Kelas Paralel : B
Nama Kelompok :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nama
Hendrika Beatrix Aprilia Ngape
Tannia
Budi Santoso Wibowo
Kristianto Amsal
Irene Ivana Lieando
Kemala Dwi Kusniadi
Cendrawan Hansen Leonard
Veronica Tjokroaminoto
Steffani Yoviana Hengstz
Edward Daniel Karema
NRP
2110061
2110065
2110067
2110079
2110088
2110091
2110100
2110171
2110189
2110213
No Urut
1
3
5
8
9
10
13
34
41
49
saksi oleh pihak Tergugat, di dalam persidangan tersebut terlihat bahwa ada
seorang saksi yang beragama Kristen yang disumpah, padahal seharusnya saksi
yang beragama Kristen tidak boleh disumpah melainkan dimintakan janjinya?
C. Tujuan
1. Tujuan praktis
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui hukum formil (hukum acara) yang berfungsi untuk
menegakkan hukum materiil yang telah dipelajari sebelumnya.
- Untuk melatih diri agar bisa memecahkan suatu permasalahan hukum.
- Untuk mengetahui praktik persidangan di Pengadilan Negeri.
2. Tujuan akademis
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
untuk syarat kelulusan mata kuliah Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum.
BAB II
LAPORAN KEGIATAN
A. Sarana dan Prasarana
- Kondisi dan Situasi di Lapangan
Kondisi dan Situasi di Pengadilan Negeri Surabaya adalah bahwa Pengadilan
Negeri Surabaya (PN Surabaya) dilengkapi dengan ruang sidang yang berjumlah
banyak dan masing-masing ruang sidang terlihat rapi. Pintu masuk PN Surabaya
dilengkapi dengan metal detector sehingga cukup menjamin keamanan, selain itu
juga terdapat ruang tunggu yang cukup besar dan kursi untuk menunggu yang
cukup banyak. PN Surabaya juga dilengkapi dengan fasilitas yang cukup lengkap
seperti tempat parkir meskipun tidak cukup untuk menampung seluruh kendaraan
bermotor seluruh orang yang ingin ke PN Surabaya dan kantin serta toilet yang
kepada para saksi. Terlebih Bp. Dr. I Made Sukadana, S.H., M.H. yang
memberikan pelajaran mengenai Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum
khususnya di bidang Perdata di Pengadilan Negeri dengan ramah dan sabar
menyampaikan materi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
-
mahasiswa/i FH UBAYA.
Kendala-kendala atau Hambatan yang dihadapi
PN Surabaya tidak memiliki jadwal sidang yang tetap melainkan berdasarkan
pada apabila pihak-pihak seperti Penggugat dan Tergugat telah lengkap sehingga
menyulitkan bagi pengunjung apabila ingin mengikuti suatu persidangan. Selain
itu keadaan di PN Surabaya cukup ramai sehingga ruang tunggu tidak dapat
menampung seluruh orang yang sedang menunggu persidangan tertentu dan
menimbulkan ketidaknyamanan bagi persidangan yang sedang berlangsung.
Ruang sidang yang terdapat di PN Surabaya juga tidak seluruhnya dilengkapi
dengan pengeras suara (mic) sehingga menyulitkan mahasiswa/i untuk
mendengarkan proses persidangan dan menangkap jalannya persidangan.
Keberadaan pintu masuk ruang sidang yang sebagian besar berada di sebelah
majelis hakim juga mengganggu jalannya persidangan karena banyak orang yang
dapat keluar masuk saat persidangan berlangsung sehingga mengganggu majelis
hakim.
B. Aktifitas Mahasiswa
Kunjungan ke Pengadilan Negeri Surabaya dilakukan 2 kali yaitu sebagai
berikut:
1. Kunjungan pertama pada Hari Selasa, Tanggal 3 Juni 2014, kelompok kami
mengikuti 2 (dua) persidangan, yaitu:
a. Persidangan Pertama
Persidangan berlangsung pada Pukul 12.30 WIB di Ruang Sidang
Tirta dengan Majelis Hakim yang terdiri dari Hakim Ketua dan 2 (dua) orang
Hakim Anggota. Agenda persidangan adalah yaitu acara pembuktian dari
pihak Tergugat dimana Tergugat menghadirkan 2 (dua) orang saksi.
Penggugat menggugat atas dasar wanprestrasi atau ingkar janji. Pada saat
persidangan berlangsung, terdapat beberapa kejadian seperti saksi yang
beragama Kristen sebelum memberikan keterangan pada persidangan diambil
sumpah oleh hakim anggota dengan lafal Saya bersumpah bukan Saja
berjanji. Kejadian lainnya adalah kuasa hukum penggugat mendapat teguran
dari hakim karena sangat keras dalam memberi pertanyaan pada saksi. Selain
itu, pada saat akan dimulainya persidangan, Ketua Majelis Hakim hanya
mengucapkan, oke, buka ya. dan kemudian palu diketuk. Persidangan
ditutup pada Pukul 12.45 WIB.
b. Persidangan Kedua
Persidangan berlangsung pada Pukul 12.45 WIB di Ruang Sidang
Tirta dengan Majelis Hakim yang terdiri dari Hakim Ketua dan 2 (dua) orang
Hakim Anggota. Agenda persidangan adalah yaitu acara pembuktian dari
kedua belah pihak yaitu Penggugat dan Tergugat dengan alat bukti surat. Oleh
karena alat bukti surat adalah secara tertulis maka persidangan berjalan
dengan cepat dan ditutup pada Pukul 12.50 WIB.
2. Kunjungan kedua pada Hari Selasa, Tanggal 10 Juni 2014, kelompok kami
mengikuti 2 (dua) persidangan, yaitu:
a. Persidangan Pertama
Persidangan berlangsung pada Pukul 10.30 WIB di Ruang Sidang Sari
1 dengan Majelis Hakim yang terdiri dari Hakim Ketua dan 2 (dua) orang
Hakim Anggota. Agenda persidangan adalah yaitu acara pemeriksaan alat
bukti yang memeriksa tambahan alat bukti dari Pihak Tergugat III dimana
pada perkara tersebut pihak Penggugat adalah Sujanto Harijadi dan pihak
Tergugat I adalah PT. Warna Warni Media, Tergugat II adalah Mia Damayanti,
Tergugat III adalah Sri Soehastuti, dan Tergugat IV adalah H. Khalis.
Persidangan ditutup pada Pukul 11.00 WIB.
b. Persidangan Kedua
Persidangan berlangsung pada Pukul 11.00 WIB di Ruang Sidang
Kartika dengan Majelis Hakim yang terdiri dari Hakim Ketua dan 2 (dua)
orang Hakim Anggota. Agenda persidangan adalah yaitu Replik Duplik dari
Penggugat dan Tergugat dimana yang menjadi Penggugat adalah Eddianto
Lindra dan menjadi Tergugat adalah Biantoro. Persidangan ditutup pada
Pukul 12.00 WIB.
BAB III
SESI TANYA JAWAB
1. Apakah yang dimaksud dengan frasa dalam petitum gugatan yaitu frasa apabila
berpendapat lain atau mempunyai pertimbangan lain, mohon putusan yang seadiladilnya padahal di dalam gugatan perdata hakim seharusnya tidak boleh memutus lebih
dari apa yang tercantum dalam petitum?
Jawab:
Perlu diketahui bahwa arti dari kata seadil-adilnya tersebut adalah sesuai dalam arti
masih dalam batas wajar, misalnya hal tersebut tidak dimintakan didalam petitum
namun hal tersebut berhubungan dengan petitum tersebut, maka hakim berhak
menambah hal dalam putusannya. Karena tidak menutup kemungkinan dalam hal
hukum perdata dapat berkaitan dengan hukum-hukum lain yang berlaku, sehingga
hakim perlu melakukan penyesuaian. Bp. Dr. I Made Sukadana, S.H., M.H. memberikan
contoh misalnya terhadap permohonan penetapan anak dimana dalam petitum pemohon
hanya memohon agar anak tersebut ditetapkan sebagai anak sah bagi pemohon, di dalam
putusan hakim harus mencantumkan pula dalam putusan bahwa anak tersebut adalah
anak sah dari pasangan suami istri siapa atau orangtuanya siapa karena pada dasarnya
diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia bahwa
dilarang untuk menghilangkan asal usul seorang anak, anak berhak mengetahui
orangtuanya.
2. Apakah ada akibat terhadap kekuatan pembuktian keterangan saksi yang beragama
Kristen tetapi pada saat akan dimintai keterangan saksi diambil sumpah bukan janji
karena ketika mengikuti sidang yang sedang berlangsung di Pengadilan Negeri
Surabaya dengan agenda acara pembuktian dengan alat bukti saksi oleh pihak Tergugat,
di dalam persidangan tersebut terlihat bahwa ada seorang saksi yang beragama Kristen
yang disumpah, padahal seharusnya saksi yang beragama Kristen tidak boleh disumpah
melainkan dimintakan janjinya?
Jawab:
Pada dasarnya tidak ada masalah saksi Kristen tersebut disumpah, meskipun memang
pada teorinya tidak boleh. Namun sejauh orang yang bersaksi tersbut tidak keberatan,
maka hal tersebut tidak masalah dan tidak berpengaruh terhadap pembuktiannya.
BAB IV
ANALISIS HASIL KEGIATAN
A. Pembahasan terhadap Rumusan Masalah
1. Frasa apabila berpendapat lain atau mempunyai pertimbangan lain mohon
putusan yang seadil-adilnya dalam Petitum Gugatan
Kalimat ex aequo et bono adalah kalimat yang umum terdapat dalam petita
subsidair dalam sebuah surat gugatan/permohonan, dan biasanya digabung dengan
kalimat jika majelis hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya
(ex aequo et bono). Tuntutan subsidair diajukan sebagai antisipasi jika
seandainya tuntutan primair tidak dikabulkan hakim, bersifat alternatif, dan sangat
bergantung pada kebebasan hakim. Kalimat ex aequo et bono ini berasal dari
bahasa latin yang berarti Menurut Keadilan. Karena ex aequo et bono
merupakan keputusan subsidair, bukan primair, maka dalam putusan ex aequo et
bono sekaligus merupakan putusan ultra petita. Ultra Petita adalah penjatuhan
putusan atas perkara yang tidak dituntut atau meluluskan lebih dari pada yang
diminta, dengan kata lain ultra petita adalah penjatuhan putusan oleh hakim atas
perkara yang tidak dituntut atau memutus lebih daripada yang diminta. Dengan
adanya asas ex aequo et bono ini maka tidak menutup kemungkinan bagi hakim
untuk memutus diluar petitum yang dimintakan selama putusan yang dijatuhkan
oleh hakim masih dalam batas-batas yang wajar dan bertujuan untuk
menyempurkan putusan karena tidak tercantum dalam petitum gugatan oleh
Penggugat padahal hal tersebut berhubungan dengan petitum yang lainnya yang
telah tercantum di gugatan karena hakim juga tidak boleh bersifat textbook
semata.
2. Saksi beragama Kristen yang diambil Sumpah dan bukan Janji
Pembuktian merupakan cara untuk menunjukkan kejelasan perkara kepada
Hakim supaya dapat dinilai apakah masalah yang dialami penggugat atau korban
dapat ditindak secara hukum. Oleh karenanya, pembuktian merupakan prosedur
yang harus dijalani karena merupakan hal penting dalam menerapkan hukum
materil. Menurut M. Yahya Harahap, S.H., dalam bukunya Hukum Acara Perdata
menyatakan bahwa alat bukti adalah suatu hal berupa bentuk dan jenis yang dapat
membantu dalam hal memberi keterangan dan penjelasan tentang sebuah masalah
perkara untuk membantu penilaian hakim di dalam pengadilan. Jadi, para pihak
yang berperkara hanya dapat membuktikan kebenaran dalil gugat dan dalil
bantahan maupun fakta-fakta yang mereka kemukakan dengan jenis atau bentuk
alat bukti tertentu. Hukum pembuktian yang berlaku di Indonesia sampai saat ini
masih berpegang kepada jenis dan alat bukti tertentu saja. Salah satu alat bukti
yang ada dalam pemeriksaan acara perdata adalah Kesaksian. Kesaksian adalah
kepastian yang diberikan kepada hakim dipersidangan tentang peristiwa yang
dipersengketakan dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh orang
yang bukan salah satu pihak dalam perkara, yang dipanggil dalam persidangan.
Jadi keterangan yang diberikan oleh seorang saksi haruslah kejadian yang telah ia
alami sendiri, sedangkan pendapat atau dugaan yang diperoleh secara berfikir
tidaklah termasuk dalam suatu kesaksian. Agar alat bukti saksi ini menjadi sah
maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi seperti Saksi tersebut harus orang
yang cakap, Keterangan Saksi harus disampaikan dimuka Pengadilan, keterangan
saksi diperiksa satu persatu, serta saksi harus mengucapkan sumpah. Syarat bahwa
saksi harus mengucapkan sumpah adalah Syarat formil yang dianggap sangat
penting ialah mengucapkan sumpah di depan persidangan, yang berisi pernyataan
bahwa akan menerangkan apa yang sebenarnya atau voir dire, yakni berkata
benar. Pengucapan sumpah oleh saksi dalam persidangan, diatur dalam Pasal 147
HIR, Pasal 175 RBG, dan Pasal 1911 KUH Perdata, yang merupakan kewajiban
saksi untuk bersumpah/berjanji menurut agamanya untuk menerangkan yang
sebenarnya, dan diberikan sebelum memberikan keterangan yang disebut dengan
Sistim Promisoris. Menurut teori yang ada saksi yang memilik kewajiban untuk
bersumpah adalah saksi yang beragama Muslim, sedangkan untuk saksi yang
beragama Kristen memiliki kewajiban untuk berjanji. Dalam persidangan yang
kami ikuti seorang Saksi beragama Kristen dimintakan sumpahnya bukan
janjinya, namun hal ini tidak mempengaruhi pembuktian asalkan saksi yang
dimintakan sumpahnya tidak keberatan.
B. Target atau Fokus yang Dicapai
Target atau fokus yang utama hendak dicapai adalah untuk mengetahui praktik
persidangan di Pengadilan Negeri Surabaya, karena sebagai seorang jurist atau
lulusan dari Fakutas Hukum tidaklah tepat apabila hanya memahami mengenai teoriteori yang didapat melalui proses belajar-mengajar di kampus, akan tetapi
mempelajari praktik adalah sama pentingnya dengan mempelajari teori yang ada.
Teori dan Praktik dapat diibaratkan sebagai sebuah koin yang memiliki 2 (dua) sisi
yang sangat penting, tidak dapat dihilangkan ataupun dipisahkan satu sama lain.
Praktik di lapangan menjadi tidak dapat dipelajari melalui proses belajar-mengajar di
kelas karena pada faktanya cukup banyak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
terhadap teori yang ada, walaupun tidak berlawanan secara langsung akan tetapi
terkadang jalannya persidangan tidak sesuai dengan apa yang tertulis di teori. Hal ini
dikarenakan adanya sebuah kebiasaan yang ada pada praktik sehingga menyimpangi
teori-teori. Contoh paling konkrit adalah terkadang tata cara persidangan tidak
seformal yang diajarkan melalui proses belajar mengajar di kampus, misalnya saja
ada penggunaan bahasa yang tidak formal dalam membuka ataupun mengakhiri
sebuah persidangan, selain itu misalnya saja dalam sebuah persidangan masih banyak
orang-orang yang keluar masuk ruang persidangan, atau pengucapan sumpah atau
janji yang digeneralisir menjadi sumpah bagi saksi yang beragama apapun. Selain itu,
target yang dicapai oleh mahasiswa adalah mahasiswa mengetahui dan memahami
peran-peran secara nyata mengenai Hakim, Panitera, Jaksa Penuntut Umum, dan
Pengacara. Hal-hal tersebut sangat penting untuk dipelajari supaya seorang
mahasiswa yang baru saja lulus dari Fakultas Hukum atau menjadi jurist sehingga
menjadi tidak kaget dengan hal-hal yang lazim terjadi pada praktik sehingga sudah
terlihat siap dan memiliki pengalaman untuk berperkara di pengadilan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan kunjungan yang dilakukan ke Pengadilan Negeri Surabaya dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Frasa apabila berpendapat lain atau mempunyai pertimbangan lain mohon
putusan yang seadil-adilnya atau ex aequo et bono adalam Petitum Gugatan
membuat seorang hakim berhak untuk menambahkan petitum dalam putusannya
diluar petitum yang dimohonkan penggugat selama masih dalam batas yang wajar
karena arti dari kata seadil-adilnya dalam suatu putusan tersebut adalah sesuai
dalam arti masih dalam batas wajar.
2. Proses pembuktian dalam persidangan dengan alat bukti saksi terhadap saksi yang
beragam Kristen yang seharusnya berdasarkan teori yang ada dimintakan yanji
bukan sumpah karena sumpah ditujukan kepada saksi yang beragama Islam tidak
berakibat kepada kekuatan pembuktiannya sepanjang saksi tersebut tidak
keberatan.
B. Saran
sehingga
tidak
mengurangi
kesempatan
mahasiswa/i
untuk
mendapatkan materi, tetapi kuliah tambahan ini juga harus melihat jadwal mata
kuliah lainnya agar tidak berbenturan.
3. Sebaiknya pertemuan mata kuliah PLKH bidang perdata dari dosen FH UBAYA
diperbanyak karena jadwal pertemuan yang terbatas seperti pada semester genap