalam merumuskan
kurikulum pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
La Sulo, Sulo Lipu. 1990. Penelaahan Kurikulum Sekolah. Ujung Pandang: FIP
IKIP Ujung Pandang.
Ardhana, Wayan. (Ed.). 1986. Dasar-Dasar Kependidikan. Malang: FIP IKIP Malang. Munib
Achmad, dkk. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang. UPT MKK UNNES
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua
terhadap anak antara lain sebagai berikut:
a. Memelihara dan membesarkannya.
b. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniyah dari
berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya.
c. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi
kehidupannya, sehingga apabila ia telah dewasa ia mampu berdiri sendiri dam membantu
orang lain (hablum minannas) serta melaksanakan kekhalifahannya.
d. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai
dengan ketentuan Allah.
Cara pendidikan anak dapat ditempuh pula dengan menimbulkan kesadaran keluarga,
yaitu ia adalah salah satu anggota keluarga di dalam rumahnya.
Banyak pembinaan kepribadian anak yang dilakukan oleh kedua orang tua terhadap
anaknya. Bila pembinaan kepribadian yang diwarnai dengan ajaran agama yang
berkesinambungan ini dapat dilakukan maka ia dapat diharapkan akan menjadi seorang anak
(dewasa) kelak akan menjadi manusia yang berkepribadian muslim.
Alangkah baiknya anak sesekali diajak rekreasi untuk meluaskan wawasannya seperti
keluar kota. Dengan melakukan bepergian bersama anak ini akan lebih menambah
kekerabatan kedua belah pihak dan menumbuhkan rasa kasih sayang, karena anak merasa
dirinya mendapat pembinaan dan perhatian dari kedua orang tuanya.
Dewasa ini para ahli didik mengakui besarnya peranan ibu dalam mendidik anak-
anaknya, walaupun ibu/ wanita digolongkan pada kaum yang lemah. Melalui belaian tangan,
ciumannya serta kata-katanya yang lemah lembut anaknya dekat dengannya anak merasa
lebih dekat dan lebih sayang kepadanya dibandingkan kedekatannya kepada ayahnya.
Daftar Pustaka
Tirtarahardja, Umar, 2005, Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka cipta
Salam, Burhanudin, 1997, Pengantar Pedagogik, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Ihsan,Fuad, 1997, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Purwanto, Ngalim, 1995, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Makalah ilmu pendidikan tentang hubungan timbal-balik antara keluarga,
sekolah, dan masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
Ditinjau dari segi hukum perkawinan, bahwa anak yang dilahirkan dalam keluarga adalah
kepunyaan kedua orang tuanya, karena pergaulan dan kehidupan rumah tangga yang mereka
bina dan tegakkan. Secara hukum telah disahkan melalui ijab qobul yang disaksikan oleh
majlis perkawinan yang sengaja dilakukan, maka anak mereka adalah tanggung jawab
mereka. Orang luar secara hukum tidak dapat mencampuri masalah intern mereka terkecuali
dalam hal-hal tertentu misalnya adanya penganiayaan, melainkan tanggung jawab kepada
anak atau kejadian yang membahayakan jiwa si anak. Mengenai hal ini diatur tersendiri dalm
peraturan perundang-undangan negara.
Sebenarnya hakikat perkawinan ini dilihat dari segi kependidikan adalah kesadaran kedua
suami istri memikul rasa tanggung jawab bersama. Sebelum keduanya melakukan
pernikahan, tanggung jawab atas diri mereka berada pada kedua orang tua masing-masing.
Sebagai mana diketahui dalam hukum islam, bahwa tanggung jawab adalah sejak anak masih
dalam kandungan sampai mengawinkannya. Bila ia telah dikawinkan maka secara hukum
islam ia sudah dewasa dan semua tanggung jawab berubah kepundaknya. Begitulah rasa
tanggung jawab ini berlaku untuk semua suami istri setelah melakukan perkawinan.
Menurut Pasal UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974, dikatakan bahwa : perkawinan adalah
ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagi suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Anak yang lahir dari perkawinan ini adalah anak yang sah dan menjadi hak dan tanggung
jawab kedua orang tuanya memelihara dan mendidiknya dengan sebaik-baiknya. kewajiban
kedua orang tuanya mendidik anak ini terus berlanjut sampai ia dikawinkan atau dapat berdiri
sendiri. Bahkan menurut Pasal 45 Ayat 2 UU Perkawinan ini, kewajiban dan tanggung jawab
orang tua akan kembali apabila perkawinan antara keduanya putus karena suatu hal. Maka
anak ini kembali menjadi tanggung jawab orang tua.[2]
Kewajiban mendidik ini secara tegas dinyatakan Allah dalam surat At-tahrim ayat 6,
sebagai berikut yang artinya :
Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluaragamu dari api neraka.
(QS. At-tahrim : 6)[3]
Perkataan Quran di sini adalah kata kerja perintah atau fill amar yaitu suatu kewajiban
yang harus ditunaikan oleh kedua orang tua terhadap anaknya. Kedua orang tua adalah
pendidik yang pertama dan utama bagi anaknya. Karena sebelum orang lain mendidik anak
ini, kedua orang tuanyalah yang mendidik terlebih dahulu. Dan bila kita telah secara
mendalam memang benar apabila tanggung jawab pendidikan anak terletak di tangan kedua
orang tuanya dan tidak dapat dipikulkan kepada orang lain, kecuali apabila orang tua merasa
tidak mampu melakukan sendiri, maka bolehlah tanggung jawabnya diserahkan kepada orang
lain misalnya dangan cara disekolahkan.
Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap
anak antara lain sebagai berikut :
1. Memelihara dan membesarnya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk
dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum, dan perawatan agar ia dapat
hidup secara berkelanjutan.
2. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmani maupun rohani dari
berbagai gangguan penyakit atau bahkan bahaya lingkungan yang dapat
membahayakannya.
3. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi
hidupnya, sehingga apabila ia telah dewasa ia mampu berdiri sendiri dan membantu
orang lain serta melaksanakan kekhalifahannya.
4. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama
sesuai dengan ketentuan Allah sebagai tujuan akhir hidup muslim. Tanggung jawab
ini dikategorikan juga sebagai tanggung jawab kepada Allah.
Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus-menerus perlu
dikembangkan setiap orang tua, mereka juga perlu dibekali teori-teori pendidikan modern
sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan demikian tingkat dan kualitas materi
pendidikan yang diberikan dapat digunakan anak untuk menghadapi lingkungan yang selalu
berubah. Bila hal ini dapat dilakukan oleh setiap orang tua,maka generasi mendatang telah
mempunyai kekuatan mental menghadapi perubahan dalam masyarakat. Untuk dapat berbuat
demikian, tentu saja orang tua perlu meningkatkan ilmu dan keterampilannya sebagai
pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Upaya yang dapat ditempuh utuk
meningkatkan kualitas diri orang tua antara lain dengan cara belajar seumur hidup, sebagai
mana diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW Yaitu belajar seumur hidup dan menuntut ilmu
itu wajib bagi setiap muslim dan muslimat tanpa kecuali. Agama islam selalu meningkatkan
pemeluknya agar generasi berikutnya memiliki kualitas yang lebih baik dari generasi
sebelumnya. Konsep pendidikan ini tampaknya telah dianut oleh bangsa Indonesia sehinggan
dimasukkan kedalam GBHN.[4]
Kerja sama untuk mendidik anak antara suami dan istri sangat mutlak diperlukan. Bagi
suami mempunyai kelebihan ilmu dan keterampilan mendidik, harus mengajarkan kepada
istrinya dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikisn antara suami dan istri saling menutup
kelemahannya. Cara mendidik anak dengan menyerahkan sepenuhnya kepada istri rasanya
tidak tepat lagi, mengingat tugas dan tanggung jawab istri dalam kelurga sekarang tampaknya
semakin berat. Apalagi bagi keluarga yang kedua harus bekerja di luar rumah, sedang di
rumah tidak ada pembantu atau nenek atau kakeknya, sehingga jenis keluarga ini menjadi
keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. Keluarga inti atau keluarga batih
ini, di daerah perkotaan cenderung meningkat terutama di lingkungan pegawai negeri yang
mengotrak rumah atau tinggal di rumah susun.
Anak sebagai manusia kecil yang sedang menuju ke arah perkembangan yang sempurna,
tidak luput dari beberapa tingkah laku dan sikapnya yang dapat mengganggu keharmonisan
rumah tangga. Gangguan akibat pertumbuhan dan perkembangan ini adalah wajar, namun
perlu diwaspadai dan diketahui agar tidak merugikan perkembangan atau hubungann
kekeluargaan. Beberapa sifat dan sikap yang mungkin muncul itu antara lain dikemukakan
oleh Dr. Sis Heyster dalam bukunya Ilmu Jiwa Anak dan Masa Muda dan juga oleh Crijn dan
Reksosiswojo dalam pengantar praktek pengajaran dan pendidikan sebagai berikut : keras
hati, keras kepala, manja, perasaan takut, dusta , agresif (menyerang anak lain), cepat
merajuk, berkata gagap, ingin menang sendiri, menyembunyikan milik teman sendiri dan
diakui kepunyaannya, fantasi dan gangguan anak yang disebut infant terrible. Di bawah ini di
bicarakan beberapa buah saja, yaitu dusta, gagap, dan infant terrible.
Dusta
Dusta atau bohong , hampir ditampilkan oleh semua anak dalam masa
perkembangannya.Dusta ini ada yang disebut dusta sebenarnya dan ada pula dusta semu.
Dusta sebenarnya adalah perkataan bohong yang sengaja dilakukan untuk sesuatu
keuntungan tertetu dengan sengaja merugikan orang lain.
Dusta semu atau dusta tidak sebenarnya adalah dusta karena tidak mampu membela diri atau
menyatakan dengan sebenarnya rasa ketakutannya.
Gagap
Gagap adalah ucapan yang dikeluarkan tidak lancar dan cenderung diulang-ulang
dalam cara tertentu .
c. Infant terrible
Infant terrible adalah gangguan anak-anak untuk memahami kasus-kasus yang dapat
mempengaruhi pemikiran buruk dari perkataan orang tua yang tanpa disadari orang tua
perilakunya menjadikan anak menjadi punya pemikiran buruk.[5]
Pembinaan pendidikan yang dilakukan kepada anak dalam lingkungan keluaraga akan
membentuk sikap, tingkah laku, cara merasa, dan mereaksi anak terhadap lingkungannya .
Untuk dapat memahami usaha pembinaan dan rasa tanggung jawab pendidikan yang
dilakukan oleh sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, ada baiknya dikemukakan
pengertian yang berkaitan dengan pendidikan informal, formal, dan nonformal.
Dalam buku Administrasi Pendidikan karangan Dr. Hadari Nawawi dikatakan sebagai
berikut :
Pendidikan formal adalah usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja,
berencana, terarah, dan sistematis melalui suatu lembaga pendidikan yang disebut sekolah .
Pendidikan informal adalah usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, tetapi
tidak berencana, dan tidak sistematis di luar lingkungan keluarga.
Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja dan
berencana tetapi tidak sistematis di luar lingkungan keluarga dan sekolah.
Semua usaha yang diselenggarakan oleh ketiga lembaga pendidikan di atas, tertuju
kepada suatu tujuan umum, yaitu untuk membentuk peserta didik mencapai kedewasaannya,
sehingga ia mampu berdiri sendiri di dalam masyarakat sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku di lingkungan masyarakat. Dengan demikian semua usaha pendidikan membantu
perkembangan dirinya.
Menurut Pasal 9 Ayat 2 UU Sistem Pendidikan Nasional yang diundangkan pada tanggal
27 Maret No 2 Tahun 1989 dinyatakan, bahwa satuan pendidikan yang disebut sekolah
merupakan bagian dari pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan. Tanggung jawab
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal didasarkan atas tiga faktor :
Masyarakat dari segi sosiologi adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam
suatu kawasan dan saling berinteraksi sesamanya untuk mencapai tujuan. Secara kualitatif
dan kuantitatif anggota masyarakat terdiri dari berbagai ragam pendidikan, profesi, keahlian,
bangsa, suku, kebudayaan, agama, lapisan sosial sehigga menjadi masyarakat yang plural.
Secara makro memang demikianlah kenyataan masyaraakt karena terdiri dari berbagai
keluarga yanga yang heterogen. Setiap anggota masyarakat secara tidak langsung telah
mengadakan kerja sama dan saling mempengaruhi untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
tujuannya. Demikianlah dinamiaka berjalan sejak dahulu sampai sekarang dan seterusnya.
Mereka secara fungsional dan struktural di lingkungan masing-masing bertanggung jawab
terhadap perilaku dan tingkah laku warganya secara konsepsional pendidikan oleh kedua
jenis pemimpim masyarakat ini antara lain adalah mengawasi, menyalurkan, membina, dan
meningkatkan kualitas anggotanya. Dengan demikian aktivitas masing-masing anggota
masyarakat berjalan menurut fungsinya dalam mewujudkan masyarakat yang damai.
Setelah kita melihat ketiga macam tanggung jawab dan pembinaan pendidikan yang
dilakukan oleh orang tua, sekolah, dan masyarakat, tampaknya ada kesaaman rasa tanggung
jawab yang dipikul oleh ketiga macam lingkungan pendidikan ini. Mereka secara tidak
langsung telah mengadakan kerja sama yang erat di dalam praktek pendidikan. Kerja sama
yang erat itu tampak dari hal-hal berikut. Orang tua anak meletakkan dasar-dasar pendidikan
di rumah tangga, terutama dalam segi pembentukan kepribadian, nilai-nilai luhur moral dan
agama sejak kelahirannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Anak merupakan kader generasi bangsa masa depan. Anak harus dibekali ilmu
pengetahuan, keterampilan, cakrawala yang komprehensif. Diharapkan anak ketika dewasa
dia dapat menjadi orang yang berguna dan diterima di dalam masyarakat, oleh karena itu
diharapkan juga pada era modern ini ada pengaruh timbal balik antara keluarga, sekolah, dan
masyarakat sehinggatercipta anak yang baik dan benar dalam masalah bidang apapun.
DAFTAR PUSTAKA
VII. Kesimpulan
Dalam melaksanakan tugasnya sekolah tergolong pada lembaga pendidikan formal
merupakan tempat berlangsungnya proses belajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sisem pendidikan nasional pembelajaran disekolah
hendaknya memiliki fungsi dan tujuan yang mengacu pada pendidikan nasional. Dalam
kaitan ini sekolah hendaknya berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, lingkungan keluarga merupakan lembaga
pendidikan yang pertana dan utama, berlangsung secara wajar dan informal, serta lebih
dominan melalui media permainan. Keluarga merupakan dunia anak yang pertama yang
memberikan sumbangan mental dan fisik terhadapnya. Dalam keluarga anak lambat laun
membentuk konsepsi tentang pribadinya baik tepat maupun kurang tepat. Melalui interaksi
dalam keluarga, anak tidak hanya mengidentifikasi dirinya denga kehidupan masyarakat dan
alam sekitarnya. Fungsi sosialisasi menunjukkan peran keluarga dalm membentuk
kepribadian anak Pola asuh yang dilaksanakan dalam keluarga sangat berperan dalam
pembentukan pribadi anak. Dalam menentukan pola asuh, harus dilandasi oleh kasi sayang
yang merupakan alat pendidkan, sehimgga potensi anak dapat berkembang sewajarnya. Pola
asuh yang digunakan dalam keluarga juga harus memperhatikan perkembangan anak itu
sendiri.
VIII. Saran
Kita sebagai calon guru maupun orang tua harus mengetahui betapa pentingnya pendidikan,
baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Pendidikan yang seyogyiannya
untuk kepentingan kita dan juga harus bisa dirasakan oleh semuannya manusia agar dapat
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak kita dan untuk mengembangkan potensi
kita agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab, sehimgga dapat bersaing dengan manusia lainnya.
Sumber : http://krizi.wordpress.com/2011/09/12/makalah-sosial-budaya-pendidikan-
keluarga-dan-sekolah/
Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena
hubungan searah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti ( ayah, ibu, dan anak ). Menurut
Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya
untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama
dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung
jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh adn berkembang
dengan baik.
Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus-menerus perlu
dikembangkan setiap orang tua, mereka juga perlu dibekali teori-teori pendidikan modern
sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan demikian tingkat dan kualitas materi
pendidikan yang diberikan dapat digunakan anak untuk menghadapi lingkungan yang selalu
berubah. Bila hal ini dapat dilakukan oleh setiap orang tua,maka generasi mendatang telah
mempunyai kekuatan mental menghadapi perubahan dalam masyarakat. Untuk dapat berbuat
demikian, tentu saja orang tua perlu meningkatkan ilmu dan keterampilannya sebagai
pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Upaya yang dapat ditempuh utuk
meningkatkan kualitas diri orang tua antara lain dengan cara belajar seumur hidup, sebagai
mana diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW Yaitu belajar seumur hidup dan menuntut ilmu
itu wajib bagi setiap muslim dan muslimat tanpa kecuali. Agama islam selalu meningkatkan
pemeluknya agar generasi berikutnya memiliki kualitas yang lebih baik dari generasi
sebelumnya. Konsep pendidikan ini tampaknya telah dianut oleh bangsa Indonesia sehinggan
dimasukkan kedalam GBHN.
Kerja sama untuk mendidik anak antara suami dan istri sangat mutlak diperlukan. Bagi
suami mempunyai kelebihan ilmu dan keterampilan mendidik, harus mengajarkan kepada
istrinya dan begitu pula sebaliknya.Dengan demikisn antara suami dan istri saling menutup
kelemahannya.Cara mendidik anak dengan menyerahkan sepenuhnya kepada istri rasanya
tidak tepat lagi, mengingat tugas dan tanggung jawab istri dalam kelurga sekarang tampaknya
semakin berat.Apalagi bagi keluarga yang kedua harus bekerja di luar rumah, sedang di
rumah tidak ada pembantu atau nenek atau kakeknya, sehingga jenis keluarga ini menjadi
keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya.Keluarga inti atau keluarga batih
ini, di daerah perkotaan cenderung meningkat terutama di lingkungan pegawai negeri yang
mengotrak rumah atau tinggal di rumah susun.
Anak sebagai manusia kecil yang sedang menuju ke arah perkembangan yang sempurna,
tidak luput dari beberapa tingkah laku dan sikapnya yang dapat mengganggu keharmonisan
rumah tangga.Gangguan akibat pertumbuhan dan perkembangan ini adalah wajar, namun
perlu diwaspadai dan diketahui agar tidak merugikan perkembangan atau hubungann
kekeluargaan. Beberapa sifat dan sikap yang mungkin muncul itu antara lain dikemukakan
oleh Dr. Sis Heyster dalam bukunya Ilmu Jiwa Anak dan Masa Muda dan juga oleh Crijn dan
Reksosiswojo dalam pengantar praktek pengajaran dan pendidikan sebagai berikut : keras
hati, keras kepala, manja, perasaan takut, dusta , agresif (menyerang anak lain), cepat
merajuk, berkata gagap, ingin menang sendiri, menyembunyikan milik teman sendiri dan
diakui kepunyaannya, fantasi dan gangguan anak yang disebut infant terrible.
2.Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama
dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu anak
dikirimkan ke sekolah-sekolah formal.
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan.
Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peran sekolah dalam mempersiapkan
generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat.
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya.
Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya
sebagai berikut :
2) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau
tidak dapat diberikan di rumah.
4) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah,
dan sebagainya.
Suatu alternatif yang mungkin dilakukan sesuai situasi dan kondisi sekolah antara lain :
3.Masyarakat
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini
meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-
pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga sisi, yaitu :
3) Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang dirancang (by design),
Paling sedikit dapat dibedakan menjadi enam tipe sosial-budaya sebagai berikut :
2) Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau sawah dengan
3) Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di ladang atau sawah.
4) Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di sawah dengan tanaman
pokok padi.
Selain tipe masyarakat di atas yang dapat mempengaruhi karakteristik seseorang, terdapat
juga lembaga kemasyarakatan kelompok sebaya dan kelompok sosial seperti remaja masjid,
pramuka, dsb. Kelompok teman sebaya mempunyai fungsi terhadap anggotanya antara lain :
3) Menguatkan sebagian dari nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat orang
dewasa.
kekuatan otoritas.
persamaan hak.
6) Memberikan pengetahuan yang tidak bisa dibrikan oleh keluarga secara memuaskan
(pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian, musik, jenis tingkah laku tertentu, dan lain-
lain).
keyakinan-keyakinan agamanya