Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH KOMITE AUDIT, SKEMA BONUS DIREKSI, UKURAN

PERUSAHAAN, KINERJA PERUSAHAAN DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL


TERHADAP MANAJEMEN LABA PERUSAHAAN BUMN YANG TERDAFTAR DI
BEI PADA TAHUN 2018-2021

Ni Wayan Candra Saraswati Dewi1


Desak Ayu Sriary Bhegawati2
Yenny Verawati3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar
Email: candrasaraswati27@gmail.com

Abstract

Earnings management is a process of taking certain deliberate steps within the limits of
generally accepted accounting principles to produce the desired level of reported earnings. This study
aims to find out and obtain empirical evidence of the influence of audit committees, directors bonus
schemes, company size, company performance and institutional ownership on earnings management
in state-owned companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2018-2021.
The population in this study is 20 state-owned companies listed on the Indonesia Stock
Exchange in 2018-2021. The sample in the study was obtained as many as 15 BUMN companies
multiplied by four years of observation (2018-2021) and obtained a sample of 60 samples.
Determination of the sample using purposive sampling method. The analysis technique used is
multiple linear regression analysis.
The results of the study show that the variable audit committee and institutional ownership have
a negative effect on earnings management while the directors bonus scheme, company size and
company performance have no effect on earnings management in state-owned companies listed on the
Indonesia Stock Exchange in 2018-2021. Suggestions for further research can be done again at a
different company.

Keywords: Earnings management, audit committee, directors bonus scheme, company size,
company performance, institutional ownership.

PENDAHULUAN

Negara Indonesia adalah negara yang terus mengalami pertumbuhan dalam berbagai
sektor atau bidang. Salah satunya yaitu sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi salah satunya
ditopang dengan adanya sektor BUMN yang menjadi salah satu penopang berbagai sektor
yang dikelola oleh pemerintah dan berdampak kepada masyarakat secara umum (Dewi,
2021). Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN,
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang seluruhnya atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN sendiri memiliki posisi yang sangat strategis dalam
perekonomian Indonesia. BUMN di Indonesia berperan sebagai agen pembangunan
merupakan peran historis yang menjadi bagian dari grand desain kontruksi perekonomian
Indonesia. Ini tertuang dalam Pasal 33 ayat (2) dan ayat (30) UUD 1945 mewajibkan
pemerintah sebagai wakil negara melakukan penguasaan terhadap cabang-cabang produksi
yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dan sumber daya.
BUMN sendiri tidak terlepas dari adanya berbagai permasalahan yang muncul.
Perusahaan BUMN berani untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan. Peningkatan

20 2071
tampilan laporan keuangan memiliki dua pengertian, pertama kondisi yang terjadi di akhir
tahun di mana harga-harga saham naik. Kedua, strategi yang digunakan oleh emiten,
perusahaan atau manajer investasi untuk membuat laporan keuangan atau portofolio mereka
guna menarik hati para investor. Dengan upaya membuat laporan keuangan perusahaan
terlihat lebih baik dari realitas yang ada kerap dikonotasikan negatif lantaran ada potensi
memanipulasi angka, data, dan informasi yang tersaji dalam laporan keuangan (Dewi, 2021).
Permasalahan keuangan tersebut tidak bisa terlepas dari adanya masalah agency pada
perusahaan BUMN yang berujung pada terjadinya manajemen laba. Masalah keagenan
muncul karena perbedaan kepentingan antara pemegang saham (principal) dengan pengelola
atau manajemen perusahaan (agent) (Dewi dan Triani, 2018).
Manajemen laba terjadi dikarenakan adanya penyusunan laporan keuangan dengan
menggunakan dasar akrual. Hal ini sebagai sistem akuntansi akrual yang ada pada prinsip
akuntansi yang diterima umum memberikan kesempatan kepada manajer untuk
mempertimbangkan akuntansi yang akan berpengaruh kepada pelaporan pendapatan (Dewi
dan Triani, 2018). Dalam hal ini pendapatan dapat dimanipulasi melalui discretionary
accrual. Penentuan discretionary accrual dengan tujuan untuk menaikkan atau menurunkan
laba merupakan tindakan manajemen laba. Untuk mencegah manajemen laba yang
berlebihan, penerapan good corporate diperlukan untuk membantu para pengguna informasi
keuangan lebih yakin bahwa laporan keuangan yang dihasilkan bebas dari pelanggaran (Dewi
dan Triani, 2018).
Komite audit merupakan pihak yang mempunyai tugas untuk membantu komisaris
dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan dan peningkatan efektivitas internal dan
eksternal audit. Peran komite audit sangat penting agar mendapatkan laporan keuangan yang
dapat dipercaya dan berkualitas (Yendrawati, 2015). Dengan berjalannya fungsi komite audit
secara efektif, maka kontrol terhadap perusahaan akan lebih baik sehingga konflik keagenan
yang terjadi akibat keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri dapat
diminimalisi. Penelitian tentang komite audit terhadap manajemen laba sudah pernah
dilakukan sebelumnya, akan tetapi masih terjadi tidak konsistennya hasil penelitian terdahulu
seperti hasil penelitian tentang komite audit dengan hasil komite audit tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba dikemukakan oleh Taco dan Ilat (2017), Dewi dan Triani (2018).
Sementara penelitian oleh Yendrawati (2015), menyatakan komite audit berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Sementara penelitian oleh Sudirman (2018), Wijayanti dan
Prabowo (2020), menyatakan komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Skema bonus direksi sebagai salah satu upaya untuk membangkitkan profesionalisme
dan memotivasi manajemen perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan, perlu
adanya pemberian kompensasi berupa bonus kepada manajemen supaya para manajer dapat
termotivasi untuk dapat bekerja secara maksimal. Penyesuaian kompensasi manajemen
perusahaan sesuai dengan kompensasi profesional yang berlaku di pasar. kompensasi bagi
Direksi dan Komisaris perusahaan mencakup perhitungan gaji, fasilitas, santunan purna
jabatan, dan tantiem (bonus) yang perhitungannya sebagian besar didasarkan pada ukuran
kinerja keuangan khususnya laba perusahaan. Penelitian tentang skema bonus direksi
terhadap manajemen laba sudah pernah dilakukan sebelumnya. Yaitu penelitian oleh
Yustiningarti dan Asyik (2017), Wijayanti (2018) dan Dewi (2021), menunjukkan bahwa
skema bonus direksi berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Sementara penelitian oleh
Ramadhan (2018), menyatakan bahwa skema bonus direksi berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba. Sementara penelitian oleh Izazi, dkk (2021), menyatakan skema bonus
direksi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Ukuran perusahaan menunjukkan besarnya informasi yang terdapat pada perusahaan,
sehingga menjadikannya perhatian masyarakat. Umumnya perusahaan besar mendapatkan

20 2072
perhatian yang lebih banyak daripada perusahaan kecil. Perusahaan dengan kategori ukuran
besar cenderung akan memerlukan dana operasional yang lebih besar dibandingkan
perusahaan dengan kategori ukuran kecil. Dorongan perusahaan untuk mendapatkan dana
akan membuat pihak manajemen cenderung melakukan praktik manajemen laba. Penelitian
tentang ukuran perusahaan terhadap manajemen laba juga sudah pernah dilakukan
sebelumnya. Yaitu oleh Lidiawati dan Asyik (2016), Zakia, dkk. (2019) dan Desi (2022).
menyatakan hasil ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Sementara penelitian oleh Astuti, dkk. (2017), Wiratama dan Budiwitjaksono (2021),
menyatakan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Sementatra penelitian oleh Sholichah dan Kartika (2022), menyatakan ukuran perusahaan
berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba.
Kinerja perusahaan juga tercermin pada laba yang terkandung dalam bagian dari
laporan keuangan yaitu pada laporan laba rugi. Informasi laba ini sering menjadi target
rekayasa oleh pihak manajemen untuk menguntungkan dirinya sendiri dan merugikan
pemegang saham. Hal ini dapat merugikan pemegang saham atau investor karena informasi
laba yang disajikan dapat menyebabkan keputusan investasi yang salah. Perilaku manajemen
yang demikian inilah yang disebut dengan praktik manajemen laba. Penelitian tentang kinerja
perusahaan terhadap manajemen laba juga sudah pernah dilakukan sebelumnya. Yaitu
penelitian oleh Felicya dan Sutrisno (2020) dan Chandra (2021), menyatakan kinerja
perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Sementara penelitian oleh Prasetya
dan Harjanto (2017), Hidayah (2019), menyatakan kinerja perusahaan berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Sementara penelitian oleh Firmani dan Haryono (2021),
menyatakan kinerja perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Kepemilikan institusional berperan strategis guna menghindari masalah keagenan yang
dapat berlangsung antara pihak prinsipal dengan pihak manajerial. Investor institusi dianggap
dapat melaksanakan prosedur audit yang optimal diberbagai keputusan manajer. Hal itu
disebabkan karena kepemilikan institusi dapat berperan secara aktif dalam pemungutan suara
atas keputusan penting sehingga dapat semakin berhati-hati terhadap perilaku manajemen
laba. Penelitian tentang kepemilikan institusional terhadap manajemen laba juga sudah pernah
dilakukan sebelumnya. Yaitu penelitian oleh Paramitha dan Firnanti (2018) dan Riani, dkk
(2022), menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Sementara penelitian oleh Utari dan Sari (2016), Susyani, dkk (2020) menyatakan
kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Sementara penelitian
oleh Kusumaningtyas dan Farida (2016), menyatakan kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian kembali. Karena adanya ketidakkonsistenan dari hasil penelitian-penelitian
sebelumnya dan untuk memperoleh bukti empiris apakah komite audit, skema bonus direksi,
ukuran perusahaaan, kinerja perusahaaan dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap
manajemen laba pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tahun
penelitian yang digunakan adalah tahun 2018-2021.

TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Teory Agency
Menurut Jensen dan Meckling (1967) agency theory merupakan relasi yang terbentuk
saat principal yaitu investor mempercayai agent yaitu manajer untuk menjalankan perusahaan
atas nama principal, dan agent atau manajer diberikan wewenang dan tanggung jawab

20 2073
terhadap perusahaan, dengan demikian agent memiliki peran penting dalam perusahaan. Pada
kasus kecenderungan kecurangan laporan keuangan, salah satu bentuk konflik yang melandasi
terjadinya fraud adalah karena perbedaan kepentingan antara principal dengan agent.
Berdasarkan teori keagenan, asimetri informasi merupakan masalah yang terjadi antara pihak
principal dan agent. Agent mengetahui lebih banyak informasi tentang perusahaan dan
masalah yang dialami perusahaan dibandingkan principal. Adanya asimetri informasi ini
semakin memperluas kemungkinan manajemen bertindak oportunistik untuk memaksimalkan
keuntungan pribadi (Dewi dan Triani, 2018). Salah satu tindakan tersebut yang dilakukan oleh
manajemen adalah tindakan manajemen laba. Adanya praktek manajemen laba dalam
penyajian laporan keuangan menyebabkan informasi akuntansi yang terdapat di dalam
laporan keuangan tidak mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya.
Corporate governance, merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan yang
berkaitan dengan bagaimana para investor memiliki keyakinan bahwa manajer akan
memberikan keuntungan bagi mereka serta manajer tidak akan menggelapkan atau
menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana
yang telah ditanamkan. Timbulnya manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori keagenan.
Hubungan keagenan sebagai hubungan yang timbul karena adanya kontrak yang ditetapkan
antara prinsipal yang menggunakan agen untuk melakukan jasa yang menjadi kepentingan
prinsipal dalam hal terjadi pemisahan kepemilikan dan kontrol perusahaan. Sebagai agen,
manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik
(prinsipal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak
(Dewi dan Triani, 2018).
Pengaruh Komite Audit terhadap Manajemen Laba
Keberadaan komite audit dalam perusahaan sebagai mekanisme corporate governance
dapat mengurangi terjadinya tindakan manajemen laba. Komite audit diharapkan dapat
mengatasi kecenderungan peningkatan berbagai skandal penyelewengan dan kelalaian pihak
manajemen. Komite audit berperan dalam mengawasi berbagai tindakan pihak manajemen
dan memberikan pendapat profesional yang independen kepada dewan komisaris terhadap
laporan keuangan atau hal-hal lain yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang
disampaikan oleh direksi (Dewi, 2021). Semakin besar jumlah komite audit dalam
perusahaan, maka dapat memperkecil tindakan pihak manajemen dalam melakukan praktik
manajemen laba (Sudirman, 2018). Hasil ini menunjukkan bahwa komite audit dapat secara
efektif mengontrol praktik manajemen laba. Hal ini sejalan dengan penelitian Sudirman
(2018), Wijayanti dan Prabowo (2020), yang mengatakan komite audit berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Dari uraian di atas maka hipotesis yang digunakan adalah:
H1: Komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Pengaruh Skema Bonus Direksi terhadap Manajemen Laba.
Dalam melakukan tugasnya, para direksi akan cenderung ingin menunjukan kinerja
yang baik kepada pemilik perusahaan. Karena jika pemilik perusahaan atau para pemegang
saham sudah menilai kinerja para direksi dengan penilaian yang baik maka pemilik
perusahaan akan memberikan penghargaan kepada direksi yang telah mengelola perusahaanya
dengan baik. Penghargaan itu dapat berupa bonus yang diberikan kepada para direksi
perusahaan. Dalam memberikan bonus kepada direksi, pemilik perusahaan akan melihat
kinerja para direksi dalam mengelola perusahaanya (Dewi, 2021). Pemilik perusahaan dalam
menilai kinerja para direksi biasanya melihat laba perusahaan yang dihasilkan. Semakin besar
laba yang dihasilkan, maka semakin baik citra para direksi dimata pemilik perusahaan. Oleh
sebab itu, direksi memiliki kemungkinan untuk melakukan segala cara untuk memaksimalkan
laba perusahaan termasuk melakukan manajemen laba. Selain melihat laba yang diperoleh,
pemberian bonus juga dapat dilihat melalui komponen perhitungan bonus yaitu pencapaian

20 2074
anggaran laba yang telah ditentukan serta melihat persentase pencapaian laba bersih terhadap
laba bersih tahun lalu atau indeks trend laba bersih. Direksi melalui manajer akan memainkan
realisasi anggaran atau pencapaian target, yang biasanya dilakukan melalui aktivitas
manajemen laba (Wijayanti, 2018).Ada beberapa penelitian yang telah menunjukan bahwa
skema bonus direksi mempunyai pengaruh positif terhadap manajemen laba, diantaranya
penelitian yang dilakukan oleh Yustiningarti dan Asyik (2017), Wijayanti (2018) dan Dewi
(2021). Dari uraian di atas maka hipotesis yang digunakan adalah:
H2: Skema bonus direksi berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba.
Ukuran perusahaan merupakan gambaran mengenai besar atau kecilnya sebuah
perusahaan. Indikator dari ukuran perusahaan tidak hanya dilihat dari banyaknya asset yang
dimiliki suatu perusahaan, tetapi dapat dilihat juga dari total saham yang ada, jumlah
karyawan, serta penjualannya (Yuliana dan Trisnawati, 2015). Semakin besar ukuran
perusahaan tersebut, maka kemungkinan adanya praktik manajemen laba juga semakin besar.
Perusahaan yang besar memiliki kemungkinan pendapatan yang besar pula, maka manajemen
perusahaan berusaha untuk memanipulasi laba dengan cara menurunkan laba, hal ini
bertujuan untuk mengurangi biaya politis guna menghindari tindakan pemerintah yang dinilai
dapat mengurangi pendapatan perusahaan dengan menerapkan lebih banyak regulasi
(Lidiawati dan Asyik, 2016). Jika pengelolaan laba efisien maka semakin besar ukuran
perusahaan semakin tinggi pengelolaan labanya. Ukuran perusahaan yang memiliki hubungan
positif dengan manajemen laba disebabkan oleh perusahaan besar memiliki aktivitas
operasional yang lebih kompleks dibanding perusahaan kecil, sehingga memungkinkan
dilakukannya manajemen laba (Medyawati dan Dayanti, 2017). Ada beberapa penelitian yang
telah menunjukan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap
manajemen laba, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Lidiawati dan Asyik
(2016), Zakia, dkk (2019) dan Desi (2022). Dari uraian di atas maka hipotesis yang digunakan
adalah:
H3: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Pengaruh Kinerja Perusahaan terhadap Manajemen Laba.
Kinerja perusahaan dapat digambarkan dari laporan keuangan perusahaan karena
laporan keuangan dapat menjadi suatu wadah informasi untuk menilainya kinerja perusahaan
selama periode waktu tertentu yang merupakan prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan
operasional suatu perusahaan. Kinerja perusahaan membuktikan keahlian manajemen dengan
menggunakan aset untuk tindakan kegiatan untuk menghasilkan laba. Semakin besar fluktuasi
keahlian manajemen untuk menghasilkan laba membuktikan perubahan laba juga semakin
besar (Felicya dan Sutrisno, 2020). Hubungan dengan manajemen laba, kinerja perusahaan
bisa mempengaruhi manajer untuk menjalankan manajemen laba. Jikalau kinerja perusahaan
yang diterima perusahaan sedikit, biasanya manajer akan menjalankan aksi manajemen laba
demi mengamankan prestasinya (Chandra, 2021). Ada beberapa penelitian yang telah
menunjukan bahwa kinerja perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap manajemen
laba, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Felicya dan Sutrisno (2020), Chandra
(2021). Dari uraian di atas maka hipotesis yang digunakan adalah:
H4: Kinerja perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba.
Kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki investor
institusi, seperti perusahaan asuransi, institusi keuangan, dana pensiun, investment banking,
dan perusahaan lainnya yang terkait kategori tersebut (Susyani, dkk, 2020). Semakin besar
pemegang saham mayoritas (konsentrasi kepemilikan institusional) menjadikan pemilik bisa
bertindak sesuai kepentingan dirinya sendiri. Kepemilikan institusional mempunyai arti yang

20 2075
sangat penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya kepemilikan oleh
institusional akan mendorong peningkatan wawasan yang lebih optimal (Utari dan Sari, 2016)
Monitoring tersebut tentunya akan dapat menjamin kemakmuran untuk para pemegang
saham, pengaruh kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi
mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Para investor institusional memiliki sumber
daya, kesempatan serta kemampuan guna melakukan penertiban, pengawasan serta
mempengaruhi manajer perusahaan dalam hal tindakan oportunistik manajemen (Utari dan
Sari, 2016). Dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk mengatur
laba menjadi berkurang. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat
mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan
terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Susyani, dkk, 2020). Ada beberapa
penelitian yang telah menunjukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Utari dan Sari
(2016) dan Susyani, dkk (2020). Dari uraian di atas maka hipotesis yang digunakan adalah:
H5: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ini dilakukan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Tahun 2018-2021, dengan mengakses situs resmi BEI di www.idx.co.id.
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan BUMN yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2018-2021. Teknik pengumpulan sampel
dilakukan dengan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah observasi nonpartisipan. Adapun kriteria dalam penelitian ini
adalah Perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI selama periode 2018-2021, Laporan
Keuangan perusahaan yang dapat di akses selama periode 2018-2021, Perusahaan BUMN
yang laporan keuangannya dinyatakan dalam mata uang rupiah (Rp), Perusahaan yang
memiliki struktur kepemilikan institusional. Berdasarkan metode tersebut diperoleh 60 jumlah
amatan yang dijadikan sampel penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji analisis regresi linier berganda.
Komite audit merupakan pihak yang mempunyai tugas untuk membantu komisaris
dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan dan peningkatan efektivitas internal dan
eksternal audit (Sulistyanto, 2008). Komite audit bukan bersifat wajib dan tidak selalu ada
pada perusahaan kecil. Tanggung jawab komite audit adalah mengawasi laporan keuangan,
mengawasi audit internal, dan mengganti sistem pengendalian internal. Komite audit diukur
melalui jumlah anggota komite audit pada perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI dan
tercantum dalam laporan tahunan yaitu 2018-2021.
Skema bonus direksi adalah komponen penghitungan besarnya jumlah bonus yang
diberikan oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham melalui RUPS kepada anggota
direksi setiap tahun apabila perusahaan memperoleh laba. Tidak semua komponen
perhitungan bonus direksi digunakan dalam penelitian ini karena tidak tersedianya data.
Penelitian ini hanya menggunakan satu komponen perhitungan yaitu indeks trend laba bersih.
Indeks trend laba bersih dapat dilihat melalui laporan tahunan perusahaan BUMN yang
terdaftar di BEI tahunan 2018-2021.
Laba Bersih Tahun t
Indeks trend laba bersih = Laba Bersih tahun t–1 ............................................................. (1)

20 2076
Ukuran Perusahaan dapat diartikan sebagai ukuran besar kecilnya perusahaan yang
dinilai oleh total asset, total penjualan, jumlah laba, beban pajak dan lain-lain.Variabel ukuran
perusahaan dapat diukur dengan logaritma natural (Ln) dari total aktiva. Ukuran Perusahaan
dapat dilihat melalui laporan tahunan perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI tahunan 2018-
2020.
Ukuran Perusahaan = Ln (total assets)………………………………............................
(2)
Kinerja perusahaan yang didalam penelitian ini menggunakan rasio Return on Assets
(ROA) merupakan rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba dari penggunaan seluruh sumber daya atau aset yang dimilikinya. Sebagai rasio
profitabilitas, ROA digunakan untuk menilai kualitas dan kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari pemanfaatan aset yang dimilikinya. Rasio laba bersih terhadap
total aktiva mengukur pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak
(Chandra, 2021). Return on Assets (ROA) dapat dilihat melalui laporan tahunan perusahaan
BUMN yang terdaftar di BEI tahunan 2018-2021.

Return on Assets = Laba Bersih X 100%….................................................................... (3)


Total Aset
Kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki investor institusi,
seperti perusahaan asuransi, institusi keuangan, dana pensiun, investment banking, dan
perusahaan lainnya yang terkait kategori tersebut. Kepemilikan institusional dapat dilihat
melalui laporan tahunan perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI tahunan 2018-2021.
Pengukuran kepemilikan institusional adalah sebagai berikut:
Jumlah saham institusional
Kepemilikan Institusional = ................................................. (4)
Jumlah saham beredar
Manajemen laba merupakan suatu proses pengambilan langkah tertentu yang disengaja
dalam batas prinsip akuntansi berterima umum untuk menghasilkan tingkat yang diinginkan
dari laba yang dilaporkan perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI tahunan 2018-2020.
Manajemen laba dalam penelitian ini menggunakan discretionary accruals sebagai
mekanisme manajemen laba dapat dihitung dengan:
1). Menggunakan Modified Jones Model
TAC = Nit – CFOit
2). Nilai total accruals (TA) yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS sebagai
berikut :
TACit = β1 (1/Ait – 1) + β2 (∆Revt / Ait-1-∆Rect / Ait-1) + β3 (PPEt / Ait-1)
3). Menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals (NDA) dapat
dihitung dengan rumus :
NDAit = β1 (1/Ait – 1) + β2 (∆Revt / Ait-1-∆Rect / Ait-1) + β3(PPEt / Ait-1)
4). Discretionary accruals (DA), dapat dihitung sebagai berikut:
DAit = TACit - NDAit
Keterangan:
DAit = Discretionary accruals perusahaan i pada periode ke t.
NDAit = Non discretionary accruals perusahaan i pada periode ke t.
TACit = Total accruals perusahaan i pada periode ke t.
Nit = Laba Bersih perusahaan i pada periode ke t.
CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t.
Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1.

20 2077
∆Revt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t.
PPEt = Aktiva tetap perusahaan i pada periode ke t.
∆Rect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t.
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda ditunjukan dengan
persamaan berikut:
ML = β0 + β1 KA + β2 SBD + β3 UP + β4 KP + β5 KI + e .......................................................
(5)
Keterangan:
ML = Manajemen Laba.
β0 = Intersep.
β1KA = Komite Audit.
β2SBD = Skema Bonus Direksi.
β3UP = Ukuran Perusahaan.
β4KP = Kinerja Perusahaan.
β5KI = Kepemilikan Institusional.
e = Kesalahan Residual.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif
Tabel 1
Hasil Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KA 60 3.00 7.00 4.2833 1.13633
SBD 60 -1251.50 14.19 -19.7760 161.75811
UP 60 30194.91 2011879396.00 344535633.2320 614036742.04028
KP 60 -.04211 3.49175 .0994460 .45418783
KI 60 .00005 .88006 .4412252 .31355922
ML 60 -183.64 26.48 -3.5344 24.19882
Valid N 60
(listwise)
Sumber: Lampiran 4, data diolah 2022
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa terdapat lima variabel bebas penelitian yaitu
komite audit, skema bonus direksi, ukuran perusahaan, kinerja perusahaan, dan kepemilikan
institusional. Variabel terikat yaitu manajemen laba. Jumlah data pengamatan keseluruhan
juga dapat dilihat pada tabel yaitu sebanyak 60 sampel. Penjelasan mengenai hasil
perhitungan statistik diuraikan sebagai berikut:
1). Komite Audit
Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriftif diperoleh nilai minimum komite
audit sebesar 3, sedangkan nilai maksimum komite audit sebesar 7. Nilai rata-rata
komite audit sebesar 4,2833. Standar deviasi dari komite audit adalah sebesar
1,13633.
2). Skema Bonus Direksi
Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif diperoleh nilai minimum skema
bonus direksi sebesar -1251,50, sedangkan nilai maksimum skema bonus direksi
sebesar 14,19. Nilai rata-rata skema bonus direksi sebesar -19,7760. Standar
deviasi dari skema bonus direksi adalah sebesar 161,75811.
3). Ukuran Perusahaan

20 2078
Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriftif diperoleh nilai minimum ukuran
perusahaan sebesar 30194,91, sedangkan nilai maksimum ukuran perusahaan
sebesar 2011879396,00. Nilai rata-rata ukuran perusahaan sebesar
344535633,2320. Standar deviasi dari ukuran perusahaan adalah sebesar
614036742,04028.
4). Kinerja Perusahaan
Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriftif diperoleh nilai minimum kinerja
perusahaan sebesar -0,04211, sedangkan nilai maksimum kinerja perusahaan
sebesar 3,49175. Nilai rata-rata kinerja perusahaan sebesar 0,0994460. Standar
deviasi dari kinerja perusahaan adalah sebesar 0,45418783.
5). Kepemilikan Institusional
Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriftif diperoleh nilai minimum
kepemilikan institusional sebesar 0,00005, sedangkan nilai maksimum
kepemilikan institusional sebesar 0,88006. Nilai rata-rata kepemilikan
institusional sebesar 0,4412252. Standar deviasi dari kepemilikan institusional
adalah sebesar 0,31355922.
6). Manajemen Laba
Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriftif diperoleh nilai minimum
manajemen laba sebesar -183,64, sedangkan nilai maksimum manajemen laba
sebesar 26,48. Nilai rata-rata manajemen laba sebesar -3,5344. Standar deviasi
dari manajemen laba adalah sebesar 24,19882.
Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 2
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Std.
Model B Error Beta
1 (Constant) -.182 2.955 -.062 .951
KOMITE AUDIT -.188 .031 -.161 -6.096 .000
SKEMA BONUS DIREKSI .000 .003 .002 .100 .921
LN_UKURANPERUSAHAAN .124 .171 .017 .726 .471
KINERJA PERUSAHAAN .292 1.250 .005 .233 .816
KEPEMILIKAN -1.856 .055 -.892 -33.928 .000
INSTUTUSIONAL
a. Dependent Variable: MANAJEMEN LABA
Sumber : Lampiran 7, data diolah 2022
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda seperti yang disajikan pada Tabel
5.6, maka dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut :
ML = -0,182 – 0,188 KA + 0,000 SBD + 0,124 UP + 0,292 KP – 1,856 KI
Dari Persamaan regresi linier berganda diatas dapat di uraikan pengaruh variable bebas
terhadap variabel terikat, yaitu:
a) Nilai konstanta sebesar -0,182 artinya apabila komite audit, skema bonus direksi, ukuran
perusahaan, kinerja perusahaan, kepemilikan institusional sama dengan 0 (konstan), maka
besarnya manajemen laba sebesar -0,182.
b) Nilai koefisien regresi untuk variabel komite audit sebesar -0,188 dengan tingkat
signifikasi sebasar 0,000 yang berarti bahwa variabel komite audit berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba.

20 2079
c) Nilai koefisien regresi untuk variabel skema bonus direksi sebesar 0,000, dengan tingkat
signifikasi sebasar 0,921 yang berarti bahwa variabel skema bonus direksi tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
d) Nilai koefisien regresi untuk variabel ukuran perusahaan sebesar 0,124, dengan tingkat
signifikasi sebasar 0,471 yang berarti bahwa variabel ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
e) Nilai koefisien regresi untuk variabel kinerja perusahaan sebesar 0,292, dengan tingkat
signifikasi sebasar 0,816 yang berarti bahwa variabel kinerja perusahaan tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
f) Nilai koefisien regresi untuk variabel kepemilikan institusional sebesar -1,856, dengan
tingkat signifikasi sebasar 0,000 yang berarti bahwa variabel kepemilikan institusional
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Tabel 3
Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov – Smirnov Test)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 3.95591375
Most Extreme Differences Absolute .249
Positive .249
Negative -.247
Test Statistic .249
Asymp. Sig. (2-tailed) .078c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Lampiran 5, data diolah 2022
Berdasarkan uji normalitas memperoleh memperoleh nilai Asym. Sig. (2-tailed)
sebesar 0,078, maka memiliki simpulan bahwa data residual dalam model regresi ini
berdistribusi normal karena memiliki nilai Asym. Sig. (2-tailed) lebih dari atau sama dengan
0,05.
Uji Multikolinearitas
Tabel 4
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients t Sig. Statistics
Model B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.182 2.955 -.062 .951
KA -.188 .031 -.161 -6.096 .000 .712 1.404
SBD .000 .003 .002 .100 .921 .964 1.038
ln_UP .124 .171 .017 .726 .471 .869 1.151
KP .292 1.250 .005 .233 .816 .899 1.112
KI -1.856 .055 -.892 -33.928 .000 .716 1.397
a. Dependent Variable: ML
Sumber: Lampiran 6, data diolah 2022
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai tolerance dan VIF dari seluruh variable
tersebut menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk setiap variabel lebih besar dari 0,10 dan

20 10
207
nilai VIF lebih kecil dari 10 yang berarti model persamaan regresi bebas dari
multikolinearitas.

Uji Heteroskedastisitas
Tabel 5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .922 9.003 .102 .919
KA .045 .094 .076 .475 .636
SBD .003 .010 .038 .276 .784
ln_UP .120 .521 .034 .231 .818
KP -.971 3.809 -.036 -.255 .800
KI -.082 .167 -.079 -.491 .626
a. Dependent Variable: ABRES
Sumber: Lampiran 8, data diolah 2022
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi dari variabel komite audit,
skema bonus direksi, ukuran perusahaan, kinerja perusahaan, kepemilikan institusional lebih
besar atau sama dengan 0,05 yang berarti tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas
terhadap absolute residual. Dengan demikian, model yang dibuat tidak mengandung gejala
heteroskedastisitas.
Uji Autokolerasi
Tabel 6
Hasil Uji Autokolerasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
a
1 .987 .973 .971 4.13500 2.030
a. Predictors: (Constant), KI, SBD, KP, ln_UP, KA
b. Dependent Variable: ML
Sumber: Lampiran 7, data diolah 2022
Berdasarkan Tabel 6 hasil uji Durbin-Watson sebesar 2,030, nilai ini dapat
dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan derajat kepercayaan 5 persen, jumlah
sampel 60 dan jumlah variabel bebas 5, maka di tabel Durbin Watson akan didapatkan nilai
1,4083 sehingga 4-du sebesar 1,4083. Oleh karena itu nilai Durbin Watson berada pada dl <
dw < 4-du atau 1,4083 < 2,030 < 2,5917, maka dapat disimpulkan bahwa model bebas dari
autokolerasi.
Uji Koefisien determinasi (R2)
Tabel 7
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Mode Adjusted R Std. Error of Durbin-
l R R Square Square the Estimate Watson
a
1 .987 .973 .971 4.13500 2.030

20 11
207
a. Predictors: (Constant), KI, SBD, KP, ln_UP, KA
b. Dependent Variable: ML
Sumber : Lampiran 7, data diolah 2022
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat hasil uji adjusted R2 (koefisien determinasi yang telah
disesuaikan) adalah sebesar 0,971. Ini berarti variabel independen (komite audit, skema bonus
direksi, ukuran perusahaan, kinerja perusahaan, kepemilikan institusional) mampu
menjelaskan variasi dari variabel dependen (manajemen laba) yaitu sebesar 97,1 persen
sedangkan sisanya sebesar 2,9 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan
dalam model penelitian.
Uji F
Tabel 8
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 33626.082 5 6725.216 393.328 .000b
Residual 923.306 54 17.098
Total 34549.388 59
a. Dependent Variable: MANAJEMEN LABA
b. Predictors: (Constant), KEPEMILIKAN INSTUTUSIONAL,
LN_UKURANPERUSAHAAN, KOMITE AUDIT, SKEMA BONUS DIREKSI,
KINERJA PERUSAHAAN
Sumber : Lampiran 7, data diolah 2022
Hasil uji F (F test) pada Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 393,328
dengan nilai signifikansi F value 0,000 yang lebih kecil dari α = 0,05 ini berarti bahwa kelima
variabel independen yaitu komite audit, skema bonus direksi, ukuran perusahaan, kinerja
perusahaan, kepemilikan institusional berpengaruh secara simultan terhadap manajemen laba.
Uji t
Berdasarkan hasil perhitungan statistik seperti pada Tabel 2 dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Pengaruh komite audit terhadap manajemen laba
Variabel komite audit mempunyai nilai koefisien regresi (B) sebesar -0,188 dengan nilai
signifikansi t-test sebesar 0,000 lebih kecil dari (0,05). Hal ini berarti komite audit
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, sehingga H1 diterima.
2) Pengaruh skema bonus direksi terhadap manajemen laba
Variabel skema bonus direksi mempunyai nilai koefisien regresi (B) sebesar 0,000 dengan
nilai signifikansi t-test sebesar 0,921 lebih besar dari (0,05). Hal ini berarti skema bonus
direksi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga H2 ditolak.
3) Pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba
Variabel ukuran perusahaan mempunyai nilai koefisien regresi (B) sebesar -0,124 dengan
nilai signifikansi t-test sebesar 0,471 lebih besar dari (0,05). Hal ini berarti ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga H3 ditolak.
4) Pengaruh kinerja perusahaan terhadap manajemen laba
Variabel kinerja perusahaan mempunyai nilai koefisien regresi (B) sebesar 0,292 dengan
nilai signifikansi t-test sebesar 0,816 lebih besar dari (0,05). Hal ini berarti kinerja
perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga H4 ditolak.
5) Pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba
Variabel kepemilikan institusional mempunyai nilai koefisien regresi (B) sebesar -1,856
dengan nilai signifikansi t-test sebesar 0,000 lebih kecil dari (0,05). Hal ini berarti

20 12
207
kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, sehingga H5
diterima.
Pengaruh Komite Audit Terhadap Manajemen Laba
Komite audit berpengaruh secara negatif terhadap praktik manajemen laba
perusahaan. Hal ini berarti dengan semakin tingginya proporsi anggota komite audit yang
independen akan dapat menurunkan praktik manajemen laba yang terjadi pada perusahaan
(Sudirman, 2018). Keberadaan komite audit pada perusahaan dapat mengurangi praktik
manajemen laba yang merupakan akibat dari tindakan opportunistik yang dilakukan oleh
manajer (Wijayanti dan Prabowo, 2020). Hal ini disebabkan oleh anggota komite audit yang
independen akan dapat lebih leluasa dalam menyatakan sikap dan pendapatnya dalam
menangkal praktik manajemen laba karena anggota komite audit tersebut tidak akan
mendapatkan tekanan yang kuat dari pihak manajemen. Hasil penelitian ini didukung hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sudirman (2018) serta Wijayanti dan Prabowo
(2020) yang mendapatkan hasil bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba.
Pengaruh Skema Bonus Direksi Terhadap Manajemen Laba
Pemberian bonus kepada manajer tidak berpengaruh pada manajemen laba.
Kompensasi bonus merupakan suatu kebijakan perusahaan sebagai penghargaan yang
diberikan kepada karyawan atas jasanya sesuai dengan seberapa besar pengorbanan yang telah
diberikan kepada perusahaan. Tujuan perusahaan mengeluarkan kebijakan bonus adalah untuk
memikat, memotivasi, serta menahan karyawan yang kompeten agar kinerjanya lebih optimal.
Perusahaan akan memberikan bonus kepada karyawannya jika kinerja perusahaan mencapai
jumlah tertentu, karena itulah manajer akan melakukan praktik manajemen laba dengan
mangatur dan mengelola laba perusahaan pada tingkat tertentu sesuai dengan syarat yang
ditentukan perusahaan (Elfira, 2014).
Pemberian kompensasi lain seperti tunjangan dan fasilitas dari perusahaan telah dapat
merubah sifat oportunistik manajer untuk memberikan laporan sesuai dengan kinerja
perusahaan. Besarnya kompensasi bukan merupakan motivasi utama bagi pihak manajemen
untuk melakukan manajemen laba (Elfira, 2014). Tindakan oportusis yang mungkin dilakukan
oleh pihak manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba, tidak sebanding dengan
resiko yang akan ditanggung. Pemberian kompensasi lain yang lebih besar nilainya dari
kompensasi bonus seperti fasilitas maupun tunjangan juga mendukung manajer untuk tetap
bertindak apa adanya atau dalam pelaporan laporan keuangan perusahaan (Izazi, dkk. 2021).
Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Izazi, dkk
(2021) yang mendapatkan hasil bahwa skema bonus direksi tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujiannya variabel ukuran perusahaan secara statistik memperlihatkan bahwa
variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini sejalan
dengan teori keagenan yang mengatakan apabila perusahaan besar dianggap mampu
mengeluarkan biaya yang besar dan mampu mengelola aset perusahaan (Astuti, dkk. 2017).
Semakin besar laba yang dihasilkan atas pengelolaan total aset perusahaan maka
meningkatkan keuntungan yang diinginkan pemilik perusahaan (principal). Kenyataan yang
terjadi peningkatan keuntungan atas pengelolaan total aset sebagai ukuran perusahaan tidak
memberikan dampak pada manajemen laba atau justru memicu berkurangnya tindakannya
karena besarnya ukuran di perusahaan tidak selalu diikuti bersamaan meningkatnya
manajemen laba atau discretionary accrual setiap tahunnya (Astuti, dkk. 2017). Hasil analisis
regresi menunjukkan bahwa total aset merupakan salah satu faktor yang tidak signifikan
terhadap manajemen laba.

20 13
207
Hasil ini mengindikasikan bahwa para manajer menjalankan manajemen labanya tidak
memperhatikan jumlah aset yang dimiliki. Besar atau kecil jumlah aset tidak mempengaruhi
terlaksananya manajemen laba, salah satunya karena adanya perlindungan yang ketat atas
aset dari penanam modal dan juga pemerintah yang ikut mengoperasikan suatu
perusahaan (Wiratama dan Budiwitjaksono, 2021). Secara garis besar perusahaan di
Indonesia memiliki ukuran perusahaan yang besar. Hal ini dicerminkan dari jumlah data
perusahaan yang ukurannya besar karena total aset perusahaan cukup besar atau dapat
dikatakan manajemen perusahaan dengan skala besar memperlihatkan bahwa untuk aset yang
guna mengoperasikan perusahaan dalam menyajikan laba juga cukup besar (Wiratama dan
Budiwitjaksono, 2021). Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Astuti, dkk. (2017) serta Wiratama dan Budiwitjaksono (2021) yang
mendapatkan hasil bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pengaruh Kinerja Perusahaan Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel kinerja perusahaan dalam
penelitian ini yang diukur dengan return on assets tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba. Hasil penelitian yang menunjukkan kinerja perusahaan tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba yang berarti bahwa semakin tinggi atau rendahnya return on assets yang
diperoleh perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini disebabkan
semakin tinggi kinerja perusahaan, bahwa dividen yang dibagikan akan semakin kecil
(Asmara, 2017). Return on asset yang semakin meningkat menunjukkan kinerja perusahaaan
yang baik dan para pemegang saham akan menerima keuntungan yang semakin meningkat
karena manajer juga mendapatkan keuntungan sehingga dia tidak melakukan tindakan
manajemen laba. Menurut Asmara (2017) yang menyatakan bahwa nilai return on assets yang
semakin mendekati 1, berarti semakin baik profitabilitas yang dimiliki perusahaan karena
setiap aktiva yang ada akan dapat menghasilkan laba. Hasil penelitian ini didukung hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Firmani dan Haryono (2021) yang mendapatkan
hasil bahwa kinerja perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Artinya apabila persentase kepemilikan saham institusional
bertambah, maka akan mengurangi peluang adanya manajemen laba. Apabila persentase
kepemilikan saham institusional berkurang, maka akan lebih besar peluang adanya
manajemen laba (Susyani, dkk. 2020). Nilai kepemilikan yang besar, pemilik saham institusi
akan mendorong peningkatan informasi yang lebih optimal dan melakukan pengawasan
terhadap pihak manajemen yang dapat mengurangi perilaku oportunistik manajer (Utari dan
Sari, 2016), sehingga pemilik institusi mendapatkan informasi yang setara dengan manajer
dan mengurangi adanya manajemen laba. Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Utari dan Sari (2016), Susyani, dkk (2020) yang
mendapatkan hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan penelitian yang telah dilakukan, kesimpulannya adalah:
Komite audit dan Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2021. Skema
bonus direksi, Ukuran perusahaan, Kinerja perusahaan tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2018-2021.

20 14
207
Setelah melakukan analisis dan pembahasan pada pokok permasalahan serta
berdasarkan kesimpulan pada penelitian ini, maka keterbatasan dan saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut:
1) Pemilihan sampel hanya menggunakan perusahaan BUMN saja sehingga belum bisa
digunakan sebagai acuan dalam penelitian lain untuk kelompok selain perusahaan jasa
sektor keuangan. Oleh karena itu, disarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan
sampel seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI agar mampu mewakili kondisi BEI
secara general.
2) Nilai adjusted R2 sebesar 97,1 persen sedangkan sisanya sebesar 2,9 persen dijelaskan
oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model penelitian. Sehingga untuk
penelitian selanjutnya perlu menambahkan variabel lain yang tidak digunakan dalam
penelitian ini yang terkait pada manajemen laba khususnya pada perusahaan BUMN yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3) Hasil penelitian ini menyatakan bahwa skema bonus, ukuran perusahaan dan kinerja
perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, maka dari itu saran bagi
perusahaan BUMN agar semaksimal mungkin dalam pemberian bonus kepada direksi
sesuai dengan capaian prestasi yang didapat kemudian semaksimal mungkin dalam
mengelola total aset yang dimiliki oleh perusahaan serta meningkatkan kinerja
perusahaan sehingga tercipta manajemen laba yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Asmara, W. D. (2017). Pengaruh Return On Asset, Net Profit Margin, Debt To Equity Rqtio
Dan Size Terhadap Perataan Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2016). Jurnal Ilmiah Riset
Akuntansi, 6(04).
Astuti, A. Y., Nuraina, E., & Wijaya, A. L. (2017, October). Pengaruh ukuran perusahaan dan
leverage terhadap manajemen laba. In FIPA: Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi (Vol.
5, No. 1).
Chandra, B. (2021). Pengaruh koneksi politik, kinerja perusahaan dan karateristik perusahaan
terhadap manajemen laba di indonesia. INOVASI, 17(1), 35-45.
Desi, A. V. (2022). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Audit Tenure Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Dan Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris
Pada Perusahaan Bumn Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2014-2018). Jurnal Riset
Akuntansi Tirtayasa, 7(1).
Dewi, N. E., & Triani, N. N. A. (2018). Pengaruh Komite Audit Dan Kepemilikan
Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di
Indonesia. Jurnal Akuntansi AKUNESA, 6(3).
Dewi, N. K. K. (2021). Pengaruh Komite Audit Dan Skema Bonus Direksi Terhadap
Manajemen Laba Perusahaan BUMN Yang Terdaftar Di BEI Pada Tahun 2016-2018.
Universitas Mahasaraswati Denpasar.
Elfira, A. (2014). Pengaruh kompensasi bonus dan leverage terhadap manajemen laba (Studi
empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-
2012). Jurnal Akuntansi, 2(2).

20 15
207
Felicya, C., & Sutrisno, P. (2020). Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Struktur Kepemilikan
dan Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 22(1), 129-
138
Firmani, I., & Haryono, S. (2021). Pengaruh Kinerja Perusahaan Dan Laverage Terhadap
Manajemen Laba Di Bank Umum Syariah Indonesia. JAD: Jurnal Riset Akuntansi dan
Keuangan Dewantara, 4(1), 1-11.
Hidayah, L. T. (2019). Pengaruh Kinerja Perusahaan Dan Leverage Terhadap Manajemen
Laba Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderator (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2018).
Imani, A. N., & Ghozali, I. 2016. Analisis Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris, Direksi,
Dan Komite Audit Serta Kualitas Auditor Eksternal Terhadap Manajemen Laba (Studi
Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun
2011-2014) (Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomika dan Bisnis).
Izazi, M., Afrizal, A., & Yustien, R. (2021). Pengaruh Komisaris Independen, Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional, Komite Audit, Leverage Dan Skema Bonus
Terhadap Manajemen Laba (Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode Tahun 2016-2019). Jambi Accounting Review (Jar), 2(3), 333-
352.
Jensen, M and Meckling, W. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency
Costs and Ownership Structure. Journal of financial Ecomomics 3 (4):305-360
Kusumaningtyas, M., & Farida, D. N. (2016). Pengaruh kompetensi komite audit, aktivitas
komite audit dan kepemilikan institusional terhadap manajemen laba. Jurnal Akuntansi
Indonesia, 4(1), 66-82.
Lidiawati, N., & Asyik, N. F. (2016). Pengaruh Kualitas Audit, Komite Audit, Kepemilikan
Institusional, Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi (JIRA), 5(5).
Medyawati, H., & Dayanti, A. S. (2017). Pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen
laba: Analisis data panel. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, 21(3).
Paramitha, L., & Firnanti, F. (2018). Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Faktor-Faktor
Lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Komunikasi, 5(2), 116-123..
Prasetya, W. S., & Harjanto, S. (2017). Pengaruh Kinerja Perusahaan Terhadap Manajemen
Laba Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011–2014). Jurnal Ekonomi
Manajemen Akuntansi, 24(43).
Ramadhan, R. (2018). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Di BEI. UNEJ E-Proceeding, 464-476.
Sholichah, F., & Kartika, A. (2022). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas
dan Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah
Indonesia, 7(1), 716-730.
Sudirman, G. (2018). Pengaruh Komite Audit Komisaris Independen Dan Ukuran Kap
Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri Yang

20 16
207
Terdaftar Pada Bei Tahun 2012-2015. Keberlanjutan: Jurnal Manajemen dan Jurnal
Akuntansi, 2(2), 652-677.
Sulistyanto, H. Sri. 2008. Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris. Jakarta: Grasindo.
Susyani, N., Maria, S., & Hodijah, C. (2020). Kepemilikan Institusional dan Kompensasi
Bonus Serta Pengaruhnya terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Asuransi yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019. Cakrawala Repositori IMWI, 3(2),
145-155.
Taco, C., & Ilat, V. (2017). Pengaruh earning power, komisaris independen, dewan direksi,
komite audit dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Emba: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 4(4).
Undang-undang dasar 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (30).
Undang-undang No 19 Tahun 2003 tentang BUMN.
Utari, N. P. L. A., & Sari, M. M. R. (2016). Pengaruh asimetri informasi, leverage,
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional pada manajemen laba. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 15(3), 1886-1914.
Wiratama, P., & Budiwitjaksono, G. S. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Manajemen Laba Pada Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Yang Terdaftar
Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2017-2019. Relasi: Jurnal Ekonomi, 17(1), 92-
121.
Wijayanti, F. K., & Prabowo, T. J. W. (2020). Pengaruh Komite Audit Dan Kualitas Audit
Eksternal Terhadap Tindakan Manajemen Laba. Diponegoro Journal of Accounting, 9(1).
Wijayanti, K. P. (2018). Pengaruh Struktur Kepemilikan, Dewan Komisaris, Dan Skema
Bonus Dewan Direksi Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di BEI Tahun 2015-2016 (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
www.idx.co.id.
Yendrawati, R. (2015). Pengaruh dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan
manajerial, dan kepemilikan institusional terhadap manajemen laba. Jurnal Entrepreneur
dan Entrepreneurship, 4(1, 2), 33-40.
Yuliana, A. & Trisnawati, I. (2015). Pengaruh Auditor dan Rasio Keuangan Terhadap
Managemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 17, No. 1, pp. 33-45
Yustiningarti, N. D., & Asyik, N. F. (2017). Pengaruh Asimetri Informasi, Mekanisme
Corporate Governance Dan Skema Bonus Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ilmu Dan
Riset Akuntansi (JIRA), 6(9).
Zakia, V., Diana, N., & Mawardi, M. C. (2019). Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Pertumbuhan
Penjualan Terhadap Manajemen Laba Dengan Good Corporate Governance Sebagai
Variabel Moderating. Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi, 8(04).

20 17
207

Anda mungkin juga menyukai