Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN TATA KELOLA

PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN


EARNINGS MANAGEMENT SEBAGAI VARIABEL MEDIASI
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2016-2020)

1.1. Latar Belakang


Kinerja keuangan perusahaan yang baik dapat dilihat dari profitabilitas
perusahaan yang baik, maka para stakeholder yang terdiri dari kreditur, supplier,
dan juga investor akan melihat sejauh mana perusahaan dapat menghasilkan laba
dari penjualan dan investasi perusahaan. Dengan meningkatnya profitabilitas
perusahaan berartimenunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan. Nilai profitabilitas yang tinggi akan membawa keberhasilan bagi
perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan
untuk berkembang. Menciptakan kondisi pasar yang sesuai dan pada giliranya
akan memberikan laba yang lebih besar. Profitabilitas merupakan rasio yang
sangat penting bagi pemilik perusahaan (the common stockholder). Adanya
pertumbuhan profitabilitas menunjukan prospek perusahaan yang semakin baik
karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan,
sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan mempermudah
manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham. Apabila
terdapat kenaikan permintaan saham perusahaan, maka secara tidak langsung akan
menaikkan harga saham tersebut di pasar modal (Martono, 2011).
Dalam era globalisasi ini, kegiatan tanggung jawab sosial sudah mulai
menjadi kewajiban yang perlu dilaksanakan oleh perusahaan yang bertujuan untuk
memaksimalkan profit perusahaan bagi pemangku kepentingan perusahaan
tersebut. Kegiatan tanggung jawab sosial sudah mulai menjadi kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh perusahaan dengan tujuan untuk memangku kepentingan
perusahaan tersebut. Selain meningkatkan dan memaksimalkan profit perusahaan,
perusahaan juga wajib dan perlu mempertimbangkan masalah lingkungan soial
dan masyarakat (Rezaee et al., 2019). Pengungkapan tanggungjawab sosial
perusahaan juga telah menjadi salah satu komponen penting yang harus
diungkapkan bagi tiap perusahaan, terutama bagi perusahaan yang sudah go
public. Masalah sosial yang terjadi pada lingkungan sosial dan masyarakat
merupakan salah satu tanggung jawab sosial yang perlu diperhatikan oleh suatu
perusahaan. Sehingga dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, perusahaan perlu
melaksanakan tanggungjawabnya terhadap lingkungan di sekitar perusahaan
disamping tanggungjawabnya dalam memaksimalkan pendapatan perusahaan itu
sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang terlibat dengan aktivitas
tanggung jawab sosial cenderung lebih transparan dan memiliki risiko lebih
rendah dalam melakukan manajemen laba (Kim et al., 2012). Banyaknya kasus
fraud yang telah terjadi, menuntut perusahaan untuk menyadari pentingnya
informasi yang transparan dalam bidang ekonomi, karena hal inilah yang menjadi
perhatian utama bagi investor (Lopatta et al., 2014). Oleh sebab itu,
pengungkapan CSR menjadi salah satu komponen penting yang harus
diungkapkan bagi tiap perusahaan, terutama bagi perusahaan yang sudah go
public.
Pemeritah Indonesia yang telah sadar akan pentingnya kegiatan CSR
menerbitkan peraturan yang dituangkan melalui berbagai regulasi pemerintah di
antaranya tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Undang-Undang (UU) No.23
Tahun 1997), Perseroan Terbatas (UU No. 40 Tahun 2007), Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU No. 32 Tahun 2009), Penyampaian Laporan
Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik melalui Lampiran Keputusan Ketua
Bapepam-LK Nomor: Kep-431/BL/2012 (Peraturan Badan Pegawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) No. X.K.6), serta Tanggug Jawab
Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas (Peraturan Pemeritah (PP) No. 47
Tahun 2012). UU No. 40 tahun 2007 tetang perseroan terbatas pasal 74
mewajibkan perusahaan untuk melakukan CSR. Dalam Ayat 1 UU tersebut
dijelaskan bahwa PT., yang menjalakan kegiatan usaha di bidang yang berkaitan
terhadap sumber daya alam seperti pertambangan, penggalian pasir, batu kapur da
lainnya memiliki kewajiban untuk melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap lingkungan.
Tujuan perusahaan dalam melakukan kegiatan CSR ialah menarik minat
masyarakat untuk membeli produk atau jasa dari perusahaan yang dinilai peduli
pada isu sosial dan lingkungan. Prior et al., (Fionasari et al., 2017) menyatakan
bahwa masalah agensi dapat memotivasi manajer untuk mengkaitkan CSR
terhadap perilaku oportunistik manajer. Perusahaan yang terlibat dalam aktivitas
CSR terkadang cenderung bertujuan untuk menutupi dampak dari perilaku buruk
akibat aktivitas perusahaan. Masalah muncul ketika laporan keuangan perusahaan
tidak dususun berdasarkan standar penyusunan laporan keuangan yang berlaku.
Kasus manipulasi laporan keuangan di Indonesia juga pernah terjadi pada PT.
Kimia Farma Tbk., dimana PT. Kimia Farma Tbk., diduga melakukan markup
pada laba perusahaan sebesar Rp. 33 milyar. Hal ini diketauhi berdasarkan idikasi
dari kementrian BUMN dan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh
Bapepam. Kasus yang menimpa PT. Kimia Farma Tbk., ini merupakan kasus
manipulasi laba yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan atau yang
biasa dikenal dengan sebutan manajemen laba atau earning management
(Fionasari et al., 2017).
Selain dipengaruhi oleh tanggung jawab sosial (CSR), faktor lain yang
dapat memengaruhi kinerja keuangan perusahaan yaitu tata kelola perusahaan
(praktik corporate governance). Tata kelola perusahaan merupakan suatu sistem
yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat
memberikan dan meningkatkan kesejahteraan kepada para pemegang saham. Isu
tentang tata kelola perusahaan mulai hangat dibicarakan sejak terjadinya berbagai
skandal yang mengindikasikan lemahnya tata kelola perusahaan. Isu tata kelola
perusahaan di Indonesia mengemukan setelah Indonesia mengalami masa krisis
yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Banyak pihak yang mengatakan lamanya
proses perbaikan di Indonesia disebabkan oleh lemahnya penerapan tata kelola
perusahaan dalam perusahaan. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun investor
mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktek tata kelola
perusahaan (Pangeran & Deresti, 2016). Ciri utama dari lemahnya tata kelola
perusahaan adalah adanya tindakan mementingkan diri sendiri di pihak manajer
perusahaan dengan mengesampingkan kepentingan investor. Manajer sebagai
pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek
perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham).
Oleh karena itu, sebagai pengelola perusahaan, manajer berkewajiban memberi
sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik, akan tetapi informasi yang
disampaikan terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya.
Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi.
Hal ini dapat menurunkan efektivitas kinerja keuangan. Newel & Wilson (2012)
menyatakan bahwa secara teoritis, praktik corporate governance yang baik dapat
meningkatkan kinerja keuangan.
Earnings Management juga berperan dalam memperkuat pengaruhnya
terhadap kinerja keuangan. Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan
manajemen untuk meningkatkan atau menurunkan laba perusahaan dalam laporan
keuangan. Tujuan manajemen laba adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
pihak tertentu walaupun dalam jangka panjang tidak terdapat perbedaan laba
kumulatif perusahaan dengan laba yang dapat diidentifikasikan sebagai suatu
keuntungan (Fischer & Kenneth, 2011). Menurut Roychowdhury (2011),
manajemen laba dapat dilakukan dengan cara manipulasi akrual murni (accrual
earnings management), yaitu dengan discretionary accrual atau dengan cara
manipulasi aktivitas riil (real earnings management). Akrual murni dilakukan
pada akhir periode ketika manajer mengetahui laba sebelum direkayasa, sehingga
dapat mengetahui berapa besar manipulasi yang diperlukan agar target laba
tercapai. Namun, manipulasi akrual dibatasi oleh GAAP dan manipulasi akrual
ditahun-tahun sebelumnya. Selain itu, manipulasi akrual dapat terdeteksi oleh
auditor, investor ataupun badan pemerintah, sehingga berdampak pada harga
saham bahkan menyebabkan kebangkrutan atau kasus hukum. Manajemen laba
riil sulit terdeteksi karena manipulasi ini terjadi sepanjang periode akuntansi
dengan tujuan spesifik, yaitu memenuhi target laba tertentu, menghindari
kerugian, mencapai target analyst forecast. Graham et al., (2013) menyediakan
bukti bahwa para manajer menyukai aktivitas manajemen laba riil dibandingkan
dengan manajemen laba riil murni, karena aktivitas manajemen laba riil bisa tidak
dapat dibedakan dari keputusan bisnis optimal dan lebih sulit untuk dideteksi,
meskipun biaya-biaya yang digunakan dalam aktivitas tersebut secara ekonomis
signifikan bagi perusahaan. Menurut teori keagenan manajemen laba terjadi
karena adanya konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik, dalam hal ini
manajemen dapat memilih metode-metode manajemen laba yang dapat
memaksimalkan utilitasnya. Berdasarkan teori keagenan dikatakan bahwa
masalah keagenan antara manajer dan pemilik perusahaan dapat diatasi dengan
tata kelola perusahaan yang baik. Tata kelola perusahaan merupakan suatu
mekanisme yang digunakan pemegang saham dan kreditur perusahaan untuk
mengendalikan tindakan manajer yang dapat berdmapak pada buruknya kinerja
keuangan (Sabrina & Hendro, 2019).
Berdasarkan latar belakang di atas mengenai kinerja keuangan, tanggung
jawab sosial dan tata kelola perusahaan, maka peneliti melakukan penelitian pada
perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan
judul “Pengaruh Tanggung Jawab Sosial dan Tata Kelola Perusahaan
terhadap Kinerja Keuangan dengan Earnings Management Sebagai Variabel
Mediasi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2020)”.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Tanggung Jawab Sosial berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan?
2. Apakah Tata Kelola Perusahaan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan?
3. Apakah Earnings Management memoderasi pengaruh Tanggung Jawab Sosial
terhadap Kinerja Keuangan?
4. Apakah Earnings Management memoderasi pengaruh Tata Kelola Perusahaan
terhadap Kinerja Keuangan?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan uraian dalam rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah Tanggung Jawab Sosial berpengaruh terhadap
Kinerja Keuangan.
2. Untuk mengetahui apakah Tata Kelola Perusahaan berpengaruh terhadap
Kinerja Keuangan.
3. Untuk mengetahui apakah Earnings Management memoderasi pengaruh
Tanggung Jawab Sosial terhadap Kinerja Keuangan.
4. Untuk mengetahui apakah Earnings Management memoderasi pengaruh Tata
Kelola Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai