Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN

“ BIAYA KUALITAS DAN JIT ”

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Septian Aditya Putra Pratama (201810170311389)

Nihayatul Laili Yuhana (201810170311399)

Rizky Gista Pratama (201810170311408)

Hasnan Rahmania (201810170311415)

Ahmad Akbar Alkava (201810170311421)

Muhammad Alif (201810170311429)

Erike Permata Ramadhani (201810170311437)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini menuntut setiap perusahaan
untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Salah satu usaha yang dilakukan perusahaan
agar dapat bersaing adalah meningkatkan kualitas hasil produksinya. Dengan
hasil produksi yang berkualitas, maka diharapkan para pelanggan/konsumen akan
tertarik dan membeli hasil produksi yang ditawarkan oleh perusahaan.
Untuk mencapai produk yang berkualitas, perusahaan harus selalu melakukan
pengawasan dan peningkatan terhadap kualitas produknya, sehingga akan diperoleh
hasil akhir yang optimal. Kualitas yang meningkat akan mengurangi terjadinya
produkrusak sehingga mengakibatkan biaya- biaya yang terus menurun dan pada
akhirnya meningkatkan laba. Biaya yang dikeluarkan dalam kaitannya dengan usaha
peningkatan kualitas produk disebut biaya kualitas.
Suatu perusahaan akan menjadi unggul dari para pesaingnya apabila memperhatikan
faktor-faktor penentu diantaranya waktu, mutu, biaya, dan sumber daya manusia. Salah
satu faktor penentu, yaitu waktu, yang dimana waktu ini menjadi faktor penting yang
mempengaruhi keunggulan daya saing. Perusahaan yang ingin unggul dari faktor waktu
maka harus dapat melayani permintaan konsumennya dengan tepat waktu, mengurangi
waktu untuk aktivitas yang tidak bernilai tambah dan mengefisienkan waktu untuk
aktivitas bernilai tambah. Salah satu alat agar perusahaan mempunyai keunggulan dari
segi faktor waktu adalah dengan mengembangkan dan menerapkan konsep - konsep Just
In Time (JIT).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Biaya Kualitas?
2 Bagaimana Implikasi Biaya Kualitas?
3 Bagaimana Pelaporan Biaya Kualitas?
4 Bagaimana Sistem Persediaan JIT?
5 Apa Saja Elemen – Elemen Kunci Sistem JIT?
6 Bagaimana Konsep Biaya Produktifitas dan Implikasinya
1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui konsep biaya kualitas
3. Untuk mengetahui implikasi biaya kualitas
4. Untuk mengetahui pelaporan biaya kualitas
5. Untuk mengetahui sistem persediaan JIT
6. Untuk mengetahui elemen – elemen kunci sistem JIT
7. Untuk mengetahui konsep biaya produktifitas dan implikasinya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Biaya Kualitas
Da (Hansen dan Mowen (2009). Kategori biaya kualitas menurut Hansen dan Mowen
(2009) :
1. Biaya pencegahan (Prevention Cost)
Biaya pencegahan (prevention cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk mencegah
terjadinya kerusakan kualitas. Biaya semua kegiatan yang dirancang khusus untuk
mencegah kualitas buruk dalam produk atau jasa (Mantri & Jaju, 2016).
2. Biaya penilaian (Appraisal Cost)
Biaya penilaian muncul untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai dengan
kebutuhan konsumen atau spesifikasi mereka. Biaya terkait untuk memastikan
kesesuaian standar kualitas dan kinerja (Mantri & Jaju, 2016).
3. Biaya kegagalan Internal ( Failure Internal Cost)
Biaya kegagalan internal timbul karena produk atau jasa tidak sesuai dengan
spesifikasi dan kebutuhan konsumen. Biaya kegagalan terjadi bila perlu untuk
memperbaiki produk yang gagal memuaskan pelanggan atau tidak memenuhi
spesifikasi kualitas perusahaan. Biaya kegagalan adalah kerugian yang terkait dengan
produksi dari produk yang tidak sesuai (Abdelsalam dan Ghad, 2009).
4. Biaya kegagalan Eksternal (Failure Eksternal Cost)
Biaya kegagalan eksternal muncul karena produk atau jasa gagal memenuhi
persyaratan. Biaya yang dikeluarkan untuk menghindari kegagalan untuk memenuhi
harapan konsumen setelah produk atau jasa dikirim ke konsumen. Biaya yang terjadi
karena produk atau jasa yang dihasilkan gagal memenuhi standar setelah produk
tersebut sampai ke tangan pembeli.(Sandag, Tinangon, Waldanouw, S, K, 2014).

2.2 Implikasi Biaya Kualitas


Adanya upaya perbaikan kualitas perusahan secara berkesinambungan akan
menyebabkan biaya kualitas menurun, hal ini diungkapkan oleh pakar biaya kualitas, baik
yang berpandangan tradisional maupun kontemporer. Walaupun sudut pandang mereka
tentang biaya kualitas optimal berbeda namun pada dasarnya sama yaitu jika kualitas
meningkat maka biaya kualitas dapat ditekan, atau diturunkan. Peningkatan kualitas akan
mempengaruhi peningkatan produktivitas dan secara tidak langsung peningkatan
produktivitas tersebut juga dipengaruhi oleh biaya kualitas.
2.3 Pelaporan Biaya Kualitas

Sistem pelaporan biaya kualitas memilki arti yang sangat penting bagi perusahaan
yang menaruh perhatian serius terhadap perbaikan dan pengendalian biaya kualitas.
Langkah ini untuk menilai biaya kualitas saat ini. Pencatatan biaya kualitas actual
secara terperinci berdasarkan kategorinya dapat memberikan dua masukan pandangan
penting. Pertama,catatan tersebut mengungkapkan besarnya biaya kualitas dalam
setiap kategori yang memugkinkan para manajer menilai dampak
keuangannya. Kedua, catatan tersebut menunjukkan distribusi biaya kualitas menurut
kategori yang memungkinkan para manajer menilai kepentingan relative dari setiap
kategori. Kedua, catatan tersebut menunjukkan distribusi biaya kualitas menurut kategori
yang memungkinkan para manajer menilai kepentingan relative dari setiap kategori.

Laporan Biaya Kualitas

Pentingnya biaya kualitas terhadap segi keuangan perusahaan dapat dinilai lebih
mudah dengan menampilkan biaya- biaya kualitas sebagai persentase dari penjualan
actual. Laporan biaya kualitas mampunyai tujuan utama untuk mamperbaiki dan
mempermudah perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan manajerial.
Informasi biaya kualitas diperlukan oleh manajemen untuk mengendalikan kualitas
produknya atau menghidari pemborosan-pemborosan dalam proses produksi.
Pengurangan biaya kualitas tanpa upaya peningkatan kualitas merupakan strategi
yang dapat mengakibatkan bencana.

Laporan biaya kualitas trend satu periode

Laporan ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan yang berhubungan dengan


kinerja kualitas tahun terakhir. Manajemen dapat memperoleh wawasan tambahan dengan
membandingkan kinerja tahun ini dengan cara membandingkan biaya kualitas yang
sesungguhnya terjadi pada tahun ini dan biaya kualitas yang sesungguhnya tahun
sebelumnya. Wahana untuk melakukan perbandingan tersebut adalah laporan biaya
kualitas trend satu periode karena periode yang digunakan satu tahun. Keunggulan laporan
biaya kualitas trend satu periode yaitu laporan ini memungkinkan manajer untuk menilai
trend jangka pendek dari program perbaikan kualitas perusahaan dan menghasilkan
informasi yang rinci mengenai wilayah-wilayah yang menghasilkan keuntungan.
Sedangkan kelemahan laporan biaya kualitas trend satu periode yaitu laporan ini hanya
menilai trend jangka pendek (satu tahun) sehingga penurunan biaya kualitas pada periode
tersebut belum tentu bisa dipertahankan pada periode-periode berikutnya.

2.4 Sistem Persediaan JIT

Menurut Firdayanti (2010, 224) persediaan dalam just in time merupakan


persediaan yang dirancang guna mendapatkan barang secara tepat waktu. Persediaan just
in time mensyaratkani untuk menghapus kebutuhan persediaan karenai tidak ada produksi
yang menyebabkan terjadinya penimbunan atau pemborosan pembelian. Dalami
sistem Just in Time (JIT) ditujukan untuki menerapkan membeli persediaan barang hanya
dalam kuantitas yang dibutuhkan saja.
Kuantitas Persediaan merupakan salah satu pengaruh sistem Just In Time bagi
perusahaan adalah mengurangi kuantitas persediaan secara signifikan. Dalam jumlah yang
minimal, persediaan tetap dimiliki oleh perusahaan, terutama persediaan produk jadi yang
menunggu proses pengiriman kepada pelanggan atau ke distributor. Dalam sistem ini,
perusahaan melakukan proses produksi tanpa memperhatikan struktur dan kondisi
permintaan pada saat itu. Oleh karena itu, sistem ini sangat mungkin menghasilkan
produk dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan permintaannya, sehingga
menciptakan persediaan dalam jumlah yang banyak (significant). Just In Time
menggunakan struktur sel manufaktur (manufacturing cell). Dengan struktur ini mesin
yang diperlukan untuk membuat sebuah produk, dikelompokkan ke dalam sebuah sel
manufaktur
Biaya dalam Persediaan

Kegiatan operasional perusahaan yang berhubungan dengan persediaan, pastinya akani


ditemukan masalah biaya–biaya yang berkaitan dengan persediaan. Biaya merupakan
pengorbanan yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh barang/jasa.

2.5 Elemen – Elemen Kunci JIT


Menurut Simamora (2002:111), terdapat enam elemen kunci bagi keberhasilan sistem
JIT, elemen tersebut meliputi:
1. Jumlah pemasok yang terbatas Dalam sistem JIT, pemasok diperlakukan sebagai mitra
dan biasanya terikat kontrak jangka panjang dengan perusahaan. Para pemasok merupakan
bagian vital sistem yang membuat JIT berjalan mulus, memastikan masukan bermutu dan
pengiriman yang tepat waktu.
2. Tingkat persediaan yang minimal Berlawanan dengan lingkungan pabrikasi tradisional,
dimana bahan baku, suku cadang, dan pasokan dibeli jauh-jauh hari sebelumnya dan
disimpan digudang sampai departemen produksi membutuhkannya, di dalam lingkungan
JIT bahan baku dan suku cadang dibeli serta diterima hanya ketika dibutuhkan saja.
3. Pembenahan tata letak pabrik Dalam sistem JIT tata letak pabrik tradisional dengan
suatu pola sel pabrikasi (manufacturing cells) atau sel kerja (work cells). Sel 39 pabrikasi
berisi mesin-mesin yang dikelompokan kedalam sebuah keluarga mesin, umumnya
berbentuk setengah lingkaran.
4. Pengurangan setup time Masa pengesetan mesin (setup time) adalah waktu yang
dibutuhkan untuk mengubah perlengkapan, memindahkan bahan baku, dan memperoleh
dokumen terkait dan bergerak cepat guna mengakomodasikan produksi unsur yang
berbeda.
5. Kendali mutu terpadu Agar JIT berjalan lancar, perusahaan perlu membangun system
kendali mutu terpadu (total quality control) atas komponen-komponen dan bahan bakunya.
TQC berarti bahwa perusahaan tidak boleh menerima komponen dan bahan baku yang
cacat dari pemasok, pada barang dalam proses, atau pada barang jadi.
6. Tenaga kerja yang fleksibel Didalam lingkungan kerja dengan sisten JIT para karyawan
harus mengusai bermacam-macam keterampilan teknis. Karyawan diminta
mengoperasikan beberapa jenis mesin secara simultan.
2.6 Konsep Biaya Produktivitas dan Implikasinya
Pengukuran produktivitas dengan membagi output dengan input tidak lengkap jika
tidak memperhitungkan elemen kualitas akun, seperti produk yang ditolak atau berkualitas
buruk. Karena peningkatan produktivitas tidak hanya berarti produksi produk atau jasa
yang efisien, tetapi juga produk dan jasa yang diperlukan, diminta, dan dibeli oleh
pelanggan dan masyarakat luas secara berbeda. Orientasi pelanggan sekarang menjadi
pertimbangan utama dan kualitas unggul adalah indikator utama kinerja produktivitas
yang baik. Produktivitas menjadi identik dengan kualitas produk . Pada saat yang sama,
kualitas juga menjadi konsep yang jauh lebih luas.
BAB III
ANALISIS KASUS

3.1 Analisis Kasus Biaya Kualitas

PT. Perkebunan Nusantara VIII merupakan salah satu perusahaan milik negara yang
bergerak dalam bidang industri perkebunan yang mengolah pucuk teh menjadi teh hitam
secara orthodoks. Produk ini dipasarkan baik di dalam maupun luar negeri, sehingga PT.
Perkebunan Nusantara VIII harus berusaha memenuhi dan meningkatkan standar kualitas
yang ditetapkan oleh perusahaan. Selain itu, proses produksi yang dilakukan harus
mencapai biaya yang optimum, yaitu biaya dapat ditekan serendah mungkin dengan tidak
mengurangi kualitas produk tersebut. Selama ini, PT. Perkebunan Nusantara VIII sudah
memiliki bagian Pengendalian Kualitas (Quality Control) yang memeriksa bahan baku
sebelum masuk proses produksi dan inspeksi selama proses produksi sampai menjadi
barang jadi (finished goods). Adapun masalah-masalah yang dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
1. Bagaimana aktifitas pengendalian kualitas produk yang dilakukan di PT. Perkebunan
Nusantara VIII teh ciater.
2. Biaya-biaya apa saja yang timbul dari pengendalian kualitas produk di PT. Perkebunan
Nusantara VIII teh ciater.
3. Bagaimana usaha-usaha yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi biaya
produksi terhadap penjualan.
4. Bagaimana peranan analisis biaya kualitas dalam meningkatkan efisiensi biaya produksi
terhadap produksi.
3.2 Analisis Kasus Just In Time

PT. Astra Honda Motor merupakan perusahaan yang bergerak dibidang otomotif, PT
Astra Honda Motor telah menggunakan JIT untuk operasi perusahaan , bayangkan jika
perushaan besar otomotif seperti PT Astra Honda Motor yang memiliki biaya produksi
yang tinggi, daerah pemasaran yang luas, dan konsumen yang banyak tidak menggunakan
system JIT, maka akan terjadi banyak pemborosan PT Astra Honda Motor dapat
menerapkan system JIT lebih maksimal karena dibantu dengan adanya perkembangan
teknologi informasi disetiap jalur yang akan melakukan proses perencanaan, produksi
pemasaran dan pengawasan
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan Studi Kasus Biaya Kualitas


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dengan
menggunakan teori-teori yang relevan sebagai dasar analisis, maka dapat menarik
simpulan sebagai berikut:
1. Perusahaan perlu melakukan program pengendalian kualitas untuk menjaga kualitas
produk agar tetap diminati oleh konsumen. Jika ada barang yang tidak memenuhi
spesifikasi tetap diteruskan ke proses berikutnya maka akan menyebabkan tambahan biaya
karena barang jadi tidak dapat dijual dengan harga semestinya. Tujuan dari pemeriksaan
kualitas adalah untuk mengetahui apakah suatu barang dalam proses (work-in process)
layak memasuki proses produksi berikutnya atau apakah barang jadi (finished goods) siap
dikirimkan ke pembeli. Kegiatan pengendalian kualitas yang dilakukan di PT. Perkebunan
Nusantara VIII berlangsung di sepanjang proses produksi, sehingga kesalahan yang terjadi
dapat dideteksi sedini mungkin untuk dilakukan koreksi sebelum kesalahan semakin besar,
bahkan diusahakan untuk mencegah kesalahan tersebut agar tak terjadi. PT. Perkebunan
Nusantara VIII ini pun memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) pengolahan teh
hitam orthodox
2. - Biaya pencegahan (Prevention Costs)
- Biaya Penilaian (Appraisal Costs)
- Biaya Kegagalan Intern (Internal Failure Costs)
- Biaya Kegagalan Ekstern (External Failure Costs)
3. PT. Perkebunan Nusantara VIII dapat mengetahui jenis dan proporsi biaya kualitas yang
terjadi dalam kegiatan pengendalian kualitasnya, sehingga perusahaan dapat menentukan
tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai biaya kualitas yang lebih efisien. Pada
periode penelitian tahun 2009, biaya kualitas di PT. Perkebunan Nusantara VIII yang
proporsinya terbesar adalah biaya kegagalan intern diikuti oleh biaya pencegahan dan
biaya penilaian. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih menekankan pada kegiatan
yang mencegah sampainya produk cacat ke tangan konsumen dibandingkan dengan
mencegah terjadinya produk cacat itu sendiri. Kegiatan mencegah sampainya produk cacat
ke tangan konsumen akan mengakibatkan kurang efisiennya biaya produksi, sedangkan
kegiatan mencegah terjadinya produk cacat itu akan membuat biaya produksi menjadi
lebih efisien.
4. Dari hasil analisis biaya kualitas dapat diketahui berapa besar biaya sebenarnya yang
dikeluarkan perusahaan dalam pengendalian kualitasnya dan kegiatan apa saja yang
menimbulkan biaya terbesar. Kemudian perusahaan dapat mengusahakan untuk
mengefisienkan biaya yang terjadi tanpa menurunkan kualitas produk yang dihasilkan.
Dengan melakukan pencegahan terhadap timbulnya produk cacat maka biaya produksi
akan menjadi lebih efisien karena perusahaan tidak perlu menurunkan harga jual
produknya karena cacat dan tidak perlu mengerjakan ulang produk cacat, sehingga bahan
baku dan tenaga kerja yang ada dapat digunakan seefisien mungkin. Perusahaan dapat
mengetahui perbandingan atau proporsi biaya kualitas dari biaya produksinya. Dengan
mengetahui proporsi biaya kualitas dari biaya produksi, maka dapat menarik perhatian dan
komitmen para manajer perusahaan pada program pengendalian kualitas, sehingga
peningkatan kualitas dapat menjadi suatu target yang lebih pasti.
4.2 Pembahasan Studi Kasus JIT

Sasaran implementasi JIT nya :

1. Persediaan
PT AHM berhasil meminimalisasi persediaan yang dimiliki . kelebihan produksi tidak
akan terjadi karena produksi dilakukan berdasarkan permintaan dari pembeli atau pemasok
bukan permintaan yang di antisipasi. Produksi yang dilakukan PT AHM berdasarkan
informasi dari bagina pemasaran yang menggunakan ERP sehingga didapatkan data yang
tepat mengenai berapa banyak produk yang akan di produksi untuk periode selanjutnya.
Dan ketika barang pesanan datang maka akan langsung di proses dan setelah jadi langsung
dikirimkan ke main dealer
2. Waktu siklus
PT AHM berhasil memangkas waktu pemrosesannya. System JIT telah memangkas waktu
tunggu dan membuat setiap aliran produk menjadi lebih efisien. Karena semua rangkaian
produksi berdasarkan perhitungan yang tepat. Semakin tinggi kecepatan produksi
perusahaan maka semakin kecil pula waktu menunggu untuk suatu produk mengalami
proses selanjutnya.
3. Perbaikan yang Berkesinambungan
Sistem komputerisasi yang dimiliki PT AHM akan dapat mendeteksi barang cacat
sehingga akan segera dilakukan perbaikan terhadap penyebab terjadinya barang cacat dan
barang cacat tersebut tidak akan melewati tahapan selanjutnya. Karena adanya produk
gagal atau barang cacat adalah salah satu bentuk pemborosan terbesar yang dilakukan
perusahaan manufaktur. Karena akan banyak penggantian unit yang di retur oleh
customer.
4. Penghapusan Pemborosan
Penghapusan pemborosan dapat dilakukan karena PT Astra Honda Motor sudah
memenuhi kondisi :
1. Produksi tidak menyisakan persediaan
2. Waktu menunggu minimum
3. Minimalisasi biaya terhadap barang cacat beban kerja yang seimbang dan merata
4. Tidak ada interupsi karena kehabisan persediaan dan kualitas buruk

Tidak selamanya JIT berdampak positif, penerapan JIT pada perusahaan manufaktur juga
akan menimbulkan dampak negative jika :

1. Pengiriman bahan baku terlambat sehingga mengganggu proses produksi


2. System TI sangat berpengaruh pada system keseluruhan produksi mengalami kerusakan
3. Kinerja manajer dianggap menurunn apabila keputusan tertinggi masih berorientasi pada
Total Quantity Manufacture
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa analisis biaya kualitas pada
PT. Perkebunan Nusantara VIII pada bagian aktivitas pengendalian kualitas produk masih
perlu melakukan program pengendalian kualitas untuk menjaga kualitas produk agar tetap
diminati oleh konsumen. Selain itu terdapat biaya - biaya yang timbul dari pengendalian
kualitas seperti biaya pencegahan, penilaian, kegagalan intern maupun ekstern. PT.
Perkebunan Nusantara VIII sudah mengetahui jenis dan proporsi biaya kualitas sehingga
perusahaan dapat menentukan tindakan untuk mencapai biaya kualitas yang efisien. Peran
analisis biaya kualitas pada PT. Perkebunan Nusantara yaitu untuk mengetahui seberapa
besar biaya sebenarnya yang dikeluarkan perusahaan dalam pengendalian kualitasnya dan
biaya apasaja yang menimbulkan biaya terbesar. Selanjutnya untuk hasil analisis kasus Just
In Time (JIT) dapat disimpulkan bahwa PT. Astra Honda Motor memiliki sasaran
implementasi JIT yaitu pada persediaan, waktu siklus, perbaikan yang berkesinambungan,
dan dan penghapusan pemborosan.
DAFTAR PUSTAKA
Lores, L., & Siregar, R. (2019). BIAYA KUALITAS, PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS
PRODUK: SEBUAH KAJIAN LITERATUR. Jurnal Akuntansi dan Bisnis: Jurnal Program
studi Akuntansi, 5(2), 94-101.

Haslim, R. M. (2011). Peranan Analisis Biaya Kualitas dalam Meningkatkan Efisiensi Biaya Produksi.
Retrieved 1 1, 2021, from https://media.neliti.com/media/publications/220223-peranan-
analisis-biaya-kualitas-dalam-me.pdf

Sigit, M. (n.d.). Penerapan Just In Time pada Perusahaan Astra Honda Motor. Retrieved 1 1, 2021,
from https://www.academia.edu/5188011/JUST_IN_TIME_di_AHM

Anda mungkin juga menyukai