Anda di halaman 1dari 2

1.

Apakah dalam setiap masyarakat terdapat hukum, dan bagaimana


karateristik hukum yang universal ?
Jawaban:
manusia adalah mahluk social. Aristoteles menyebutnya sebagai zoon
politicon ataau mahluk bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat, tak
selamanya berjalan mulus. Kadang-kadang ada persaingan, pertikaian, konflik
dan akomodasi (penerimaan kembali). Itu sebabnya diperlukan adanya aturan
hukum.
Hukum adalah seperangkat perintah, baik langsung ataupun tidak langsung,
dari pihak yang berkuasa kepada warga masyarakat yang merupakan
masyarakat politik yang independen, dimana otoritasnya merupakan otoritas
tertingg. (John Austin)
hukum yang universal adalah hukum yang luas yang dapat menjaga
keseluruhan dan karateristiknya selalu dapat dipakai dimana saja.
2. Bagaimana hubungan antara hukum dengan aspek kebudayaan dan aspek
social ?
Jawab :
Hukum, aspek budaya dan aspek sosial harus saling sinergi. Hubungan
ketiganya sangat terkait dan saling melengkapi satu sama lainnya. Budaya
merupakan kebiasaan yang menjadi aturan dan tradisi suatu masyarakat,
hingga akhirnya tradisi/budaya tersebut diberlakukan sebagai hukum adat.
Hukum di Indonesia mengakui keberadaan hukum adat Indonesia. Pada
prinsipnya, hukum adat dapat diberlakukan sepanjang tidak menyimpang dari
ketentuan hukum positif di Indonesia.
Kebutuhan sosial, yakni kebutuhan
untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, yang apabila tidak
terlaksana
akan menghasilkan gangguan atau keadaan yang tidak menyenangkan
bagi
pribadi yang bersangkutan.
3. Bagaimana cara mendeskrepsi sistim-sistim hukum. Apakah akibat jika sistim
hukum dan hubungan antara masyarakat dan kebudayaan yang saling
berhubungan dan bagaimana kemungkinan untuk membandingkan antara
sistim hukum yang satu dengan sistim hukum yang lain. ?
Jawab :
Yang dimaksudkan dengan memperbandingkan di sini ialah mencari dan
mensinyalir perbedaan-perbedaan serta persamaan-persamaan dengan
memberi penjelasannya dan meneliti bagaimana berfungsinya hukum dan
bagaimana pemecahan yuridisnya di dalam praktek serta faktor-faktor
non-hukum yang mana saja yang mempengaruhinya. Penjelasannya
hanya dapat diketahui dalam sejarah hukumnya, sehingga perbandingan
hukum yang ilmiah memerlukan perbandingan sejarah hukum (van
Apeldoorn, 1954: 330).
Jadi memperbandingkan hukum bukanlah sekedar mengumpulkan
peraturan perundang-undangan dan mencari perbedaan serta
persamaannya saja. Kita lihat adanya kesamaan atau kemiripan hukum
dari pelbagai bangsa yang sernyata mempunyai asal-usul yang sama, di

samping adanya perbedaan


Ilmu perbandingan hukum mengajarkan kita bahwa kesamaan arah
antara hukum dan perkembangan hukum pelbagai bangsa disebabkan
karena mempunyai asal-usul yang sama. Sebaliknya ternyata bahwa
hukum dari bangsa-bangsa yang karena keturunan erat hubungannya satu
sama lain dalam perkembangannya -sekalipun asalnya sama- sering
arahnya berbeda.

Anda mungkin juga menyukai