Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL KE-1

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Nama Mata Kuliah : Analisis lnformasi Keuangan


Kode Mata Kuliah : EKSI4204
Jumlah sks : 3 sks
Nama Mahasiswa : Nabila Evza Firdausi Maulida
NIM : 041854878

1. Jelaskan siapa saja para pihak yang berkepentingan terhadap Laporan keuangan suatu
perusahaan dan alasannya.
a. Investor
Membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli,
menahan, atau menjual investas. Pemegang saham tertarik pada informasi yang
memungkinkan mereka menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
b. Karyawan
Tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan serta
informasi yang memungkinkan mereka menilai kemampuan perusahaan dalam
memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
c. Pemberi pinjaman
Tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk
memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka memutuskan apakah
jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha
berkepentingan pada perusahaan dalam tenggat waktu lebih pendek daripada
pemberi pinjaman.
e. Pelanggan
Berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan,
terutama jika terlibat perjanjian jangka Panjang atau tergantung pada perusahaan.

f. Pemerintah
Berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan aktivitas perusahaan. Selain itu
juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan
kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional
dan statistik lainnya.
g. Masyarakat
Membutuhkan informasi kecenderungan (tren) dan perkembangan terakhir
kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

2. Jelaskan karakteristik kualitatif informasi akuntansi yang Anda pahami.


a. Dapat Dipahami
Understandability adalah sejauh mana informasi yang ada dapat dipahami. Saat ini,
laporan tahunan perusahaan biasanya berisi lebih dari 100 halaman, dengan kualitas
informasi menyeluruh. Informasi yang dapat dimengerti oleh pengguna  harus ada
dalam laporan keuangan tersebut.
b. Relevansi
Relevansi mengacu pada seberapa membantu informasi akuntansi tersebut untuk
proses pengambilan keputusan keuangan. Informasi akuntansi akan menjadi
relevan jika dapat memberikan informasi yang bermanfaat tentang peristiwa di
masa lalu dan membantu memprediksi peristiwa masa depan. Hal ini penting dalam
mengambil tindakan untuk menghadapi kemungkinan yang terjadi di masa depan.
c. Tepat waktu
Ketepatan waktu adalah seberapa cepat informasi tersedia bagi pengguna informasi
akuntansi. menyajikan informasi akuntansi tidak tepat waktu menjadikan informasi
yang kurang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Hal ini penting untuk
informasi akuntansi karena bersaing dengan informasi lainnya. Sebagai contoh, jika
perusahaan mengeluarkan laporan keuangannya lebih dari setahun setelah periode
akunting, pengguna laporan keuangan akan kesulitan untuk menentukan seberapa
baik kinerja perusahaan saat ini.
d. Realibilitas
Realibilitas, juga dikenal sebagai keandalan. Hal ini menunjukan sejauh mana
informasi secara akurat mencerminkan sumber daya perusahaan, perputaran modal,
transaksi, dan lain-lain.  Faktor ini adalah untuk membantu memberikan gambaran
nyata atau realita yang tersaji dalam informasi akuntansi. Kualitas informasi
akuntansi menjadi reability jika memenuhi unsur :
 Lengkap (Completeness) – Laporan keuangan tidak boleh mengecualikan
transaksi apa pun dan semua informasi yang penting tersaji sesuai kriteria
penyajian secara wajar
 Netral (Neutrality) – Informasi laporan keuangan tidak dibuat atas dasar
kepentingan salah satu pihak. Baik eksternal maupun Internal
 Bebas dari kesalahan (Free from error) – Sejauh mana informasi bebas dari
kesalahan.
e. Bisa diverifikasi
Laporan keuangan harus dapat diverifikasi oleh akuntan-akuntan lain dengan
metode-metode yang sama, dapat diuji. Sebagai contoh, informasi akuntansi yang
disajikan dalam laporan keuangan dianggap dapat diverifikasi jika dua akuntan
independen (misalnya akuntan publik atau auditor) dapat menyimpulkan
berdasarkan verifikasi mereka bahwa transaksi dan keadaan yang terjadi terefleksi
secara adil.
f. Konsistensi dan bisa diperbandingkan
Comparability adalah sejauh mana standar dan kebijakan akuntansi diterapkan
secara konsisten dari satu periode ke periode lainnya. Laporan keuangan yang dapat
dibandingkan harus sesuai dengan standar dan kebijakan akuntansi yang konsisten
dengan apa yang diterapkan sepanjang periode akuntansi.
Hal ini memungkinkan pengguna untuk menarik kesimpulan yang mendalam
tentang tren dan kinerja perusahaan dari waktu ke waktu. Selain itu, komparabilitas
juga mengacu pada kemampuan untuk memudahkan membandingkan laporan
keuangan perusahaan kita dengan perusahaan lain.

3. Di Indonesia sendiri beberapa perusahaan BUMN terkuak ke publik telah melakukan


manajemen laba, belum lama ini PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) menghebokan dunia
keuangan dan menjadi headline berita nasional dengan kasus window dressing-nya.
Dimana PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) melaporkan laba pada tahun 2017 sebesar Rp
2,4 triliun tetapi tidak wajar karena ada kecurangan pencadangan Rp7,7 triliun dan
sekarang PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) terlilit masalah likuiditas serta gagal bayar
terhadap dana nasabah.
(Sumber:https://www.cnbcindonesia.com/market/20200113083854-17-129456/tak-
hanya-surat-utang-erick-soroti-modus-bumn-permak-lapkeu)
Diminta :
Apa tanggapan Saudara dari kasus tersebut? Kaitkan dengan dampak manajemen laba
bagi investor.
Dalam membuat keputusan untuk berinvestasi, seorang investor membutuhkan
informasi yang akurat dan berkualitas untuk dapat melakukan analisis investasi saham
di pasar modal, dan salah satu sumber informasi yang digunakan untuk melakukan
analisis investasi adalah laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Dalam
menyusun laporan keuangan, Standar Akuntansi Keuangan menyatakan bahwa
manajemen dapat memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi yang sesuai dengan
standar yang berlaku. Standar akuntansi yang ditetapkan berdasarkan prinsip (principle
based) membuat manajemen dapat menggunakan penilaiannya sendiri dalam
menentukan perlakuan akuntansi atas suatu kejadian ekonomi. Perbedaan antara
peraturan atau standar yang berlaku dengan praktiknya sering terjadi di dalam
perusahaan, perbedaan ini digunakan untuk memodifikasi laporan keuangan, sehingga
laporan keuangan dapat menyajikan laba sesuai dengan keinginan dari manajemen
perusahaan. Tindakan memodifikasi laporan keuangan sehingga sesuai dengan
keinginan dari manajemen dikenal sebagai earnings management (manajemen laba).
Hal ini lah yang dilakukan oleh PT. Asuransi Jiwasraya, yang sejak tahun 2006
menyatakan laba pada laporan keuangannya, namun oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) dinyatakan sebagai laba semu. Sebab, laba itu diperoleh karena rekayasa
laporan keuangan (window dressing).
Adapun window dressing memiliki dua pengertian, pertama kondisi yang terjadi di
akhir tahun di mana harga-harga saham naik. Kedua, strategi yang digunakan oleh
emiten, perusahaan atau manajer investasi untuk memoles laporan keuangan atau
portofolio mereka guna menarik hati para investor. Dengan upaya membuat laporan
keuangan perusahaan terlihat lebih baik dari realitas yang ada ini membuat window
dressing kerap dikonotasikan negatif lantaran ada potensi memanipulasi angka, data,
dan informasi yang tersaji dalam laporan keuangan.
Lebih lanjut, pada 2017 perusahaan mencatatkan laba sebesar Rp 360,6 miliar.
Namun, perseroan mendapatkan opini kurang wajar karena adanya kekurangan
pencadangan sebesar Rp 7,7 triliun. Setelah itu, pada 2018 BPK mengungkapkan
bahwa Jiwasraya rugi Rp 15,3 triliun. Hingga November 2019, Jiwasraya memiliki
negatif equity sebesar Rp 27,2 triliun. Hasil penjualan produk saving plan sejak 2015
diinvestasikan ke saham perusahaan yang memiliki kinerja kurang baik, sehingga
menyebabkan gagal bayar.
Diketahui 10 orang yang dicekal dinyatakan berpotensi menjadi tersangka pada
kasus korupsi di PT. Asuransi Jiwasraya. Skandal Jiwasraya telah masuk ke ranah
penyidikan di Kejaksaan Agung. Berdasarkan dugaan awal, ada potensi kerugian
negara senilai Rp 13,7 triliun dalam kasus ini. Salah satu yang menjadi sorotan adalah
penempatan 95 persen saham di perusahaan berkinerja buruk.
Jadi kesimpulannya, bukan hanya berdampak buruk atau merugikan bagi para
investor, namun kasus manipulasi laporan keuangan PT. Jiwasraya ini bahkan sudah
termasuk tindakan kriminal (fraud) dan merugikan keuangan negara dalam jumlah
yang sangat besar.

Sumber referensi:
1. BMP EKSI4204 Analisis Informasi Keuangan Edisi 2 (Penerbit Universitas
Terbuka)
2. https://cpssoft.com/blog/akuntansi/karakteristik-kualitas-informasi-akuntansi/
3. https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwi
r1KqX0ZjwAhWFYysKHfXeD_YQFjAEegQIFxAD&url=https%3A%2F
%2Fmedia.neliti.com%2Fmedia%2Fpublications%2F80382-ID-pengaruh-
manajemen-laba-terhadap-stock-r.pdf&usg=AOvVaw2kEWfZ3KOm8vtfFbicg-er
4. https://www.cnbcindonesia.com/market/20200113083854-17-129456/tak-hanya-
surat-utang-erick-soroti-modus-bumn-permak-lapkeu
5. https://www.liputan6.com/bisnis/read/4151062/bpk-jiwasraya-manipulasi-laporan-
keuangan-dari-rugi-jadi-laba-di-2006

Anda mungkin juga menyukai