Nilai Perusahaan
yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi
harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut
pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Nilai
Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai
perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada
kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa
depan.
seperti halnya penelitian yang pernah dilakukan oleh Nurlela dan Islahuddin
(EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan
konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai
harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli andai perusahaan tersebut
perkiraan, dan judgment. Ada beberapa konsep dasar penilaian yaitu : nilai
ditentukan untuk suatu waktu atau periode tertentu; nilai harus ditentukan
pada harga yang wajar; penilaian tidak dipengaruhi oleh kelompok pembeli
tertentu.
antara lain metode rasio tingkat laba atau price earning ratio, metode
kreditur. Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan
meningkat, sedangkan nilai hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak
terpengaruh sama sekali. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham
efektifitas perusahaan.
saham tidak berarti bahwa para manajer harus berupaya mencari kenaikan
perusahaan dapat juga dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan
dari ekuitasnya.
pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan,
karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan
perusahaan.
nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga baik. Nilai perusahaan dapat
tercermin dari harga sahamnya. Jika nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan
nilai perusahaannya juga baik. Karena tujuan utama perusahaan adalah
dan prospeknya dimasa depan. Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai
pasar perusahaan, salah satunya Tobin’s Q. Rasio ini dinilai bisa memberikan
hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan
perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor
dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan
operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari
memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena
semakin besar nilai pasar asset perusahaan dibandingkan dengan nilai buku
(Sukamulja, 2004).
Bahkan dalam Kode Hammurabi (1700-an SM) yang berisi 282 hukum telah
memuat sanksi bagi para pengusaha yang lalai dalam menjaga kenyamanan
buruk dari kegiatan usaha. Dampak buruk tersebut tentunya harus direduksi
lingkungan.
dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk
pembangunan.
sebagai inti etika bisnis adalah kesadaran bahwa perusahaan tidak hanya
sebagai bagian dari strategi bisnisnya, ini berkaitan dengan tuduhan bahwa
di dunia. Kondisi ini berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia. Menurut
harian The Jakarta Post (1 Mei 2007) yang berjudul Most Indonesian Not
dan borosnya penggunaan bahan bakar fosil. Hal ini ironis karena seharusnya
badan usaha yang melaksanakan CSR lebih perduli terhadap lingkungan
janji negara kepada rakyatnya didalam pembangunan, kemudian hal ini akan
membawa dampak yang positif pula bagi pencitraan perusahaan dimata calon
Hal inilah yang mungkin saja menciptakan hasil yang tidak konsisten
Social Responsibility
sektor industrinya.
pula dijadikan cermin dan guideline untuk menentukan model CSR yang
tepat.
2.1.3 Leverage
hutang dalam membiayai aktiva perusahaan. Ada tiga ukuran leverage yang
sering digunakan sebagai proxy dari struktur modal yaitu rasio total debt to
total asset, rasio long-term debt to total asset dan short-term debt to total
karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil daripada
menurunkan efektif dari hutang. Kelemahan hutang yaitu bila semakin tinggi
rasio hutang (debt ratio), semakin tinggi pula resiko perusahaan sehingga
dan laba operasi tidak mencukupi untuk menutupi beban bunga maka
dapat
menghambat perkembangan perusahaan yang pada gilirannya dapat
modalnya. Modigliani dan Miller mengatakan bahwa teori struktur modal yang
hutang adalah bunga atas hutang dapat mengurangi pendapatan kena pajak.
nilai perusahaan. Semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi harga
1961, sedangkan penamaan packing order theory dilakukan oleh Myers pada
tahun 1984. Secara singkat teori ini menyatakan bahwa: (a) Perusahaan
berwujud laba ditahan), (b) Apabila pendanaan dari luar (external financing)
mencukupi, maka saham baru diterbitkan. Sesuai dengan teori ini, tidak ada
suatu target debt to equity ratio, karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu
internal dan external. Modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan lebih
pendanaan dari modal internal, yakni dana yang berasal dari aliran kas, laba
mengacu pada packing order theory adalah: internal fund (dana internal),
debt (hutang), dan equity (modal sendiri). Dana internal lebih disukai dari
perlu "membuka diri lagi" dari sorotan pemodal luar. Kalau bisa
dan publisitas publik" sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal
lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan.
Pertama adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi lebih murah
kabar buruk oleh para pemodal, dan membuat harga saham akan turun. Hal
lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang
Kasus yang dialami Enron pada bulan Desember 2001 salah satu bukti
hutang. Diawali ketika Kenneth Lay, seorang pengamat ekonomi dan mantan
membeli
perusahaan lain, dan di tahun 1987 hutang yang dimiliki Enron sudah
meminjam lagi sejumlah uang yang sangat besar untuk membeli infrastruktur
akuntan dalam menutupi keadaan ini. Tingkat hutang yang dimiliki Enron
turun.
2.1.4 Investment
Opportunity Set
Myers pada tahun 1977. Investment opportunity Set (IOS) menurut Myers
dalam ukuran uang, yang pada saat ini sebagai alternatif investasi yang
expected returnnya lebih besar. Perbedaan nilai buku saham dan nilai pasar
Nilai perusahaan dipengaruhi oleh dua hal yaitu asset yang saat ini
Opportunity Set (IOS) lebih ditekankan pada opsi investasi di masa depan.
proyek dengan net present value positif. Investment opportunity Set (IOS)
bukan merupakan pertumbuhan riil yang dicapai perusahaan saat ini namun
melakukan investasi untuk R&D dan aktiva tetap, perusahaan akan menikmati
perusahaan, pilihan
kebijakan akuntansi yang menguntungkan. Lebih lanjut Myers (1977),
karena lebih banyak menggunakan ukuran harga saham dan market value
opportunity Set (IOS) dapat diamati dari pertumbuhan nilai buku perusahaan
dari harga saham, karena harga saham mencerminkan present value dari
return atas saham sekitar waktu pengumuman, dan sebaliknya return negatif
2.1.5 Ukuran
Perusahaan
penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, maka semakin
dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap
memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu
juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu
investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Hal
besar, umumnya sudah berada pada tahap maturity dan akan memiliki
umumnya perusahaan dengan ukuran yang besar memilki total aktiva yang
pada harga yang tinggi. Pada umumnya perusahaan dengan size kecil
dilakukan oleh Sujoko dan Soebinatoro (2007) serta Herawaty (2008) yang
dan signifikan terhadap nilai perusahaan, hal ini menunjukkan semakin besar
dapat diproksikan ke dalam logaritma natural dari total aktiva (Brigham and
Houston, 2001).
dibandingkan dengan
perusahaan kecil sehingga kebutuhan hutang perusahaan yang besar akan
lebih tinggi dari perusahaan kecil. Selain itu, semakin besar ukuran
2.1.6 Kepemilikan
Manajerial
konflik kepentingan antar pemilik dapat terjadi. Hal ini disebut “masalah
menyebabkan pentingnya
suatu mekanisme yang diterapkan guna melindungi kepentingan pemegang
menimbulkan suatu biaya yaitu biaya keagenan, oleh karena itu salah satu
pada level 0-5% terdapat hubungan non linier antara kepemilikan manajerial
pada level 25-50% dan berhubungan negatif pada level > 50%.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Midiastuty dan Machfoedz (2003)
menyatakan bahwa nilai perusahaan akan lebih tinggi ketika direktur memiliki
bagian saham yang lebih besar. Penelitian ini sepaham dengan Susanti
penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Haruman (2008) yang
2.1.7 Profitabilitas
meperoleh laba besar, maka dapat dikatakan berhasil atau memiliki kinerja
relatif kecil, maka dapat dikatakan perusahaan kurang berhasil atau kinerja
yang kurang baik, hal tersebut dikarenakan profitabilitas adalah hasil akhir
yang terdiri dari yield dan capital gain. Semakin tinggi kemampuan
laba yang besar, maka dapat dikatakan berhasil atau memiliki kinerja
yang baik, sebaliknya kalau laba yang diperoleh perusahaan relatif kecil atau
berhasil atau memiliki kinerja yang kurang baik. Laba yang menjadi ukuran
baik, sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai
Return on Equity
adalah rasio laba bersih setelah pajak terhadap modal sendiri. Maksud dari
definisi ROE yang dikemukakan oleh Brigham and Houston tersebut adalah
bahwa rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi bagi para
tingkat pengembalian modal atau ROE adalah rasio yang mengukur berapa
prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut
2.1.8. Komisaris
Independen
Terdapat dua sistem manajemen yang berbeda yang berasal dari dua
Indonesia melalui peraturan BEJ tanggal 1 juli 2000 dikutip dari (FCGI, 2011).
efektif, tepat, dan cepat, serta dapat bertindak secara independen. Sesuai
2.1.9. Cash
Holding
Kas adalah salah satu aset yang siap dikonversikan menjadi aset jenis
yang paling mungkin untuk digunakan dan dibelanjakan dengan tidak tepat.
Kas juga merupakan aset yang paling rentan terhadap perilaku ceroboh
Kas (cash) terdiri atas koin, uang kertas, cek, money order
(wesel atau kiriman uang melalui pos yang lazim berbentuk draft bank atau
cek bank), dan uang tunai di tangan atau simpanan di bank atau semacam
deposito. Aturan yang berlaku umum di bank adalah jika bank menerima
untuk disimpan di bank, maka itulah kas. Benda-benda semacam benda pos,
dan cek masa depan (utang cek dimasa depan) bukanlah kas . Dari uraian di
keuangan karena cash holding dapat digunakan untuk beberapa hal, antara
Perusahaan harus dapat menjaga kas yang dimiliki pada tingkat yang
optimal karena menahan kas terlalu besar dalam aktiva adalah hal yang tidak
produktif dan memerlukan biaya yang tinggi (Martono dan Harjito, 2001).
Salah satu tujuan perusahaan memiliki cash holding antara lain untuk
pengaruh negatif dan signifikan antara cash holding dengan nilai perusahaan.
penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya
laba tersebut bisa dibagi sebagai Dividen atau ditahan untuk diinvestasikan
kembali. Perusahaan bisa membagi Dividen dalam bentuk uang tunai atau
peningkatan laba, maka harga saham akan naik. Jadi, kenaikan harga saham
tersebut pada dasarnya adalah sebagai akibat dari kenaikan dari laba.
yang tinggi karena dividen yang diterima seperti burung di tangan yang
perusahaan.
didasari adanya pajak dividen yang lebih tinggi dari pada pajak capital gain.
Juga tidak benar kalau perusahaan harus membagikan semua laba sebagai
dividen di masa yang akan datang akan naik sebagai hasil dari investasi yang
perusahaan dengan lebih tinggi. Pada pasar modal sempurna dan efisien,
suatu pendapatan yang tidak berbeda dengan dividen yang tidak dibagikan
pada pembagian laba perusahaan untuk dividen atau sebagai laba ditahan.
Selanjutnya dikatakan bahwa perusahaan bisa saja membagikan dividen
net present value yang positif, tidak perduli apakah dana yang digunakan
lain sebagainya yang berkisar antara 2% sampai 4%. Dengan adanya biaya-
kepada berbagai pihak sebagai flotation cost. Jadi bila perusahaan memiliki
semakin besar
kemungkinan berkurangnya laba ditahan. Akibatnya, perusahaan harus
mahal.
kebijakan pembayaran dividen dengan payout ratio sebesar dua pertiga dari
dividen payout yang tinggi. Akan tetapi investor dengan penghasilan tinggi
perusahaan? Dalam dunia tanpa pajak atau biaya transaksi tidak ada,
bersikap sama saja apakah mereka menerima arus kas sebagai dividen, atau
kelebihan arus kas dari operasi dan tetap menjalankan investasi yang
pajak akan selalu mengikuti setiap kebijakan yang diambil. Setiap dividen
yang diterima investor akan dikenakan pajak. Modigliani dan Miller juga
mengatakan bahwa selama dividen memiliki tarif pajak yang tinggi bagi
apapun kebijakan dividen yang dipilih tidak ada pengaruhnya terhadap harga
saham.
alasan mengapa dividen tetap dibagikan meskipun pada saat yang sama
4. Ada suatu keyakinan yang tersebar luas, bahwa pembayaran Dividen akan
positif dan tidak signifikan antara pengaruh dividend payout ratio dengan nilai
hasil yang positif dan signifikan antara pengaruh dividend payout ratio dengan
nilai perusahaan.
Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu index
saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham
tidak lepas dari kerja sama antara Pasar Modal Indonesia (dalam hal ini PT.
DIM).
syariah yang dilakukan per semester yaitu pada bulan Juni dan Desember.
JII menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai
syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin
dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam
emiten yang mampu masuk kedalam indeks JII. Setelah melewati beberapa
Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap nilai perusahaan, serta positif tidak