Anda di halaman 1dari 7

https://sfile.

mobi/7hQwtrgWQwu

NASKAH TUGAS TUTORIAL ONLINE


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2021/2022

Fakultas : Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Program Studi : S1 Ilmu Administrasi Bisnis Sumber Soal
Kode/Nama MK : ISIP4310/Sistem Ekonomi Indonesia Kode MK &
Tugas : 2 Nomor KB
Nomor Modul
Penulis Soal/Institusi : Nurul Imani Kurniawati, S.E., M.M. / UNDIP ISIP4310/ KB 1
Penelaah Soal//Institusi : Noveni M. Malle, S.Sos., M.A. / UT Modul 5 KB 2

No Soal
1. a. Apakah yang dimaksud dengan Holding Company?
b. Menurut Anda, seberapa efektifkah upaya yang dilakukan pemerintah melalui
pembentukan Holding Company dalam upaya memaksimalkan efisiensi dan
efektivitas produktifitas atas keberadaan BUMN? Jelaskan mengapa demikian.

Jawab :

Berdasarkan PP No. 45 tahun 2005,BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaansecara langsung yang
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Dasar hukum :

1) Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 ;
2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas;
3) Undang -undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
4) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
5) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara;
6) Peraturan pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian,
Pengurusan,Pengawasan, dan Pembubaran BUMN.

Di Indonesia, Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang sebagian atau
seluruh kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. BUMN dapat pula
berupa perusahaan nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi
masyarakat. BUMN berkembang dengan monopoli atau peraturan khusus yang
bertentangan dengan semangat persaingan usaha sehat (UU no. 5 tahun 1999), tidak
jarang BUMN bertindak selaku pelaku bisnis sekaligus sebagai regulator. Dengan
mengelola berbagai produksi BUMN,pemerintah mempunyai tujuan untuk mencegah
monopoli pasar atas barang dan jasa publik oleh perusahaan swasta yang
kuat.Karena,apabila terjadi monopoli pasar atas barang dan jasa yang memenuhi hajat
hidup orang banyak,maka dapat dipastikan bahwa rakyat kecil yang akan menjadi
korban sebagai akibat dari tingkat harga yang cenderung meningkat.

Kekuatan holding BUMN yang besar akan memudahkan BUMN mencari permodalan
dan akses proyek di luar sehingga ke depan BUMN tidak lagi membebani pemerintah,
terutama dalam hal pembiayaan. Tujuan pembentukan holding company adalah agar
BUMN dapat saling bersinergi antar-anak perusahaan melalui koordinasi,
pengendalian, serta pengelolaan yang dilakukan oleh induk perusahaan untuk
memperkuat keuangan, aset, dan prospek bisnis. Pembentukan holding company dinilai
dapat menghasilkan penciptaan nilai (value creation), efisiensi, dan menambah
kapasitas perusahaan.

Pembentukan holding BUMN di Indonesia memiliki beberapa tantangan.


Pertama, kewenangan pembentukan holding. Batasan terkait kewenangan Menteri
Keuangan dan Menteri BUMN dalam hal kuasa atas kekayaan negara yang dipisahkan
dan peran untuk melakukan pembinaan dan merumuskan kebijakan nasional terkait
kelembagaan BUMN masih perlu diselaraskan. Penyelarasan juga perlu dilakukan pada
pendelegasian wewenang Menteri Keuangan kepada Menteri BUMN dalam RUPS,
sebagaimana ditetapkan dalam PP No. 41 Tahun 2003 tentang Pelimpahan Kedudukan,
Tugas, dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroan (Persero),
Perusahaan Umum (Perum), dan Perusahaan Jawatan (Perjan) kepada Menteri Negara
Badan Usaha Milik Negara menyebabkan permasalahan dalam pelaksanaannya.

Kedua, pengembangan korporasi. Holding BUMN memiliki tantangan dalam


mengembangkan korporasi. Berdasarkan IMD World Competitivenes Yearbook 2018,
ketidaksiapan menghadapi pesaing perusahaan multinasional, tingginya biaya logistik,
kesulitan adaptasi menjadi perusahaan skala regional, serta terbatasnya international
talent yang membuat peringkat daya saing Indonesia stagnan. BUMN harus memahami
target pasar secara detail, due diligence secara akurat, adaptasi budaya dan
penanganan pre- merger integration agar BUMN dapat bersaing di kancah
internasional. Integrasi BUMN dalam proyek-proyek strategis juga sangat dibutuhkan,
baik di dalam maupun di luar negeri, untuk berbagai kepentingan, baik dalam rangka
efisiensi biaya, pembangunan, maupun perluasan pasar.

Ketiga, efisiensi. Skema holding BUMN memungkinkan anak usaha di dalamnya


berbagi peran ketika menjalankan sebuah proyek. Bersatunya sejumlah entitas bisnis
sejenis membuat alat operasional dapat digunakan bersama-sama.

Keempat, potensi monopoli. Monopoli dalam pengelolaan prasarana dan sarana publik
yang strategis dapat terjadi jika telah terbentuk holding, dan tidak menutup
kemungkinan akses publik akan terjadi secara selektif dan hanya menekankan pada
kepentingan profit semata.

Kelima, spend of control. Pengawasan yang ketat oleh pemerintah dan BPK merupakan
kunci utama dalam mencegah terjadinya praktik yang tidak diinginkan dan merugikan
BUMN. Persoalannya, holding BUMN akan memperlemah pengawasan
pemerintah/BPK karena terjadi penurunan level atau kelonggaran pengawasan.

Keenam, independensi pengelolaan BUMN. Model pengelolaan BUMN dengan


menempatkan institusi pengelola BUMN sebagai bagian pemerintah terbukti kurang
efektif mewujudkan independensi pengelolaan BUMN yang profesional. Menempatkan

Skema holdingisasi BUMN merupakan salah satu strategi untuk membuat perusahaan
plat merah mendunia. Terdapat beberapa tantangan dalam pembentukan holding
maupun super holding BUMN di Indonesia, antara lain kewenangan pembentukan
holding, pengembangan korporasi, efisiensi, potensi monopoli, spend of control, dan
independensi pengelolaan BUMN. Banyak hal yang harus dilakukan dalam menghadapi
tantangan tersebut, antara lain pemahaman target pasar secara detail, due diligence
secara akurat, adaptasi budaya, koordinasi dengan KPPU, independensi serta
penanganan pre-merger integration yang penting dilakukan agar holding BUMN dapat
berhasil. Dalam melaksanakan fungsi legislasi, peran DPR diperlukan untuk segera
melakukan revisi UU BUMN bersama pemerintah, dan mendorong pemerintah dalam
menyelaraskan regulasi turunan terkait. Dalam hal pengawasan, DPR harus mengawasi
kinerja BUMN, terutama dalam proses pembentukan holding ini sehingga diharapkan
BUMN Indonesia dapat memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional dan
penerimaan negara.

2. a. Bagaimanakah peran dan kedudukan BUMN dalam Sistem Perekonomian


Indonesia sesuai yang tercantum dalam PP No 3 Tahun 1983 maupun yang
dijelaskan dalam penjabaran Demokrasi Ekonomi oleh Ikatan Ekonomi Indonesia
(ISEI) ?
b. Menurut Sdr, bagaimana langkah pemerintah untuk mengatur dan
mengoptimalkan peran dan kedudukan BUMN dalam perekonomian Indonesia
sehingga terjadi keselarasan, keserasian dan saling berkesinambungan diantara
semua pihak pelaku ekonomi?

Jawab :
Pasal 33 UU Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa; “Ayat (1)
berbunyi; Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas
kekeluargaan, ayat (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara, ayat (3) menyebutkan; Bumi,
air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat, ayat (4) Perekonomian
nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional dan ayat (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur
dalam UU”. Berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 tersebut maka Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) merupakan salah satu penggerak utama perekonomian nasional disamping
Koperasi dan Swasta, karena BUMN pada dasarnya memiliki potensi yang sangat besar
namun belum termanfaatkan secara optimal. Dikatakan berpotensi besar karena antara
lain : (a) keberadaan BUMN di hampir semua sektor usaha, (b) BUMN memiliki aset yang
besar, (c) brand image BUMN, (d) pengalaman usaha BUMN, (e) profesionalisme SDM,
dan (f) penguasaan data, informasi dan teknologi informasi. BUMN memiliki peranan
yang sangat besar dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia, bukan hanya
sebatas dalam bidang pengelolaan sumber daya dan produksi barang atau jasa yang
mencakup hajat hidup orang banyak tetapi juga sebagai kegiatan produksi dan
pelayanan umum.

Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 menyebutkan bahwa BUMN adalah badan usaha
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Kekayaan yang
dipisahkan adalah pemisahan kekayaan negara dari APBN untuk dijadikan modal BUMN.
Pembinaan dan pengelolaaannya tidak lagi didasarkan pada sistem APBN, namun
didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. Peranan pemerintah melalui
BUMN dalam perekonomian negara bahwa pemerintah tidaklah bertindak sebagai
pemilik (eigenaar) akan tetapi sebagai pemegang kuasa (bezitter) untuk atas nama
rakyat. Karena BUMN hanya merupakan pelaksana dari hak negara untuk menguasai,
bukan untuk memiliki sumber ekonomi yang penting dan menguasai hajat hidup orang
banyak, sedangkan pemilik atau eigenaar adalah rakyat karena kedaulatan ada di tangan
rakyat. Terdapat 2 macam bentuk BUMN yaitu Perum dan Persero. Pembentukan
Persero khususnya, sebenarnya merupakan wujud keinginan negara untuk ikut campur
dalam mengendalikan perekonomian nasional. Ini terbukti dari regulasi yang dibuat
pemerintah untuk mengatur Persero, yakni UU BUMN serta peraturan pelaksanaannya.
Sehubungan dengan ini Persero lebih merupakan instrumen pengendali perekonomian.
Namun dalam praktiknya BUMN yang berbentuk Persero menimbulkan banyak
permasalahan, misalnya dalam perkara kepailitan BUMN yang berbentuk Persero demi
hukum seluruh asset akan berada dalam sita umum, lalu bagaimana dengan status
hukum aset BUMN yeng berbentuk Persero terhadap asset negara yang ternyata terjadi
ketidaksesuaian/ketidakharmonisan antara Undang Undang Nomor 19 tahun 2003
tentang BUMN dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UUPT), begitu juga dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (UUKN), dan UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (UUPN). Hal ini mengakibatkan terjadinya ketidakpastian hukum terutama di
bidang kepailitan.

3. Dalam kondisi pandemi COVID-19 menurut Anda strategi apa yang paling tepat diambil
oleh pemerintah untuk memperbaiki kinerja perusahaan BUMN agar perannya dalam
memberikan kontribusi bagi perkembangan perekonomian negara pada umumnya dan
penerimaan negara pada khususnya kembali positif? Jelaskan mengapa demikian!

Jawab :

Sebagai badan usaha yang dimiliki oleh Pemerintah, BUMN berperan sebagai
agent of value creator dan agent of development. Sebagai agent of value of creator,
BUMN diharapkan mampu memberikan kontribusi keuntungan ke negara. Sebagai agent
of development, BUMN diharapkan berkontribusi kepada pembangunan nasional
termasuk dalam pemulihan ekonomi pada masa pandemi Covid-19 ini. Untuk mencapai
tujuan tersebut Pemerintah telah melakukan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar
Rp 219 triliun (2005-2019) yang digunakan untuk peningkatan kinerja BUMN,
restrukturisasi BUMN dan pendirian BUMN yang baru. Sedangkan untuk memperkuat
permodalan BUMN karena dampak Covid-19, Pemerintah melakukan PMN ke BUMN
sebesar Rp31,5 trilun.

Untuk mengatasi dampak ekonomi yang diakibatkan Covid-19, BUMN dilibatkan


dalam program PEN yaitu menyalurkan kredit kepada UMKM dan koperasi; serta
melakukan penjaminan kredit modal kerja. Kredit kepada UMKM dan koperasi
disalurkan melalui kredit UMi oleh PT Pegadaian, PT PNM, dan PT Bahana. Disamping
UMi yang plafonnya sampai Rp10 juta, disalurkan juga Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh
perbankan BUMN dengan plafon sampai Rp 500jt. Bunga KUR sangat rendah karena
disubsidi Pemerintah.

Penjamin kredit modal kerja untuk UMKM dilaksanakan oleh PT Jamkrindo dan
PT Askrindo sampai plafon pinjaman Rp 10 miliar dan bunga disubsidi. Sementara itu,
untuk korporasi, penjamin kredit modal kerja mulai Rp10 miliar-Rp1 trliun
dilaksanakan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dan PT Penjaminan
Infrastruktur Indonesia (PII). Kedua Lembaga tersebut merupakan Special Mission
Vehicle (SMV) di bawah Kementerian Keuangan yang memiliki jenis
penjaminan sovereign guarantee dan didukung peningkatan kapasitas finansial melalui
PMN.

Kedua peran BUMN di atas adalah untuk mendorong dunia usaha berputar yang
akan meningkatkan supply sekaligus demand bahan baku dan meningkatkan penyerapan
tenaga kerja. Diharapkan BUMN menjalankan perannya secara maksimal dan prudent,
dan dunia usaha memanfaatkan fasiltas yang diberikan dengan penuh tanggungjawab.

*) coret yang tidak perlu

Anda mungkin juga menyukai