Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Werner R. Murhadi (2019: 1) laporan keuangan

merupakan bahasa bisnis. Di dalam laporan keuangan berisi informasi

mengenai kondisi keuangan perusahaan kepada pihak pengguna.

Dengan memahami laporan keuangan suatu perusahaan, maka

berbagai pihak yang berkepentingan dapat melihat kondisi kesehatan

keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan harus sesuai kaidah

akuntansi yang ada (Standar Akuntansi Keuangan) dan tidak boleh

dibuat dengan sebuah data rekayasa tanpa dasar yang kuat seperti bukti

transaksi dan sebagainya. Informasi keuangan yang disajikan harus apa

adanya tanpa menutup-nutupi informasi dari segi apapun.

Tujuan dari suatu laporan keuangan adalah menyediakan informasi

yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi

keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna

dalam pengambilan suatu keputusan ekonomi (SAK, 2012). Hery

(2016:10) mengemukakan secara umum, laporan keuangan bertujuan

untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada

saat tertentu maupun pada periode tertentu. Laporan juga dapat disusun

secara mendadak sesuai dengan kebutuhan perusahaan maupun secara

berkala. Jelasnya, laporan keuangan mampu memberikan informasi

keuangan kepada pihak dalam maupun luar perusahaan yang memiliki


kepentingan terhadap perusahaan. Oleh karena itu suatu informasi dalam

laporan keuangan harus disajikan secara berintegritas. Statement of

Financial Accounting Concept (SFAC) No. 2 berpendapat bahwa

integritas informasi laporan keuangan adalah kondisi dimana informasi

dalam laporan keuangan disajikan secara wajar dan tidak bias, secara jujur

menyajikan apa yang dimaksudkan untuk dinyatakan.

Menurut Linata dan Sugiarto (2012), integritas laporan keuangan

merupakan tanggung jawab dua entitas yang terlibat dalam

pelaporannya, yaitu manajemen perusahaan selaku pihak internal

perusahaan dan akuntan publik selaku pihak eksternal yang mengaudit

dan memberikan opini pada laporan keuangan perusahaan. Sedangkan,

Menurut Saad dan Abdillah (2017) integritas laporan keuangan dapat

diartikan sebagai ukuran kebenaran dan kejujuran suatu perusahaan

dalam menyajikan semua informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak

yang berkepentingan melalui laporan keuangan.

Suatu laporan keuangan dinyatakan berintegritas apabila

memenuhi dua partikularitas yang penting dalam laporan keuangan

yaitu relevan dan dapat diandalkan. Laporan keuangan

dikatakan relevan jika informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna, yaitu

membantu mereka dalam mengevaluasi kejadian masa lampau dan

masa kini, serta dapat mengoreksi atas hasil evaluasi di masa lampau.

Kemudian, laporan keuangan dikatakan dapat diandalkan ketika

informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang


menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara

jujur, serta dapat diverifikasi Informasi mungkin relevan, tetapi jika

hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan

informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. (Syncore,

2020).

Bertentangan dengan pengertian-pengertian mengenai integritas

laporan keuangan, pada saat ini masih banyak perusahaan yang

menyajikan laporan keuangan dengan tidak adanya integritas. Oleh

karena itu Menurut (Kartika dan Nurhayati, 2018) Integritas laporan

keuangan sampai saat ini masih menjadi isu yang layak

dipertimbangkan bagi pemakai informasi laporan keuangan. Walaupun

tidak sedikit riset yang telah dilakukan mengenai integritas laporan

keuangan dan beberapa aturan perundang-undangan telah dibuat untuk

mengatur hal tersebut, namun masih ditemukannya tindakan

manipulasi data akuntansi yang dilakukan oleh suatu perusahaan.

Fenomena manipulasi akuntansi yang terjadi merupakan bentuk

dari kegagalan integritas laporan keuangan dalam menyajikan

informasi yang penting untuk diketahui oleh para pengguna laporan

keuangan. Laporan keuangan yang telah diaudit dapat meningkatkan

kualitas laporan keuangan yang berarti auditor sebagai pihak pengaudit

telah melakukan fungsinya sebagai pihak independen dalam

penyediaan informasi keuangan yang andal bagi pengguna laporan

keuangan. Oleh karena itu masyarakat berharap penilaian akuntansi

harus sesuai dengan standar akuntansi, bebas dan tidak memihak


terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen dalam laporan

keuangan.

Salah satu contoh kasus manipulasi data yang ditemukan di

Indonesia adalah kasus PT.Envy Technologies Indonesia Tbk (ENVY)

yang terjadi pada tahun 2019. Baru-baru ini Bursa Efek Indonesia

(BEI) dikejutkan dengan adanya dugaan manipulasi laporan keuangan

tahunan (LKT) tahun 2019 yang menerpa salah satu emiten di

bidangjasa dan perdagangan di bidang teknologi informasi, PT Envy

Technologies Indonesia Tbk (ENVY) dan anak usahanya. Dalam surat

keterangan yang terbit di keterbukaan informasi, ENVY menjelaskan

duduk perkara terkait dengan dugaan adanya manipulasi atas laporan

keuangan (lapkeu) anak usahanya, PT Ritel Global Solusi (RGS) tahun

2019. Laporan keuangan 2019 RGS itu kemudian dikonsolidasikan ke

laporan keuangan tahunan ENVY tahun 2019. RGS adalah anak usaha

ENVY dengan porsi kepemilikan 70% yang bergerak bidang jasa

perdagangan dengan berbasis online melalui aplikasi "KO-IN". ENVY

juga menyebutkan bahwa pihak manajemen saat ini tidak mengetahui

secara pasti proses yang dilakukan saat itu sehingga munculnya

laporan konsolidasi tersebut. (CNBC TV, 2021).

Selain kasus tersebut, masih banyak kasus manipulasi laporan

keuangan seperti PT. Indofarma Tbk, PT. Hanson International Tbk,

PT. KAI serta perusahaan-perusahaan di Indonesia lainnya. Dari kasus

manipulasi data akuntansi yang terjadi, maka dapat dibuktikan bahwa

kurangnya integritas dalam penyajian informasi bagi pengguna laporan


keuangan. Dari banyaknya ada bukti manipulasi data akuntansi maka

hal tersebut menimbulkan banyak pertanyaan ataupun pertimbangan

bagi investor maupun masyarakat terhadap berbagai faktor pada suatu

perusahaan. Terutama pada faktor internal yaitu seperti struktur

kepemilikan, ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage.

Faktor pertama yang mempengaruhi Integritas laporan keuangan

yaitu Kepemilikan Institusional merupakan proporsi kepemilikan

saham yang dimiliki oleh dalam suatu perusahaan. Institusi tersebut

dapat berupa institusi pemerintah, institusi swasta, domestik maupun

asing. Kepemilikan institusional merupakan satu alat yang digunakan

untuk mengurangi Agency conflict. Kepemilikan institusional memiliki

kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses

monitoring secara efektif. (Widarjo, 2010). Menurut Nabela (2012)

kepemilikan institusional adalah proporsi saham yang dimiliki

institusional pada akhir tahun yang diukur dengan persentase. Tingkat

kepemilikan institusional yang tinggi menyebabkan timbulnya usaha

pengawasan yang lebih besar oleh investor institusional sehingga dapat

menghalangi perilaku manajer yang mementingkan kepentingannya

sendiri dan pada akhirnya akan merugikan pemilik perusahaan itu

sendiri. Dalam penelitian wardhani dan samritun (2020) menyatakan

bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap

Integritas laporan keuangan selaras dengan penelitian Putri, dkk (2022)

yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh

terhadap integritas laporan keuangan. Namun berbeda dengan hasil


penelitian Sari, dkk (2022), Rivandi dan Pramudita, (2022), Novianti

dan Isynuwardhana, (2021) yang menyatakan bahwa kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

Menurut Efendi (2013), kepemilikan manajerial adalah persentase

kepemilikan saham yang dimiliki oleh direksi, manajer dan dewan

komisaris. Pemisahan kepemilikan saham dan pengawasan perusahaan

akan menimbulkan benturan kepentingan antara pemegang saham dan

pihak manajemen. Benturan kepentingan antara pemegang saham dan

pihak menajemen akan meningkat seiring dengan keinginan pihak

manajemen untuk meningkatkan kemakmuran pada diri mereka

sendiri. Menurut Bernandhi (2013), kepemilikan manajerial adalah

tingkat kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang secara aktif

terlibat di dalam pengambilan keputusan. Pengukurannya dilihat dari

besarnya proporsi saham yang dimiliki manajemen pada akhir tahun

yang disajikan dalam bentuk persentase. Penelitian yang dilakukan

Putri,dkk (2022), Danuta dan Wijaya, (2020) menyatakan bahwa

kepemilikan manajerial tidak memiliki berpengaruh terhadap integritas

laporan keuangan. Sedangkan pada penelitian Wardhani dan

Samrotun, (2020), Suciani dan Suprantiningrum, (2019) yang

menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap

integritas laporan keuangan.

Faktor selanjutnya yaitu ukuran perusahaan. Secara umum ukuran

perusahaan dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar atau

kecilnya suatu objek. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana


dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai

cara, antara lain: total aktiva, nilai pasar saham, jumlah karyawan, dan

lain- lain. Menurut Riyanto (2001) Ukuran perusahaan (Firm Size)

merupakan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang

ditunjukan pada total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata penjualan dan

total aktiva. Menurut penelitian sari, dkk (2022) menunjukkan bahwa

ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan, selaras dengan penelitian Hifnelda dan Sasongko (2021)

mengatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap

integritas laporan keuangan. Berbeda dengan hasil penelitian Putri,dkk

(2022), Rivandi dan Pramudita (2022) yang menunjukkan bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap integritas laporan

keuangan.

Menurut Sutrisno (2009) profitabilitas adalah kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan semua modal

yang bekerja didalamnya. Profitabilitas menurut sofyan Syafri Harahap

(2009) profitabilitas adalah Menggambarkan kemampuan perusahaan

mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang

ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah

cabang perusahaan, dan lain sebagainya. Profitabilitas memiliki tujuan

dan manfaat tidak hanya bagi pihak internal, tetapi juga bagi pihak

ekternal atau diluar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki

kepentingan dengan perusahaan.


Leverage adalah tingkat kemampuan perusahaan dalam

menggunakan aset atau modal yang memiliki biaya tetap dalam rangka

mewujudkan tujuan perusahaan untuk memaksimalkan nilai

perusahaan yang bersangkutan. Diharapkan setelah perusahaan

menerapkan leverage ini, tingkat kekayaan perusahaan juga ikut

meningkat. Sedangkan Menurut Kasmir (2017) leverage merupakan

rasio yang dipergunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva

perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang

yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika

dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Dalam penelitian

Sari dkk(2022), Hifnelda dan Sasongko menunjukkan bahwa leverage

tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

Berbanding terbalik dengan penelitian Putri, dkk (2022), Novianti dan

Isyinuwardhana yang menunjukkan bahwa leverage berpengaruh

positif terhadap integritas laporan keuangan.

Alasan Peneliti memilih Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia sebagai subjek karena perusahaan manufaktur

termasuk perusahaan yang luas di Indonesia dan terdiri dari berbagai

sub sektor industri sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi

dengan baik.

Berdasarkan Fenomena latar belakang dan adanya inkonsistensi

hasil penelitian - penelitian sebelumnya, maka peneliti menganggap

penelitian ini penting dikaji dan dilakukan kembali dengan

menggunakan data yang terbaru. Dengan demikian, peneliti tertarik


melakukan penelitian yang berjudul:“ Integritas Laporan Keuangan

Beserta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya”

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan Latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Apakah Kepemilikan Institusional Berpengaruh Terhadap

Integritas Laporan Keuangan?

2. Apakah Kepemilikan Manajerial Berpengaruh Terhadap

Integritas Laporan Keuangan?

3. Apakah Ukuran Perusahaan Berpengaruh Terhadap Integritas

Laporan Keuangan?

4. Apakah Profitabilitas Berpengaruh Terhadap Integritas

Laporan Keuangan?

5. Apakah Leverage Berpengaruh Terhadap Integritas Laporan

Keuangan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh Kepemilikan Institusional

terhadap integritas laporan keuangan.

2. Untuk menganalisis pengaruh Kepemilikan manajerial

terhadap integritas laporan keuangan.

3. Untuk menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap

integritas laporan keuangan.


4. Untuk menganalisis pengaruh Profitabilitas terhadap

integritas laporan keuangan.

5. Untuk menganalisis pengaruh Leverage terhadap integritas

laporan keuangan

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan tentang terjadinya integritas laporan keuangan,

dan dapat memcari bukti empiris mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi integritas laporan keuangan.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi investor

Hasil dari penelitian ini berguna memberikan

informasi dalam menilai integritas laporan

keuangan pada perusahaan-perusahaan. Sehingga

para investor bisa lebih berhati-hati untuk

melakukan investasi.

2. Bagi Universitas

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan pandangan dan wawasan terhadap

pengembangan laporan keuangan khususnya

mengenai integritas laporan keuangan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya.


Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam

melakukan penelitian sejenis dan dapat

mengembangkan penelitian yang akan dilakukan

selanjutnya mengenai integritas laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai