Anda di halaman 1dari 1

NAMA : RIYO ANAS

NIM : 051118071
PROGRAM STUDI : ILMU PEMERINTAHAN
UPBJJ : UT BANDUNG

Tugas 1
1. Jelaskan perbedaan-perbedaan dalam melakukan ritual antara kaum satri dan
abangan yang menganut kejawen.
2. Van Peurseun menyebutkan bahwa pada kenyataannya konsep dan teori
berawal dari yang sifatnya abstrak, sangat ideal, dan merujuk pada masalah
yang sangat konkret, masalah-masalah keseharian baik yang dianggap skaral
maupun yang dianggap profan. Berdasarkan hal tersebut jelaskan tiga tahap
kebudayaan menurut Van Peurseun.
3. Jelaskan konsep upacara yang menyangkut life-cycle pada masyarakat
Trunyan.

Jawaban :
1. Santri melihat Islam sebagai serangkaian lingkaran sosial yang konsentris,
komunitas yang semakin lama semakin lebar dari lokal hingga internasional.
Santri juga tidak pernah memandang agama sebagai serangkaian kepercayaan
semata-mata, sejenis filsafat yang abstrak,
Kalanganan abangan adalah merupakan varian masyarakat Jawa mereka yang
tidak benar-benar tidak acuh terhadap doktrin (agama IslamI tetapi terpesona
oleh detil keupacaraan (adat). Sementara di kalangan santri merupakan varian
masyakat di Jawa yang memberikan perhatian terhadap doktrin (ajaran agama
Islam). Dan itu dicirikan bila disebut sebagai seorang abangan maka orang
tersebut harus tahu kapan harus menyelenggrakan 'slametan' (ritual adat dan
kebiasaan budaya). Golongan ini mrmiliki toleransi kepercayaan agama:
Katanya jalan (Tuhan) itu memang banyak).
2. Van Peursen memberikan pembagian yang hampir sama, yang sangat
kebetulan juga berjumlah tiga fase, yaitu:
- mitis,
- ontologis, dan
- fungsional.
Masing-masing periode di atas menawarkan strategi-strategi bagi manusia dan
kelompok manusia untuk menyikapinya
3. Sejak lahir orang Kampung Tarung melalui prosesi ritual siklus kehidupannya.
Danandjaja (1985: 19) memaparkan bahwa manusia dalam menjalani
kehidupan akan melalui serangkaian fase kritis. Fase-fase tersebut dimulai
sejak manusia masih di dalam kandungan ibunya hingga manusia itu mati,
sehingga suatu upacara diselenggarakan sebagai upaya menetralisir berbagai
mara bahaya yang dipercaya hendak menimpa. Upacara-upacara ini kemudian
disebut sebagai Life Cycle Ceremonies (Upacara-upacara Lingkaran Hidup).

Anda mungkin juga menyukai