Anda di halaman 1dari 5

INFEKSI INTRA UTERIN

KORIOAMNIONITIS

1.1 Definisi Korioamnionitis

Korioamnionitis merupakan infeksi yang terjadi pada membran (korion) dan cairan
amnion. Beberapa buku obstetri memperlihatkan insidens berkisar 1% dari seluruh
persalinan. Di negara berkembang dimana asuhan prenatal dan nutrisi ibu yang buruk
selama kehamilan mempunyai insidens yang lebih tinggi dalam hal terjadinya
korioamnionitis. Korioamnionitis dapat terjadi akibat invasi mikroba ke cairan amnion
dimana bakteri yang mencapai rongga amnion menyebabkan terjadinya infeksi serta
inflamasi di membran plasenta dan umbilical cord .

Infeksi amnion dapat terjadi baik pada membran yang masih utuh maupun pada
membran yang telah ruptur dan lamanya ruptur dari membran secara langsung
berhubungan dengan perkembangan korioamnionitis.

Korioamnionitis dapat menyebabkan bakteremia pada ibu, menyebabkan kelahiran


prematur dan infeksi yang serius pada bayi. Penyebab tersering infeksi intrauterin adalah
bakteri yang ascending dari saluran kemih ataupun genital bagian bawah atau vaginitis

1.2 Epidemiologi

Dengan adanya korioamnionitis, morbiditas fetus meningkat secara substansif.


Alexander dan kolega (1998) mempelajari 1367 neonatus dengan berat lahir sangat
rendah yang dilahirkan di Rumah Sakit Parkland. Sejumlah 7 % dilahirkan oleh wanita
dengan korioamnionitis, dan hasil akhir dibandingkan dengan bayi baru lahir tanpa
infeksi secara klinis. Para bayi yang baru lahir dengan grup terinfeksi mempunyai
insidensi yang lebih tinggi menderita sepsis, respiratory distress syndrome, kejang dengan
onset awal, perdaraham intraventrikular, dan leukomalasia periventrikular. Para peneliti
mengkonklusi bahwa bayi-bayi dengan berat badan sangat rendah tersebut rentan
terhadap perlukaan neurologis karena korioamnionitis. Pada penelitian lain ( Yoon dan
kolega, 2000) menemukan bahwa infeksi intra amnion pada bayi preterm berhubungan
dengan meningkatnya resiko cerebral palsy pada usia 3 tahun. Petroya dan kolega (2001)
mempelajari lebih dari 11 juta kelahiran hidup dari 1995 hingga 1997 yang terdaftar pada
National Center for Health Statistics linked birth-infant death cohort. Selama persalinan,
1,6 % wanita yang mengalami demam berhubungan secara erat denga infeksi yang
menyebabkan kematian baik bayi term maupu preterm. Bullard dan rekan sejawat (2002)
melaporkan hasil yang sama.

1.3 Etiologi

Infeksi pada membran dan cairan amnion dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang
bervariasi. Bakteri dapat ditemukan melalui amniosintersis transabdominal sebanyak 20%
pada wanita dengan persalinan preterm tanpa manifestasi klinis infeksi dan dengan
membrane fetalis yang intak (Cox dan rekan kerja, 1996; Watts dan kolega, 1992).
Produk viral juga ditemukan (Reddy and colleagues, 2001). Infeksi tidak terbatas pada
cairan amnion. Pada penelitian yang dilakukan pada 609 wanita dengan sectio caesarea
dengan membrane yang intak, Hauth dan rekan kerja (1998) mengkonfirmasi bahwa
organism dari korioamnion meningkat secara signifikan dalam persalinan spontan
preterm. Proses penyembuhan dari bakter patogen juga berhubungan secara terbalik
dengan usia kehamilan.

1.4 Gambaran Klinis

Ruptur membrane yang memanjang berhubungan dengan morbiditas infeksi yang


meningkat (Ho dan kolega, 2003). Jika korioamnionitis terdiagnosis, usaha untuk
mempengaruhi persalinan, pervaginam yang disarankan, segera dimulai. Tanda dan gejala
yang dapat ditemukan :

 Demam, suhu di atas 38°C (100.4°F) atau lebih tinggi disertai ruptur membrane
menandakan adanya infeksi.

 Leukositosis pada ibu tersendiri ridak ditemukan berhubungan secara signifikan


oleh para peneliti.

 takikardia ibu dan takikardia fetus

 uterine tenderness

 vaginal discharge yang berbau.


1.5 Diagnosis dan Penatalaksanaan

1. Amnesis

peneliti menemukan bahwa reaksi inflamasi dapat bersifat tidak spesifik dan tidak
selalu terbukti terjadi infeksi pada ibu. Sebagai contoh, Yamada dan kolega ( 2000 )
menemukan bahwa cairan yang terwarna mekonium merupaka penarik kimiawi bagi
leukosit. Sebaliknya, Benirschke dan Kaufmann (2000) mempercayai bahwa
korioamnionitis secara mikroskopik selalu disebabkan infeksi. Korioamnionitis sering
berhubungan dengan rupture membran, kelahiran preterm, ataupun keduanya. Seing
kali sulit dibedakan apakah infeksi terlebih dahulu atau ruptur membran terlebih
dahulu yang terjadi. Gambaran khasnya adalah selaput ketuban yang terlihat seperti
susu dan berkabut (akibat adanya lekosit polimorfonuklear dan eksudat) disertai
infiltrasi leukosit perivaskular pada tali pusat clan pembuluh darah janin (omfalitis).
Peradangan vilus fokal merupakan manifestasi lanjut.

2. Pemeriksaan Penunjang

 pemeriksaan hapusan Gram atau kultur pada cairan amnion biasanya tidak
dilakukan.

 Pemeriksaan amniosentesis biasanya dilakukan pada preterm labour yang refrakter


(supaya dpt diputuskan apabila tokolisis tetap dilanjutkan atau tidak) dan pada
pasien yang PROM (apakah induksi perlu dilakuka).

 Indikasi lain dari amniosentesis adalah untuk mencari diagnosis diferensial dari
Infeksi intramnion, prenatal genetic studies, memprediksi lung maturity.

1.6 Komplikasi

 Endomyometritis
 Infeksi perlukaan
 Abses pelvik
 Bakteremia
 Post partum hemorragic
1.7 Penatalaksanaan

 Tegakkan diagnosis dini korioamnionitis.

 Segera janin dilahirkan (hal ini berkaitan dengan prognosis).

 Bila kehamilan prematur, maka kondisi ini akan memperburuk prognosis janin.

 Jika janin sudah meninggal terlebih dahulu, maka usahakan untuk persalinan
pervaginam karena tindakan operasi sesar cenderung memicu sepsis.

 Lakukan induksi/akselerasi persalinan.

 Segera mungkian berikan antibiotika (dipilih yang berspektrum luas yaitu


kombinasi ampisilin 3 x 1000 mg, gentamisin 5 mg/kgBB/hari, & metronidazol 3
x 500 mg).

 Berikan uterotonika agar kontraksi rahim baik setelah persalinan (hal inj akan
dapat mencegah invasi mikroorganisme lewat sinus-sinus pembuluh darah pada
dinding rahim).
DAFTAR PUSTAKA

Sherman MP. Maternal choriamnionitis. Diunduh dari: URL: http://www.-


emedicine.com/PED/topic89.htm

Bracci R, Buonocore G. Chorioamnionitis: a risk factor for fetal and neonatal


morbidity. Biol Neonate 2003;83:85-96

Stoll BJ. Infections of the neonatal infant. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM,
Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia:
Saunders, 2004.h.623-5

Anda mungkin juga menyukai