Abstract
…..
…..
…..
1. PENDAHULUAN
Pasar modal merupakan salah satu aspek yang berperan dalam perkembangan
perekonomian suatu negara. Perkembangan pasar modal di Indonesia mengalami
peningkatan yang cukup signifikan (Liputan6.com, 2019). Pada inews.id (2020)
meskipun terdampak Covid-19 investor pasar modal di Indonesia tumbuh signifikan
dengan kenaikan 22% dari tahun 2019 yaitu dengan jumlah investor pada tahun
2020 mencapai 3,02 juta investor. Tahun 2020 Bursa Efek Indonesia menjadi bursa
yang memiliki aktivitas pencatatan saham baru (IPO) tertinggi diantara bursa- bursa
di kawasan Asia Tenggara. Hal tersebut tercermin pada rata- rata frekuensi
perdagangan yang meningkat hingga mencapai 1,6 juta kali per hari (IDX, 2020). Hal
ini menunjukkan bahwa tingginya minat masyarakat baik dari dalam negeri maupun
luar negeri untuk menanamkan modalnya pada perusahaan perusahaan di
Indonesia. Tingginya minat masyarakat untuk menanamkan modalnya tersebut
harus didukung oleh peningkatan kinerja perusahaan. Karena investor akan tertarik
dengan perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. Investor yang ingin
menanamkan modalnya harus menganalisis dan melakukan penilaian sebelum
menentukan keputusan investasi. Hal tersebut diharapkan untuk mengurangi risiko
kerugian dimasa mendatang (Sintyana, 2019).
Perusahaan didirikan dengan tujuan dan sasaran tertentu. Dan yang menjadi
tujuan utama perusahaan adalah kemakmuran pemegang saham yang dicapai
melalui peningkatan nilai perusahaan. Dalam jangka
panjang tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Semakin
tinggi nilai perusahaan maka semakin sejahtera pemiliknya (Fama, 1978)
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang
sering
dikaitkan dengan harga saham. Harga saham tinggi membuat nilai perusahaan juga
tinggi. Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi
akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham & Houston,
2013). Kemakmuran pemegang saham dicerminkan oleh harga pasar dari saham
yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan dan manajemen
aset.
Sumber daya keuangan dasar perusahaan adalah aliran kas yang dihasilkan oleh
aset/aktiva dan operasinya. Ketika perusahaan didanai seluruhnya oleh saham
biasa, semua arus kas itu menjadi milik pemegang saham. Ketika perusahaan
menerbitkan utang dan ekuitas sekaligus, perusahaan memecah arus kas menjadi
dua aliran, aliran yang relatif aman yang menuju pemegang utang dan aliran yang
lebih berisiko yang menuju pemegang saham. Bauran sekuritas perusahaan disebut
struktur modalnya (Brealey et al., 2012).
Struktur modal menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh investor karena
teori agensi (Horne & Machowicz, 2010) menjelaskan adanya pertentangan antara
manajemen (sebagai agen) dengan pemegang saham. Teori agensi muncul dari
konflik-konflik kepentingan diantara manajer dan pemilik saham. Teori tersebut
berasal dari pemisahan kepemilikan dan kontrol. Konflik-konflik kepentingan yang
terjadi di antara manajer dan pemegang saham dikarenakan adanya tujuan yang
berlainan (Jensen & Meckling, 1976).
Menurut tradeoff teori , hutang bermanfaat bagi perusahaan karena bunga
dapat dikurangkan dalam menghitung pajak, tetapi hutang juga menimbulkan
biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan. Struktur modal yang optimal
berada pada keseimbangan antara manfaat pajak atas penggunaan hutang dengan
biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan, karna biaya dan manfaat akan
saling meniadakan satu sama lain. Pada tingkat hutang yang optimal diharapkan
nilai perusahaan akan mencapai nilai optimal, dan sebaliknya apabila terjadi tingkat
perubahan hutang sampai melewati tingkat optimal atau biaya kebangkrutan,
hutang
akan mempunyai efek negatif terhadap nilai perusahaan.
Munculnya konflik keagenan ini mengakibatkan tujuan perusahaan dalam
meningkatkan Nilai perusahaan akan sulit untuk tercapai, sehingga sangat
dibutuhkan control (pengawasan) dari pihak luar dalam memonitoring dan
pengawasan yang baik dapat mengarahkan kepada tujuan perusahaan dalam
menaikan kinerja dan Nilai perusahaan (Thauziad, 2021, p. 266). Nilai perusahaan
menjadi sangat penting untuk diketahui karena dianggap sebagai cerminan dari
nilai aset perusahaan yang sesungguhnya. Perusahaan diharapkan dapat
meningkatkan
nilai perusahaan dari tahun ke tahun (Hasan, 2018, p. 32). Seperti fenomena
turunnya harga saham secara tidak langsung mengindikasikan perusahan
menurunnya nilai perusahaan.
Salah satu cara yang lebih efektif dalam memonitoring manajer perusahaan
yang diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan yaitu dengan adanya tata
kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Dimana Good
corporate governance ialah prosedur yang menunjukan tentang kepahaman suatu
perusahaan yang diterapkan untuk meningkatkan kinerja dengan melakukan
pengawasan atas kinerja manajemen itu sendiri dan penjaminan arah akuntabilitas
manajemen terhadap pemegang saham yang berdasarkan atas kerangka peraturan
yang berlaku (Setiawati, 2021, p. 1410). Ciri-ciri dari lemahnya penerapan Good
Corporate Governance dindonesia disebabkan oleh beberapa tindakan untuk
mementingkan diri sendiri sehingga terabaikannya kepentingan pemengang
sahSSSam
yang akhirnya melakukan Fraud. Berikut ini perusahaan-perusahaan yang lemah
dalam menerapkannya pada sektor pertambangan. Fenomena yang terjadi dalam
Perusahaan PT. Sultan Rafli Mandiri (SRM) di Tahun 2021 yang diduga manipulasi
laporan hasil tambang emas sehingga berpotensi merugikan Negara sebesar Rp.
74,438 miliar pertahun, akibat tidak bayar pajak dan kewajiban lain Terhadap
Negara dan melaporkan laporan keuangan secara fiktif yang dilakukan PT SRM
kepada PT ANTM (Aneka Tambang) (Kompas TV diakses 12 Februari 2022).
Sementara di Tahun 2019 Perusahaan PT Adaro Energy Tbk (ADARO) diduga
melakukan pengelapan pajak, dugaan tersebut, terungkaps setelah Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) International Global Witmess. Dalam laporan
tersebut, pemilik perusahaan Boy Thohir itu memindahkan sejumlah laba ke jarigan
perusahaan di Singapura, Coatrade Servicer International sehingga mereka bisa
membayar pajak 125 juta dolar AS lebih rendah dari pada seharusnya dibayarkan
di Indonesia (Merdeka.com diakes 12 Februari 2022). Salah satu meminimalisir
terjadinya fraud adalah dengan adanya good corporate governance yang mana
perusahaan telah berusahaa mengurangi resiko keputusan untuk menguntungkan
diri sendiri, sehingga yang akhirnya akan meningkatkan Nilai perusahaan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh kepemilikan manajerial,
dewan komisaris independen, dan komite audit terhadap nilai perusahaan.
Corporate Social Responsibility (CSR) , merupakan wacana yang sedang
mengemuka di dunia perusahaan multinational. Wacana ini digunakan oleh
perusahaan dalam rangka mengambil peran menghadapi perekonomian menuju
pasar bebas. Perkembangan pasar bebas yang telah membentuk ikatan-ikatan
ekonomi dunia dengan terbentuknya AFTA, APEC dan sebagainya, telah mendorong
perusahaan dari berbagai penjuru dunia untuk secara bersama melaksanakan
aktivitasnya dalam rangka mensejahterakan masyarakat di sekitarnya. Perusahaan-
perusahaan yang memiliki kepedulian sosial dapat menggunakan informasi
tanggung jawab sosial (kegiatan CSR) sebagai salah satu keunggulan kompetitif
perusahaan.
Menurut sebuah teori yang melandasi pengungkapan CSR adalah teori
legitimasi. Teori legitimasi merupakan suatu sistem yang mengutamakan
kepentingan masyarakat atau lebih memihak kepada masyarat Pengungkapan CSR
diharapkan dapat meningkatkan image perusahaan dan meningkatkan penjualan.
Hal menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR berharap akan
direspon positif oleh para pelaku pasar seperti investor dan kreditor yang nantinya
dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Epstein dan Freedman menemukan bahwa stakeholders tertarik terhadap
informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan, sehingga manajemen
perusahaan tidak hanya dituntut terbatas atas pengelolaan dana yang diberikan,
namun juga meliputi dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan terhadap
lingkungan alam dan sosial. Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan
nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran
bagi para pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan
menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut.
Fenomena masalah yang tergambar adalah :
1. Terjadi penurunan harga saham Perusahaan
2. Terjadi perubahan kepemilikan saham Perusahaan
3. Teradi belum efektifnya dana CSR
2. KERANGKA TEORITIS
2.1. Teori Signaling
Ratnasari et al. (2017), signaling theory mengemukakan tentangbagaimana
sebaiknya suatu perusahaan memberikan sinyal kepada penggunalaporan
keuangan. Sinyal ini berbentuk informasi mengenai apa yang telahdilakukan oleh
manajemen untuk merealisasikan kemauan pemilik.
Signaling Theory (Teori sinyal) mengemukakan tentang bagaimana
seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan
keuangan. Teori sinyal menunjukan adanya asimetri informasi antara manajemen
perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut,
asimetri informasi adalah kesenjangan informasi dimana salah satu pihak memiliki
informasi lebih banyak dibandingkan pihak lainnya (Brigham dan Houston, 2014 :
184). Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri
informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih
banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang dari pada pihak luar
(investor dan kreditor). Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan
menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang
rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan
dengan mengurangi asimetri informasi (Harianto, 2010 : 392).
2.6. Keputusan
.
.
.
.
2.5. Penelitian Terdahulu
Struktur
Modal(X2)
H1
Nilai
Managerial H2
perusahaan
Ownership(X1) (y)
H3
Corporate social
responsibility
(CSR)(X)
H4
3. METODOLOGI PENELITIAN
.
.
.
.
4. HASIL PENELITIAN
4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel People (X1)
Nilai Fhitung di atas adalah 26.414 lebih besar dari Ftabel sebesar 2,72 dengan sig
0,000 < 0,05, menunjukan Ho ditolak dan H4 diterima, berarti variabel people (X1),
variabel process (X2) dan variabel physical (X3) secara simultan berpengaruh secara
signifikan terhadap Y (keputusan memilih produk UMKM).
5.2.4.4. Koefesien Determinasi
Untuk mengetahui tinggi rendahnya pengaruh people, process dan physical
terhadap keputusan memilih produk UMKM dapat digunakan pedoman untuk
memberikan interpretasi koefisien korelasi dalam Sugiyono (2010 : 183) sebagai
berikut:
Tabel 10. Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 - 0.199 Sangat Rendah
0.20 - 0.399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat Kuat
Sumber : Sugiono 2010 : 22
Dari hasil pengujian dengan SPSS versi 18, diperoleh nilai koefisien korelasi
seperti terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 11. Koefisien Korelasi dan R-Square
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .403a .162 .133 1.27451
Sumber : Data Diolah 2023
6. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil uji t untuk variabel gaya kepemimpinan, dapat
disimpulkan bahwa People secara parsial berpengaruh terhadap keputusan
memilih pada produk UMKM.
2. Process secara parsial berpengaruh terhadap keputusan memilih pada
produk UMKM.
3. Physical Evidence secara parsial berpengaruh terhadap keputusan memilih
pada produk UMKM.
4. People, Process dan Physical Evidence secara simultan berpengaruh
terhadap keputusan memilih pada produk UMKM
DAFTAR PUSTAKA
Fama, E. F., 1978. The Effect of a firms Investment And Financing Decision on the
Welfare Of ItsSecurity Holders. American Economic Review,Volume 68, pp.
272-28.