Anda di halaman 1dari 9

Makalah Pemeriksaan Akuntansi

Pengendalian Internal Terhadap


“KISRUH KASUS PADA PT AISA”

Disusun Oleh :
Octavia Salsabilla 201810170311386
Septian Aditya Putra Pratama 201810170311389
Anggita Wilda 201810170311392
Silvia Rahmawati 201810170311393
Afifah Tri Milania 201810173011414
Wahyu Maulidiyah Putri 201810170311416
Laila Rachellia 201810170311417
Achmad Akbar Alkaava 201810170311421
Amaryllis Yulia P 201810170311428
Dafa Fitria S 201810170311433
Layyinah Izzatis Zaka 201810170311440
Mohamad Rizky Tobroni 201810170311469

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULITAS EKONOMI DAN BISNIS
AKUNTANSI
2020
BAB I
Kasus Auditor Pada PT AISA

Jadi kasusnya terjadi ketika hasil Investigasi yang dilakukan PT EY Indonesia terhadap
laporan keuangan PT AISA sudah keluar dan menyatakan ada temuan terhadap dugaan
penggelembungan pos akuntansi senilai Rp 4 triliun serta beberapa dugaan lain. Meskipun
hasil audit tersebut dilaporkan ke pihak polisi oleh Mantan Direktur utama perusahaann,
kementrian keuangan melihat ada indikasi pelanggaran dari auditor AISA. Kementrian
keuangan Adi Budiarso menegaskan akan ada sanksi yang menanti Kantor Akuntan Publik
(KAP) maupun akuntan public (AP) jika terbukti melakukan pelanggaran,
Adi Budiarso mengatakan, pelanggaran yang dilakukan seorang akuntan dan auditor
terhadap standar akuntansi yang berlaku pada kode etik profesi. Paling ringan yaitu dengan
pembekuan izin praktik profesi. Ada beberapa hukuman / sanksi yang bersiap untuk datang,
mulai dari usulan atau saran untuk melaksanakan kewajiban tertentu, peringatan tertulis,
pembatasan pemberian jasa tertentu, pembekuan izin, pencabutan izin, atau dikenakan denda
kepada yang mendapatkan sanksi / hukuman.
Dalam kasus laporan Keuangan AISA ini bendahara negara akan memberikan
keputusan untuk siapa saja yang bersalah,termasuk sinergi dengan BEI dan pihak yang terkait
agar jelas masalah dan tindakan selanjutnya.
Sumber: CNBC Indonesia mengenai Kisruh AISA, Kemenkeu Beberkan Sanksi yang Menanti
Auditor.
Namun pada pada selasa (26/3), lembaga akuntan publik Ernst & Young (EY)
mengeluarkan hasil audit yang berisikan bahwa pelanggaran duduga dilakukan oleh
manajemen lama. Bukti data yang diberikan EY yaitu dengan membandingkan antara data
internal dengan laporan keuangan 2017 yang telah diaudit.
Dimana data tersebut terdiri dari pertama, pada akun piutang usaha, persediaan, dan
asset tetap AISA diduga terdapat overstatement sebesar Rp 4 triliun dan pada penjualan sebesar
Rp 662 miliar serta Rp 329 miliar pada EBITDA Entitas Food.
Kedua, dana sebesar Rp 1,78 triliun diduga dialiarkan keberbagai skema dari AISA
kepada pihak-pihak yang terafilasi dengan manajemen lama terkait dengan menggunakan
pencairan pinjaman, transfer dana di rekening bank, pencairan deposito berjangka, dan juga
pembebanan biaya pihak yang terafilasi oleh AISA.
Yang ketiga, tidak ditemukan penemuan (disclosure) yang tepat dan baik terhadap para
pihak kepentingan (stakeholders) yang relevan terkait transaksi dengan pihak terafilasi.
Beberapa keanehan pada pengelolaan keuangan PT Tiga Pillar Sejahtera Food Tbk
mulai terungkap. Berdasarkan laporan investigasi yang dilakukan oleh EY, terdapat beberapa
keanehan meliputi perbedaan antara pencatatan keuangan yang dipakai auditor keuangan
untuk diaudit laporan keuangannya pada tahun 2017 dengan buku besar, perincian transaksi ,
dan informasi keuangan lainnya. Menurut manajemen baru, manajemen lama AISA telah
melakukan perbedaan pencatatan keuangan yang digunakan untuk tujuan eksternal, yaitu tujuan
audit. Hal ini terjadi sebelum Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada
tanggal 22 Oktober 2018. Joko Mogoginta, Budhi Istanto, Hendra Adisubrata, dan Jo Tjong
Seng merupakan direksi manajemen lama. Berhubungan dengan pelaporan keuangan, Joko
Mogoginta yang merupakan direktur utama menaungi Sjambiri Lioe (finance coordinator),
Hartanto Wibowo (corporate controller), serta Lo Junia yang merupakan corporate accounting
manager. menurut Michael selaku sekretaris perusahaan AISA,audit yang dilakukan oleh EY
adalah permintaan dari pemegang saham. Berdasarkan yang dituturkan oleh Michael,
manajemen baru telah menuntut keterangan dan informasi atau data terhadap manajemen lama.
Akan tetapi , tidak ada respon dari manajemen lama.
Suumber : ℎ𝑡𝑡𝑝𝑠://𝑖𝑛𝑠𝑖𝑔ℎ𝑡. 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑛. 𝑐𝑜. 𝑖𝑑/𝑛𝑒𝑤𝑠/ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 − 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑖𝑔𝑎𝑠𝑖 − 𝑢𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝 −
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 − 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙𝑎𝑛 − 𝑑𝑖 − 𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 − 𝑘𝑒𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 − 𝑡𝑖𝑔𝑎 − 𝑝𝑖𝑙𝑎𝑟 − 𝑎𝑖𝑠𝑎
BAB II
ANALISIS
1. Analisis Kelemahan Pengendalian Internal pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
(AISA)
Menurut kelompok kami ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya kecurangan / fraud .
• Fungsi pengendalian internal pada manajemen yang lama masih belum berjalan
dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan, pihak manajemen tidak melakukan
pembayaran kupon atas obligasi yang telah diterbitkan oleh perseroan dikarenakan
tekanan dari kondisi keuangan yang terus memburuk, sehingga pihak manajemen
melakukan kecurangan dengan menaikan laba bersih yaitu pada akun piutang dan
persediaan sebesar Rp. 4 Triliun, serta akun aset tetap sebesar Rp. 662 Miliar agar
dapat dipercaya oleh Investor dan Kreditur.
• Fungsi Sistem pengorganisasian yang tidak berjalan dengan baik sehingga timbulnya
kekuasaan terpusat hal ini dibuktikan ketika pergantian manajemen yang baru
kecurangan baru terungkap
• Lemahnya penerapan sistem pengawasan yang terjadi pada PT Tiga Pilar Sejahtera
Food Tbk (AISA) sehingga bisa menimbulkan terjadinya kecurangan
• Adanya aliran dana kepada pihak yang diduga keanggotaan dari manajemen lama
sebesar Rp. 1,78 Triliun dengan mencairkan pinjaman dari bank, pencairan deposito
berjangka, transefer dana di rekening bank, dan pembiayaan beban pihak keanggotaan
oleh Grup TPS Food.
• Auditor yang menangani kasus tersebut sekaligus merupakan partner dari direktur PT
Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) telah membantu meloloskan laporan keuangan tahun
2017. Hal tersebut tentu saja menyalahi aturan dan melanggar kode etik profesi auditor
yaitu tentang integritas, objektivitas, dan standar teknis.
• Mengenai hubungan dan transaksi dengan “Pihak Terafiliasi” yang merupakan
anggota dewan komisaris, dsb. Tidak ada pengungkapan tentang kondisi perusahaan
kepada stakeholders. Sehingga, hal ini melanggar aturan Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-412/BL/2009 tentang
Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.
2. Analisis Pemahaman Auditor Terhadap Pengendalian Internal

Dalam kasus kisruh PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (AISA), sebagai seorang auditor
pemahaman terhadap kasus tersebut didasarkan pada komponen pengendalian internal yaitu:
a. Lingkungan Pengendalian, berdarkan kasus tersebut lingkungan pengendalian yang
menyediakan disiplin dan struktur tidak cukup baik hal ini bisa dilihat dari:
• Integritas dan nilai etika, pada kasus AISA adanya pelanggaran yang dilakukan
seorang akuntan dan auditor terhadap standar akuntansi yang berlaku pada kode
etik profesi. Hal ini membuktikan bahwa AISA tidak memliki integritas dan nilai
etika terhadap bisnis
• Komitmen terhadap kompetensi, Menurut manajemen baru, manajemen lama
AISA telah melakukan perbedaan pencatatan keuangan yang digunakan untuk
tujuan eksternal, yaitu tujuan audit. Hal ini membuktikan bahwa auditor eksternal
tidak memiliki komitmen terhadap kopetensi
• Partisipasi dewan komisaris atau komite audit, saat kasus berlangsung manajemen
baru telah menuntut keterangan dan informasi atau data terhadap manajemen
lama. Hal ini berarti ada keterlibatan partisipasi dewan komisaris yang lama
dengan dewan komisaris yang baru.
• Struktur organisasi, AISA memiliki struktur organisasi yang terdiri dari direktur
utama, sekretaris, dan manajer akuntan.
• Pemberian wewenang dan tanggung jawab, AISA telah membagi wewenang dan
tanggungjawab masing-masing devisi, namun adanya pelanggaran terhadap data
internal untuk diaudit membuktikan bahwa masih kurangnya tanggungjawab
terhadap wewenang yang diberikan.
• Kebijakan dan praktik sumber daya manusia,dalam kasus AISA auditor internal
melakukan pelanggaran terhadap standar akuntansi. Hal ini tentu melanggaran
kebijakan yang berlaku dan kode etik profesi.
b. Penaksiran Risiko, risiko dapat timbul dan berubah karena keadaan :
• Perubahan dalam lingkungan operasi, adanya perubahan kekuasaan yaitu
pergantian manajemen lama ke manajemen baru
• Personel baru, dalam kasus AISA meminta auditor EY untuk mengaudit data lama
AISA
• Sistem informasi yang baru atau diperbaiki, manajemen baru pada AISA meminta
informasi data internal kepada manajemen lama untuk di telusiri kesalahannya
• Teknologi baru, belum adanya teknologi baru pada AISA karena pergantian
manajemen pengendalian internal
• Lini produk, produk, atau aktivitas baru, tidak ada masalah terhadap produk PT
Tiga Pilar Sejahtera Food. Namun aktivitas baru yang dilakukan perusahaan yaitu
mencari kesalahan internal
• Restrukturisasi korporasi, dalam kasus PT Tiga Pilar Sejatera Food perusahaan
melalui manajemen baru ingin melakukan perbaikan secara menyeluruh guna
meningkatkan kinerja perusahaan dengan menyelidiki kasus fraud.

c. Aktivitas pengendalian
• Auditor tidak melakukan review kinerja dengan baik. Hal ini ditunjukan dengan
auditor yang tidak mengetahui adanya pembengkakan Rp.662 miliar dari pos
penjualan.
• Auditor tidak paham atau sengaja tidak menerapkan prosedur pengolahan
informasi sehingga tidak mengetaui kejanggalan yang terjadi pada laporan
keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk.
• Auditor tidak memahami prosedur pengendalian fisik dengan baik. Hal ini
dikarenakan adanya spekulasi auditor tidak mengamati terhadap persediaan fisik
sehingga tidak mengetahui adanya spekulasi pembengkakan dana Rp.4 triliun dari
piutang usaha, persediaan, dan aset tetap.
• Auditor tidak memahami pemisahan tugas dengan baik. Hal ini dikarenakan
auditor tidak memahami adanya perbedaan pendapat antara dewan komisaris
dengan dewan direksi yang dapat mengakibatkan adanya kemungkinan
ketidaksesuaian laporan keuangan yang disusun.

d. Informasi dan komunikasi


• Menurut laporan investigasi yang dilakukan oleh EY, auditor keuangan
manajemen lama mengaudit laporan keuangan yang berbeda dengan buku besar,
perincian transaksi, dan informasi keuangan lainnya. Hal ini berarti auditor dinilai
kurang begitu memahami bahwa sebagai pihak yang mengaudit harus melakukan
tugasnya berdasarkan bukti dan data yang dimiliki oleh perusahaan seperti : buku
besar, perincian transaksi, dan informasi terkait dengan audit laporan keuangan.
Bahkan, auditor terkesan membantu perusahaan dalam menyajikan laporan
keuangan yang salah dan telah diaudit kepada para pemegang saham.
• Auditor dinilai kurang paham mengenai transaksi yang berkaitan dengan operasi
perusahaan yang sangat berpengaruh pada laporan keuangan. Hal ini bisa dilihat
dari auditor yang tidak mengetahui adanya spekulasi aliran dana sebesar Rp.1,78
triliun terhadap pihak yang berhubungan dengan manajemen lama. Aliran dana
tersebut berupa pinjaman yang dicairkan dari berbagai bank, deposito berjangka
yang dicairkan, transfer dana pada rekening bank, serta pembebanan beban pada
pihak dinaungi oleh induk usaha.
• Auditor juga tidak menulusuri transaksi-transaksi yang terjadi pada PT Tiga Pilar
Sejahtera Food, Tbk secara keseluruhan.
• Auditor tidak memahami catatan akuntansi dan informasi yang berkaitan dengan
laporan keuangan. Hal ini terbukti tidak mengetahui adanya spekulasi
pembengkakan Rp.4 triliun dari akun piutang usaha, persediaan, dan aset tetap
yang dimiliki perusahaan. Selain itu, menggelembungnya Rp.662 miliar dari pos
penjualan serta pembengkakan EBITDA sebesar Rp.329 miliar.
• Auditor tidak paham dalam pengolahan informasi akuntansi dimulai dari transaksi
sampai penggunaan informasi tersebut dalam penyusunan laporan keuangan. Hal
ini dapat dlihat dari auditor yang mengaudit laporan keuangan yang tidak sesuai
degan bukti-bukti yang ada seperti : buku besar, catatan akuntansi, dan data
lainnya yang berkaitan dengan laporan keuangan.

e. Pemantauan
Auditor internal tidak melakukan kontribusinya yang berkaitan dengan
pemantauan aktivitas perusahaan. Hal ini dkarenakan auditor internal tidak mencoba
mendengar atau menggali informasi dari pemegang saham terhadap keadaan
perusahaan yang mengakibatkan kurangnya data dan bukti sehingga terjadi fraud pada
perusahaan, untuk itu membuat pemegang saham merekrut auditor EY untuk
melakukan investigasi dan mengaudit pelaporan keuagan perusahaan.
3. Saran sebagai auditor.
Saran yang diberikan oleh kelompok kami kepada PT. Tiga Pilar Sejahtera FoSaranod
Tbk (AISA) selaku pemilik laporan keuangan perusahaan periode tahun 2017 terkait dengan
kasus auditor dan pengendalian internal pada PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk ini atau PT.
AISA yaitu diharapkan perusahaan bisa melakukan pengelolaan utang yang lebih baik lagi
dan perusahaan juga bisa mengelola kegiatan operasi perusahaan yang lebih efektif lagi atau
lebih ditingkatkan lagi serta seharusnya perusahaan memperbaiki penerapan Good Corporate
Governance (GCG) atau tata kelola yang baik.
Saran kami untuk PT. Ernst and Young Indonesia (EY) selaku auditor dari PT. Tiga
Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) atas laporan keuangan periode tahun 2017 adalah
seharusnya lebih memahami etika profesi dikarena PT. Ernst and Young Indonesia (EY) yang
terlibat dalam audit laporan keuangan dari PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA).
Seharusnya auditor internal yang lama melakukan review kinerja secara baik dengan
cara mengecek kembali pos-pos penjualan yang ada, menerapkan prosedur pengolahan
informasi yang tepat agar mengetahui kejanggalan yang terjadi pada laporan, memahami
prosedur pengendalian fisik dengan baik pada piutang usaha, persediaan, dan aset tetap, serta
memahami pemisahan tugas dengan baik disesuaikan pada laporan keuangan yang disusun.
Lalu, auditor keuangan manajemen lama seharusnya melakukan pengauditan dengan
berdasarkan bukti dan data yang dimiliki oleh perusahaan karena ini menyangkut transaksi
aliran dana, kewajiban auditor juga menelusuri transaksi yang terjadi pada perusahaan secara
keseluruhan, memahami spekulasi-spekulasi yang tidak diinginkan dengan melihat catatan
akuntansi dan informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan, auditor juga harus lebih
mengolah informasi lagi ke dalam penggunaannya di laporan keuangan.
Kemudian, pemauntauan auditor internal harus berkontribusi secara baik agar aktivitas
perusahaan bisa terkendali. Hal ini dilakukan agar auditor internal bisa mencegah terjadinya
fraud.
BAB III
KESIMPULAN

Kelemahan Pengendalian Internal pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk


Menurut kelompok kami ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya kecurangan / fraud.
Fungsi pengendalian internal pada manajemen yang lama masih belum berjalan dengan baik.
Lemahnya penerapan sistem pengawasan yang terjadi pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
sehingga bisa menimbulkan terjadinya kecurangan. 1,78 Triliun dengan mencairkan pinjaman
dari bank, pencairan deposito berjangka, transefer dana di rekening bank, dan pembiayaan
beban pihak keanggotaan oleh Grup TPS Food. Pemahaman Auditor Terhadap Pengendalian
Internal. Dalam kasus kisruh PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. , sebagai seorang auditor
pemahaman terhadap kasus tersebut didasarkan pada komponen pengendalian internal yaitu
Lingkungan Pengendalian, berdarkan kasus tersebut lingkungan pengendalian yang
menyediakan disiplin dan struktur tidak cukup baik hal ini bisa dilihat dari restrukturisasi
korporasi, dalam kasus PT Tiga Pilar Sejatera Food perusahaan melalui manajemen baru ingin
melakukan perbaikan secara menyeluruh guna meningkatkan kinerja perusahaan dengan
menyelidiki kasus fraud. Hal ini ditunjukan dengan auditor yang tidak mengetahui adanya
pembengkakan Rp.662 miliar dari pos penjualan. Auditor tidak paham atau sengaja tidak
menerapkan prosedur pengolahan informasi sehingga tidak mengetaui kejanggalan yang terjadi
pada laporan keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. Auditor tidak memahami prosedur
pengendalian fisik dengan baik, dikarenakan adanya spekulasi auditor tidak mengamati
terhadap persediaan fisik sehingga tidak mengetahui adanya spekulasi pembengkakan dana
Rp.4 triliun dari piutang usaha, persediaan, dan aset tetap.

Anda mungkin juga menyukai