KORIOAMNIONITIS
Korioamnionitis merupakan infeksi yang terjadi pada membran (korion) dan cairan
amnion. Beberapa buku obstetri memperlihatkan insidens berkisar 1% dari seluruh
persalinan. Di negara berkembang dimana asuhan prenatal dan nutrisi ibu yang buruk
selama kehamilan mempunyai insidens yang lebih tinggi dalam hal terjadinya
korioamnionitis. Korioamnionitis dapat terjadi akibat invasi mikroba ke cairan amnion
dimana bakteri yang mencapai rongga amnion menyebabkan terjadinya infeksi serta
inflamasi di membran plasenta dan umbilical cord .
Infeksi amnion dapat terjadi baik pada membran yang masih utuh maupun pada
membran yang telah ruptur dan lamanya ruptur dari membran secara langsung
berhubungan dengan perkembangan korioamnionitis.
1.2 Epidemiologi
1.3 Etiologi
Infeksi pada membran dan cairan amnion dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang
bervariasi. Bakteri dapat ditemukan melalui amniosintersis transabdominal sebanyak 20%
pada wanita dengan persalinan preterm tanpa manifestasi klinis infeksi dan dengan
membrane fetalis yang intak (Cox dan rekan kerja, 1996; Watts dan kolega, 1992).
Produk viral juga ditemukan (Reddy and colleagues, 2001). Infeksi tidak terbatas pada
cairan amnion. Pada penelitian yang dilakukan pada 609 wanita dengan sectio caesarea
dengan membrane yang intak, Hauth dan rekan kerja (1998) mengkonfirmasi bahwa
organism dari korioamnion meningkat secara signifikan dalam persalinan spontan
preterm. Proses penyembuhan dari bakter patogen juga berhubungan secara terbalik
dengan usia kehamilan.
Demam, suhu di atas 38°C (100.4°F) atau lebih tinggi disertai ruptur membrane
menandakan adanya infeksi.
uterine tenderness
1. Amnesis
peneliti menemukan bahwa reaksi inflamasi dapat bersifat tidak spesifik dan tidak
selalu terbukti terjadi infeksi pada ibu. Sebagai contoh, Yamada dan kolega ( 2000 )
menemukan bahwa cairan yang terwarna mekonium merupaka penarik kimiawi bagi
leukosit. Sebaliknya, Benirschke dan Kaufmann (2000) mempercayai bahwa
korioamnionitis secara mikroskopik selalu disebabkan infeksi. Korioamnionitis sering
berhubungan dengan rupture membran, kelahiran preterm, ataupun keduanya. Seing
kali sulit dibedakan apakah infeksi terlebih dahulu atau ruptur membran terlebih
dahulu yang terjadi. Gambaran khasnya adalah selaput ketuban yang terlihat seperti
susu dan berkabut (akibat adanya lekosit polimorfonuklear dan eksudat) disertai
infiltrasi leukosit perivaskular pada tali pusat clan pembuluh darah janin (omfalitis).
Peradangan vilus fokal merupakan manifestasi lanjut.
2. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan hapusan Gram atau kultur pada cairan amnion biasanya tidak
dilakukan.
Indikasi lain dari amniosentesis adalah untuk mencari diagnosis diferensial dari
Infeksi intramnion, prenatal genetic studies, memprediksi lung maturity.
1.6 Komplikasi
Endomyometritis
Infeksi perlukaan
Abses pelvik
Bakteremia
Post partum hemorragic
1.7 Penatalaksanaan
Bila kehamilan prematur, maka kondisi ini akan memperburuk prognosis janin.
Jika janin sudah meninggal terlebih dahulu, maka usahakan untuk persalinan
pervaginam karena tindakan operasi sesar cenderung memicu sepsis.
Berikan uterotonika agar kontraksi rahim baik setelah persalinan (hal inj akan
dapat mencegah invasi mikroorganisme lewat sinus-sinus pembuluh darah pada
dinding rahim).
DAFTAR PUSTAKA
Stoll BJ. Infections of the neonatal infant. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM,
Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia:
Saunders, 2004.h.623-5