Anda di halaman 1dari 71

Makalah ilmu pendidikan tentang hubungan timbal-balik

antara keluarga, sekolah, dan masyarakat

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan pada lingkungan keluarga

Ditinjau dari segi hukum perkawinan, bahwa anak yang dilahirkan dalam keluarga adalah
kepunyaan kedua orang tuanya, karena pergaulan dan kehidupan rumah tangga yang mereka bina
dan tegakkan. Secara hukum telah disahkan melalui ijab qobul yang disaksikan oleh majlis
perkawinan yang sengaja dilakukan, maka anak mereka adalah tanggung jawab mereka. Orang luar
secara hukum tidak dapat mencampuri masalah intern mereka terkecuali dalam hal-hal tertentu
misalnya adanya penganiayaan, melainkan tanggung jawab kepada anak atau kejadian yang
membahayakan jiwa si anak. Mengenai hal ini diatur tersendiri dalm peraturan perundang-undangan
negara.
Sebenarnya hakikat perkawinan ini dilihat dari segi kependidikan adalah kesadaran kedua suami
istri memikul rasa tanggung jawab bersama. Sebelum keduanya melakukan pernikahan, tanggung
jawab atas diri mereka berada pada kedua orang tua masing-masing. Sebagai mana diketahui dalam
hukum islam, bahwa tanggung jawab adalah sejak anak masih dalam kandungan sampai
mengawinkannya. Bila ia telah dikawinkan maka secara hukum islam ia sudah dewasa dan semua
tanggung jawab berubah kepundaknya. Begitulah rasa tanggung jawab ini berlaku untuk semua
suami istri setelah melakukan perkawinan.
Menurut Pasal UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974, dikatakan bahwa : perkawinan adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagi suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga yang bahagia dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Anak yang lahir dari
perkawinan ini adalah anak yang sah dan menjadi hak dan tanggung jawab kedua orang tuanya
memelihara dan mendidiknya dengan sebaik-baiknya. kewajiban kedua orang tuanya mendidik anak
ini terus berlanjut sampai ia dikawinkan atau dapat berdiri sendiri. Bahkan menurut Pasal 45 Ayat 2
UU Perkawinan ini, kewajiban dan tanggung jawab orang tua akan kembali apabila perkawinan
antara keduanya putus karena suatu hal. Maka anak ini kembali menjadi tanggung jawab orang
tua.[2]
Kewajiban mendidik ini secara tegas dinyatakan Allah dalam surat At-tahrim ayat 6, sebagai
berikut yang artinya :

Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluaragamu dari api neraka. (QS. At-
tahrim : 6)[3]
Perkataan Quran di sini adalah kata kerja perintah atau fill amar yaitu suatu kewajiban yang harus
ditunaikan oleh kedua orang tua terhadap anaknya. Kedua orang tua adalah pendidik yang pertama
dan utama bagi anaknya. Karena sebelum orang lain mendidik anak ini, kedua orang tuanyalah yang
mendidik terlebih dahulu. Dan bila kita telah secara mendalam memang benar apabila tanggung
jawab pendidikan anak terletak di tangan kedua orang tuanya dan tidak dapat dipikulkan kepada
orang lain, kecuali apabila orang tua merasa tidak mampu melakukan sendiri, maka bolehlah
tanggung jawabnya diserahkan kepada orang lain misalnya dangan cara disekolahkan.
Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak
antara lain sebagai berikut :

1. Memelihara dan membesarnya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk
dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum, dan perawatan agar ia dapat hidup
secara berkelanjutan.
2. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmani maupun rohani dari berbagai
gangguan penyakit atau bahkan bahaya lingkungan yang dapat membahayakannya.
3. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi
hidupnya, sehingga apabila ia telah dewasa ia mampu berdiri sendiri dan membantu orang
lain serta melaksanakan kekhalifahannya.
4. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama
sesuai dengan ketentuan Allah sebagai tujuan akhir hidup muslim. Tanggung jawab ini
dikategorikan juga sebagai tanggung jawab kepada Allah.

Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus-menerus perlu
dikembangkan setiap orang tua, mereka juga perlu dibekali teori-teori pendidikan modern sesuai
dengan perkembangan zaman. Dengan demikian tingkat dan kualitas materi pendidikan yang
diberikan dapat digunakan anak untuk menghadapi lingkungan yang selalu berubah. Bila hal ini
dapat dilakukan oleh setiap orang tua,maka generasi mendatang telah mempunyai kekuatan mental
menghadapi perubahan dalam masyarakat. Untuk dapat berbuat demikian, tentu saja orang tua
perlu meningkatkan ilmu dan keterampilannya sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-
anaknya. Upaya yang dapat ditempuh utuk meningkatkan kualitas diri orang tua antara lain dengan
cara belajar seumur hidup, sebagai mana diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW Yaitu belajar seumur
hidup dan menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimat tanpa kecuali. Agama islam
selalu meningkatkan pemeluknya agar generasi berikutnya memiliki kualitas yang lebih baik dari
generasi sebelumnya. Konsep pendidikan ini tampaknya telah dianut oleh bangsa Indonesia
sehinggan dimasukkan kedalam GBHN.[4]
Kerja sama untuk mendidik anak antara suami dan istri sangat mutlak diperlukan. Bagi suami
mempunyai kelebihan ilmu dan keterampilan mendidik, harus mengajarkan kepada istrinya dan
begitu pula sebaliknya. Dengan demikisn antara suami dan istri saling menutup kelemahannya. Cara
mendidik anak dengan menyerahkan sepenuhnya kepada istri rasanya tidak tepat lagi, mengingat
tugas dan tanggung jawab istri dalam kelurga sekarang tampaknya semakin berat. Apalagi bagi
keluarga yang kedua harus bekerja di luar rumah, sedang di rumah tidak ada pembantu atau nenek
atau kakeknya, sehingga jenis keluarga ini menjadi keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-
anaknya. Keluarga inti atau keluarga batih ini, di daerah perkotaan cenderung meningkat terutama
di lingkungan pegawai negeri yang mengotrak rumah atau tinggal di rumah
susun.

Anak sebagai manusia kecil yang sedang menuju ke arah perkembangan yang sempurna, tidak
luput dari beberapa tingkah laku dan sikapnya yang dapat mengganggu keharmonisan rumah
tangga. Gangguan akibat pertumbuhan dan perkembangan ini adalah wajar, namun perlu
diwaspadai dan diketahui agar tidak merugikan perkembangan atau hubungann kekeluargaan.
Beberapa sifat dan sikap yang mungkin muncul itu antara lain dikemukakan oleh Dr. Sis Heyster
dalam bukunya Ilmu Jiwa Anak dan Masa Muda dan juga oleh Crijn dan Reksosiswojo dalam
pengantar praktek pengajaran dan pendidikan sebagai berikut : keras hati, keras kepala, manja,
perasaan takut, dusta , agresif (menyerang anak lain), cepat merajuk, berkata gagap, ingin menang
sendiri, menyembunyikan milik teman sendiri dan diakui kepunyaannya, fantasi dan gangguan anak
yang disebut infant terrible. Di bawah ini di bicarakan beberapa buah saja, yaitu dusta, gagap, dan
infant terrible.

Dusta

Dusta atau bohong , hampir ditampilkan oleh semua anak dalam masa perkembangannya.Dusta ini
ada yang disebut dusta sebenarnya dan ada pula dusta semu.
Dusta sebenarnya adalah perkataan bohong yang sengaja dilakukan untuk sesuatu keuntungan
tertetu dengan sengaja merugikan orang lain.

Dusta semu atau dusta tidak sebenarnya adalah dusta karena tidak mampu membela diri atau
menyatakan dengan sebenarnya rasa ketakutannya.

Gagap
Gagap adalah ucapan yang dikeluarkan tidak lancar dan cenderung diulang-ulang dalam cara
tertentu .
c. Infant terrible

Infant terrible adalah gangguan anak-anak untuk memahami kasus-kasus yang dapat
mempengaruhi pemikiran buruk dari perkataan orang tua yang tanpa disadari orang tua perilakunya
menjadikan anak menjadi punya pemikiran buruk.[5]

B. Pembinaan dan Tanggung Jawab Pendidikan Sekolah

Pembinaan pendidikan yang dilakukan kepada anak dalam lingkungan keluaraga akan membentuk
sikap, tingkah laku, cara merasa, dan mereaksi anak terhadap lingkungannya .
Untuk dapat memahami usaha pembinaan dan rasa tanggung jawab pendidikan yang dilakukan
oleh sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, ada baiknya dikemukakan pengertian yang
berkaitan dengan pendidikan informal, formal, dan nonformal.
Dalam buku Administrasi Pendidikan karangan Dr. Hadari Nawawi dikatakan sebagai berikut :
Pendidikan formal adalah usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, berencana,
terarah, dan sistematis melalui suatu lembaga pendidikan yang disebut sekolah .
Pendidikan informal adalah usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, tetapi tidak
berencana, dan tidak sistematis di luar lingkungan keluarga.
Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja dan berencana
tetapi tidak sistematis di luar lingkungan keluarga dan sekolah.
Semua usaha yang diselenggarakan oleh ketiga lembaga pendidikan di atas, tertuju kepada suatu
tujuan umum, yaitu untuk membentuk peserta didik mencapai kedewasaannya, sehingga ia mampu
berdiri sendiri di dalam masyarakat sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungan
masyarakat. Dengan demikian semua usaha pendidikan membantu perkembangan dirinya.
Menurut Pasal 9 Ayat 2 UU Sistem Pendidikan Nasional yang diundangkan pada tanggal 27
Maret No 2 Tahun 1989 dinyatakan, bahwa satuan pendidikan yang disebut sekolah merupakan
bagian dari pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan. Tanggung jawab sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal didasarkan atas tiga faktor :

1. Tanggung jawab formal


Kelembagaan pendidikan sesuai dengan fungsi, tegasnya dan mencapai tujuan pendidikan
menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2. Tanggung jawab keilmuan
Berdasarkan bentuk,isi, tujuan dan tingkat pendidikan yang dipercaya kepadanya oleh
masyarakat sebagaimana tertuang dalam Pasal 13, 15, dan 16 Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional.

3. Tanggung jawab fungsional


Tanggung jawab yang diterima sebagai pengelola fungsional dalam melaksanakan pendidikan
oleh para pendidik yang diserahi kepercayaan dan tanggung jawab melaksanakan berdasarkan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai limpahan wewenang dan kepercayaan serta
tanggung jawab yang diberikan orang tua kepada peserta didik. Pelaksanaan tugas tanggung jawab
yang dilakukan oleh para pendidik profesional ini didasarkan atas program yang telah terstruktur.[6]

C. Pembinaan dan Tanggung Jawab oleh Masyarakat

Masyarakat dari segi sosiologi adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu
kawasan dan saling berinteraksi sesamanya untuk mencapai tujuan. Secara kualitatif dan kuantitatif
anggota masyarakat terdiri dari berbagai ragam pendidikan, profesi, keahlian, bangsa, suku,
kebudayaan, agama, lapisan sosial sehigga menjadi masyarakat yang plural. Secara makro memang
demikianlah kenyataan masyaraakt karena terdiri dari berbagai keluarga yanga yang heterogen.
Setiap anggota masyarakat secara tidak langsung telah mengadakan kerja sama dan saling
mempengaruhi untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuannya. Demikianlah dinamiaka
berjalan sejak dahulu sampai sekarang dan seterusnya.
Mereka secara fungsional dan struktural di lingkungan masing-masing bertanggung jawab
terhadap perilaku dan tingkah laku warganya secara konsepsional pendidikan oleh kedua jenis
pemimpim masyarakat ini antara lain adalah mengawasi, menyalurkan, membina, dan meningkatkan
kualitas anggotanya. Dengan demikian aktivitas masing-masing anggota masyarakat berjalan
menurut fungsinya dalam mewujudkan masyarakat yang damai.

D. Pembinaan Kerja Sama antara Orang Tua , Sekolah, dan Masyarakat

Setelah kita melihat ketiga macam tanggung jawab dan pembinaan pendidikan yang dilakukan
oleh orang tua, sekolah, dan masyarakat, tampaknya ada kesaaman rasa tanggung jawab yang
dipikul oleh ketiga macam lingkungan pendidikan ini. Mereka secara tidak langsung telah
mengadakan kerja sama yang erat di dalam praktek pendidikan. Kerja sama yang erat itu tampak
dari hal-hal berikut. Orang tua anak meletakkan dasar-dasar pendidikan di rumah tangga, terutama
dalam segi pembentukan kepribadian, nilai-nilai luhur moral dan agama sejak kelahirannya.

E. Pengaruh Timbal Balik Antara Sekolah dan Msyarakat


1. Pengaruh Sekolah terhadap Masyarakat

Sekolah merupakan salah satu lembaga masyarakat. Di dalamnya terdapat reaksi dan interaksi
antar warganya. Warga sekolah tersebut adalah guru, murid, tenaga administrasi sekolah serta
petugas sekolah lainnya. Sebagai salah satu lembaga masyarakat maka untuk dapat menjalankan
tugasnya sekolah perlu memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Menyesuaikan kurikulum sekolah dengan kebutuhan masyarakat.

b. Metode yang digunakan harus mampu merangsang murid untuk lebih mengenal kehidupan riil
dalam masyarakat.

c. Menumbuhkan sikap pada murid untuk belajar dan bekerja dari kehidupan sekitarnya.

d. Sekolah harus selalu berintegrasi dengan kehidupan masyarakat, sehingga kebutuhan kedua belah
pihak akan terpenuhi.

e. Sekolah seharusnya dapat mengembangkan masyarakat dengan cara mengadakan pembaharuan


tata kehidupan.

Dalam mengemban fungsi sekolah sebagai lembaga pengembangan masyarakat, guru


mempunyai peranan yang cukup penting selain sebagai pengajar di sekolahan ia juga sebagai
pemimpin masyarakat baik masyarakat luar sekolah maupun masyarakat dalam sekolah.

Pengaruh sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya tergantung kepada luas-tidaknya


produk serta kualitas dari produk sekolah itu sendiri. Semakin luas sebaran produk sekolah ditengah-
tengah masyarakat; lebih-lebih bila diikuti dengan tingkatan kualitas yang memadai, tentu produk
persekolahan tersebut membawa pengaruh positif dan berarti bagi perkembangan masyarakat
bersangkutan. Setidak-tidaknya ada empat yang bisa diperankan oleh sekolah terhadap
perkembangan masyarakat.

Keempat pengaruh tersebut adalah :


1) Mencerdaskan kehidupan masyarakat.

Kecerdasan masyarakat dapat dikembangkan melalui pendidikan baik pendidikan formal maupun
non formal bahkan informal. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan dalam hal ini memegang peran
penting karena programnya lebih mantap dan baku dibanding lembaga pendidikan lainnya. Tingkat
kecerdasan masyarakat dan peradapan ekonomi sosial sangat membantu sekolah dalam
mewujudkan masyarakat yang lebih cerdas. Tingkat kecerdasan masyarakat akan sangat
menentukan dalam menghadapi tantangan.

2) Membawa virus pembaruan bagi perkembangan masyarakat.

Program pendidikan di sekolahan juga mengupayakan terjadinya transformasi pengetahuan,


pemikiran dan adanya inovasi bagi perkembangan masyarakat luas. Kualitas hidup masyarakat
meningakat bila mereka tidak statis melainkan dinamis bermunculan adanya pembaharuan dan
penemuan-penemuan yang dapat terjadi di masyarakat maupun sekolah. Namun sudah menjadi
tugas dan kewajiban sekolah untuk menyebarluaskan hasil penemuan dan pembaharuan tersebut.

3) Melahirkan warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan ma-
syarakat.

Untuk terjun ke lapangan pekerjaan diperlukan bekal matang, pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Sekolah tidak dapat terlepas dari tugas pembekalan hal tersebut. Hal ini tercermin
dalam isi kurikulum pada masing-masing lebaga pendidikan (sekolah). Sekolah kejuruan lebih tegas
batas spesialisasinya dalam membekali para muridnya dan lebih menekankan pada skill tertentu
misalnya STM pada keterampilan tehnik, SMEA Pada keterampilan di bidang ekonomi administrasi,
SMKK pada kerumahtanggaan.

4) Melahirkan sikap-sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta integrasi
sosial yang harmonis ditengah-tengah masyarakat.

Sikap positif dan konstruktif sungguh sangat didambakan oleh masyarakat, dan sekolah telah
membekali murid-muridnya sejak pendidikan dasar sampai perguruan tinggi lawat pendidikan
agama, pendidikan moral pancasila, maupun dalam bidang studi lain. Kesadaran hidup bernegara,
persatuan dan kesatuan, serta loyalitas warga negara terhadap nusa dan bangsanya secara bertahap
ditanamkan pada hati sanubari murid-muridnya sehingga sikap positif dan konstuktif bagi
masyarakat dapat terwujud.

Di dalam Tap MPR No. IV/MPR/1978 ditegaskan bahwa pendidikan berdasar atas pancasila dan
bertujuan :
a) Meningkatan:

o Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

o Kecerdasan

o Keterampilan

b) Mempertinggi budi pekerti

c) Memperkuat kepribadian

d) Mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan


yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa.

2. Pengaruh Masyarakat terhadap Sekolah

Selain masyarakat selalu tumbuh dan berkembang, ia memiliki identitas atau karakter tersendiri
sesuai dengan sosial budaya dan latar belakang sosial ekonominya. Identitas dan perkembangan
masyarakat tersebut sedikit banyak akan terpengaruh terhadap sekolah. Pengaruh tersebut baik
dalam orientasi dan tujuan pendidikan maupun proses pendidikan itu
sendiri.

Dengan demikian dapat disimpulkan pengaruh peranan masyarakat terhadap sekolah :

a) Sebagai arah dalam menentukan tujuan

b) Sebagai masukan dalam menentukan proses belajar mengajar

c) Sebagai sumber belajar

d) Sebagai pemberi dana dan fasilitasi lainnya

e) Sebagai labolatorium guna pengembangan dan penelitian sekolah.

Ada yang mengatakan bahwa sekolah merupakan lembaga investasi manusia/ tenaga yang
sangat penting untuk kebutuhan dan kemajuan masyarakat. Investasi tenaga ini diharapkan
mutunya baik dan jumlahnya mencukupi. Tersebarnya lulusan sekolah yang berkualitas dan
jumlahnya memadai akan membawa pengaruh positif bagi perkembangan masyarakat yang
bersangkuatan.
Peranan masyarakat terhadap sekolah antara lain terutama dalam :

1) Pengawasan; Masyarakat terlibat juga dalam pengawasan terhadap sekolah (social control).
Pengawasan ini terhadap segala gerak-gerik sekolah selaku lembaga pendidikan. Pengawasan dapat
secara langsung atau lewat Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) atau lewat media
massa; demikian juga masukan hasil pengawasan.

2) Bantuan-bantuan yang berupa pembiayaan sekolah (gedung, sarana, dan prasarana) lewat BP3 atau
secara langsung perorangan/ kelompok.

3) Penyediaan tempat untuk mendirikan sekolah atau lapangan sekolah dan lain-lain yang diperlukan
sekoah.

4) Penyediaan narasumber (resorce person).

5) Masyarakat sebagai laboratorium atau sumber belajar yang sangat membantu proses belajar
mengajar.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anak sebagai makhluk sosial dilahirkan dalam ketidak berdayaan. Lingkungan keluarga yang
memotori oleh ayah dan ibu adalah dua orang pertama dan utama, maka peran keduanya sangat
dominan dalam diri anak dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan yang mewarnai kehidupan
seseorang sepanjang hayatnya.

Mengingat berbagai keterbatasan kedua orang tua maka tanggung jawab pendidikan
sebagian dipercayakan kepada sekolah. Sekolah sebagai lembaga formal (resmi). Menerima
limpahan tanggung jawab ini secara sadar dan menunaikannya secara sengaja, berencana, dan
sistematis.

Kewibawaan pendidikan diperlukan oleh sekolah, agar peserta didik mematuhi dan melaksanakan
beberapa peraturan yang ada. Maka untuk menegakkan kewibawaan pendididkan diperlukan kerja
sama terpadu dari keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Masyarakat sebagai lingkungan pendidikan ketiga berperan mengawasi, mengarahakan dan


memantapkan pendidikan yang telah diterimanya dari orang tua dan sekolah. Dalam masyarakatlah
ia akan menemukan kedewasaannya yang sebenarnya melalui pengalaman ilmu, berketerampilan
dan pengalaman yang beraneka ragam.

Mengingat pentingnya hubungan timbal balik antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Maka
penting untuk direalisasikan dengan berbagai bentuk dan cara pelaksanaannya guna mencerdaskan
anak bangsa.

B. Saran

Anak merupakan kader generasi bangsa masa depan. Anak harus dibekali ilmu pengetahuan,
keterampilan, cakrawala yang komprehensif. Diharapkan anak ketika dewasa dia dapat menjadi
orang yang berguna dan diterima di dalam masyarakat, oleh karena itu diharapkan juga pada era
modern ini ada pengaruh timbal balik antara keluarga, sekolah, dan masyarakat sehinggatercipta
anak yang baik dan benar dalam masalah bidang apapun.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Prof.H.M,M.Ed. dan Rasyad, Aminuddin, Dr.H. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta:


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 1998.

Departemen Agama. Al-Quan dan Terjemahannya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara


Penerjemahan Al-Quran. 1985.

Idris, Prof.H.MA. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Angkasa Raya.1987.

Ihsan,Drs.H.Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2008

Rosyi dan Moeslihatun. Dasar-Dasar Psikologi dalam Pendidikan. Surabaya: Bulan Bintang. 1981.

UU No. 2 Tahun 1985. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Kreasi Jaya. 1989.

UU No. 2 Tahun 1989. Sistem Pendidikan Nasional. Jakrta: Departemen Penerangan.1990.


[1] Prof.H.M.Arifin, M.Ed., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 1998), hlm.259-260.

[2] Ibid, hlm. 27

[3] Departemen Agama, Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara penerjemah Al-Quran, 1985) hlm. 951

[4] Prof. H. MA. Zahra Idris, Dasar-dasar Pendidikan 1,(Padang: Angkasa Raya, 1987), hlm.76

[5] Rosyi dan Moeslihatuen, Dasar-dasar Psikologi dalam Pendidikan, (Surabaya: Bulan Bintang,
1981), hlm. 178

[6] UU Nomor 2 Tahun 1989, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen Penerangan,1990),
hlm. 63

[7] Drs.H.Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan,cet.kelima (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 84-93

Peran Lembaga Keluarga, Sekolah dan Masyarakat (Tri Pusat Pendidikan)


dalam Meminimalisir Penyimpangan Sosial di Kalangan Peserta Didik

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tujuan

Di dalam UU Nomor 20 tahun 2003 secara jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu

Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu

manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab

dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Sesungguhnya faktor tujuan bagi pendidikan adalah:

a. Sebagai Arah Pendidikan, tujuan akan menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah

menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang kepada situasi berikutnya.

b. Tujuan sebagai titik akhir, suatu usaha pasti memiliki awal dan akhir. Mungkin saja ada usaha yang

terhenti karena sesuatu kegagalan mencapai tujuan, namun usaha itu belum bisa dikatakan berakhir.

Pada umumnya, suatu usaha dikatakan berakhir jika tujuan akhirnya telah tercapai.

c. Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain, apabila tujuan merupakan titik akhir dari usaha,

maka dasar ini merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut merupakan fundamen

yang menjadi alas permulaan setiap usaha.

d. Memberi nilai pada usaha yang dilakukan

Secara Universal Tujuan umum pendidikan adalah mewujudkan kedewasaan subyek (anak)

didik. Kedewasaan yang dicapai anak didik, adalah yang bersifat normatife, berupa kedewasaan

masing-masing. Untuk mencapai tujuan umum berupa kedewasaan seseorang diperlukan waktu

yang relatif lama. Selama waktu yang panjang itu, tujuan umum atau kedewasaan harus di wujudkan

secara bertahap dan karenanya harus dijabarkan secara jelas.

Dalam hal ini, apabila tujuannya telah tercapai, maka berakhir pula usaha tersebut. Usaha

yang terhenti sebelum tujuannya tercapai, sesungguhnya belum dapat disebut berakhir, tetapi

hanya mengalami kegagalan yang antara lain disebabkan oleh tidak jelasnya rumusan tujuan

pendidikan. Maka dari itu, penulis memiliki tujuan pendidikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejauhmana peran tri pusat pendidikan dalam meminimalisir sosial dikalangan

peserta didik?
2. Untuk mengetahui sejauhmana peran sosiologi pendidikan dalam meminimalisir sosial dikalangan

peserta didik?

B. Manfaat

Dalam menyusun makalah ini, penulis sangat mengharapkan dalam penyusunan makalah ini

bermanfaat bagi penulis dan semua civitas masyarakat yang pro aktif dalam meningkatkan

pendidikan dalam meminimalisir penyimpangan sosial di kalangan peserta didik.

C. Peran Tri Pusat Pendidikan dalam Meminimalisir Penyimpangan Sosial di Kalangan Peserta
Didik.

Istilah Tri Pusat Pendidikan adalah istilah yang digunakan oleh tokoh pendidikan Indonesia,

yaitu Ki Hajar Dewantara yang menggambarkan lembaga atau lingkungan pendidikan yang ada

disekitar manusia yang mempengaruhi perilaku peserta didik. Dalam kegiatan 4 ini berisikan tiga

pokok bahasan, yaitu (A) Pendidikan keluarga, (B) Pendidikan dalam sekolah, (C) Pendidikan di dalam

masyarakat. Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa dapat 1. Menjelaskan pentingnya

pendidikan keluarga sebagai peletak dasar pendidikan anak, 2. Menjelaskan pentingnya pendidikan

di sekolah sebagai pendamping dalam keluarga, 3. Menjelaskan pentingnya pendidikan masyarakat

sebagai pelengkap pendidikan anak dalam keluarga dan sekolah.

Pendidikan dapat digolongkan dalam berbagai jenis. Penggolongan itu tergantung kepada dari

mana kita melihatnya. Dilihat dari tempat berlangsungnya pendidikan, maka Ki Hajar Dewantara,

membedakan menjadi tiga dengan sebutan Tri Pusat Pendidikan (Ahmadi ,1991) yaitu: Pendidikan

dalam keluarga (pendidikan informal), pendidikan dalam sekolah (pendidikan formal), dan

pendidikan di dalam masyarakat (pendidikan non formal). Sedangkan dilihat dari cara

berlangsungnya pendidikan dibedakan menjadi pendidikan fungsional dan pendidikan intensional.

Pendidikan fungsional adalah pendidikan yang berlangsung secara naluriah, tanpa rencana dan
tujuan tetapi berlangsung begitu saja. Sedangkan pendidikan intensional adalah lawan dari

pendidikan fungsional. Bila dilihat dari aspek pribadi yang disentuh, maka terdapat jenis pendidikan

Orkes (Olah Raga Kesehatan), Pendidkan Sosial, Pendidikan Bahasa, Pendidikan Kesenian, Pendidikan

Moral, Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Pendidikan Seks dan sebagainya.

Sedangkan kalau dilihat dari jenis dan jenjang, maka Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa satuan pendidikan adalah kelompok

layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal

pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang

ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan

kemampuan yang dikembangkan, sedangkan jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan

pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur

pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga. Pendidikan anak usia dini adalah suatu

upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih

lanjut. Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan

pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi,

dan media lain. Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan

kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan

dari, oleh, dan untuk masyarakat.


Dalam hal ini, untuk lebih terperinci yang berkaitan dengan peran tri pusat pendidikan dalam

meminimalisir sosial dikalangan peserta didik.

1. Peran keluarga

Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama

dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab

memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik.

Pendidikan keluarga berfungsi:

a. Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak

b. Menjamin kehidupan emosional anak

c. Menanamkan dasar pendidikan moral

d. Memberikan dasar pendidikan sosial.

e. Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.

2. Peran Sekolah

Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam

hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke

sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bersifat pendidikan formal.

Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya.

Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya sebagai

berikut;

a. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan
budi pekerti yang baik.

b. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat

diberikan di rumah.

c. Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung,

menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan, pengetahuan dan wawasan

yang bersifat universal baik yang ilmiah maupun tekhnolgi.

d. Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah, dan

sebagainya.

3. Peran Masyarakat

Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan lingkungan keluarga dan sekolah.

Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu

setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian,

berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.

Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini

meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian

(pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.

D. Pengaruh Timbal Balik antara Tri Pusat Pendidikan dalam Meminimalisir Penyimpangan
Sosial di Kalangan Peserta Didik.

Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga

kegiatan pendidikan, yakni:


1. Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya

2. Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan

3. Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan

E. Peran Sosiologi Pendidikan dalam Meminimalisir Peyimpangan Sosisal di Kalangan Peserta Didik

Secara harfiah atau etimologi (definisi nominal), Sosiologi berasal dari bahasa Latin:

Socius = teman, kawan, sahabat, dan logos = ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut terminologi,

definisi Sosiologi berdasarkan pendapat para ahli sebagai berikut :

a. Sosiologi adalah studi tentang hubungan antara manusia (human relationship). (Alvin Bertrand)

b. Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni

hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan

kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis. (Mayor Polak)

c. Sosiologi adalah ilmu masyarakat umum. (P.J. Bouwman)

d. Sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial,

termasuk perubahan-perubahan sosial. (Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi).

Jadi kami selaku pemakalah dapat menyimpulkan bahwa sosiologi itu adalah suatu ilmu yang

mempelajari suatu interaksi seseorang dengan orang lain dan lingkungan masyarakat. Sekarang

bagaimana dengan pengertian sosiologi pendidikan itu sendiri?

Mengenai pertanyaan diatas ada dua pendapat, yaitu:

1. Menurut Prof. Dr. S. Nasution, MA. Mengatakan bahwa memberikan definisi sosiologi pendidikan

tidak mudah. Para ahli pendidikan dan ahli sosiologi telah berusaha untuk memberikan definisi

sosiologi pendidikan, namun definisi-definisi itu kebanyakan tidak terpakai oleh orang lapangan.
Kesukaran untuk memperoleh definisi yang mantap tentang sosiologi pendidikan antara lain

disebabkan :

(a) sukarnya membatasi bidang studi di antara bidang pendidikan dan bidang sosiologi.

(b) kurangnya penelitian dalam bidang ini, dan

(c) belum nyatanya sumbangannya kepada pendidikan umumnya dan pendidikan guru khususnya.

2. Pendapat yang kedua, salah satu ahli memberikan pengertiannya, yaitu:

(a) Menurut F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki

struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat

pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata sosial

masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan

kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan

Dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan, bahwa peran dari Tri Pusat Pendidikan dan Sosiologi

Pendidikan mempunyai peran penting dalam meminimalisir penyimpangan sosial di kalngan peserta

didik, baik secara langsung ataupun secara tidak langsung.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasar uraian uraian pada bab I dan II, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut.
1. Tri Pusat Pendidikan merupakan tiga unsur penting yang sangat berperan dalam pendidikan dan

menjadi pusat kegiatan pendidikan.

2. Akibat dari perkembangan zaman dan keterbatasan orang tua dalam mendidik anak, maka kegiatan

pendidikan juga dilaksanakan disuatu lembaga yang disebut sekolah atau madrasah. Pendidikan

yang dilakukan disekolah atau madrasah disebut pendidikan formal.

3. Diluar pendidikan informal salah satunya lingkungan masyarakat, hal ini merupakan tempat atau

unsur yang sangat berperan penting dalam pendidikan dan memiliki pengaruh besar terhadap

peserta didik baik secara langsung maupun secara tidak langsung

B. Saran

Menyadari betapa pentingnya peran keluarga, sekolah, dan masyarakat (Tri Pusat Pendidikan)

dalam meminimalisir penyimpangan sosial di kalangan peserta didik, maka menurut penulis :

1. Peran keluarga sebagai tempat utama yang menerima pendidikan.

2. Peran guru sebagai ujung tombak yang terdepan harus melaksanakan tugas secara optimal dan

professional

3. Peran masyarakat sebagai pendidikan non formal yang bersifat melekat bagi perkembangan peserta

didik.

penulis memberikan saran yang berkaitan dengan Tri Pusat Pendidikan (keluarga, sekolah, dan

masyarakat) sebagai berikut :

Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat harus menyadari betul akan peranan penting yang dituntut dan

mereka untuk melaksankan di dalam lingkungan masyarakat setempat sebagai golongan profesi

maupun warga Negara, sebagai agen pembangunan dan perubahan dalam meningkatkan kualitas

peserta didik atau sebagai masyarakat yang jika diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Daftar Pustaka

Ahmadi, (1991).Sosiologi Pendidikan.Jakarta

http://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/16/bab-v-pengertian-fungsi-dan-jenis-lingkungan-
pendidikan/

http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/02/tentang-tri-pusat-pendidikan/

http://re-searchengines.com/0308ainun.html

Undang-undang.no.20 tahun 2003 tetang Sistem Pendidikan Nasional

HOME
PROFIL
DOWNLOAD

Thursday, December 18, 2014


MAKALAH : HUBUNGAN TIMBAL-BALIK ANTARA LINGKUNGAN
PENDIDIKAN

Untuk Memenuhi Tugas Pengantar Pendidikan yang Diampu oleh Ibu Heri Maria Zulfiati, M.Pd
Disusun oleh

Rosyana Astri Astari (2014015200)

Sirajudin Wahyudi (2014015211)

Fala Tantina Kusumastuti (2014015218)

Ikarihayati (2014015224)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA

2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga Makalah
Pengantar Pendidikan yang berjudul Hubungan Timbal Balik Antara Lingkungan Pendidikan dapat
terselesaikan dengan baik.

Adapun disini penulis akan menguraikan tentang pengertian lingkungan pendidikan,


pengertian tri pusat pendidikan, fungsi lingkungan pendidikan, pengaruh keluarga terhadap sekolah
dan masyarakat, pengaruh sekolah terhadap keluarga dan masyarakat, serta pengaruh masyarakat
terhadap keluarga dan sekolah.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan dan memerlukan perbaikan.
Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih
sempurnanya makalah ini. Atas kritik dan saran yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih
dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 10 September 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

A. Pengertian Lingkungan Pendidikan............................................................... 3

B. Fungsi Lingkungan Pendidikan Terhadap Proses Pendidikan Manusia........ 5

C. Hubungan Timbal Balik Antara Lingkungan Pendidikan.............................. 6

BAB III PENUTUP........................................................................................ 12

A. Simpulan......................................................................................................... 12

B. Saran............................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 13

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lingkungan Pendidikan


Lingkungan pendidikan pada hakikatnya merupakan sesuatu yang ada diluar diri individu,
walaupun ada juga yang mengatakan bahwa ada lingkungan yang terdapat dalam individu.
Lingkungan pendidikan meliputi :

1. Lingkungan phisik (keadaan iklim, keadaan alam).


2. Lingkungan budaya (bahasa, seni, ekonomi, politik, pandangan hidup, keagamaan dan lainnya).
3. Lingkungan sosial/ masyarakat (keluarga, kelompok bermain, organisasi).
Ki Hajar Dewantara mengemukakan istilah Tri Pusat Pendidikan yang berisi :
1. Lingkungan Pendidikan Keluarga
Menurut Ki Hajar Dewantara, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-
baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial. Peran orang tua dalam
keluarga sebagai penuntun, pengajar, dan pemberi contoh.

Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang penting dan menentukan, karena itu
tugas keluarga adalah mendidik anak-anaknya dengan optimal. Anak-anak yang biasa turut serta
mengerjakan segala pekerjaan didalam keluarga, dengan sendirinya berfaedah bagi pendidikan
watak dan budi pekerti seperti kejujuran, keberanian, ketenangan, dan sebagainya. Keluarga juga
membina dan mengembangkan perasaan sosial anak seperti hidup hemat, menghargai kebenaran,
tenggang rasa, menolong orang lain, hidup damai, dan sebagainya.

2. Lingkungan Pendidikan Sekolah


Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan.
Seiring perkembangan zaman, keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan
aspirasi generasi muda terhadap iptek. Semakin maju suatu masyaraka,t semakin penting peranan
sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan
masyarakat itu.
Dengan kata lain, sekolah sebagai pusat pendidikan adalah sekolah yang mencerminkan
masyarakat yang maju karena pemanfaatan secara optimal ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi
tetap berpijak pada ciri keIndonesiaan. Dengan demikian, pendidikan di sekolah seyogianya secara
seimbang dan serasi menjamah aspek pembudayaan, penguasaan pengetahuan, dan pemilikan
keterampilan peserta didik.

3. Lingkungan Pendidikan Masyarakat


Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yakni:
a. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan (jalur sekolah dan jalur luar
sekolah) maupun yang tidak dilembagakan (jalur luar sekolah).

b. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat, baik langsung maupun


tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.

c. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by design) maupun yang
dimanfaatkan (utility). Manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu berupaya
memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya itu untuk meningkatkan dirinya. Dengan kata lain,
manusia berusaha
mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia
dimasyarakatnya dalam bekerja, bergaul, dan sebagainya.

B. Fungsi Lingkungan Pendidikan Terhadap Proses Pendidikan Manusia


Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi
dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia,
agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Terdapat hubungan timbal balik dan saling
mempengaruhi antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain.

Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia. Lingkungan sekolah
sebagai bekal keterampilan dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkungan masyarakat merupakan
tempat praktek dari bekal yang diperoleh dikeluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat
pengembangan kemampuan diri.

C. Hubungan Timbal Balik Antara Lingkungan Pendidikan

1. Pengaruh Keluarga terhadap Sekolah dan Masyarakat


Keluarga sebagai satuan organisasi terkecil di masyarakat mendapat peranan sangat penting
karena membentuk kepribadian dan watak anggota keluarganya. Sedangkan masyarakat terdiri dari
keluarga-keluarga. Dari satuan terkecil itu terbentuklah gagasan untuk terus mewariskan standar
watak dan kepribadian yang baik dan diakui oleh semua golongan masyarakat, salah satu institusi
yang mewarisakan kepribadian dan watak kepada masyarakat adalah sekolah. Sekolah tidak akan
terus berdiri jika tidak di dukung oleh masyarakat, maka dari itu kedua sistem sosial ini saling
mendukung dan melengkapi. terbentuk perubahan sosial

Sebagai salah satu wujud sekolah sebagai bagian dari masyarakat maka terbentuklah sekolah
masyarakat (community school). Sekolah ini bersifat life centered. Yang menjadi pokok pelajaran
adalah kebutuhan manusia, masalah- masalah dan proses-proses sosial dengan tujuan untuk
memperbaiki kehidupan dalam masyarakat. Masyarakat dipandang sebagai laboratorium dimana
anak belajar, menyelidiki dan turut serta dalam usaha-usaha masyarakat yang mengandung unsur
pendidikan.

Menurut Oqbum fungsi keluarga itu adalah sebagai berikut :

1. Fungsi kasih sayang


2. Fungsi ekonomi
3. Fungsi pendidikan
4. Fungsi perlindungan/penjagaan
5. Fungsi rekreasi
6. Fungsi status keluarga
7. Fungsi agama

2. Pengaruh Sekolah terhadap Keluarga dan Masyarakat


Semakin luas penyebaran produk sekolah yang diikuti peningkatan kualitas akan membawa
pengaruh positif bagi perkembangan masyarakat. Sekolah merupakan lembaga investasi manusiawi.
Manusia adalah subyek perubahan, perkembangan, dan kemajuan sehingga kualitas manusia
berpengaruh dalam memajukan segi-segi kehidupannya.

Pengaruh pendidikan sekolah terhadap perkembangan masyarakat, yaitu:

a) Mencerdaskan kehidupan masyarakat


Andil lembaga persekolahan dalam peningkatan kecerdasan anak didiknya dipandang sebagai
kontribusi pendidikan persekolahan didalam mencerdaskan kehidupan masyarakat atau bangsa.

Tingkatan kecerdasan masyarakat menentukan ketepatan dan kecepatan penyelesaian


masalah dan tantangan kehidupan. Masyarakat yang memiliki kecerdasan memadai akan
menyelesaikan masalah yang sulit dengan sederhana. Sebaliknya tanpa kecerdasan tinggi suatu
tantangan atau masalah yang sederhana akan dihadapi sebagai sesuatu yang sulit.

b) Membawa pengaruh pembaharuan bagi perkembangan masyarakat


Pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi disatu pihak dan masalah-masalah kehidupan
dilain pihak, mendukung lahirnya pemikiran-pemikiran dan pengetahuan yang inovatif untuk
dijadikan perbaikan kehidupan dimasyarakat.

Program pendidikan dipersekolahan selain menjamin upaya peningkatan kecerdasan juga


mengupayakan transformasi dari pengetahuan, pemikiran, praktek-praktek baru yang fungsional dan
relevan dengan jenis dan tingkatan dari masing-masing sekolah.

Isi atau arah program pendidikan yang demikian disebut sebagai transformasi pembaruan
yang pada akhirnya akan berfungsi dan menjalar ditengah-tengah masyarakat.

c) Mencetak warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan
masyarakat.
Untuk terjun didunia kerja, seseorang memerlukan persiapan tertentu yang diperlukan oleh
lapangan kerja. Kesiapan itu meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Hal tersebut tidak
terlepas dari peran lembaga pendidikan (sekolah), kualitas, dan kuantitas sistem lembaga pemberi
kerja dimasyarakat sedikit banyak dipengaruhi oleh produk-produk (output) sistem pendidikan
persekolahan itu sendiri.

d) Melahirkan sikap-sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta
integrasi sosial yang harmonis ditengah-tengah masyarakat.
Sikap-sikap positif dan konstruktif yang diperlukan didalam hidup bernegara atau
bermasyarakat ditanamkan sejak awal, yaitu di sekolah dasar sampai ketingkat perguruan tinggi.
Orientasi tersebut senantiasa menjadi perhatian dari lembaga pendidikan formal (persekolahan). Hal
ini berkaitan dengan falsafah hidup dari suatu bangsa atau masyarakat, yang sudah tentu
mendambakan keharmonisan dan keutuhan (integrasi) sosial dari kehidupan berbangsa atau
bernegara.

3. Pengaruh Masyarakat terhadap Keluarga dan Sekolah


Masyarakat yang dimaksud adalah orang tua atau wali peserta didik, anggota keluarga yang
lain atau semua orang yang tinggal disekitar lingkungan sekolah. Masyarakat merupakan tempat
anak hidup dan belajar kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga
maupun di sekolah. Masyarakat sebagai lembaga pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah,
mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda. Setiap masyarakat memiliki karekteristik tersendiri dan
memiliki norma-norma. Dimana norma-norma tersebut sangat berpengaruh dalam pembentukan
kepribadian warga dalam bertindak dan bersikap.

Identitas dan perkembangan masyarakat tersebut sedikit banyak akan berpengaruh terdapat
sekolah. Hal ini dikarenakan sekolah merupakan institusi yang dilahirkan dari, oleh dan untuk
masyarakat.

Pengaruh identitas suatu masyarakat terhadap program-program pendidikan, dibuktikan


dengan berbedanya orientasi dan tujuan pendidikan, misalnya kurikulum, yang dimana kurikulum ini
selalu berubah-berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat.

Pengaruh masyarakat terhadap proses pendidikan

Berlangsungnya proses pendidikan di sekolah tidak lepas dari pengaruh masyarakat, pengaruh
masyarakat yang dimaksud adalah pengaruh sosial budaya dan partisipasinya. Pengaruh sosial
budaya biasanya tercermin dalam proses belajar baik yang berkaitan dengan pola aktifitas
pendidikan maupun anak didik di dalam proses pendidikan. Nilai sosial budaya masyarakat bisa
menjadi penghambat dan pendukung terhadap proses pendidikan. Oleh karena itu usaha
pembaharuan terhadap proses pendidikan disekolah, mesti memperhitungkan pengaruh sosial
budaya dari masyarakat lingkungannya.

Pengaruh dan peranan masyarakat terhadap sekolah dapat kita simpulkan sebagai berikut:

1. Sebagai arah dalam menentukan tujuan.

2. Sebagai masukan dalam menentukan proses belajar-mengajar.

3. Sebagai sumber belajar.

4. Sebagai pemberi dana dan fasilitas lainnya.

5. Sebagai laboratorium guna pengembangan dan penelitian sekolah.

Penjelasan pengaruh masyarakat terhadap proses pendidikan :

a) Pendidikan sebagai persiapan untuk hidup dimasyarakat


Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu hidup bersama dalam masyarakat. Hidup
dimasyarakat merupakan manifestasi bakat sosial anak. Maka anak harus dipersiapkan oleh lembaga
pendidikan untuk bisa hidup serasi dengan masyarakat.

b) Pendidikan membina agen pembangunan masyarakat.


Pembangunan pada hakekatnya adalah suatu usaha untuk menjadikan masyarakat yang lebih
maju. Jika masyarakat ingin menjadi agen bagi pembangunan, maka masyarakat itu akan bersifat
statis. Sedangkan untuk mencetak individu yang bersifat statis dibutuhkan peran aktif pendidikan
dalam mempersiapakan anak didiknya, yang mana kelak anak-anak harus dapat melaksanakan
pembaharuan masyarakat bangsanya.

c) Pendidikan dan kesadaran kebangsaan Indonesia.


Pendidikan di Indonesia harus mengobarkan semangat kebangsaan, cinta tanah air, serta
menanamkan kesadaran kebangsaan kepada anak didik. Sebab apabila kesadaran ini tidak
ditumbuhkan atau dipupuk maka generasi muda Indonesia akan terpecah-belah.

d) Pendidikan dan pelestarian Pancasila.


Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia yang menjadi pandangan hidup warga
Indonesia yang diwariskan oleh nenek moyang. Mengingat pancasila merupakan pandangan hidup
maka kita harus menanamkan kepada generasi muda akan pentingnya nilai pancasila. Pelestarian
nilai pancasila dapat dilakukan melalui jalur pendidikan meliputi pendidikan keluarga, pendidikan
sekolah dan pendidikan masyarakat; melalui jalur media massa dan jalur organisasi politik.

e) Pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.


Pendidikan sangat erat kaitannya dengan terwujudnya masyarakat yang adil, makmur dan
sejahtera. Hal ini dibuktikan dalam UUD 1945 tentang tujuan dari pendidikan di Indonesia:

1). Pasal yang terdapat didalam batang tubuh UUD 1945 yang mengatur tentang pendidikan pasal 31.

- ayat 1 Setiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.

- ayat 2 Pemerintah berusaha menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur dengan
undang-undang berdasarkan pasal ini. Disusunlah sebuah undang-undang organik yang mengatur
pendidikan dan pengajaran Indonesia yaitu UU. No. 4 tahun 1950, No. 12 tahun 1954, yang disebut
Undang-undang Pendidikan dan Pengajaran (UUDP).

2). Pasal 3 dari UUDP menyebutkan bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran nasional Indonesia
adalah membentuk manusia sosial yang cukup dan warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab untuk kesejahteraan masyarakat masyarakat dan tanah air. Rumusan tujuan pendidikan itu
terdiri atas dua bagain yaitu:

a. Tujuan individual yaitu membentuk manusia susila yang cukup.

b. Tujuan kemasyarakatan yaitu membentuk warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
atas kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Dengan demikian maka setiap warga negara Indonesia
harus susila, cakap, demokratis dan bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak,
khususnya keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang dikenal sebagai
tripusat pendidikan. Fungsi dan peranan tripusat pendidikan itu, baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama, merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan yakni membangun
manusia Indonesia seutuhnya serta menyiapkan sumber daya manusia pembangunan yang bermutu.
Dengan demikian, pemenuhan fungsi dan peranan itu secara optimal merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan pembangunan nasional.

B. Saran

Dengan adanya tripusat pendidikan dan pengaruhnya diharapkan mampu meningkatkan


pembangunan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen FIP IKIP Malang. 2003. Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan.Surabaya : Usaha Nasional

Burhanuddin, H. 2011. Pengantar Pedagogik:Dasar-dasar Ilmu Mendidik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Tirtarahardja, Umar, La sula. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Siswoyo, Dwi, dkk. 2011. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press

http://pengantarpendidikan.files.wordpress.com/2010/11/hubungan-timbal-balik-antara-
lingkungan-pendidikan.pdf. Diakses tanggal 18 September 2014

Pengantar Pendidikan

Pengertian, Fungsi dan Jenis Lingkungan


Pendidikan
08/11/2013 Afid Burhanuddin 2 Comments

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manuia. Pendidikan sangat
berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.
Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi
oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal ( sekolah ) saja. Manusia
selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.
Ketiga lingkunga itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan. Dengan kata lain proses
perkembangan pendidikan manusia untuk mencapai hasil yang maksimal tidak hanya
tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga tergantung
pada lingkungan pendidikan yang berada diluar lingkungan formal.
1. Pengertian Lingkungan Pendidikan

Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya,
keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakungya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mehluk hidup lainnya.
Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati,
lingkungan buatan dan lingkungan sosial.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik scara aktif dapat mengembangkan potensi
dirinya supaya memiliki kekuatan spritual keagamaan, emosional, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Jadi, lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan sebagai berbagai
lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari
lingkungan sosial. 2. Jenis Lingkungan Pendidikan

Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup di dalam lingkungan
masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara
lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolahan, lingkungan
masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan atau lingkungan pendidikan.
1. Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena
hubungan searah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti ( ayah, ibu, dan anak ). Menurut
Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya
untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama
dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung
jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh adn berkembang
dengan baik.
Pendidikan keluarga berfungsi:
Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
Menjamin kehidupan emosional anak
Menanamkan dasar pendidikan moral
Memberikan dasar pendidikan sosial.
Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.

2.Sekolah

Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama
dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu anak
dikirimkan ke sekolah-sekolah formal.

Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan.
Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peran sekolah dalam mempersiapkan
generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat.
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya.
Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya
sebagai berikut;

1) Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta


menanamkan budi pekerti yang baik.

2) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau
tidak dapat diberikan di rumah.

3) Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis,


berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan dan
pengetahuan.

4) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah,
dan sebagainya.

Suatu alternatif yang mungkin dilakukan sesuai situasi dan kondisi sekolah antara lain :

1) Pengajaran yang mendidik.

2) Peningkatan dan pemantapan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan (BP) di


sekolah.

3) Pengembangan perpustakaan sekolah menjadi suatu pusat/sumber belajar (PSB).

4) Peningkatan dan pemantapan program pengelolaan sekolah.

3. Masyarakat

Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan di luar lingkungan keluarga


dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah dimulai beberapa waktu
ketika anak-anak telah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah.
Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.

Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini
meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-
pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga sisi, yaitu :

1) Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan.

2) Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat.

3) Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang dirancang (by design),

maupun yang dimanfaatkan (utility).


Paling sedikit dapat dibedakan menjadi enam tipe sosial-budaya sebagai berikut :

1) Tipe masyarakat berdasarkan sistem berkebun yang amat sederhana.

2) Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau sawah dengan

tanaman pokok padi.

3) Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di ladang atau sawah.

4) Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di sawah dengan


tanaman

pokok padi.

5) Tipe masyarakat perkotaan.

6) Tipe masyarakat metropolitan.

Selain tipe masyarakat di atas yang dapat mempengaruhi karakteristik seseorang, terdapat
juga lembaga kemasyarakatan kelompok sebaya dan kelompok sosial seperti remaja masjid,
pramuka, dsb. Kelompok teman sebaya mempunyai fungsi terhadap anggotanya antara lain :

1) Mengajar berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain.

2) Memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih luas.

3) Menguatkan sebagian dari nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat orang

dewasa.

4) Memberikan kepada anggota-anggotanya cara-cara untuk membebaskan diri dari


pengaruh

kekuatan otoritas.

5) Memberikan pengalaman untuk mengadakan hubungan yang didasarkan pada prinsip

persamaan hak.

6) Memberikan pengetahuan yang tidak bisa dibrikan oleh keluarga secara memuaskan
(pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian, musik, jenis tingkah laku tertentu, dan lain-

lain).

7) Memperluas cakrawala pengalaman anak, sehingga ia menjadi orang yang lebih


kompleks.

Dengan demikian organisasi tersebut menyediakan program pendidikan bagi anak-anaknya,


yakni :

1) Mengajarkan keyakinan serta praktik-praktik keagamaan dengan cara memberikan

pengalaman-pengalaman yang menyenangkan bagi mereka

2) Mengajarkan bagi mereka tingkah laku dan prinsip-prinsip moral yang sesuai dengan

keyakinan-keyakinan agamanya

3) Memberikan model-model bagi perkembangan watak

Fungsi Lingkungan Pendidikan Terhadap Proses Pendidikan Manusia

Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga
kegiatan pendidikan, yakni:

a. Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya

b. Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan

c. Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.

Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi
dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang
tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Terdapat hubungan timbal
balik dan saling mempengaruhi antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain.

Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia. Lingkungan
sekolah sebagai bekal keterampilan dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkungan masyarakat
merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di keluarga dan sekolah sekaligus
sebagai tempat pengembangan kemampuan diri.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses mencapai tujuan pendidikan untuk menghasilkan manusia yang unggul baik
secara pribadi maupun penguasaan ilmu pengetahuan tidak hanya tergantung tentang
bagaimana sistem pendidikan dijalankan oleh lingkungan pendidikan formal. Namun juga
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. Hubungan dari ketiganya
disebut sebagai tripusat pendidikan. Pendidikan tidak dapat berdiri sendiri, namun ada
hubungan saling mempengaruhi diantara lingkungan pendidikan.

B. Saran

Melihat kenyataan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal diperlukan
sebuah hubungan timbal balik yang yang erat maka diperlukan sebuah koordinasi antar
lingkungan pendidikan. Dalam menentukan kurikulum lingkungan formal (sekolah) baiknya
untuk mepertimbangankan faktor lingkungan keluarga dan masyarakat. Bahkan kalau
memungkinkan melibatkan keluarga anak didik dan tokoh masyarakat dalam merumuskan
kurikulum pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

La Sulo, Sulo Lipu. 1990. Penelaahan Kurikulum Sekolah. Ujung Pandang: FIP
IKIP Ujung Pandang.

Ardhana, Wayan. (Ed.). 1986. Dasar-Dasar Kependidikan. Malang: FIP IKIP Malang. Munib
Achmad, dkk. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang. UPT MKK UNNES

Balik antara Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat

Pengaruh Timbal Balik antara Sekolah,


Keluarga, dan Masyarakat
Pendidikan adalah upaya yang memang secara sadar terencana yang dilakukan
melalui proses untuk mengembangkan potensi dasar secara jasmani dan rohani agar bisa
menggapai segala tujuan. Sebagaimana pendidikan umumnya, kita mengetahui bahwa
pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, baik dalam
lingkungan keluarga yaitu orang tua sebagai pendidik di dalam keluarga dan guru di
lingkungan sekolah. Pengaruh serta timbal balik pendidikan di sekolah, keluarga, dan
masyarakat sangatlah penting karena itu sangat menentukan kejiwaan serta tingkah laku anak
didik dalam kehidupan sosial masyarakat. Untuk itu, dalam makalah ini akan membahas
tentang pengaruh timbal balik antara sekolah, keluarga, dan lingkungan.
A. Pembinaan dan Tanggung Jawab Pendidikan Sekolah
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan
pendidikan. Sekolah termasuk pusat pendidikan yang kedua setelah keluarga. Sebagaimana
kita ketahui dengan adanya kemajuan zaman sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan
teknologi, peranan orang tua dalam keluarga sangatlah terbatas dalam hal usaha mendidik
anaknya. Untuk itu diperlukan lembaga pendidikan lain yang mampu melanjutkan dan
mengembangkan pendidikan yang telah diletakkan dasar-dasarnya dalam lingungan keluarga
tersebut.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah memiliki bentuk yang jelas dalam arti
memilki program yang telah direncanakan dengan teratur, terarah, dan sistematis.
Sebagaimana dalam pasal 9 ayat 2 undang-undang sistem pendidikan Nasional yang
diundangkan pada tanggal 27 Maret 1989 Nomor 2 tahun 1989 dinyatakan bahwa satuan
pendidikan yang disebut sekolah merupakan bagian dari pendidikan yang berjenjang dan
berkesinambungan. Sekolah melakukan pembinaan pendidikan untuk peserta didiknya
didasarkan atas kepercayaan dan tuntutan lingkungan keluarga dan masyarakat yang tidak
mampu mempunyai kesempatan untuk mengembangkan pendidikan di ligkungan masing-
masing. Untuk itu tanggung jawab sekolah sebagai lembaga pendidikan formal didasarkan
pada 3 faktor:
Tanggung jawab keilmuan
Tanggung jawab formal
Tanggung jawab fungsional.
Tetapi tanggung jawab ini tidak sepenuhnya diserahkan kepada lembaga persekolahan,
namun tanggung jawab utama pendidikan tetap berada di tangan kedua orang tua anak yang
bersangkutan.
Jadi pembinaan yang dilakukan oleh sekolah dan tanggung jawab yang dipikulnya
sebagai kepercayaan orang tua dan masyarakat adalah:
Meneruskan dan mengembangkan pendidikan yang telah diletakkan orang tua di rumah /
lingkungan sosial.
a) Meluruskan dan mengarahkan dasar-dasar pendidikan yang baik agar kerugian akibat
kesalahan pendidikan awal atau kesalahan sosial yang tidak terkontrol bisa dicegah.
b) Meletakkan dasar-dasar ilmiah dan keterampilan untuk dapat dikembangkan dalam pendidikan
lanjutan.
c) Mempersiapkan peserta didik dengan pengetahuan dasar ini untuk menghadapi lingkungan
sosialnya.

B. Pembinaan dan Tanggung Jawab Pendidikan Keluarga


Keadaan tiap-tiap keluarga berlain-lainan pula satu sama lain. Ada keluarga yang
kaya, ada yang kurang mampu. Ada keluarga yang selalu diliputi oleh suasana tenang dan
tentram, ada pula yang selalu gaduh, bercekcok dan sebagainya. Dengan sendirinya, keadaan
dalam keluarga yang bermacam-macam coraknya itu akan membawa pengaruh yang berbeda-
beda pula terhadap pendidikan anak. Bagaimana cara mendidik yang berlaku dalam keluarga
itu, demikianlah cara anak itu mereaksi terhadap lingkungannya.
Jika dalam lingkungan keluarga anak itu dibesarkan dan dididik oleh orang tua/
lingkungan keluarga yang mengetahui akan kehendaknya dan berdasarkan kasih sayang
kepadanya, ia akan tumbuh menjadi anak yang tenang dan mudah menyesuaikan diri
terhadap orang tua dan anggota-anggota keluarga lainnya, serta terhadap teman-temannya.
Wataknya akan berkembang dengan tidak mengalami kesulitan-kesulitan yang besar.
Sebaliknya jika di dalam lingkungan keluarganya ia selalu dianggap dan dikatakan
masih kecil dan karena itu belum dapat melakukan sesuatu, kemungkinan besar anak itu akan
menjadi orang yang selalu merasa kecil, tidak berdaya, tidak sanggup mengerjakan sesuatu.
Ia akan berkembang menjadi orang yang bersifat masa bodoh, kurang mempunyai perasaan
harga diri.
Mengingat buruknya akibat tersebut, dan tidak sesuai lagi dengan alam kemerdekaan
kita sekarang ini, maka perlu kiranya disini diberikan beberapa petunjuk untuk memberantas,
atau sekurang-kurangnya mengurangi, perasaan harga diri yang masih kurang:
a. Jangan sering melemahkan semangat anak dalam usahanya hendak berdiri sendiri.
b. Janganlah memalukan atau mengejak anak-anak di muka orang lain.
c. Jangan terlalu membeda-bedakan dan berlaku pilih kasih terhadap anak-anak dalam keluarga
kita.
d. Jangan terlalu memanjakan anak, tetapi tidak baik pula jika kita tidak mempedulikan.
Kewajiban mendidik anak dinyatakan Allah dam surat At-Tahrim ayat 6, sebagai
berikut:

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua
terhadap anak antara lain sebagai berikut:
a. Memelihara dan membesarkannya.
b. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniyah dari
berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya.
c. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi
kehidupannya, sehingga apabila ia telah dewasa ia mampu berdiri sendiri dam membantu
orang lain (hablum minannas) serta melaksanakan kekhalifahannya.
d. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai
dengan ketentuan Allah.
Cara pendidikan anak dapat ditempuh pula dengan menimbulkan kesadaran keluarga,
yaitu ia adalah salah satu anggota keluarga di dalam rumahnya.
Banyak pembinaan kepribadian anak yang dilakukan oleh kedua orang tua terhadap
anaknya. Bila pembinaan kepribadian yang diwarnai dengan ajaran agama yang
berkesinambungan ini dapat dilakukan maka ia dapat diharapkan akan menjadi seorang anak
(dewasa) kelak akan menjadi manusia yang berkepribadian muslim.
Alangkah baiknya anak sesekali diajak rekreasi untuk meluaskan wawasannya seperti
keluar kota. Dengan melakukan bepergian bersama anak ini akan lebih menambah
kekerabatan kedua belah pihak dan menumbuhkan rasa kasih sayang, karena anak merasa
dirinya mendapat pembinaan dan perhatian dari kedua orang tuanya.
Dewasa ini para ahli didik mengakui besarnya peranan ibu dalam mendidik anak-
anaknya, walaupun ibu/ wanita digolongkan pada kaum yang lemah. Melalui belaian tangan,
ciumannya serta kata-katanya yang lemah lembut anaknya dekat dengannya anak merasa
lebih dekat dan lebih sayang kepadanya dibandingkan kedekatannya kepada ayahnya.

C. Pembinaan dan Tanggung Jawab Pendidikan Masyarakat


Masyarakat bila dilihat dari konsep sosiologi adalah sekumpulan manusia yang
bertempat tinggal dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi sesamanya untuk mencapai
tujuan. Secara kualitatif dan kuantitatif anggota masyarakat terdiri dari berbagai ragam
pendidikan, profesi, keahlian, suku bangsa, kebudayaan, agama, lapisan sosial sehingga
menjadi mayarakat yang majemuk. Setiap anggota masyarakat secara tidak langsung telah
mengadakan kerjasama dan saling mempengaruhi untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
tujuannya.
Bila dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan banyak orang
dengan berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan sampai kepada yang
berpendidikan tinggi. Ia adalah laboratorium besar tempat para anggotanya mengamalkan
semua ketrampilan yang dimilikinya. Baiknya kualitas suatu masyarakat ditentukan oleh
kualitas pendidikan para anggotanya. Demikian pula halnya dengan masyarakat bangsa
Indonesia. Makin baik pendidikan anggotanya maka makin baik pula kualitas masyarakat
seecara keseluruhan.
Dilihat dari lingkungan pendidikan, masyarakat disebut lingkungan pendidikan non
formal yang memberikan pendidikan secara sengaja dan berencana kepada seluruh
anggotanya tetapi tidak sistematis. Secara fungsional struktural, masyarakat ikut
mempengaruhi terbentuknya sikap sosial para anggotanya, melalui berbagai pengalaman
yang berulang kali , mengingat pengalaman yang beraneka ragam, maka setiap sosial
anggotanyapun beraneka ragam pula.
Kalau di lembaga pendidikan pendidiknya adalah guru, tapi kalau pendidik dalam
masyarakat adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap pendewasaan anggotanya.
Dengan demikian para pemimpin resmi maupun tidak resmi adalah pendidik dalam
masyarakat.
Pendidik secara fungsional dan struktural di lingkungan masing-masing bertanggung
jawab terhadap perilaku dan tingkah laku warganya. Secara konsepsional tanggung jawab
pendidikan oleh kedua jenis pemimpin masyarakat ini antara lain adalah mengawasi,
menyalurkan, membina dan meningkatkan kualitas anggotanya. Dengan demikan aktivitas
masing-masing anggota masyarakat berjalan menurut fungsinya dalam upaya mewujudkan
masyarakat yang damai.
D. Tri Pusat Pendidikan (Lingkungan Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat)
Perkembangan peserta didik atau tumbuh berkembangnya anak pada umumnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni hereditas, lingkungan proses perkembangan, dan
anugerah. Khusus untuk faktor lingkungan , peranan tri pusat pendidikan itulah yang paling
menentukan, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Dikaitkan dengan tiga proses
kegiatan utama pendidikan (membimbing, mengajar, melatih). Meskipun kegiatan pokok
yang dilakukan lembaga pendidikan tersebut sama, tetapi peranan yang dimainkan oleh
tripusat pendidikan dengan tiga macam kegiatan pendidikan tersebut ditujukan untuk
mewujudkan jati diri yang mantap, penguasaan pengetahuan, dan kemahiran keterampilan.
Setiap pusat pendidikan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga
kegiatan pendidikan, yakni:
a) Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.
b) Pengajaran dalam upaya pemahiran.
c) Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.
Dalam melakukan pembinaan pendidikan, secara tidak langsung antara orang tua,
sekolah, dan masyarakat telah mengadakan kerjasama yang erat dalam praktek pendidikan.
Di dalam lingkungan keluarga, orang tua meletakkan dasar-dasar pendidikan di rumah
tangga, terutama dalam segi pembentukan kepribadian, nilai moral, dan agama sejak
kelahirannya. Kemudian dilanjutkan dan dikembangkan dengan berbagai materi berupa ilmu
dan keterampilan yang dilakukan oleh sekolah. Orang tua anak mengawasi dan menilai hasil
didikan sekolah ini dalam kehidupan sehari-hari dan dalam lingkungan masyarakat ikut serta
berperan dalam mengontrol, menyalurkan, dan membina serta meningkatkannya.
Hubungan kerjasama yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan tersebut
tertuju pada satu tujuan umum yaitu untuk membentuk peserta didik mencapai
kedewasaannya, sehingga mampu berdiri sendiri dalam masyarakat sesuai nilai-nilai dan
norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.
Dengan demikian semua usaha pendidikan membantu perkembangan dirinya.
IV.Kesimpulan
Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak,
khususnya keluarga, sekolah, dan massyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang dikenal
sebagai tripusat pendidikan. Fungsi dan peranan tripusat pendidikan tersebut baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan
pendidikan yaitu membangun manusia Indonesia seluruhnya serta menyiapkan SDM
pembangunan yang berlaku.
Keluarga bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak
agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan atas
pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan
sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat,
telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan
berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan
tersebut tampaknya lebih luas.
Makalah Ilmu Pendidikan dengan judul Pengaruh Timbal Balik antara Sekolah,
Keluarga, dan Masyarakat oleh Anugroho, Mita Widyawati, Rima Indrayana, Sofwatin
Hajaroh.

Daftar Pustaka
Tirtarahardja, Umar, 2005, Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka cipta
Salam, Burhanudin, 1997, Pengantar Pedagogik, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Ihsan,Fuad, 1997, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Purwanto, Ngalim, 1995, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Makalah ilmu pendidikan tentang hubungan timbal-balik antara keluarga,
sekolah, dan masyarakat

Makalah ilmu pendidikan tentang hubungan timbal-balik


antara keluarga, sekolah, dan masyarakat

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan pada lingkungan keluarga

Ditinjau dari segi hukum perkawinan, bahwa anak yang dilahirkan dalam keluarga adalah
kepunyaan kedua orang tuanya, karena pergaulan dan kehidupan rumah tangga yang mereka
bina dan tegakkan. Secara hukum telah disahkan melalui ijab qobul yang disaksikan oleh
majlis perkawinan yang sengaja dilakukan, maka anak mereka adalah tanggung jawab
mereka. Orang luar secara hukum tidak dapat mencampuri masalah intern mereka terkecuali
dalam hal-hal tertentu misalnya adanya penganiayaan, melainkan tanggung jawab kepada
anak atau kejadian yang membahayakan jiwa si anak. Mengenai hal ini diatur tersendiri dalm
peraturan perundang-undangan negara.
Sebenarnya hakikat perkawinan ini dilihat dari segi kependidikan adalah kesadaran kedua
suami istri memikul rasa tanggung jawab bersama. Sebelum keduanya melakukan
pernikahan, tanggung jawab atas diri mereka berada pada kedua orang tua masing-masing.
Sebagai mana diketahui dalam hukum islam, bahwa tanggung jawab adalah sejak anak masih
dalam kandungan sampai mengawinkannya. Bila ia telah dikawinkan maka secara hukum
islam ia sudah dewasa dan semua tanggung jawab berubah kepundaknya. Begitulah rasa
tanggung jawab ini berlaku untuk semua suami istri setelah melakukan perkawinan.
Menurut Pasal UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974, dikatakan bahwa : perkawinan adalah
ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagi suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Anak yang lahir dari perkawinan ini adalah anak yang sah dan menjadi hak dan tanggung
jawab kedua orang tuanya memelihara dan mendidiknya dengan sebaik-baiknya. kewajiban
kedua orang tuanya mendidik anak ini terus berlanjut sampai ia dikawinkan atau dapat berdiri
sendiri. Bahkan menurut Pasal 45 Ayat 2 UU Perkawinan ini, kewajiban dan tanggung jawab
orang tua akan kembali apabila perkawinan antara keduanya putus karena suatu hal. Maka
anak ini kembali menjadi tanggung jawab orang tua.[2]
Kewajiban mendidik ini secara tegas dinyatakan Allah dalam surat At-tahrim ayat 6,
sebagai berikut yang artinya :

Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluaragamu dari api neraka.
(QS. At-tahrim : 6)[3]
Perkataan Quran di sini adalah kata kerja perintah atau fill amar yaitu suatu kewajiban
yang harus ditunaikan oleh kedua orang tua terhadap anaknya. Kedua orang tua adalah
pendidik yang pertama dan utama bagi anaknya. Karena sebelum orang lain mendidik anak
ini, kedua orang tuanyalah yang mendidik terlebih dahulu. Dan bila kita telah secara
mendalam memang benar apabila tanggung jawab pendidikan anak terletak di tangan kedua
orang tuanya dan tidak dapat dipikulkan kepada orang lain, kecuali apabila orang tua merasa
tidak mampu melakukan sendiri, maka bolehlah tanggung jawabnya diserahkan kepada orang
lain misalnya dangan cara disekolahkan.
Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap
anak antara lain sebagai berikut :

1. Memelihara dan membesarnya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk
dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum, dan perawatan agar ia dapat
hidup secara berkelanjutan.
2. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmani maupun rohani dari
berbagai gangguan penyakit atau bahkan bahaya lingkungan yang dapat
membahayakannya.
3. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi
hidupnya, sehingga apabila ia telah dewasa ia mampu berdiri sendiri dan membantu
orang lain serta melaksanakan kekhalifahannya.
4. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama
sesuai dengan ketentuan Allah sebagai tujuan akhir hidup muslim. Tanggung jawab
ini dikategorikan juga sebagai tanggung jawab kepada Allah.

Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus-menerus perlu
dikembangkan setiap orang tua, mereka juga perlu dibekali teori-teori pendidikan modern
sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan demikian tingkat dan kualitas materi
pendidikan yang diberikan dapat digunakan anak untuk menghadapi lingkungan yang selalu
berubah. Bila hal ini dapat dilakukan oleh setiap orang tua,maka generasi mendatang telah
mempunyai kekuatan mental menghadapi perubahan dalam masyarakat. Untuk dapat berbuat
demikian, tentu saja orang tua perlu meningkatkan ilmu dan keterampilannya sebagai
pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Upaya yang dapat ditempuh utuk
meningkatkan kualitas diri orang tua antara lain dengan cara belajar seumur hidup, sebagai
mana diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW Yaitu belajar seumur hidup dan menuntut ilmu
itu wajib bagi setiap muslim dan muslimat tanpa kecuali. Agama islam selalu meningkatkan
pemeluknya agar generasi berikutnya memiliki kualitas yang lebih baik dari generasi
sebelumnya. Konsep pendidikan ini tampaknya telah dianut oleh bangsa Indonesia sehinggan
dimasukkan kedalam GBHN.[4]
Kerja sama untuk mendidik anak antara suami dan istri sangat mutlak diperlukan. Bagi
suami mempunyai kelebihan ilmu dan keterampilan mendidik, harus mengajarkan kepada
istrinya dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikisn antara suami dan istri saling menutup
kelemahannya. Cara mendidik anak dengan menyerahkan sepenuhnya kepada istri rasanya
tidak tepat lagi, mengingat tugas dan tanggung jawab istri dalam kelurga sekarang tampaknya
semakin berat. Apalagi bagi keluarga yang kedua harus bekerja di luar rumah, sedang di
rumah tidak ada pembantu atau nenek atau kakeknya, sehingga jenis keluarga ini menjadi
keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. Keluarga inti atau keluarga batih
ini, di daerah perkotaan cenderung meningkat terutama di lingkungan pegawai negeri yang
mengotrak rumah atau tinggal di rumah susun.
Anak sebagai manusia kecil yang sedang menuju ke arah perkembangan yang sempurna,
tidak luput dari beberapa tingkah laku dan sikapnya yang dapat mengganggu keharmonisan
rumah tangga. Gangguan akibat pertumbuhan dan perkembangan ini adalah wajar, namun
perlu diwaspadai dan diketahui agar tidak merugikan perkembangan atau hubungann
kekeluargaan. Beberapa sifat dan sikap yang mungkin muncul itu antara lain dikemukakan
oleh Dr. Sis Heyster dalam bukunya Ilmu Jiwa Anak dan Masa Muda dan juga oleh Crijn dan
Reksosiswojo dalam pengantar praktek pengajaran dan pendidikan sebagai berikut : keras
hati, keras kepala, manja, perasaan takut, dusta , agresif (menyerang anak lain), cepat
merajuk, berkata gagap, ingin menang sendiri, menyembunyikan milik teman sendiri dan
diakui kepunyaannya, fantasi dan gangguan anak yang disebut infant terrible. Di bawah ini di
bicarakan beberapa buah saja, yaitu dusta, gagap, dan infant terrible.

Dusta

Dusta atau bohong , hampir ditampilkan oleh semua anak dalam masa
perkembangannya.Dusta ini ada yang disebut dusta sebenarnya dan ada pula dusta semu.
Dusta sebenarnya adalah perkataan bohong yang sengaja dilakukan untuk sesuatu
keuntungan tertetu dengan sengaja merugikan orang lain.
Dusta semu atau dusta tidak sebenarnya adalah dusta karena tidak mampu membela diri atau
menyatakan dengan sebenarnya rasa ketakutannya.

Gagap

Gagap adalah ucapan yang dikeluarkan tidak lancar dan cenderung diulang-ulang
dalam cara tertentu .
c. Infant terrible
Infant terrible adalah gangguan anak-anak untuk memahami kasus-kasus yang dapat
mempengaruhi pemikiran buruk dari perkataan orang tua yang tanpa disadari orang tua
perilakunya menjadikan anak menjadi punya pemikiran buruk.[5]

B. Pembinaan dan Tanggung Jawab Pendidikan Sekolah

Pembinaan pendidikan yang dilakukan kepada anak dalam lingkungan keluaraga akan
membentuk sikap, tingkah laku, cara merasa, dan mereaksi anak terhadap lingkungannya .
Untuk dapat memahami usaha pembinaan dan rasa tanggung jawab pendidikan yang
dilakukan oleh sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, ada baiknya dikemukakan
pengertian yang berkaitan dengan pendidikan informal, formal, dan nonformal.
Dalam buku Administrasi Pendidikan karangan Dr. Hadari Nawawi dikatakan sebagai
berikut :
Pendidikan formal adalah usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja,
berencana, terarah, dan sistematis melalui suatu lembaga pendidikan yang disebut sekolah .
Pendidikan informal adalah usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, tetapi
tidak berencana, dan tidak sistematis di luar lingkungan keluarga.
Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja dan
berencana tetapi tidak sistematis di luar lingkungan keluarga dan sekolah.
Semua usaha yang diselenggarakan oleh ketiga lembaga pendidikan di atas, tertuju
kepada suatu tujuan umum, yaitu untuk membentuk peserta didik mencapai kedewasaannya,
sehingga ia mampu berdiri sendiri di dalam masyarakat sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku di lingkungan masyarakat. Dengan demikian semua usaha pendidikan membantu
perkembangan dirinya.
Menurut Pasal 9 Ayat 2 UU Sistem Pendidikan Nasional yang diundangkan pada tanggal
27 Maret No 2 Tahun 1989 dinyatakan, bahwa satuan pendidikan yang disebut sekolah
merupakan bagian dari pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan. Tanggung jawab
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal didasarkan atas tiga faktor :

1. Tanggung jawab formal


Kelembagaan pendidikan sesuai dengan fungsi, tegasnya dan mencapai tujuan
pendidikan menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

2. Tanggung jawab keilmuan


Berdasarkan bentuk,isi, tujuan dan tingkat pendidikan yang dipercaya kepadanya oleh
masyarakat sebagaimana tertuang dalam Pasal 13, 15, dan 16 Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional.

3. Tanggung jawab fungsional


Tanggung jawab yang diterima sebagai pengelola fungsional dalam melaksanakan
pendidikan oleh para pendidik yang diserahi kepercayaan dan tanggung jawab melaksanakan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai limpahan wewenang dan
kepercayaan serta tanggung jawab yang diberikan orang tua kepada peserta didik.
Pelaksanaan tugas tanggung jawab yang dilakukan oleh para pendidik profesional ini
didasarkan atas program yang telah terstruktur.[6]

C. Pembinaan dan Tanggung Jawab oleh Masyarakat

Masyarakat dari segi sosiologi adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam
suatu kawasan dan saling berinteraksi sesamanya untuk mencapai tujuan. Secara kualitatif
dan kuantitatif anggota masyarakat terdiri dari berbagai ragam pendidikan, profesi, keahlian,
bangsa, suku, kebudayaan, agama, lapisan sosial sehigga menjadi masyarakat yang plural.
Secara makro memang demikianlah kenyataan masyaraakt karena terdiri dari berbagai
keluarga yanga yang heterogen. Setiap anggota masyarakat secara tidak langsung telah
mengadakan kerja sama dan saling mempengaruhi untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
tujuannya. Demikianlah dinamiaka berjalan sejak dahulu sampai sekarang dan seterusnya.
Mereka secara fungsional dan struktural di lingkungan masing-masing bertanggung jawab
terhadap perilaku dan tingkah laku warganya secara konsepsional pendidikan oleh kedua
jenis pemimpim masyarakat ini antara lain adalah mengawasi, menyalurkan, membina, dan
meningkatkan kualitas anggotanya. Dengan demikian aktivitas masing-masing anggota
masyarakat berjalan menurut fungsinya dalam mewujudkan masyarakat yang damai.

D. Pembinaan Kerja Sama antara Orang Tua , Sekolah, dan Masyarakat

Setelah kita melihat ketiga macam tanggung jawab dan pembinaan pendidikan yang
dilakukan oleh orang tua, sekolah, dan masyarakat, tampaknya ada kesaaman rasa tanggung
jawab yang dipikul oleh ketiga macam lingkungan pendidikan ini. Mereka secara tidak
langsung telah mengadakan kerja sama yang erat di dalam praktek pendidikan. Kerja sama
yang erat itu tampak dari hal-hal berikut. Orang tua anak meletakkan dasar-dasar pendidikan
di rumah tangga, terutama dalam segi pembentukan kepribadian, nilai-nilai luhur moral dan
agama sejak kelahirannya.

E. Pengaruh Timbal Balik Antara Sekolah dan Msyarakat


1. Pengaruh Sekolah terhadap Masyarakat
Sekolah merupakan salah satu lembaga masyarakat. Di dalamnya terdapat reaksi dan
interaksi antar warganya. Warga sekolah tersebut adalah guru, murid, tenaga administrasi
sekolah serta petugas sekolah lainnya. Sebagai salah satu lembaga masyarakat maka untuk
dapat menjalankan tugasnya sekolah perlu memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
a. Menyesuaikan kurikulum sekolah dengan kebutuhan masyarakat.
b. Metode yang digunakan harus mampu merangsang murid untuk lebih mengenal kehidupan
riil dalam masyarakat.
c. Menumbuhkan sikap pada murid untuk belajar dan bekerja dari kehidupan sekitarnya.
d. Sekolah harus selalu berintegrasi dengan kehidupan masyarakat, sehingga kebutuhan kedua
belah pihak akan terpenuhi.
e. Sekolah seharusnya dapat mengembangkan masyarakat dengan cara mengadakan
pembaharuan tata kehidupan.
Dalam mengemban fungsi sekolah sebagai lembaga pengembangan masyarakat, guru
mempunyai peranan yang cukup penting selain sebagai pengajar di sekolahan ia juga sebagai
pemimpin masyarakat baik masyarakat luar sekolah maupun masyarakat dalam
sekolah.
Pengaruh sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya tergantung kepada luas-
tidaknya produk serta kualitas dari produk sekolah itu sendiri. Semakin luas sebaran produk
sekolah ditengah-tengah masyarakat; lebih-lebih bila diikuti dengan tingkatan kualitas yang
memadai, tentu produk persekolahan tersebut membawa pengaruh positif dan berarti bagi
perkembangan masyarakat bersangkutan. Setidak-tidaknya ada empat yang bisa diperankan
oleh sekolah terhadap perkembangan masyarakat.
Keempat pengaruh tersebut adalah :
1) Mencerdaskan kehidupan masyarakat.
Kecerdasan masyarakat dapat dikembangkan melalui pendidikan baik pendidikan formal
maupun non formal bahkan informal. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan dalam hal ini
memegang peran penting karena programnya lebih mantap dan baku dibanding lembaga
pendidikan lainnya. Tingkat kecerdasan masyarakat dan peradapan ekonomi sosial sangat
membantu sekolah dalam mewujudkan masyarakat yang lebih cerdas. Tingkat kecerdasan
masyarakat akan sangat menentukan dalam menghadapi tantangan.
2) Membawa virus pembaruan bagi perkembangan masyarakat.
Program pendidikan di sekolahan juga mengupayakan terjadinya transformasi
pengetahuan, pemikiran dan adanya inovasi bagi perkembangan masyarakat luas. Kualitas
hidup masyarakat meningakat bila mereka tidak statis melainkan dinamis bermunculan
adanya pembaharuan dan penemuan-penemuan yang dapat terjadi di masyarakat maupun
sekolah. Namun sudah menjadi tugas dan kewajiban sekolah untuk menyebarluaskan hasil
penemuan dan pembaharuan tersebut.
3) Melahirkan warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di lingkungan
masyarakat.
Untuk terjun ke lapangan pekerjaan diperlukan bekal matang, pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Sekolah tidak dapat terlepas dari tugas pembekalan hal tersebut. Hal ini
tercermin dalam isi kurikulum pada masing-masing lebaga pendidikan (sekolah). Sekolah
kejuruan lebih tegas batas spesialisasinya dalam membekali para muridnya dan lebih
menekankan pada skill tertentu misalnya STM pada keterampilan tehnik, SMEA Pada
keterampilan di bidang ekonomi administrasi, SMKK pada kerumahtanggaan.
4) Melahirkan sikap-sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta
integrasi sosial yang harmonis ditengah-tengah masyarakat.
Sikap positif dan konstruktif sungguh sangat didambakan oleh masyarakat, dan sekolah
telah membekali murid-muridnya sejak pendidikan dasar sampai perguruan tinggi lawat
pendidikan agama, pendidikan moral pancasila, maupun dalam bidang studi lain. Kesadaran
hidup bernegara, persatuan dan kesatuan, serta loyalitas warga negara terhadap nusa dan
bangsanya secara bertahap ditanamkan pada hati sanubari murid-muridnya sehingga sikap
positif dan konstuktif bagi masyarakat dapat terwujud.
Di dalam Tap MPR No. IV/MPR/1978 ditegaskan bahwa pendidikan berdasar atas
pancasila dan bertujuan :
a) Meningkatan:
o Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
o Kecerdasan
o Keterampilan
b) Mempertinggi budi pekerti
c) Memperkuat kepribadian
d) Mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab
atas pembangunan bangsa.
2. Pengaruh Masyarakat terhadap Sekolah
Selain masyarakat selalu tumbuh dan berkembang, ia memiliki identitas atau karakter
tersendiri sesuai dengan sosial budaya dan latar belakang sosial ekonominya. Identitas dan
perkembangan masyarakat tersebut sedikit banyak akan terpengaruh terhadap sekolah.
Pengaruh tersebut baik dalam orientasi dan tujuan pendidikan maupun proses pendidikan itu
sendiri.
Dengan demikian dapat disimpulkan pengaruh peranan masyarakat terhadap sekolah :
a) Sebagai arah dalam menentukan tujuan
b) Sebagai masukan dalam menentukan proses belajar mengajar
c) Sebagai sumber belajar
d) Sebagai pemberi dana dan fasilitasi lainnya
e) Sebagai labolatorium guna pengembangan dan penelitian sekolah.
Ada yang mengatakan bahwa sekolah merupakan lembaga investasi manusia/ tenaga yang
sangat penting untuk kebutuhan dan kemajuan masyarakat. Investasi tenaga ini diharapkan
mutunya baik dan jumlahnya mencukupi. Tersebarnya lulusan sekolah yang berkualitas dan
jumlahnya memadai akan membawa pengaruh positif bagi perkembangan masyarakat yang
bersangkuatan.
Peranan masyarakat terhadap sekolah antara lain terutama dalam :
1) Pengawasan; Masyarakat terlibat juga dalam pengawasan terhadap sekolah (social control).
Pengawasan ini terhadap segala gerak-gerik sekolah selaku lembaga pendidikan. Pengawasan
dapat secara langsung atau lewat Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) atau
lewat media massa; demikian juga masukan hasil pengawasan.
2) Bantuan-bantuan yang berupa pembiayaan sekolah (gedung, sarana, dan prasarana) lewat
BP3 atau secara langsung perorangan/ kelompok.
3) Penyediaan tempat untuk mendirikan sekolah atau lapangan sekolah dan lain-lain yang
diperlukan sekoah.
4) Penyediaan narasumber (resorce person).
5) Masyarakat sebagai laboratorium atau sumber belajar yang sangat membantu proses belajar
mengajar.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Anak sebagai makhluk sosial dilahirkan dalam ketidak berdayaan. Lingkungan


keluarga yang memotori oleh ayah dan ibu adalah dua orang pertama dan utama, maka peran
keduanya sangat dominan dalam diri anak dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan yang
mewarnai kehidupan seseorang sepanjang hayatnya.
Mengingat berbagai keterbatasan kedua orang tua maka tanggung jawab pendidikan
sebagian dipercayakan kepada sekolah. Sekolah sebagai lembaga formal (resmi). Menerima
limpahan tanggung jawab ini secara sadar dan menunaikannya secara sengaja, berencana, dan
sistematis.
Kewibawaan pendidikan diperlukan oleh sekolah, agar peserta didik mematuhi dan
melaksanakan beberapa peraturan yang ada. Maka untuk menegakkan kewibawaan
pendididkan diperlukan kerja sama terpadu dari keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Masyarakat sebagai lingkungan pendidikan ketiga berperan mengawasi,
mengarahakan dan memantapkan pendidikan yang telah diterimanya dari orang tua dan
sekolah. Dalam masyarakatlah ia akan menemukan kedewasaannya yang sebenarnya melalui
pengalaman ilmu, berketerampilan dan pengalaman yang beraneka ragam.
Mengingat pentingnya hubungan timbal balik antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Maka penting untuk direalisasikan dengan berbagai bentuk dan cara pelaksanaannya guna
mencerdaskan anak bangsa.

B. Saran

Anak merupakan kader generasi bangsa masa depan. Anak harus dibekali ilmu
pengetahuan, keterampilan, cakrawala yang komprehensif. Diharapkan anak ketika dewasa
dia dapat menjadi orang yang berguna dan diterima di dalam masyarakat, oleh karena itu
diharapkan juga pada era modern ini ada pengaruh timbal balik antara keluarga, sekolah, dan
masyarakat sehinggatercipta anak yang baik dan benar dalam masalah bidang apapun.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Prof.H.M,M.Ed. dan Rasyad, Aminuddin, Dr.H. Dasar-Dasar Pendidikan.


Jakarta: Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 1998.
Departemen Agama. Al-Quan dan Terjemahannya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemahan Al-Quran. 1985.
Idris, Prof.H.MA. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Angkasa Raya.1987.
Ihsan,Drs.H.Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2008
Rosyi dan Moeslihatun. Dasar-Dasar Psikologi dalam Pendidikan. Surabaya: Bulan
Bintang. 1981.
UU No. 2 Tahun 1985. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Kreasi Jaya. 1989.
UU No. 2 Tahun 1989. Sistem Pendidikan Nasional. Jakrta: Departemen Penerangan.1990.

[1] Prof.H.M.Arifin, M.Ed., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1998), hlm.259-260.
[2] Ibid, hlm. 27
[3] Departemen Agama, Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara penerjemah Al-Quran, 1985) hlm. 951
[4] Prof. H. MA. Zahra Idris, Dasar-dasar Pendidikan 1,(Padang: Angkasa Raya, 1987),
hlm.76
[5] Rosyi dan Moeslihatuen, Dasar-dasar Psikologi dalam Pendidikan, (Surabaya: Bulan
Bintang, 1981), hlm. 178
[6] UU Nomor 2 Tahun 1989, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen
Penerangan,1990), hlm. 63
[7] Drs.H.Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan,cet.kelima (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),
hlm. 84-9

Pendidikan Keluarga dan Sekolah


Diposkan oleh Benny Dwi on Senin, 26 November 2012

Pendidikan Dalam Sekolah Dalam kehidupan modern lembaga pendidikan sekolah


mempunyai peranan penting dalam dalm mengembangkan sumber daya manusia. Sekolah
yang seiring juga dipandanag sebagai lingkungan pendidikan kedua bagi anak setelah
lingkungan keluarga, diserahi sebagian tanggung jawab pendidikan yang dipikul orang tua
dalam keluarga. Hal ini terjadi karena orang tua sudah kecil kemungkinan untuk dapat
mendidik anaknya untuk menguasai berbagai kemampuan yang diperlukan dalam
kehidupannya.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan orang tua tidak
sanggup lagi untuk mendidik anaknya tentang berbagi pengetahuan dan kemampuan tersebut,
untuk kemudian menyerahkan sebagian tugas dan tanggung jawabnya kepada guru yang
menjadi pendidikan di sekolah. Sehubungan hal tersebut lembaga pendidikan sekolah yang
bersifat formal mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak.

I. Karakteristik pendidikan sekolah


Dalam melaksanakan tugasnya sekolah tergolong pada lembaga pendidikan formal
merupakan tempat berlangsungnya proses belajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Penyelenggaraan proses pembelajaran di sekolah dilakukan oleh petugas khusus dengan
menggunakan cara-cara tertentu menurut norma-norma tertentu, untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Mengacu pada sistem pendidikan nasional sekolah sebagai lembaga pendidikan yang
tergolong pada jalur pendidikan formal memiliki karakteristik jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidkan yang melandasi jenjang
pendidkan menengah. Pendidkan dasar berbentuk sekolah dasar ( SD) dam madrasah
ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan
madrasah tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajatnya.pendidikan menengah
merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan
menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan tinggi merupakan jenjang
pendidikan setelah pendidikan menengah.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah juga merupakan tempat terjadinyah proses
sosialisasi yang kedua bagi anak setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan
perkembangan sosialnya, serta mempunyai tanggung jawab yang penting bagi pendidikan
anak-anak dan pemuda dalam kehidupan.

II. Fungsi dan tujuan pendidikan sekolah


Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sisem pendidikan nasional pembelajaran disekolah
hendaknya memiliki fungsi dan tujuan yang mengacu pada pendidikan nasional. Dalam
kaitan ini sekolah hendaknya berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Soleh Soegiyanto (1994) mengemukakan fungi fungsi sekolah sebagai lembaga sosial,
yaitu:
1. Sekolah berfungsi sebagai lembaga sosialisasi, membantu anak-anak dalam mempelajari
cara-cara hidup di tempat mereka dilahirkan.
2. Sekolah berfungsi untuk mentransmisi dan mentranspormasikan kebudayaan.
3. Sekolah berfungsi menyeleksi murid untuk melajutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Pada kehidupan modern sekarang ini disamping pendidikan lainnya, kehadiran sekolah
sebagai jalur pendidikan formal mempunyai peranan penting, karena tanpa lembaga sekolah,
sumber-sumber dan kemampuan -kemampuan masyarakat yang sangat kompleks sulit
kiranya untuk ditranspormasikan, atau disampaikan kepada generasi berikutnya secara efektif
dan efisien.
III. Pendidikan Dalam Keluarga
Awal kehidupan seseorang dimulai dalam lingkungan keluarga, bahkan dalam keluarga pula
pada umumnya seseoramg mengakhiri kehidupannya. Sejak mulai lahir dari bayi sampai
tumbuh dewasa tidak terlepas dari kehidupannya yang terus menerus berputar sampai
terbentuk sebuah keluarga kembali. Dalam keluarga terjadi apa yang dinamakan interaksi
antar anggota keluarga, interaksi tersebut dapat terjadi antara suami (ayah) dengan anak, istri
( ibu) dengan anak, anak dengan anak, bahkan terjadi pula antar keluarga satu dengan
keluarga lainnya. Dalam interaksi itu terjadi proses belajar, pembinaan, bimbingan atau
proses pendidikan.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, lingkungan keluarga merupakan lembaga
pendidikan yang pertana dan utama, berlangsung secara wajar dan informal, serta lebih
dominan melalui media permainan. Keluarga merupakan dunia anak yang pertama yang
memberikan sumbangan mental dan fisik terhadapnya. Dalam keluarga anak lambat laun
membentuk konsepsi tentang pribadinya baik tepat maupun kurang tepat. Melalui interaksi
dalam keluarga, anak tidak hanya mengidentifikasi dirinya denga kehidupan masyarakat dan
alam sekitarnya.
Orang tua (ibu dan ayah) sebagai pendidik betul betul merupakan pletak dasar kepribadian
anak. Dasar kepribadian tersebut akan bermanfaat atau berperan terhadap pengaruh
pengaruh atau pengalaman pengalaman selanjutnya, yang datang kemudian,. Anak lahir
dalam pemeliharaan keluarga dan dibesarkan dalam keluarga. Anak akan menyerap norma-
norma yang ada pada anggota keluarga, dari ibu. Ayah, maupun dari saudara-saudara yang
lain. Karena itu orang tua didalam keluarga merupakan kewajiban kodrati untuk
memperhatikan dan mendidik anak-anaknya sejak anak dilahirkan, bahkan sudah ditanamkan
rasa kasih sayang sejak anak masih dalam kandungan ibunya. Jadi tugas orang tua dalam
mendidik ana-anaknya terlepas dari kedudukan, keahlian atau pengalaman dalam bidang
pendidikan yang resmi.
Melalui pendidikan dalam keluarga, anak bukan saja diharapkan agar menjadi suatu pribadi
yang mantap, yang secara mandiri dapat melaksanakan tugas hidupnya yang baik, melainkan
ia juga diharapkan kelak dapat menjadi anggota masyarakat yang baik. Kedua segi
pendidikan tersebut, kepribadian yang mantap dan anggota mayarakat yang baik, bukan dua
hal yang dipertentangkan, melainkan keduanya harus terjalin dalam kehidupan yang serasi.
Karena itulah maka pendidikan dalam keluarga merupakan salah satu fungsi pokok dalam
keluarga.

IV. Peranan anggota keluarga dalam pendidikan anak


Pada umumnya peranan seseorang itu berkaitan dengan harapan-harapan orang lain atau
masyarakat terhadapnya sesuai dengan status dan kedudukannya itu. Pada kebanyakan
keluarga, ibu yang memegang peranan pnting terhadap pendidikan anak-anaknya. Ibu dalam
keluarga merupakan orang yang pertama kali berinteraksi dengan anak-anak. Pendidikan
yang diberikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yag tak dapat
diabaikan sama sekali. Baik buruknya pendidikan ibu terhadap anaknya tentu akan
mempengaaruhi terhadap pembentukan kepribadian mereka.
Disamping ibu, ayahpun pmempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya terhadap
pembentukan kepribadian anak. Dari seorang ayah anak akan mengenal yang namanya
wibawa.
Tindakan orang tua diharapkan saling menyeimbangi dan orang tua tampil sebagai penjelas
nilai nilai yang dianut oleh keluarga yang bersangkutan. Peranan orang tua dalam konteks
pembinaan anak dalam keluarga meliputi:
1. peran sebagai pendidik
2. peran sebagai panutan
3. peran sebagai pendorong
4. peran sebagai pengawas
5. peran sebagai teman
6. peran sebagai inspirasi
7. peraan sabagai konselor

V. Dasar Teoritik Kependidikan Anak


Otoritas orang tua diperkecil oleh otoritas lembaga kemasyarakatan. Peanan orang tua
sebagai pendidik dan sumber informasipun telah berkurang, karena pengaruh sumber lain
seperti: radio, televisi, mass media lainnya. Banyak teori tentang perilaku manusia dalam
merumuskan asumsi dasar sifat manusia. Tetapi pendekata paling dominan adalah
psikoanalisis, behaviorisme, kogitif, dan humanisme.
Konsep psikoanalisis melukiskan: manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh
keinginannya terpendam. Konsep behaviorisme memandang bahwa manusia itu merupakan
makhluk yang digerakkan oleh lingkugannya. Konsep kognitip melihat manusia itu sebagai
makhluk yang aktif mengorganisaikan dan mengolah rangsangan (stimulus) yang
diterimanya. Konsep humanisme menggambarkan bahwa manusia ini merupakan pelaku aktif
untuk merumuskan syrategi transaksional dengan lingkungannya. Ini merupakan teori eori
perilaku yang dipandang relevan untuk dijadikan pijakan atau menjawab masalah perilaku
mengasuh anak balita.
Teori stimulus-Respons (S-R) dari Watson (1913) sbenarnya sudah diketengahkan oleeh
Pavlop (1902) da Thondikke (1908). Pavlop telah menyodorkan hukum penguat (Law of
Reinforvement) dan Thondike telah mengukuhkan Hukum Efek (Law Efect).
Krech dan Crutcfield menyatakan bahwa perilaku setiap orang dibentuk oleh konspsi
konsepsinya sendiri tentang dunia. Karena itu dunia sosial seseorang arus digambarkan
sebagaimana dipersepsinya. Kemudian ia merumuskan proposisi dinamika perilaku sebagi
berikut:
1. Unit peting memadai untuk menganalisis motivasi adalah perilaku yang melibatkan
kebutuhan dan tujuan
2. Dinamika perilaku merupakan akibat dari ciri lapangan psikologik pada saat itu
3. Ketidak stabilan lapangan psikologik menimbulkan ktegangan yang cenderung
mempengauhi pesepsi, kognisi, dan aksi untuk merubah lapangan tersebut ke arah stuktur
yang lebih stabil lagi
4. Frustasi terhadap pencapaian tujuan dan kegagalan dalam mengurangi ketegangan dapat
menimbulkan berbagai perilaku adaptif atau maladatif
5. Cara yang khusus dalam pencapaian tujuan dan penggunaan ketegangan dapat dipelajari
dan dirasakan oleh seseorang.
Van Dijk (dalam soelaeman,1994) menunjuk, bahwa dahulu pendidikan berpusat pada
keluarga sebagai pusat pendidikan bagi anak dalam segala bidang. Tugas keluarga dalam
mendidik anaknya tidak saja mencakup pengembangan individu anak agar menjadi pribadi
yang mantap, akan tetapi meliputi pula upaya membantuhnya dan mempersiapkannya
menjadi anggota masyarakat yang baik. Karl Mannhein (dalam Soelaeman) mengemukakan,
bahwa anak tidak didik dalam ruang dan keadan yang abstrak, melainkan dalam kehidupan
masyarakat tertentu.

VI. Fungsi Sosialisasi dan Pola Asuh Keluarga


Dalam rangkah melaksanakan fungsi sosialisasi itu keluarga menduduki kedudukan sebagai
penghubung anak dalm kehidupan sosial dan norma-norma sosial. Faktor yang menyebabkan
peran keluarga sangat penting dalam proses sosialisasi anak adalah sebagai berikut :
a. Keluarga merupakan kelompok kecil yang anggotanya berinteraksi face to face secara
tertutup.
b. Orang tua mempunyai motivasi kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan buah
dari kasih sayang hubungan suami istri.
c. Karena hubungan sosial dalam keluarga bersifat tetap.
Fungsi sosialisasi menunjukkan peran keluarga dalm membentuk kepribadian anak. Melalui
interaksi sosial dalam keluarga, anak mempelajari pola-pola sikap, tingkah laku, keyakinan,
cita-cita, dan nilai-nilai di masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.
Adapun tujuan dari sosialisasi dalam lingkungan keluarga, yaitu orang tua mengajarkan
kepada anaknya tentang :
a. Penguasaan Diri Masyarakat menuntut penguasaan diri setiap anggotanya. Proses mengajar
anak untuk menguasai dirinya timbul pada saat orang tua melatih anak untuk memelihara
kebersihan dirinya.
b. Nilai Nilai dasar dalam diri seseorang terbentuk pada saat berusia enam tahun. Bersamaan
dengan latihan penguasaan diri. Sebaiknya anak nilai-nilai.
c. Peranan Sosial Setelah pada diri anak berkembang kesadaran diri sendiri yang
membedakan dirinya dengan orang lain, dia mulai mempelajari peranan sosial yang sesuai
dengan gambaran tentang dirinya.
Alat pendidikan yang digunakan dalam keluarga adalah kasih sayang dan kewibawaan. Kasih
sayang orang tua berperan melindungi anak dalam hal ketidakberdayaannya. Dengan
dilandasi oleh kasih sayang, anak akan merasa terlindungi dan merasa aman, memungkinkan
anak akan tumbuh dan berkembang secara baik. Tindakan kewibawaan sebagai perilaku
seseorang yang tercermin pada rasa tanggung jawab, sehingga orang lain merasa hormat
kepadanya.
Polah asuh yang dilaksanakan dalam keluarga sangat berperan dalam pembentukan pribadi
anak. Hubungan emosional muncul karena hubungan cinta kasih sayang ada dalam keluarga
merupakan unsur yang paling mendasar bagi perkembangan anak. Pola asuh dalam keluarga
diantaranya :
a. Pola asuh yang memanjakan Dalam hal ini masih ada orang tua yang mengartikan kasih
sayang dengan memanjakan yang berlebihan, sehingga sesala sesuatu yang diberikan kepada
si anak diluar batas kewajaran. Akibat hal ini si anak tidak dapat mengembangkan dirinya
karena terlalu dikhwatirkan oleh orang tuanya.
b. Pola asuh membiarkan Pola ini dilakukan eloh orang tua degan membiarkan anak sendiri
tanpa mengarahkan. Anak dapat berbuat apa saja sesuai dengan keinginannya. Akibat hal ini
kemungkinan yang muncul adalah anak akan mementingkan dirinya sendiri, sulit untuk
bekerja sama, sikap menentamg.
c. Pola asuh otoriter Dalam pola ini orang tua bertindak bahwa segala sesuatu yang menjadi
aturannya harus dijalani dan dipatuhi oleh anak. Akibat dari pola ini yaitu anak tidak akan
pernah mampu mengambil keputusan sendiri selalu bertanya kepada orang tuanya, atau
enggan dam tidak dapat mengambil inisiatif sendiri.
d. Pola asuh otoriatif Pola asuh yang wajar dan tepat untuk membantu perkembangan petensi-
potensi anak yang dibawanya sejak lahir. Dalam penerapan pola ini disesuaikan denagn
situasi dan kondisi.

VII. Kesimpulan
Dalam melaksanakan tugasnya sekolah tergolong pada lembaga pendidikan formal
merupakan tempat berlangsungnya proses belajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sisem pendidikan nasional pembelajaran disekolah
hendaknya memiliki fungsi dan tujuan yang mengacu pada pendidikan nasional. Dalam
kaitan ini sekolah hendaknya berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, lingkungan keluarga merupakan lembaga
pendidikan yang pertana dan utama, berlangsung secara wajar dan informal, serta lebih
dominan melalui media permainan. Keluarga merupakan dunia anak yang pertama yang
memberikan sumbangan mental dan fisik terhadapnya. Dalam keluarga anak lambat laun
membentuk konsepsi tentang pribadinya baik tepat maupun kurang tepat. Melalui interaksi
dalam keluarga, anak tidak hanya mengidentifikasi dirinya denga kehidupan masyarakat dan
alam sekitarnya. Fungsi sosialisasi menunjukkan peran keluarga dalm membentuk
kepribadian anak Pola asuh yang dilaksanakan dalam keluarga sangat berperan dalam
pembentukan pribadi anak. Dalam menentukan pola asuh, harus dilandasi oleh kasi sayang
yang merupakan alat pendidkan, sehimgga potensi anak dapat berkembang sewajarnya. Pola
asuh yang digunakan dalam keluarga juga harus memperhatikan perkembangan anak itu
sendiri.

VIII. Saran
Kita sebagai calon guru maupun orang tua harus mengetahui betapa pentingnya pendidikan,
baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Pendidikan yang seyogyiannya
untuk kepentingan kita dan juga harus bisa dirasakan oleh semuannya manusia agar dapat
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak kita dan untuk mengembangkan potensi
kita agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab, sehimgga dapat bersaing dengan manusia lainnya.

Sumber : http://krizi.wordpress.com/2011/09/12/makalah-sosial-budaya-pendidikan-
keluarga-dan-sekolah/
Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena
hubungan searah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti ( ayah, ibu, dan anak ). Menurut
Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya
untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial.
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama
dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung
jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh adn berkembang
dengan baik.

Pendidikan pada lingkungan keluarga


Ditinjau dari segi hukum perkawinan, bahwa anak yang dilahirkan dalam keluarga adalah
kepunyaan kedua orang tuanya, karena pergaulan dan kehidupan rumah tangga yang mereka
bina dan tegakkan.Secara hukum telah disahkan melalui ijab qobul yang disaksikan oleh
majlis perkawinan yang sengaja dilakukan, maka anak mereka adalah tanggung jawab
mereka.Orang luar secara hukum tidak dapat mencampuri masalah intern mereka terkecuali
dalam hal-hal tertentu misalnya adanya penganiayaan, melainkan tanggung jawab kepada
anak atau kejadian yang membahayakan jiwa si anak.Mengenai hal ini diatur tersendiri dalm
peraturan perundang-undangan negara.
Sebenarnya hakikat perkawinan ini dilihat dari segi kependidikan adalah kesadaran kedua
suami istri memikul rasa tanggung jawab bersama.Sebelum keduanya melakukan pernikahan,
tanggung jawab atas diri mereka berada pada kedua orang tua masing-masing. Sebagai mana
diketahui dalam hukum islam, bahwa tanggung jawab adalah sejak anak masih dalam
kandungan sampai mengawinkannya. Bila ia telah dikawinkan maka secara hukum islam ia
sudah dewasa dan semua tanggung jawab berubah kepundaknya. Begitulah rasa tanggung
jawab ini berlaku untuk semua suami istri setelah melakukan perkawinan. Menurut Pasal UU
Perkawinan No. 1 Tahun 1974, dikatakan bahwa : perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dan seorang wanita sebagi suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang
bahagia dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Anak yang lahir dari
perkawinan ini adalah anak yang sah dan menjadi hak dan tanggung jawab kedua orang
tuanya memelihara dan mendidiknya dengan sebaik-baiknya.kewajiban kedua orang tuanya
mendidik anak ini terus berlanjut sampai ia dikawinkan atau dapat berdiri sendiri. Bahkan
menurut Pasal 45 Ayat 2 UU Perkawinan ini, kewajiban dan tanggung jawab orang tua akan
kembali apabila perkawinan antara keduanya putus karena suatu hal. Maka anak ini kembali
menjadi tanggung jawab orang tua.
Kewajiban mendidik ini secara tegas dinyatakan Allah dalam surat At-tahrim ayat 6, sebagai
berikut yang artinya :
Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluaragamu dari api neraka.
(QS. At-tahrim : 6) Perkataan Quran di sini adalah kata kerja perintah atau fill amar yaitu
suatu kewajiban yang harus ditunaikan oleh kedua orang tua terhadap anaknya. Kedua orang
tua adalah pendidik yang pertama dan utama bagi anaknya. Karena sebelum orang lain
mendidik anak ini, kedua orang tuanyalah yang mendidik terlebih dahulu. Dan bila kita telah
secara mendalam memang benar apabila tanggung jawab pendidikan anak terletak di tangan
kedua orang tuanya dan tidak dapat dipikulkan kepada orang lain, kecuali apabila orang tua
merasa tidak mampu melakukan sendiri, maka bolehlah tanggung jawabnya diserahkan
kepada orang lain misalnya dangan cara disekolahkan.Tanggung jawab pendidikan yang
perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain sebagai berikut :
1. Memelihara dan membesarnya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk
dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum, dan perawatan agar ia dapat
hidup secara berkelanjutan.
2. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmani maupun rohani dari
berbagai gangguan penyakit atau bahkan bahaya lingkungan yang dapat
membahayakannya.
3. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi
hidupnya, sehingga apabila ia telah dewasa ia mampu berdiri sendiri dan membantu
orang lain serta melaksanakan kekhalifahannya.
4. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama
sesuai dengan ketentuan Allah sebagai tujuan akhir hidup muslim. Tanggung jawab
ini dikategorikan juga sebagai tanggung jawab kepada Allah.

Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus-menerus perlu
dikembangkan setiap orang tua, mereka juga perlu dibekali teori-teori pendidikan modern
sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan demikian tingkat dan kualitas materi
pendidikan yang diberikan dapat digunakan anak untuk menghadapi lingkungan yang selalu
berubah. Bila hal ini dapat dilakukan oleh setiap orang tua,maka generasi mendatang telah
mempunyai kekuatan mental menghadapi perubahan dalam masyarakat. Untuk dapat berbuat
demikian, tentu saja orang tua perlu meningkatkan ilmu dan keterampilannya sebagai
pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Upaya yang dapat ditempuh utuk
meningkatkan kualitas diri orang tua antara lain dengan cara belajar seumur hidup, sebagai
mana diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW Yaitu belajar seumur hidup dan menuntut ilmu
itu wajib bagi setiap muslim dan muslimat tanpa kecuali. Agama islam selalu meningkatkan
pemeluknya agar generasi berikutnya memiliki kualitas yang lebih baik dari generasi
sebelumnya. Konsep pendidikan ini tampaknya telah dianut oleh bangsa Indonesia sehinggan
dimasukkan kedalam GBHN.
Kerja sama untuk mendidik anak antara suami dan istri sangat mutlak diperlukan. Bagi
suami mempunyai kelebihan ilmu dan keterampilan mendidik, harus mengajarkan kepada
istrinya dan begitu pula sebaliknya.Dengan demikisn antara suami dan istri saling menutup
kelemahannya.Cara mendidik anak dengan menyerahkan sepenuhnya kepada istri rasanya
tidak tepat lagi, mengingat tugas dan tanggung jawab istri dalam kelurga sekarang tampaknya
semakin berat.Apalagi bagi keluarga yang kedua harus bekerja di luar rumah, sedang di
rumah tidak ada pembantu atau nenek atau kakeknya, sehingga jenis keluarga ini menjadi
keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya.Keluarga inti atau keluarga batih
ini, di daerah perkotaan cenderung meningkat terutama di lingkungan pegawai negeri yang
mengotrak rumah atau tinggal di rumah susun.
Anak sebagai manusia kecil yang sedang menuju ke arah perkembangan yang sempurna,
tidak luput dari beberapa tingkah laku dan sikapnya yang dapat mengganggu keharmonisan
rumah tangga.Gangguan akibat pertumbuhan dan perkembangan ini adalah wajar, namun
perlu diwaspadai dan diketahui agar tidak merugikan perkembangan atau hubungann
kekeluargaan. Beberapa sifat dan sikap yang mungkin muncul itu antara lain dikemukakan
oleh Dr. Sis Heyster dalam bukunya Ilmu Jiwa Anak dan Masa Muda dan juga oleh Crijn dan
Reksosiswojo dalam pengantar praktek pengajaran dan pendidikan sebagai berikut : keras
hati, keras kepala, manja, perasaan takut, dusta , agresif (menyerang anak lain), cepat
merajuk, berkata gagap, ingin menang sendiri, menyembunyikan milik teman sendiri dan
diakui kepunyaannya, fantasi dan gangguan anak yang disebut infant terrible.

Peranan anggota keluarga dalam pendidikan anak


Pada umumnya peranan seseorang itu berkaitan dengan harapan-harapan orang lain atau
masyarakat terhadapnya sesuai dengan status dan kedudukannya itu. Pada kebanyakan
keluarga, ibu yang memegang peranan pnting terhadap pendidikan anak-anaknya. Ibu dalam
keluarga merupakan orang yang pertama kali berinteraksi dengan anak-anak. Pendidikan
yang diberikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yag tak dapat
diabaikan sama sekali. Baik buruknya pendidikan ibu terhadap anaknya tentu akan
mempengaaruhi terhadap pembentukan kepribadian mereka.
Disamping ibu, ayahpun pmempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya terhadap
pembentukan kepribadian anak. Dari seorang ayah anak akan mengenal yang namanya
wibawa.
Tindakan orang tua diharapkan saling menyeimbangi dan orang tua tampil sebagai penjelas
nilai nilai yang dianut oleh keluarga yang bersangkutan. Peranan orang tua dalam konteks
pembinaan anak dalam keluarga meliputi:
1. peran sebagai pendidik
2. peran sebagai panutan
3. peran sebagai pendorong
4. peran sebagai pengawas
5. peran sebagai teman
6. peran sebagai inspirasi
7. peraan sabagai konselor

Dasar Teoritik Kependidikan Anak


Otoritas orang tua diperkecil oleh otoritas lembaga kemasyarakatan. Peanan orang tua
sebagai pendidik dan sumber informasipun telah berkurang, karena pengaruh sumber lain
seperti: radio, televisi, mass media lainnya. Banyak teori tentang perilaku manusia dalam
merumuskan asumsi dasar sifat manusia. Tetapi pendekata paling dominan adalah
psikoanalisis, behaviorisme, kogitif, dan humanisme.
Konsep psikoanalisis melukiskan: manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh
keinginannya terpendam. Konsep behaviorisme memandang bahwa manusia itu merupakan
makhluk yang digerakkan oleh lingkugannya. Konsep kognitip melihat manusia itu sebagai
makhluk yang aktif mengorganisaikan dan mengolah rangsangan (stimulus) yang
diterimanya. Konsep humanisme menggambarkan bahwa manusia ini merupakan pelaku aktif
untuk merumuskan syrategi transaksional dengan lingkungannya. Ini merupakan teori eori
perilaku yang dipandang relevan untuk dijadikan pijakan atau menjawab masalah perilaku
mengasuh anak balita.
Teori stimulus-Respons (S-R) dari Watson (1913) sbenarnya sudah diketengahkan oleeh
Pavlop (1902) da Thondikke (1908). Pavlop telah menyodorkan hukum penguat (Law of
Reinforvement) dan Thondike telah mengukuhkan Hukum Efek (Law Efect).
Krech dan Crutcfield menyatakan bahwa perilaku setiap orang dibentuk oleh konspsi
konsepsinya sendiri tentang dunia. Karena itu dunia sosial seseorang arus digambarkan
sebagaimana dipersepsinya. Kemudian ia merumuskan proposisi dinamika perilaku sebagi
berikut:
1. Unit peting memadai untuk menganalisis motivasi adalah perilaku yang melibatkan
kebutuhan dan tujuan
2. Dinamika perilaku merupakan akibat dari ciri lapangan psikologik pada saat itu
3. Ketidak stabilan lapangan psikologik menimbulkan ktegangan yang cenderung
mempengauhi pesepsi, kognisi, dan aksi untuk merubah lapangan tersebut ke arah stuktur
yang lebih stabil lagi
4. Frustasi terhadap pencapaian tujuan dan kegagalan dalam mengurangi ketegangan dapat
menimbulkan berbagai perilaku adaptif atau maladatif
5. Cara yang khusus dalam pencapaian tujuan dan penggunaan ketegangan dapat dipelajari
dan dirasakan oleh seseorang.
Van Dijk (dalam soelaeman,1994) menunjuk, bahwa dahulu pendidikan berpusat pada
keluarga sebagai pusat pendidikan bagi anak dalam segala bidang. Tugas keluarga dalam
mendidik anaknya tidak saja mencakup pengembangan individu anak agar menjadi pribadi
yang mantap, akan tetapi meliputi pula upaya membantuhnya dan mempersiapkannya
menjadi anggota masyarakat yang baik. Karl Mannhein (dalam Soelaeman) mengemukakan,
bahwa anak tidak didik dalam ruang dan keadan yang abstrak, melainkan dalam kehidupan
masyarakat tertentu.

Fungsi Sosialisasi dan Pola Asuh Keluarga


Dalam rangkah melaksanakan fungsi sosialisasi itu keluarga menduduki kedudukan
sebagai penghubung anak dalm kehidupan sosial dan norma-norma sosial. Faktor yang
menyebabkan peran keluarga sangat penting dalam proses sosialisasi anak adalah sebagai
berikut :
a. Keluarga merupakan kelompok kecil yang anggotanya berinteraksi face to face secara
tertutup.
b. Orang tua mempunyai motivasi kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan buah
dari kasih sayang hubungan suami istri.
c. Karena hubungan sosial dalam keluarga bersifat tetap.
Fungsi sosialisasi menunjukkan peran keluarga dalm membentuk kepribadian anak. Melalui
interaksi sosial dalam keluarga, anak mempelajari pola-pola sikap, tingkah laku, keyakinan,
cita-cita, dan nilai-nilai di masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.
Adapun tujuan dari sosialisasi dalam lingkungan keluarga, yaitu orang tua mengajarkan
kepada anaknya tentang :
a. Penguasaan Diri Masyarakat menuntut penguasaan diri setiap anggotanya. Proses mengajar
anak untuk menguasai dirinya timbul pada saat orang tua melatih anak untuk memelihara
kebersihan dirinya.
b. Nilai- Nilai dasar dalam diri seseorang terbentuk pada saat berusia enam tahun. Bersamaan
dengan latihan penguasaan diri. Sebaiknya anak nilai-nilai.
c. Peranan Sosial Setelah pada diri anak berkembang kesadaran diri sendiri yang
membedakan dirinya dengan orang lain, dia mulai mempelajari peranan sosial yang sesuai
dengan gambaran tentang dirinya.
Alat pendidikan yang digunakan dalam keluarga adalah kasih sayang dan kewibawaan. Kasih
sayang orang tua berperan melindungi anak dalam hal ketidakberdayaannya. Dengan
dilandasi oleh kasih sayang, anak akan merasa terlindungi dan merasa aman, memungkinkan
anak akan tumbuh dan berkembang secara baik. Tindakan kewibawaan sebagai perilaku
seseorang yang tercermin pada rasa tanggung jawab, sehingga orang lain merasa hormat
kepadanya.
Polah asuh yang dilaksanakan dalam keluarga sangat berperan dalam pembentukan pribadi
anak. Hubungan emosional muncul karena hubungan cinta kasih sayang ada dalam keluarga
merupakan unsur yang paling mendasar bagi perkembangan anak. Pola asuh dalam keluarga
diantaranya :
a. Pola asuh yang memanjakan, Dalam hal ini masih ada orang tua yang mengartikan kasih
sayang dengan memanjakan yang berlebihan, sehingga sesala sesuatu yang diberikan kepada
si anak diluar batas kewajaran. Akibat hal ini si anak tidak dapat mengembangkan dirinya
karena terlalu dikhwatirkan oleh orang tuanya.
b. Pola asuh membiarkan, Pola ini dilakukan eloh orang tua degan membiarkan anak sendiri
tanpa mengarahkan. Anak dapat berbuat apa saja sesuai dengan keinginannya. Akibat hal ini
kemungkinan yang muncul adalah anak akan mementingkan dirinya sendiri, sulit untuk
bekerja sama, sikap menentamg.
c. Pola asuh otoriter, Dalam pola ini orang tua bertindak bahwa segala sesuatu yang menjadi
aturannya harus dijalani dan dipatuhi oleh anak. Akibat dari pola ini yaitu anak tidak akan
pernah mampu mengambil keputusan sendiri selalu bertanya kepada orang tuanya, atau
enggan dan tidak dapat mengambil inisiatif sendiri.
d. Pola asuh otoriatif, Pola asuh yang wajar dan tepat untuk membantu perkembangan
potensi- potensi anak yang dibawanya sejak lahir. Dalam penerapan pola ini disesuaikan
denagn situasi dan kondisi.

2.Sekolah

Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama
dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu anak
dikirimkan ke sekolah-sekolah formal.

Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan.
Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peran sekolah dalam mempersiapkan
generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat.
Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya.
Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya
sebagai berikut :

1) Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta


menanamkan budi pekerti yang baik.

2) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau
tidak dapat diberikan di rumah.

3) Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis,


berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan dan
pengetahuan.

4) Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah,
dan sebagainya.

Suatu alternatif yang mungkin dilakukan sesuai situasi dan kondisi sekolah antara lain :

1) Pengajaran yang mendidik.

2) Peningkatan dan pemantapan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan (BP) di


sekolah.

3) Pengembangan perpustakaan sekolah menjadi suatu pusat/sumber belajar (PSB).

4) Peningkatan dan pemantapan program pengelolaan sekolah.

Pembinaan dan Tanggung Jawab Pendidikan Sekolah


Pembinaan pendidikan yang dilakukan kepada anak dalam lingkungan keluaraga akan
membentuk sikap, tingkah laku, cara merasa, dan mereaksi anak terhadap lingkungannya
.Untuk dapat memahami usaha pembinaan dan rasa tanggung jawab pendidikan yang
dilakukan oleh sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, ada baiknya dikemukakan
pengertian yang berkaitan dengan pendidikan informal, formal, dan nonformal.
Dalam buku Administrasi Pendidikan karangan Dr. Hadari Nawawi dikatakan sebagai
berikut :
Pendidikan formal adalah usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja,
berencana, terarah, dan sistematis melalui suatu lembaga pendidikan yang disebut sekolah .
Pendidikan informal adalah usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, tetapi
tidak berencana, dan tidak sistematis di luar lingkungan keluarga.
Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja dan
berencana tetapi tidak sistematis di luar lingkungan keluarga dan sekolah.
Semua usaha yang diselenggarakan oleh ketiga lembaga pendidikan di atas, tertuju
kepada suatu tujuan umum, yaitu untuk membentuk peserta didik mencapai kedewasaannya,
sehingga ia mampu berdiri sendiri di dalam masyarakat sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku di lingkungan masyarakat. Dengan demikian semua usaha pendidikan membantu
perkembangan dirinya.
Menurut Pasal 9 Ayat 2 UU Sistem Pendidikan Nasional yang diundangkan pada tanggal
27 Maret No 2 Tahun 1989 dinyatakan, bahwa satuan pendidikan yang disebut sekolah
merupakan bagian dari pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan. Tanggung jawab
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal didasarkan atas tiga faktor :
1. Tanggung jawab formal
Kelembagaan pendidikan sesuai dengan fungsi, tegasnya dan mencapai tujuan
pendidikan menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2. Tanggung jawab keilmuan
Berdasarkan bentuk,isi, tujuan dan tingkat pendidikan yang dipercaya kepadanya oleh
masyarakat sebagaimana tertuang dalam Pasal 13, 15, dan 16 Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional.
3. Tanggung jawab fungsional
Tanggung jawab yang diterima sebagai pengelola fungsional dalam melaksanakan
pendidikan oleh para pendidik yang diserahi kepercayaan dan tanggung jawab melaksanakan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagai limpahan wewenang dan
kepercayaan serta tanggung jawab yang diberikan orang tua kepada peserta didik.
Pelaksanaan tugas tanggung jawab yang dilakukan oleh para pendidik profesional ini
didasarkan atas program yang telah terstruktur.

Karakteristik pendidikan sekolah


Dalam melaksanakan tugasnya sekolah tergolong pada lembaga pendidikan formal
merupakan tempat berlangsungnya proses belajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Penyelenggaraan proses pembelajaran di sekolah dilakukan oleh petugas khusus dengan
menggunakan cara-cara tertentu menurut norma-norma tertentu, untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Mengacu pada sistem pendidikan nasional sekolah sebagai lembaga pendidikan yang
tergolong pada jalur pendidikan formal memiliki karakteristik jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidkan yang melandasi jenjang
pendidkan menengah. Pendidkan dasar berbentuk sekolah dasar ( SD) dam madrasah
ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan
madrasah tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajatnya.pendidikan menengah
merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan
menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan tinggi merupakan jenjang
pendidikan setelah pendidikan menengah.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah juga merupakan tempat terjadinyah proses
sosialisasi yang kedua bagi anak setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan
perkembangan sosialnya, serta mempunyai tanggung jawab yang penting bagi pendidikan
anak-anak dan pemuda dalam kehidupan.

Fungsi dan tujuan pendidikan sekolah


Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sisem pendidikan nasional pembelajaran
disekolah hendaknya memiliki fungsi dan tujuan yang mengacu pada pendidikan nasional.
Dalam kaitan ini sekolah hendaknya berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Soleh Soegiyanto (1994) mengemukakan fungi fungsi sekolah sebagai lembaga sosial,
yaitu:
1. Sekolah berfungsi sebagai lembaga sosialisasi, membantu anak-anak dalam mempelajari
cara-cara hidup di tempat mereka dilahirkan.
2. Sekolah berfungsi untuk mentransmisi dan mentranspormasikan kebudayaan.
3. Sekolah berfungsi menyeleksi murid untuk melajutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Pada kehidupan modern sekarang ini disamping pendidikan lainnya, kehadiran sekolah
sebagai jalur pendidikan formal mempunyai peranan penting, karena tanpa lembaga sekolah,
sumber-sumber dan kemampuan -kemampuan masyarakat yang sangat kompleks sulit
kiranya untuk ditranspormasikan, atau disampaikan kepada generasi berikutnya secara efektif
dan efisien.

3.Masyarakat

Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan di luar lingkungan keluarga


dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah dimulai beberapa waktu
ketika anak-anak telah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah.
Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.

Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini
meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-
pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga sisi, yaitu :

1) Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan.

2) Lembaga-lembaga kemasyarakatan atau kelompok sosial di masyarakat.

3) Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar baik yang dirancang (by design),

maupun yang dimanfaatkan (utility).

Paling sedikit dapat dibedakan menjadi enam tipe sosial-budaya sebagai berikut :

1) Tipe masyarakat berdasarkan sistem berkebun yang amat sederhana.

2) Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau sawah dengan

tanaman pokok padi.

3) Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di ladang atau sawah.

4) Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem bercocok tanam di sawah dengan tanaman

pokok padi.

5) Tipe masyarakat perkotaan.


6) Tipe masyarakat metropolitan.

Selain tipe masyarakat di atas yang dapat mempengaruhi karakteristik seseorang, terdapat
juga lembaga kemasyarakatan kelompok sebaya dan kelompok sosial seperti remaja masjid,
pramuka, dsb. Kelompok teman sebaya mempunyai fungsi terhadap anggotanya antara lain :

1) Mengajar berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain.

2) Memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih luas.

3) Menguatkan sebagian dari nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat orang

dewasa.

4) Memberikan kepada anggota-anggotanya cara-cara untuk membebaskan diri dari


pengaruh

kekuatan otoritas.

5) Memberikan pengalaman untuk mengadakan hubungan yang didasarkan pada prinsip

persamaan hak.

6) Memberikan pengetahuan yang tidak bisa dibrikan oleh keluarga secara memuaskan

(pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian, musik, jenis tingkah laku tertentu, dan lain-

lain).

7) Memperluas cakrawala pengalaman anak, sehingga ia menjadi orang yang lebih


kompleks.

Dengan demikian organisasi tersebut menyediakan program pendidikan bagi anak-anaknya,


yakni :

1) Mengajarkan keyakinan serta praktik-praktik keagamaan dengan cara memberikan

pengalaman-pengalaman yang menyenangkan bagi mereka


2) Mengajarkan bagi mereka tingkah laku dan prinsip-prinsip moral yang sesuai dengan

keyakinan-keyakinan agamanya

3) Memberikan model-model bagi perkembangan watak

Pengaruh Timbal Balik Antara Sekolah dan Msyarakat

1.Pengaruh Sekolah terhadap Masyarakat


Sekolah merupakan salah satu lembaga masyarakat.Di dalamnya terdapat reaksi dan interaksi
antar warganya.Warga sekolah tersebut adalah guru, murid, tenaga administrasi sekolah serta
petugas sekolah lainnya. Sebagai salah satu lembaga masyarakat maka untuk dapat
menjalankan tugasnya sekolah perlu memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
a. Menyesuaikan kurikulum sekolah dengan kebutuhan masyarakat.
b. Metode yang digunakan harus mampu merangsang murid untuk lebih mengenal kehidupan
riil dalam masyarakat.
c. Menumbuhkan sikap pada murid untuk belajar dan bekerja dari kehidupan sekitarnya.
d. Sekolah harus selalu berintegrasi dengan kehidupan masyarakat, sehingga kebutuhan
kedua belah pihak akan terpenuhi.
e. Sekolah seharusnya dapat mengembangkan masyarakat dengan cara
mengadakan pembaharuan tata kehidupan.
Dalam mengemban fungsi sekolah sebagai lembaga pengembangan masyarakat, guru
mempunyai peranan yang cukup penting selain sebagai pengajar di sekolahan ia juga
sebagai pemimpin masyarakat baik masyarakat luar sekolah maupun masyarakat dalam
sekolah.
Pengaruh sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya tergantung kepada luas-tidaknya
produk serta kualitas dari produk sekolah itu sendiri.Semakin luas sebaran produk sekolah
ditengah-tengah masyarakat; lebih-lebih bila diikuti dengan tingkatan kualitas yang memadai,
tentu produk persekolahan tersebut membawa pengaruh positif dan berarti bagi
perkembangan masyarakat bersangkutan.Setidak-tidaknya ada empat yang bisa diperankan
oleh sekolah terhadap perkembangan masyarakat.

Keempat pengaruh tersebut adalah :


1) Mencerdaskan kehidupan masyarakat.
Kecerdasan masyarakat dapat dikembangkan melalui pendidikan baik pendidikan formal
maupun non formal bahkan informal. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan dalam hal ini
memegang peran penting karena programnya lebih mantap dan baku dibanding lembaga
pendidikan lainnya. Tingkat kecerdasan masyarakat dan peradapan ekonomi sosial sangat
membantu sekolah dalam mewujudkan masyarakat yang lebih cerdas. Tingkat kecerdasan
masyarakat akan sangat menentukan dalam menghadapi tantangan.
2) Membawa virus pembaruan bagi perkembangan masyarakat.
Program pendidikan di sekolahan juga mengupayakan terjadinya transformasi
pengetahuan, pemikiran dan adanya inovasi bagi perkembangan masyarakat luas.Kualitas
hidup masyarakat meningakat bila mereka tidak statis melainkan dinamis bermunculan
adanya pembaharuan dan penemuan-penemuan yang dapat terjadi di masyarakat maupun
sekolah.Namun sudah menjadi tugas dan kewajiban sekolah untuk menyebarluaskan hasil
penemuan dan pembaharuan tersebut.
3) Melahirkan warga masyarakat yang siap dan terbekali bagi kepentingan kerja di
lingkungan masyarakat.Untuk terjun ke lapangan pekerjaan diperlukan bekal matang,
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.Sekolah tidak dapat terlepas dari tugas pembekalan
hal tersebut.Hal ini tercermin dalam isi kurikulum pada masing-masing lebaga pendidikan
(sekolah).Sekolah kejuruan lebih tegas batas spesialisasinya dalam membekali para
muridnya dan lebih menekankan pada skill tertentu misalnya STM pada keterampilan
tehnik, SMEA Pada keterampilan di bidang ekonomi administrasi, SMKK pada
kerumahtanggaan.
4) Melahirkan sikap-sikap positif dan konstruktif bagi warga masyarakat, sehingga tercipta
integrasi sosial yang harmonis ditengah-tengah masyarakat. Sikap positif dan konstruktif
sungguh sangat didambakan oleh masyarakat, dan sekolah telah membekali murid-
muridnya sejak pendidikan dasar sampai perguruan tinggi lawat pendidikan agama,
pendidikan moral pancasila, maupun dalam bidang studi lain. Kesadaran hidup bernegara,
persatuan dan kesatuan, serta loyalitas warga negara terhadap nusa dan bangsanya secara
bertahap ditanamkan pada hati sanubari murid-muridnya sehingga sikap positif dan
konstuktif bagi masyarakat dapat terwujud.
Di dalam Tap MPR No. IV/MPR/1978 ditegaskan bahwa pendidikan berdasar atas
pancasila dan bertujuan :
a) Meningkatan:
o Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
o Kecerdasan
o Keterampilan
b) Mempertinggi budi pekerti
c) Memperkuat kepribadian
d) Mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab
atas pembangunan bangsa.

2.Pengaruh Masyarakat terhadap Sekolah


Selain masyarakat selalu tumbuh dan berkembang, ia memiliki identitas atau karakter
tersendiri sesuai dengan sosial budaya dan latar belakang sosial ekonominya. Identitas dan
perkembangan masyarakat tersebut sedikit banyak akan terpengaruh terhadap sekolah.
Pengaruh tersebut baik dalam orientasi dan tujuan pendidikan maupun proses pendidikan itu
sendiri.
Dengan demikian dapat disimpulkan pengaruh peranan masyarakat terhadap sekolah :
a) Sebagai arah dalam menentukan tujuan
b) Sebagai masukan dalam menentukan proses belajar mengajar
c) Sebagai sumber belajar
d) Sebagai pemberi dana dan fasilitasi lainnya
e) Sebagai labolatorium guna pengembangan dan penelitian sekolah.
Ada yang mengatakan bahwa sekolah merupakan lembaga investasi manusia/ tenaga yang
sangat penting untuk kebutuhan dan kemajuan masyarakat.Investasi tenaga ini diharapkan
mutunya baik dan jumlahnya mencukupi. Tersebarnya lulusan sekolah yang berkualitas dan
jumlahnya memadai akan membawa pengaruh positif bagi perkembangan masyarakat yang
bersangkuatan.
Peranan masyarakat terhadap sekolah antara lain terutama dalam :
1) Pengawasan; Masyarakat terlibat juga dalam pengawasan terhadap sekolah (social control).
Pengawasan ini terhadap segala gerak-gerik sekolah selaku lembaga pendidikan. Pengawasan
dapat secara langsung atau lewat Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) atau
lewat media massa; demikian juga masukan hasil pengawasan.
2) Bantuan-bantuan yang berupa pembiayaan sekolah (gedung, sarana, dan prasarana) lewat
BP3 atau secara langsung perorangan/ kelompok.
3) Penyediaan tempat untuk mendirikan sekolah atau lapangan sekolah dan lain-lain yang
diperlukan sekoah.
4) Penyediaan narasumber (resorce person).
5) Masyarakat sebagai laboratorium atau sumber belajar yang sangat membantu proses belajar
mengajar.
Pembinaan Kerja Sama antara Orang Tua , Sekolah, dan Masyarakat
Setelah kita melihat ketiga macam tanggung jawab dan pembinaan pendidikan yang
dilakukan oleh orang tua, sekolah, dan masyarakat, tampaknya ada kesaaman rasa tanggung
jawab yang dipikul oleh ketiga macam lingkungan pendidikan ini. Mereka secara tidak
langsung telah mengadakan kerja sama yang erat di dalam praktek pendidikan. Kerja sama
yang erat itu tampak dari hal-hal berikut. Orang tua anak meletakkan dasar-dasar pendidikan
di rumah tangga, terutama dalam segi pembentukan kepribadian, nilai-nilai luhur moral dan
agama sejak kelahirannya

Anda mungkin juga menyukai