Anda di halaman 1dari 3

1.

Bandingkan mekanisme checks and balances masa Orde Baru dengan era
reformasi!
Secara etimologis dimana chek memiliki arti ikut memeriksa, menilai, dan mengawasi,
kemudian mengkonfirmasikan kepada situasi yang terkait. Sedangkan balances berarti
mencari keseimbangan, ini dinilai sangat penting karena secara alami manusia memiliki rasa
nafsu yang ingin mempunyai kekuasaan yang cenderung menyalahgunakan kekuasaan
tersebut.
Sistem politik dengan mekanisme chek and balances sangat erat kaitannya dalam
sistem pembagian kekuaaan di antara tiga lembaga yaitu, Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.
Indonesia dalam praktek pembagian kekuasaan tidak lepas dari konsep trias politica yang
dikemukakan oleh Montesquieu dan sejalan juga dengan konsep pemisahan kekuasaan Jhon
Locke. Kemudian jika meneliti lagi lebih dalam sejarah perjalanan sistem politik Indonesia
tidak memakai pemisahan kekuasaan tetapi menjalankan sistem pembagian kekuasaan. Hakik
atnya chek and balances memiliki prinsip yaitu menjamin adanya kebebasan dari masing-
masing cabang kekuasaan yang satu terhadap kekuasaan lainnya.
Chek and balances ini dipraktekkan agar menghindari terjadinya penyalahgunaan
kekuasaan yang sudah terjadi pada masa Orde lama dan Orde baru. Orde baru memusatkan
karena adanya dominasi dan konsntrasi kekuasaan di salah satu badan penyelanggara
pemerintahan yaitu lembaga Eksekutif. Didalam UUD 1945 juga sudah dijelaskan secara
jelas bahwa “Dalam menjalankan pemerintahan Negara, kekuasaan dan tanggung jawab
adalah ditanagn presiden. Prinsip eksekutif berat dalam sistem ketatanegaraan indoensia,
yang bertentangan dengan paham pembagian kekuasaan, sehingga ketentuan ini dalam
sisitem ini hanya berpihak pada satu kekuasaan saja yaitu eksekutif. Megingat lagi bahwa
presidenlah pemegang kekuasaan yang berakibat dimana presiden mudah menerbitkan
sebuah hukum berupa keputusan baik bersifat menetapkan maupun mengatur ini merupakan
kelemahan dalm implementasinya ditambah lagi kurangnya imbangan dari sistem kontrol
kekuasaan lainnya.
Sedangkan di Era Reformasi hadir karena tumbangnya masa Orde baru mengingat
maraknya penyimpangan atau kelemahan lembaga konstitusi yang ada. Chek and balances
disini akan membantu pada Amandemen UUD 1945 yang menandai perubahan radikan dari
sistem tatanegara yang sentralistik dan otoritas menjadi rezim yang demokratis dan egilible.
Chek and balances mendorong terjadinya perubahan di tatanan infra struktur politik dengan
mamanjemen pemerintahan yang tadinya pendekatan top-down yang berorientasi efisien,
menjadi pendekatan bottom-up yang lebi mementingkan pada proses pemberdayaan segenap
potensi bangsa. Perubahan ini untuk menyatakan dengan adanya Era reformasi merupakan
pengkoreksia dari praktek penyimpagan lembaga pada era sebelumnya.

2. Kemukakan secara singkat praktek checks and balances dalam sistem demokrasi
pada proses berjalannya pemerintahan. Beri contoh dari sumber media massa
baik cetak ataupun online yang relevan dan kredibel. Sertakan tautan (link)
sumber online tersebut!
Sejalan dengan prinsip chek and balances yaitu ikut mengawasi jalannya lembaga
pemerintah, sebagai penerapannya di dalam lembaga adanya demokrasi dilihat mekanisme
hubungan antara MPR, DPR, Dan DPD. Dan juga berdasarkan Pasal 1 ayat (2) UUD Negara
RI Tahun 1945 yang berbunyi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar” dengan ini kedulatan rakyat akan dikembalikan kepada rakyat itu
sendiri sesuai dasar konstitusi, karena sebelumnya MPR lah sebagai pemegang sepenuhnya
kedaulatan rakyat. Dengan begitu supremasi MPR berganti menjadi prinsip keseimbangan
antara lembaga Negara. Kemudian juga seperti undang-undang dibuat atas persetujuan DPR
dan Presiden sebagai implementasi tugas fungsi legislasi, namun yudikatif dapat mencoba
produk hukum tersebut dengan fungsi tinjauan yudisial, yakni hak untuk menguji apakah suatu
undang-undang bertentangan dengan konstitusi. Presiden dipilih melalui Pemilu yang bersih
dan transparan (chek and balances). untuk mencapai tujuan besar tersebut, penerapan checks
and balances dalam penyelenggaraan pemerintahan harus memperhatikan prinsip non-
dikotomi (tidak berpikir secara dualistik atau memisahkan secara tegas fungsi pilar-pilar
kekuasaan); mendorong pelatihan membangun tim (semangat tubuh atau semangat tubuh);
serta sistemik dan komprehensif (mencakup semua aspek dan semua pihak/stakeholder)

Adapun prasyarat yang dibutuhkan paling tidak meliputi empat aspek yang
memungkinkan berkembangnya checks and balances tadi secara optimal sebagai
berikut:
1. Proses demokratisasi dari tingkat pusat hingga ke daerah tidak terputus. Artinya, kesadaran
untuk secara terus menerus melakukan perbaikan baik dari kalangan politisi, birokrat maupun
masyarakat luas, perlu dibina secara berkelanjutan pada berbagai jenjangnya.
2. Adanya pemahaman konsep politik kenegaraan dan kepemerintahan yang bulat dari segenap
pelaku atau penyelenggara negara. Pada saat yang sama, dibutuhkan pula adanya kedewasaan
politik para anggota DPRD serta kalangan birokrasi dan penegak hukum, bahkan juga kalangan
masyarakat pada umumnya.
3. Adanya pemahaman fungsi dan peranan eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang seimbang
(asymmetric information) serta tata hubungan kerja dinamis dan produktif diantara poros-poros
kekuasaan tersebut. Adanya kecurigaan atau kekurangpercayaan antar aparat pemegang
kekuasaan menunjukkan adanya ketimpangan dalam pola komunikasi antar pemegang
kekuasaan tersebut.
4. Adanya kesadaran penuh untuk memangku hak dan kewajiban masing-masing secara
terbuka dan bertanggungjawab untuk mewujudkan cita-cita tertinggi pembentukan negara,
yakni mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat
Indonesia Jadi Contoh Penyelenggaraan Pemilu
Transparansi Tim Kampanye Nasional (TKN) dalam proses perhitungan hasil pilpres 2019
mendapat tanggapan positif dari perwakilan media asing yang berkantor di Jakarta. Sebanyak
50 media asing mendapat kesempatan untuk melihat war room milik TKN yang bertempat di
Gedung High End, Jakarta,Selasa(30/4).Menurut Ketua TKN Erick Thohir kegiatan
mengundang media asing ke war room yang merupakan ruang perhitungan formulir C1 hasil
pilpres 2019 merupakan upaya keterbukaan yang dilakukan TKN untuk menunjukkan tidak
ada data yang ditutup-tutupi atau kecurangan.“Di sini, semua media bisa melihat bahwa hasil
perhitungan kami, tidak jauh berbeda dengan perhitungan riil KPU. Bahkan tak jauh berbeda
dengan quick count beberapa lembaga survei,” jelas Erick.
SumberReferensi
https://www.jawapos.com/jpg-today/01/05/2019/indonesia-jadi-contoh-
penyelenggaraanpemilu/ https://triwidodowutomo.blogspot.com/2010/11/menyimak-kembali-
checks-andbalances.html

Anda mungkin juga menyukai