Anda di halaman 1dari 6

Modul Hukum Antar Tata Hukum

PERTEMUAN KE 1
PENGERTIAN HUKUM ANTAR TATA HUKUM
(HATAH) INTERN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai HATAH INTERN beserta perumusannya
sehingga mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan pembagian HATAH INTERN kedalam Hukum Antar Waktu
(HAW), Hukum Antar Tempat (HAT), Hukum Antar Golongan (HAG), dan
Hukum Antar Agama (HAA)
2. Menjelaskan perumusan HAW dan skema HATAH INTERN.

B. URAIAN MATERI

1. PENGERTIAN HUKUM ANTAR TATA HUKUM (HATAH) INTERN


3. Pengertian Hukum Antar Waktu (HAW). Di Indonesia Hukum Perselisihan (Conflict
of Law) lebih dikenal dengan istilah Hukum Antar Tata Hukum (HATAH). Suatu
istilah yang sudah diterima secara umum.HATAH dibagi menjadi 2 (Dua) bagian,
yaitu HATAH INTERN dan HATAH EXTERN dan HATAH INTERN terdiri atas
Hukum Antar Waktu (HAW), Hukum Antar Tempat (HAT), Hukum Antar Golongan
(HAG), dan Hukum Antar Agama (HAA). Sedangkan HATAH EXTERN lebih
dikenal dengan istilah Hukum Perdata Internasional (HPI).

Antara HATAH INTERN dan HATAH EXTERN terdapat hubungan yang erat,
karena pada awalnya dimulai dengan adanya terlebih dahulu pengertian HATAH
INTERN, setelah itu baru muncul HATAH EXTERN.

S1 Ilmu Hukum Universitas Pamulang Page 1


Modul Hukum Antar Tata Hukum
Apakah yang termasuk masalah Hukum Antar Waktu (HAW) bukan spesifik hanya
berlaku di Indonesia saja, HAW juga terdapat di Negara-negara lain di dunia. Hukum
Antar Waktu (HAW) berhubungan dengan suatu peraturan perundang-undangan,
artinya bahwa dalam setiap peraturan perundang-undangan dikenal adanya HAW.
Karena HAW berlakunya dengan apa yang dinamakan dengan suatu ketentuan
peralihan atau disebut Transitory Regulation (Inggris) atau Wergang Bepalingen
(Belanda).

Maksudnya apabila mempelajari suatu peraturan perundang-undangan, baik Undang-


Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI Tahun 1945),
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri
maupun Peraturan Kepala Daerah akan menentukan suatu pasal ketentuaan peralihan,
sebelum pasal ketentuan penutup.

Di dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Peraturan


Perundang-Undangan diatur tentang tujuan adanya suatu ketentuan peralihan dalam
Peraturan Perundang-Undangan, yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengisi kekosongan hukum


2. Untuk memberikan kepastian hukum
3. Untuk memberikan perlindungan kepada para pihak sebagai dampak perubahan
Peraturan Perundang-Undangan.
4. Untuk mengatur hal-hal yang bersifat sementara (Transisory)

Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut :


1. Dalam pasal I UUDNRI Tahun 1945 menjelaskan bahwa segala Pertauran
Perundang-Undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang
baru menurut Undang-Undang Dasar ini,

S1 Ilmu Hukum Universitas Pamulang Page 2


Modul Hukum Antar Tata Hukum
Dalam ketentuan peralihan tersebut maksudnya bahwa apabila terdapat suatu
Peraturan Perundang-Undangan yang masih diberlakukan walaupun dibentuk jauh
sebelum Indonesia merdeka Peraturan Perundang-Undangan tersebut masih
diberlakukan sebagai bagian dari pada sistem hukum di Indonesia. Maka Peraturan
Perundang-Undangan tersebut tetap berlalu.
Inilah merupakan bahwa dari adanya ketentuan peralihan dalam UUDNRI Tahun
1945, misalnya Kitab Undang-Undang Hukum Pidan (KUHP), Kitab Udang-Undang
Hukum Perdata (KUHper) dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).

2. Dalam Pasal 64 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok


Perkawinan ditegaskan dalam aturan peralihannya bahwa untuk untuk perkawinan
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan yang terjadi sebelum
Undang-Undang yang baru berlaku yang dijelaskan menurut Peraturan Perundang-
Undangan yang lama merupakan perkawinan yang sah.

Dari ketentuan pasal tersebut diartikan sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor I


Tahun 1974 ini bahwa perkawinan antara laki-laki dan perempuan berbeda agama
dan kepercayaannya maka diperbolehkan tetapi setelah diberlakukannya Undang-
Undang tersebut, maka perkawinan beda agama tidak diperbolehkan hal ini dapat
ditegaskan dalam pasal 2 ayat (1) “ Bahwa suatu perkawianan adalah sah apabila
dilakukan menurut Hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu “.
Jadi ketentuan peralihan ang diatur dalam pasal 64 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 memberikan suatu kepastian Hukumkepada para pihak yang telah melakukan
perkawinan beda agama sebelum berlakunya Undang-Undang tersebut.Bahwa
perkawinan tersebut adalah sah dan ssebelumnya apabila perkawinan ampuran beda
agama yang salah satunya masih dilakukan Undang-Undang tersebut maka
perkawinannya tidak sah.
Dari pemahaman tersebut diatas, maka perumusan Hukum Antar Waktu (HAW)
dapat dijelaskan pada HAW norma-norma yang bertemu terjadinya di dalam suatu
Negara karena HAW tersebut termasuk HAW INTERN sebagai berikut :

S1 Ilmu Hukum Universitas Pamulang Page 3


Modul Hukum Antar Tata Hukum
“ Hukum Antar Waktu adalah keseluruhan Hukum peraturan dan keputusan Hukum
yang menunjukan Hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan
Hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa antara warga negara dalam satu
negara dan satu tempat merupakan memperlihatkan titik pertalian dengan kaidah
hukum yang berbeda dalam lingkungan kuasa waktu dan soal-soal ”

Dari perumusan HAW tersebut dapat diartikan sebagai berikut :

1. Pengertian Peraturan Hukum dan Keputusan Hukum artinya bahwa Hukum ini
bukan hanya terdiri dari pada Peraturan-Peraturan Hukum yang diciptakan oleh
pembuat Undang-Undang tetapi juga dari apa yang dirumuskan oleh para hakim
(Pejabat-Pejabat Hukum). Ini yang dinamakan menurut ahli Hukum adat, yaitu Ter
Haar, yaitu Beslissingen Lee, jadi hukum bukan hanya apa yang diundangkan,
diadakan dengan peraturan secara tertulis, tetapi juga apa yang hidup karena
kepentingan-kepentingan pejabat Hukum, termasuk para Hakim.

2. Pengertian yang menunjukan Hukum manakah yang berlaku artinya pengertian ini
memperlihatkan salah satu sifat dari apa yang kita namakan kaidah penunjuk, yakni
kaidah yang menunjukan kepada sistem Hukum yang harus dipergunakan.

3. Pengertian jika hubungan-hubungan dan peristiwa-peristiwa antara warga Negara


dalam satu Negara dan satu tempat, artinya satu Negara yaitu Republik dan satu
tempat misalnya Tangerang Selatan.

4. Pengertian memperlihatkan titik-titik pertalian artinya titik pertalian atau titik


tentu. Ini suatu pengertian yang harus selalu diperhatikan dalam HATAH. Persoalan
HATAH mulai timbul dengan adanya titik-titik pertalian ini.

5. Pengertian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah Hukum yang berbeda, artinya


yang berbeda itu dalam HATAH yaitu dalam lingkungan kuasa waktu dan soal-soal.

S1 Ilmu Hukum Universitas Pamulang Page 4


Modul Hukum Antar Tata Hukum
2. SKEMA HUKUM ANTAR WAKTU (HAW)
Bahwa sebelum menyusun skema HAW, terlebih dahulu dijelaskan tentang makna-
makna Hukum dalam HATAH. Dikemukakan oleh para ahli bahwa tiap norma
Hukum mempunyai empat lingkungan kekuatan atau ( ) berlakunya Hukum ini
yaitu :
a. Lingkungan kuasa waktu, disingkat dengan Letten W(The Sphere of Time atau
Temporal Sphere), artinya tiap norma mempunyai lingkungan kuasa waktu.

b. Lingkungan kuasa tempat, disingkat dengan Letter (Material Sphere atau Sphere
of Space), artinya tiap norma mempunyai lingkungan kuasa tempat.

c. Lingkungan kuasa pribadi atau lingkungan kuasa orang, disingkat dengan Lettter P
(Personal Sphere), artinya tiap norma mempunyai lingkungan kuasa pribadi.

d. Lingkungan soal-soal disingkat dengan Letter S (Material Sphere), artinya tiap


norma mempunyai lingkungan kuasa soal-soal.
Jadi tiap-tiap norma Hukum berlaku untuk waktu tertentu. Mengenai tempat tertentu,
mengenai orang-orang pribadi tertentu, jaga mengenai soal-soal tertentu tiap-tiap
kaidah Hukum mempunyai empat maam lingkungan, artinya kaidah-kaidah tersebut
harus bekerja dalam jangka waktu yang mana harus bekerja untuk pribadi-pribadi
atau orang-orang mana dan harus mengatur soal-soal tersebut. Jadi ( ) sudah
memahami mengenai perumusan HAW, maka dapat dijelaskan suatu skema
(Gambaran) dari HAW, yaitu waktunya berbeda, tetapi tempatnya adalah bersamaan,
pribadinya juga berbeda, dan soal-soal berbeda pula. Contoh kongkritnya sudah
dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang pokok-pokok
perkawinan.Sebelum Undang-Undang ini berlaku, maka perkawinan beda agama
dibolehkan, tetapi ( ) berlakunya Undang-Undang tersebut perkawinan campuran
beda agama tidak diperbolehkan, disini peranan ketentuan peralihan sangat besar
sekali gunanya untuk memberikan kepastian Hukum kepada para pihak.

S1 Ilmu Hukum Universitas Pamulang Page 5


Modul Hukum Antar Tata Hukum
Jadi Skema HAW adalah sebagai berikut :
SKEMA HAW
W W
TT
P P
S S

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Dalam Hukum Antar Tata Hukum (HATAH) INTERN terdiri atas Hukum
Antar Waktu (HAW), Hukum Antar Tempat (HAT) dan Hukum Antar
Golongan (HAG), dan Hukum Antar Agama (HAA). Coba saudara jelaskan
perumusan HATAH INTERN tersebut beserta skemanya.
2. Salah satu bagian dari HATAH INTERN yaitu HAW. Coba saudara jelaskan
perumusan HAW itu dengan skema dan contoh kasusnya.
3. HAW itu ada hubungannya dengan suatu ketentuan peralihan dalam suatu
peraturan peralihan dalam suatu Perundang-Undangan. Coba saudara jelaskan
tujuan dari ketentuan peralihan tersebut dan maksud dari ketentuan peralihan
itu latar belakangnya untuk apa ?

D. DAFTAR PUSTAKA
1. Bayu Seto. H.2013. Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional.Bandung, PT.
Citra Aditya Bakti.2013.
2. Ridwan Khairady. 2010. Pengantar Hukum Perdata Internasional.
Yogyakarta, FH UII Press.
3. S. Gautama. 1987. Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonsia. Jakarta.
Binacipta. 1987.
4. Sudargo Gautama. 2010. Hukum Antar Tata Hukum. Bandung, PT. Alumni.
2010.

S1 Ilmu Hukum Universitas Pamulang Page 6

Anda mungkin juga menyukai