Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

MATA AJAR: SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

PENTINGNYA SISTEM INFORMASI


IMUNISASI
Diajukan untuk memenuhi tugas ujian
tengah semester
DOSEN PENGAMPU : Ibu Rr. Tutik Sri Hariyati, S.Kp., MARS

OLEH:
Happy Indri Hapsari (1006800876)

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN ANAK


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA
2011
PENTINGNYA SISTEM INFORMASI IMUNISASI di INDONESIA
Abstrak
Pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep Paradigma Sehat yaitu
pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan
peningkatan

kesehatan

(promotif)

dan

pencegahan

penyakit

(preventif)

dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan


(rehabilitatif) secara menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan. Paradigma
Sehat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain pemberantasan
penyakit dimana salah satu upayanya yaitu imunisasi. Sistem informasi imunisasi
adalah database yang terkomputerisasi, berdasarkan populasi, dan sangat rahasia,
yang mencatat semua dosis vaksin yang diberikan oleh penyedia layanan kepada
seseorang sesuai dengan wilayah tempat tinggalnya. Sistem informasi imunisasi
sangat penting dalam rangka meningkatkan cakupan imunisasi. Penerapan sistem
informasi imunisasi diharapkan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
dan penyakit kejadian luar biasa dapat diturunkan
1. Latar Belakang
Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk
mewujudkan Indonesia Sehat 2010 adalah menerapkan pembangunan
nasional berwawasan kesehatan, yang berarti setiap upaya program
pembangunan harus mempunyai kontribusi positif terhadap terbentuknya
lingkungan yang sehat dan perilaku sehat. Pembangunan kesehatan
mengacu kepada konsep Paradigma Sehat yaitu pembangunan kesehatan
yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan
kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) dibandingkan
upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif) secara menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,
Paradigma Sehat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain
pemberantasan penyakit. Salah satu upaya pemberantasan penyakit

menular adalah upaya pengebalan atau yang disebut imunisasi. Selain itu,
imunisasi sebagai salah satu cara untuk mencapai MDGs (Millennium
Development Goals) no 4 yaitu menurunkan angka kematian anak.
Laporan UNICEF tahun 2005 menyebutkan bahwa 27 juta anak
balita dan 40 juta ibu hamil di seluruh dunia masih belum mendapatkan
layanan imunisasi rutin. Akibatnya, penyakit yang dapat dicegah oleh
vaksin ini diperkirakan menyebabkan lebih dari dua juta kematian tiap
tahun. Angka ini mencakup 1,4 juta anak balita yang terenggut jiwanya.
Menurut UNICEF (2005), rata-rata angka imunisasi di Indonesia hanya 72
persen. Artinya, angka di beberapa daerah sangat rendah. Ada sekitar
2.400 anak di Indonesia meninggal setiap hari termasuk yang meninggal
karena sebab-sebab yang seharusnya dapat dicegah, misalnya tuberculosis,
campak, pertussis, dipteri dan tetanus.
Imunisasi adalah cara untuk mencegah agar anak terhindar dari
cacat atau penyakit yang mematikan dengan biaya efektif. Cara ini
merangsang perkembangan sistem informasi berbasis teknologi untuk
mendukung program pemerintah mengenai imunisasi. Sistem informasi
imunisasi telah direkomendasikan sebagai salah satu strategi dalam
meningkatkan angka cakupan imunisasi (Wang, D., & Jenders, R.A.,
2000). Sistem informasi yang telah dikembangkan CDC (Centers for
Disease Control and Prevention) salah satunya adalah IIS (Immunization
Information Sistems). IIS merupakan gabungan dari catatan seseorang dari
berbagai penyedia layanan, menyediakan vaksinasi sesuai kebutuhan,
memberikan peringatan dan pengingat, menghasilkan catatan vaksinasi
resmi dan menyediakan cakupan vaksinasi berdasarkan populasi.
Tujuan dari artikel ini adalah untuk melihat pentingnya sistem
informasi imunisasi bagi perbaikan cakupan imunisasi di Indonesia. Karen
Indonesia merupakan negara kepulauan, oleh karena itu pemerintah dalam
mengontrol cakupan imunisasi bagi anak Indonesia dapat menggunakan
sistem informasi seperti ini sehingga diharapkan angka cakupan imunisasi
dapat meningkat.
2. Sistem Informasi Imunisasi
a. Pengertian Sistem Informasi Imunisasi

Sistem informasi imunisasi adalah database yang terkomputerisasi,


berdasarkan populasi, dan sangat rahasia, yang mencatat semua dosis
vaksin yang diberikan oleh penyedia layanan kepada seseorang sesuai
dengan wilayah tempat tinggalnya.

Di pelayanan klinik, sistem

informasi imunisasi dapat menyediakan riwayat imunisasi sehingga


dapat memberikan imunisasi yang tepat. Di tingkat masyarakat, sistem
informasi imunisasi menyediakan data imunisasi yang dapat digunakan
sebagai pengawasan dan operasional program dan dapat membantu
kerja kesehatan masyarakat dalam meningkatkan cakupan imunisasi
dan menurunkan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
b. Keuntungan Sistem Informasi Imunisasi
- Bagi orang tua : meyakinkan orang tua bahwa anak mendapatkan
imunisasi yang tepat, terdapat pengingat jika akan mendekati
jadwal imunisasi, terdapat peringatan jika jadwal imunisasi
terlewat, tetap dapat melakukan imunisasi sesuai jadwal jika
keluarga pindah ke pelayanan kesehatan lain, mencegah imunisasi
yang tidak diperlukan atau adanya duplikasi, terdapat salinan
riwayat imunisasi yang akurat dan resmi bagi perseorangan,
-

penitipan anak, atau sekolah


Bagi masyarakat : mengontrol penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi, mengidentifikasi seseorang yang tidak diimunisasi,

mencegah kejadian luar biasa


Bagi pelayanan kesehatan : mencatat imunisasi dari semua
penyedia pelayanan kedalam satu catatan saja, menyediakan
riwayat imunisasi yang akurat, menyediakan jadwal imunisasi yang
tepat beserta pengingat dan peringatan, memfasilitasi pengenalan

vaksinasi baru atau perubahan jadwal imunisasi.


c. Stakeholder Sistem Informasi Imunisasi
- Dokter
- Perencana kesehatan
- Konsumen
- Agensi kesehatan masyarakat (lokal, nasional)
- Organisasi profesional
- Sekolah dan penitipan anak
d. Elemen Pengaturan Sistem Informasi Imunisasi
Sistem informasi imunisasi diatur oleh :

Pedoman imunisasi (di Indonesia misalnya Pedoman Imunisasi

IDAI)
Peraturan pemerintah untuk menyediakan data kepada sistem

informasi imunisasi
Keinginan penyedia layanan untuk menyumbangkan data, jika

tidak bertentangan dengan hukum atau peraturan


- Populasi target
- Kebijakan yang berdasarkan hukum
e. Penyedia layanan
Sistem informasi imunisasi dioperasionalkan oleh organisasi non profit
atau agensi kesehatan masyarakat, yang dilindungi oleh pemerintah
atau bisa juga berasal dari organisasi non profit yang independen.
Sistem informasi imunisasi merupakan pusat data repository yang
dikelola oleh organisasi program sistem informasi imunisasi, namun
bisa diakses oleh semua tempat pelayanan kesehatan pada wilayah
tertentu.
f. Komponen Sistem Informasi Imunisasi
Komponen sistem informasi imunisasi terdiri dari sistem registrasi
rumah sakit, server registrasi berdasarkan web, dan sistem pengingat,
peringatan dan jadwal mendatang. Pengingat merupakan informasi
vaksinasi yang seharusnya diberikan saat ini, biasanya ditujukan
kepada pelayanan kesehatan. Pengingat merupakan informasi vaksinasi
yang pada waktu lampau seharusnya sudah diberikan tetapi sampai
sekarang belum diberikan, ditujukan kepada pelayanan kesehatan,
orang tua/pengasuh, atau keduanya. Jadwal mendatang merupakan
informasi vaksinasi yang akan diberikan pada waktu mendatang,
ditujukan baik itu untuk orang tua/pengasuh maupun pelayanan
kesehatan.
g. Identifikasi Pasien
Identitas pasien harus dapat diubah ketika catatan imunisasi pasien
disimpan, ataupun diperbarui. Pencatatan pasien dilakukan saat pasien
datang dengan menggunakan sistem interface yang dihubungkan pada
sistem informasi imunisasi atau HL7 (Health Level Seven).
Kemampuan HL7 antara lain adalah menerima pesan perbaruan pasien
dengan format VXU, ADT dan DFT, merespon pesan catatan imunisasi
dengan format VXQ, mampu mengirim pesan ke sistem informasi

imunisasi eksternal dengan format VXQ, dan mengirimkan perbaruan


catatan imunisasi ke sistem informasi imunisasi eksternal atau catatan
medis elektronik dengan format VXU.
Database didasarkan pada data demografi pasien (nama, tanggal lahir,
jenis kelamin, dll), pelacakan lokal (identitas rekam medis), pelacakan
pelayanan kesehatan masyarakat.
h. Elemen Data Tambahan
Informasi klinis yang disimpan oleh sistem informasi imunisasi bukan
hanya data tentang imunisasi tetapi juga data perawatan berkelanjutan
yang digunakan untuk pengkajian yang baik berkaitan dengan
imunisasi. Data tersebut antara lain riwayat penyakit, kontraindikasi,
alergi, reaksi yang tidak dikehendaki dan penolakan untuk imunisasi.
Selain itu, sistem informasi imunisasi juga menyediakan informasi
tentang vaksin imunisasi antara lain produsen vaksin dan pemberian
dosis yang tepat.
i. Elemen Pemberitahuan Data
Catatan imunisasi merupakan data yang dimasukkan secara manual
oleh penyedia pelayanan, biasanya dilakukan setelah mendapatkan
data tentang riwayat imunisasi dan setelah pemberian imunisasi itu
sendiri. Hal ini dilakukan oleh pengguna yang masuk ke aplikasi
berbasis web client server yang secara langsung akan terakses ke
database sistem informasi imunisasi.
j. Umpan Balik Data
Data yang dilakukan umpan balik atau ditinjau atau filter, yaitu :
- Pengukuran kualitas data pada pengguna HL7
- Audit data
- Validasi riwayat imunisasi
k. Rute Informasi Sistem Pengingat, Peringatan dan Jadwal Mendatang
Tipe Rute
Pengingat
Jadwal
mendatang
Pengingat

Penerima
Pelayanan
kesehatan
Pelayanan
kesehatan
Pasien
Pelayanan
kesehatan
Pasien

Pengirim
Database
Database

Database

Isi
Seri,
dosis,
penjelasan
Seri,
dosis,
penjelasan, periode
Seri, periode
Seri,
dosis,
penjelasan
Peringatan umum

l. Sistem Pengingat, Peringatan dan Jadwal Mendatang

Sistem pengingat sangat sederhana. Penerimanya adalah penyedia


layanan kesehatan. Rute ini merupakan proses satu langkah. Ketika
pengguna masuk ke registrasi imunisasi atau memeriksa pasien baru,
rute pengingat ini diaktifkan. Setelah informasi pengingat ditampilkan
di web, rute ini selesai.
Sistem jadwal mendatang hampir sama dengan sistem pengingat.
Penerima rute jadwal mendatang ini dapat penyedia layanan kesehatan
maupun pasien. Untuk penyedia layanan, jadwal mendatang akan
ditampilkan pada web, sedangkan untuk pasien akan diberikan dalam
bentuk kertas.
Sistem peringatan merupakan sistem yang lebih rumit. Pengingat
akan diberikan 1 bulan setelah diberikan pengingat. Penerima
peringatan ini dapat penyedia layanan kesehatan maupun pasien.
Tempat klinik diberikan peringatan melalui fax sedangkan pasien
diberikan peringatan melalui pos.
Menurut Clark, S.J., Butchart, A., Kennedy, A., & Dombkowski,
K.J. (2011), kelemahan pengingat dan peringatan yang ditujukan ke
orang tua/pengasuh pasien melalui pos antara lain alamat yang sudah
berubah biasanya karena sumber data tidak secara teratur diperbarui; si
penerima surat tidak begitu dikenal sehingga surat mungkin akan
dibuang atau dikembalikan ke pengirim; pengantaran surat yang
lambat dimana surat biasanya membutuhkan waktu 1 3 hari untuk
pengantaran bahkan untuk kota yang sama. Dari penelitian tentang
pemilihan teknologi pengingat dan peringatan didapatkan hasil bahwa
33% orang tua lebih memilih surat pos atau telepon rumah, 16%
memilih email dan 8% memilih menggunakan telepon genggam.
m. Tantangan yang harus dihadapi
Tantangan yang harus dihadapi saat memulai sistem informasi
imunisasi ini antara lain yang pertama adalah melindungi privasi dan
kerahasiaan seseorang pada sistem informasi imunisasi dimana
kesulitan yang dihadapi adalah menyeimbangkan kebutuhan untuk
membagikan informasi dengan kebutuhan untuk melindungi privasi
orang tua dan keluarga. Kedua, memastikan partisipasi penyedia
layanan dan penerima layanan imunisasi. sistem informasi imunisasi

akan sangat berguna jika sebagian besar penyedia layanan imunisasi


public maupun swasta ikut berpartisipasi. Memberikan pendidikan
kesehatan mengenai pentingnya imunisasi bagi penerima layanan
imunisasi juga akan meningkatkan partisipasi mereka. Ketiga,
tantangan operasional dan teknikal bagi sistem informasi imunisasi
dimana dalam mengoperasionalkan sistem ini diperlukan orang yang
ahli dalam hardware dan software. Terakhir, mempertahankan sistem
informasi imunisasi. Sistem informasi imunisasi terus dikembangkan
dan membutuhkan biaya pengembangan jangka panjang sehingga
sumber dana yang berkelanjutan sangatlah diperlukan.
3. Kesimpulan dan rekomendasi
a. Kesimpulan
Sistem informasi imunisasi sangat penting dalam rangka meningkatkan
cakupan imunisasi karena alurnya yang saling berkaitan satu sama lain.
Dengan kemajuan teknologi yang pesat, sangat mungkin Indonesia
menerapkan sistem informasi imunisasi berbasis web dan computer
sehingga pemerintah mampu menerapkan program imunisasi sampai
ke pelosok desa. Penerapan sistem informasi imunisasi diharapkan
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan penyakit kejadian
luar biasa dapat diturunkan. Hal ini akan membantu Indonesia dalam
mencapai MDGs, terutama tujuan keempat yaitu menurunkan angka
kematian anak.
b. Rekomendasi
Melakukan benchmarking ke negara-negara yang berhasil menerapkan
sistem informasi imunisasi sehingga di Indonesia, sistem informasi
imunisasi inipun dapat diterapkan dengan maksimal dan berkelanjutan.
Daftar Pustaka
American Immunization Registry Association. (2009). Reminder/recall in
immunization sistems. Atlanta.
Centers for Disease Control and Prevention. (2001). Development of community
and state based immunization registries. MMWR, 50, 1 15
Clark, S.J., Butchart, A., Kennedy, A., & Dombkowski, K.J. (2011). Parents
experience with and preferences for immunization reminder/recall
technologies. Pediatrics, 128, e1100 e1104

Glazner, J.E., Beaty, B.L., Pearson, K.A., Lowery, N.E., & Berman, S. (2004).
Using an immunization registry : effect on practice costs and time.
Ambulatory Pediatrics, 4 (1), 34 40
Irigoyen, M.M., Findley, S., Wang, D., Chen, S., Chimkin, F., Pena, O., &
Mendonca, E. (2006). Challenges and success of immunization registry
reminders at Inner City practices. Ambulatory Pediatrics, 6 (2), 100
104
Kolasa, M.S., Chilkatowsky, A.P., Clarke, K.R., & Lutz, J.P. (2006). How
complete are immunization registries? The Philadelphia story.
Ambulatory Pediatrics, 6 (1), 21 24
McKenna, V.B., Sager, A., Gunn, J.E., Tormey, P., & Barry M.A. (2002).
Immunization registries : costs and savings. Public Health Reports, 117,
386 392
OConnor, A.C., Layton, C.M., Osbeck, T.J., Hoyle, T.M., & Rasulnia, B. (2010).
Health plan use of immunization information sistems for quality
measurement. The American Journal of Managed Care, 16 (3), 217
224
Scheifele, D.W., Naus, M., Crowcroft N.S., Dobson, S., Halperin, S.A., &
Bjornson, G. (2011). Optimizing Canadian public immunization
programs : a prescription for action. Canadian Journal of Public
Health, 102 (3), 193 195
Wang, D., & Jenders, R.A. (2000). Model based immunization information
routing. AMIA, 878 882
What is IIS? Centers for Disease Control and Prevention. Diunduh 8 November
2011, dari www.cdc.gov/vaccines/programs/iis/what-iis.htm#records
Yasuda, K., et al. (2006). Immunization information sistems. Pediatrics, 118 (3),
1293 1295

Anda mungkin juga menyukai