Anda di halaman 1dari 31

CONTOH KASUS MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL

(MAKP)

Studi Kasus C :
Saudara baru 1 bulan ditunjuk sebagai Kepala Ruang di rawat inap
penyakit dalam. Jumlah pasien yang ada rerata 40 pasien, dengan BOR 70%.
Jumlah perawat 17 orang, S1 Kep 4 org, 13 lulusan D III Kepearawatan.
Pertanyaan :
Buatlah suatu Renstra : pulta, analisis SWOT, identifikasi masalah dan
perencanaan dalam menetapkan model MAKP pemberian yang sesuai.

I. Pengumpulan Data
A. Sumber Daya Manusia (M1-Man)

1. Struktur Organisasi

Kepala Ruangan

Tata Usaha

Wakil kepala ruangan

Katim 1 Katim 2 Katim 3

Perawat pelaksana Perawat pelaksana Perawat pelaksana

Pekarya kesehatan Pekarya kesehatan Pekarya kesehatan

Pekarya rumah tangga Pekarya rumah tangga Pekarya rumah tangga


2. Jumlah tenaga di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam.
a. Keperawatan
No Kualifikasi Jumlah Masa Kerja Jenis Pelatihan yang diikuti
1 S1 4 orang < 5 tahun :3 PNS (BLS, ATLS, Rawat
Keperawatan 5-15 tahun: 1 PNS luka, renpra *)
PNS
2 D3 Kep 13 orang >27 tahun:7 PNS
* Tabel jenis pelatihan terlampir
b. Non Keperawatan
No. Kualifikasi Jumlah Jenis
1 Tata Usaha (pekarya sambilan) 1 orang PNS
2 Pekarya RT 2 orang Honorer
3 Pekarya Keperawatan 8 orang Bervariasi
4 Ahli Gizi 2 orang PNS

3. Tingkat Ketergantungan Pasien dan kebutuhan tenaga perawat


Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien (Berdasarkan teori D. Orem: Self-Care
Defisit)
No Klasifikasi Ya Tidak KET
I MINIMAL CARE
1 Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan:
1. Mampu naik turun tempat tidur
2. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
3. Mampu Makan dan minum sendiri
4. Mampu mandi sendiri/ mandi sebagian dengan bantuan
5. Mampu membersihakan mulut (sikat gigi sendiri)
6. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
7. Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan

2 Status psikologi stabil


3 Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
4 Operasi ringan
II PARTIAL CARE
1. Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian:
1. Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik turun tempat
tidur
2. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/ berjalan
3. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
4. Membutuhkan bantuan untuk makan/ di suap
5. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
6. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
7. Membutuhakan bantuan untuk BAB dan BAK(tempat
tidur atau kamar mandi)
2. Paska operasi minor (24 jam)
3. Melewati fase akut dari paska operasi mayor
4. Fase awal dari penyembuhan
5. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
6., Gangguan emosional ringan
III TOTAL CARE
1 Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan
memerlukan waktu perawatan yang lebih lama
1. Membutuhkan 2 orang/ lebih untuk mobilisasi dari tempat
tidur ke kereta dorong atau kursi roda
2. Membutuhkan latihan pasif
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi
intravena (infus) atau NG Tube (sonde)
4. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
5. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan
berdandan
6. Dimandikan perawat
7. Dalam keadaan inkontinensia, pasien menggunakan
kateter
2 Setelah 24 jam pasca operasi mayor
3 Pasien dalam keadaan tidak sadar
4 Keadaan pasien tidak stabil
5 Observasi TTV tiap kurang dari 2 jam
6 Perawat luka bakar
7 Perawatan kolostomi
8 Menggunakan alat bantu pernafasan (respirator)
9 Menggunakan WSD
10 Irigasi kandung kemih secara terus menerus
11 Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
12 Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang/ leher
13 Gangguan emosional berat (bingung dan dis orientasi)
IV TINGKAT KETERGANTUNGAN
1 Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian:
1. Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik turun tempat
tidur
2. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/ berjalan
3. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
4. Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap)
5. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
6. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
7. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat
tidur atau kamar mandi)
8. Perlu perawatan luka yang intensif
9. Perlu bantuan dalam mengganti kantong feses
10. Melewati fase akut dari paska operasi mayor
11. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
12. Gangguan emosional ringan (sering marah-marah)

Tanggal 7 Maret 2008


Tingkat ketergantungan Jumlah kebutuhan tenaga
Tkt.Ktg Jml Pasien Pagi Sore Malam

Minimal 14 14 x 0,17=2,38 14 x 0,14=1,96 14 x 0,07=0,98


Parsial 18 18 x 0,27=4,86 18 x 0,15=2,7 18 x 0,10=1,8
Total 10 10 x 0,36=3,6 10 x 0,36=3,6 10 x 0,20=2
Jumlah 42 10,84 8,26 4,78
Total Tenaga Perawat :
Pagi : 11 orang
Sore : 8 orang
Malam : 5 orang +
24 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari
86 x 24 = 6,94 dibulatkan menjadi 7 orang
297
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di ruang
Rawat Inap Penyakit Dalam adalah:
= 24 orang + 3 orang struktural (kepala ruangan, wakil kepala ruangan
dan CE) + 7 orang lepas dinas
= 11 orang

Tanggal 8 Maret 2008


Tingkat ketergantungan Jumlah kebutuhan tenaga
Tkt.Ktg Jml Pasien Pagi Sore Malam
Minimal 14 14 x 0,17=2,38 14 x 0,14=1,96 14 x 0,07=0,98
Parsial 18 18 x 0,27=4,86 18 x 0,15=2,7 18 x 0,10=1,8
Total 10 10 x 0,36=3,6 10 x 0,36=3,6 10 x 0,20=2
Jumlah 42 10,84 8,26 4,78

Total Tenaga Perawat :


Pagi : 11 orang
Sore : 8 orang
Malam : 5 orang +
24 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari
86 x 24 = 6,94 dibulatkan menjadi 7 orang
297
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di ruang
Rawat Inap Penyakit Dalam adalah:
= 24 orang + 3 orang struktural (kepala ruangan, wakil kepala ruangan
dan CE) + 7 orang lepas dinas
= 34 orang

Tanggal 9 Maret 2008


Tingkat ketergantungan Jumlah kebutuhan tenaga
Tkt.Ktg Jml Pasien Pagi Sore Malam
Minimal 12 12 x 0,17=2,04 12 x 0,14=1,68 12 x 0,07=0,84
Parsial 18 18 x 0,27=4,86 18 x 0,15=2,7 18 x 0,10=1,8
Total 11 11 x 0,36=3,96 11 x 0,36=3,96 11 x 0,20=2,2
Jumlah 41 10,86 8,34 4,84

Total Tenaga Perawat :


Pagi : 11 orang
Sore : 8 orang
Malam : 5 orang +
24 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari
86 x 24 = 6,94 dibulatkan menjadi 7 orang
297
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di ruang
Rawat Inap Penyakit Dalam adalah:
= 24 orang + 3 orang struktural (kepala ruangan, wakil kepala ruangan
dan CE) + 7 orang lepas dinas
= 34 orang
4. Alur penderita masuk dan keluar
Pasien Masuk

Poli Penyakit Dalam IRD lt 1 IRD lt 3/ ROI ICU

Rawat Inap dalam


RSUD X

pulang paksa
pulang sembuh
pindah ruangan
5. BOR pasien
Berdasarkan hasil pengkajian pada Kamis, tanggal 7 9 Maret 2008,
didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur ruang Rawat Inap
Penyakit Dalam, yaitu 60 tempat tidur dengan rincian sebagai berikut:
Gambaran umum jumlah tempat tidur di ruang inap penyakit dalam:
a. Tanggal 7 8 Maret 2008
Jumlah pasien 42 orang
No. Shift Kelas II Kelas III BOR
1. Pagi 8 bed (4 kosong ) 52 bed (14 kosong) 42/60 x 100%=70%
2. Sore 8 bed (4 kosong ) 52 bed (14 kosong) 42/60 x 100%=70%
3. Malam 8 bed (4 kosong ) 52 bed (14 kosong) 42/60 x 100%=70%

b. Tanggal 9 Maret 2008


Jumlah pasien 41 orang
No. Shift Kelas II Kelas III BOR
1. Pagi 8 bed (4 kosong ) 52 bed (13 kosong) 41/60 x 100%=68,3%
2. Sore 8 bed (4 kosong ) 52 bed (13 kosong) 41/60 x 100%=68,3%
3. Malam 8 bed (4 kosong ) 52 bed (13 kosong) 41/60 x 100%=68,3%

B. Sarana Dan Prasarana (M2-MATERIAL)


a. Lokasi dan Denah dan Ruangan
Denah terlampir
b. Peralatan dan Fasilitas
a. Fasilitas untuk pasien

No Nama barang Jumlah Kondisi


1. Tempat tidur 60 bed Cukup baik
2. Meja pasien 60 buah Baik
3. Kipas angin 15 buah Baik
4. Kursi roda 5 buah Baik
5. Branchart 5 buah Cukup baik
6. Jam dinding 5 buah Cukup baik
7. Timbangan 3 buah Cukup baik
8. Kamar mandi dan wc 2/3 buah Cukup baik
9. Dapur 2 buah Baik

b. Fasilitas untuk petugas kesehatan, meliputi:


a. Ruang kepala ruangan jadi satu dengan ruang pertemuan perawat
b. Kamar mandi dan wc di bagian tengah ruangan
c. Ruang staf dokter di sebelah barat
d. Ruang ganti didepan pintu masuk sebelah barat
e. Nurse station di bagian tengah ruangan
f. Gudang disebelah ruang ganti

c. Fasilitas peralatan dan bahan kesehatan yang ada dirawat inap penyakit dalam :
No Nama barang Jumlah Kondisi Rasio
(menurut depkes dengan
30 pasien)
Pasien: alat
1. Stethoskop 4 Baik 2 /ruangan
2. Hb meter 2 Baik 1 /ruangan
3. Urometer 2 Baik 1/ruangan
4. Stick pan 8 Baik 4/ruangan
5. Com stainlist 3 Baik 1-2/ruangan
6. Tabung O2 12 Baik 6/ruangan
7. Senter 4 Baik 2/ruangan
8. Bak injeksi 2 Baik 1/ruangan
9. Ember sampah 8 Baik 4/ruangan
10. Papan tulis 2 Baik 1/ruangan
11. Filling cabinet 2 Baik 1/ruangan
12. Lemari besi 4 Baik 2/ruangan
13. Tensimeter 4 Baik 2/ruangan
14. Pinset anatomis 20 Baik 10/ruangan
15. Pinset cirrugis 20 Baik 10/ruangan
16. Gunting angkat jahitan 30 Baik 1:1/2
17. Gunting Verban 10 Baik 5/ruangan
18. Korentang dan tempat 4 Baik 2/ruangan
19. Bengkok 4 Baik 2/ruangan
20. Tromol kasa besar/kecil 4 Baik 2/ruangan
21. Tromol piring steril 4 Baik 2/ruangan
23. Suction 2 Baik 1/ruangan
24. Telepon 2 Baik 1/ruangan
25. Komputer 1 Baik 1/ruangan
26. Alat pemadam kebakaran 2 Baik 1/ruangan
27. Lemari obat 2 Baik 1/ruangan
28. Irigator 4 Baik 2/ruangan
29. Lampu darurat 2 Baik 1/ruangan
30. Bekel 10 Baik 5/ruangan
31. Bran spalk 5 Baik 2-3/ruangan
32. Ember perban email 2 Baik 1/ruangan
33. Spuit gliserin 4 Baik 2/ruangan
34. Gunting gips 2 Baik 1/ruangan
45. Pelvis belly 2 Baik 1/ruangan
36. Gergaji listrik 2 Baik 1/ruangan
37. Mesin listrik 2 Baik 1/ruangan
38. Meja gips 2 Baik 1/ruangan
39. Peding panjang 2 Baik 1/ruangan
40. Peding pendek 5 Baik 2-3/ruangan
41. Tang gips 2 Baik 1/ruangan
42. Gunting gips 2 Baik 1/ruangan
43. Dressing card 2 Baik 1/ruangan
44. Kereta obat 2 Baik 1/ruangan
45. Standard baskom 12 Baik 4-6/ruangan
46. Standard infuse 60 Baik 1:1
46. Ambu bag 2 Baik 1/ruangan
47. Kursi lipat 15 Baik 7-8/ruangan
48. Ronstoel 2 Baik 1/ruangan
49. Manometer O2 lengkap 2 Baik 1/ruangan
50. Standard O2 2 Baik 1/ruangan
51. Termometer 10 Baik 5/ruangan
c. Administrasi penunjang :
a. Buku injeksi
b. Buku observasi
c. Lembar dokumentasi
d. Buku observasi suhu dan nadi
e. Buku timbang terima

Out line M1, M2 :


1. Kelengkapan sarana dan prasaran
2. Manfaat sarana dan prasarana
3. Jumlah perawat
4. Tingkat pendidikan
5. Kedisiplinan perawat

Narasi M1 M2
Ruang interna RS Y memiliki sarana dan prasarana yang baik, akan tetapi
peralatannya kurang digunakan secara optimal. Tenaga keperawatan di ruang
interna masih belum memiliki tenaga keperawatan yang berpendidikan S1. para
perawat masih belum memahami peran dan tanggung jawab masing-masing dan
tingkat kedisiplinan mereka masih kurang. Kinerja perawat di ruangan interna
juga ditunjang oleh mahasiswa yang sedang praktik manajemen.

Worksheet M1 dan M2
No Data fokus Data Ideal Usulan
1 Kelengkapan Sarana dan Sesuai dengan rasio Tidak ada usulan
sarana dan prasarana di ruang yang ditetapkan
prasarana interna sudah oleh departemen
lengkap kesehatan

2 Pemanfaatan Sarana dan Sarana dan Karu selalu


sarana dan prasrana yang prasarana yang mengingatkan
prasarana di ruang tersedia Belem tersedia seharusnya perawat untuk
interna dioptimalkan dimanfaatkan selalu
dengan baik oleh dengan optimal mengoptimalkan
perawat sarana dan
prasarana yang
tersedia

3 Jumlah perawat Perawat di ruangan Jumlah perawat Karu


berjumlah 17 yang diperlukan di mengusulkan
orang ruang interna pada bagian
sejumlah 34 orang pengembangan
SDM RS untuk
merekrut
perawat baru
untuk memenuhi
jumlah ideal
perawat di ruang
interna

4 Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan Selain D3 dan SPK Karu


perawat masih D3 dibutukan juga mengusulkan
dan SPK perawat profesional pada bagian
(ners) untuk pengembangan
memenuhi SDM RS untuk
kebutuhan pasien merekrut
perawat dengan
tingkat
pendidikan S1

5 Kedisiplinan Perawat banyak Perawat harus Karu selalu


perawat yang tidak datang datang tepat waktu mengingatkan
tepat waktu saat agar bisa perawat untuk
bertugas memberikan asuhan datang tepat
keperawatan dengan waktu serta karu
baik memberikan
reward dan
punishment demi
kediplinan
perawat

C. Metode Asuhan keperawatan (M3-METHOD)


1. PENERAPAN MAKP
MAKP
MAKP adalah suat kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,
yakni : standar , proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan system
MAKP.
Outline penerapan model MAKP adalah:
1. Metode/ model yang diterapkan
2. Mekanisme pelaksanaan
3. Kejelasan pembagian tugas
4. Kualitas serta kepuasan pasien dan perawat
5. Komunikasi antara prawat dan tenaga kesehatan lainnya
6. Visi dan misi Rumah sakit
7. Penerapan proses keperawatan
8. Efisiensi dan efektufitas biaya

Narasi
Selama ini ruang Interna RS Y menggunakan model Askep TIM.
Dalam ruangan ini 17 orang perawat yang terdiri dari 10 perawat lulusan
DIII dan 7 bekerja sebagai sutau tim yang disupervisi oleh ketua tim.
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda beda
dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 3 tim per group yang terdiri dari tenaga profesional,
teknikal dan pembantu dalam suatu group kecil yang saling membantu,
sehingga kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat dapat terjaga. Masing-
masing anggota tim mempunyai job disc yang jelas, sehingga kepuasan
kinerja perawat juga terjaga. Dalam model ini komunikasi antar anggota
tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
membutuhkan waktu yang sulit untuk dilaksanakn pada waktu-waktu yang
sibuk
Hasil Data
a) Visi, Misi dan Moto RS Y
1. Visi RS Y
Pemuka dalam pelayanan, pendidikan, dan penelitian menuju
Indonesia sehat 2010
2. Misi RS Y
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang aman, efektif,
efisien, informatif, bermutu, manusiawi dan memuaskan.
b. Menyelenggarakan pelayanan rujukan tertinggi
c. Mendorong terwujudnya sumber daya manusia yang profesional,
akuntabel, dan berorientasi pelanggan.
d. Melaksanakan pendidikan dan penelitian yang menunjang
pelayanan kesehatan prima baik skala nasional maupun
internasional.
e. Memberikan pelayanan dengan tetap memperhatikan aspek sosial
ekonomi.
3. Moto
Saya senantiasa mengutamakan kesehatan penderita.
b) Visi, Misi dan Moto Ruang Interna RS Y
1. Visi Ruang Interna RS Y :
Pemuka dalam pelayanan, pendidikan, dan penelitian menuju
Indonesia Sehat 2010
2. Misi Ruang Interna RS Y :
a. Memberikan Asuhan keperawatan pada penderita yang
memerlukan pelayanan keperawatan, sesuai dengan kebutuhan
manusia ( biologis, psikis, sosial, dan spiritual) yang ada di
Ruang Interna RS Y
b. Memberikan pelayanan secara paripurna dan efektif kepada
penderita di Ruang Interna RS Y
c. Melakukan pengkajian data, menentukan diagnosa, intervensi
dan melaksanakan implementasi serta evaluasi tindakan
keperawatan.

3. Moto :
a. Kepuasan Anda adalah prioritas kami
b. Saya senantiasa mengutamakan kesehatan penderia
c) Instrumen kepuasan pasien :
menunjukkan bahwa pasien merasa puas dengan pelayanan
keperawatan yang diberikan.

INSTRUMEN KEPUASAN PASIEN ( Nursalam, 2002)


Jawablah pertanyaan ini dengan memberikan tanda checklist() pada jawaban
yang telah disediakan.
1. Perawat memperkenakan diri kepada Anda?
Ya Kadang-kadang Tidak

2. Dalam melayani pasien, perawat bersikap sopan dan ramah :


Ya Kadang-kadang Tidak

3. Perawat menjelaskan peraturan atau tata tertib Rumah Sakit saat pertama
kali anda masuk Rumah Sakit
Ya Kadang-kadang Tidak
4. Perawat menjelaskan fasilitas yang tersedia di Rumah Sakit pada pasien
baru :
Ya Kadang-kadang Tidak
5. Perawat menjelaskan dimana tempat-tempat yang penting untk kelancaran
perawatan (kamar mandi, ruang perawat, tata usaha dan lain-lain) :
Ya Kadang-kadang Tidak
6. Perawat menjelaskan tujuan perawatan pada pasien :
Ya Kadang-kadang Tidak
7. Ada perawat atau kepala ruang yang menunjukkan kepada pasien tentang
perawat yang bertanggung jawab kepada pasien:
Ya Kadang-kadang Tidak
8. Perawat mempehatikan keluhan pasien :
Ya Kadang-kadang Tidak
9. Perawat menanggapi keluhan pasien :
Ya Kadang-kadang Tidak
10. Perawat memberikan keterangan tentang masalah yang dihadapi pasien
Ya Kadang-kadang Tidak
11.Perawat memberikan pejelasan sebelum melakukan tindakan keperawatan
Ya Kadang-kadang Tidak
12. Perawat meminta persetujuan kepada pasien atau keluarga sebelum
melakukan tindakan
Ya Kadang-kadang Tidak
13. Perawat menjelaskan prosedur tindaka yang akan dilakukan sebelum
melakukan tindakan
Ya Kadang-kadang Tidak
14. Perawat menjelaskan resiko atau bahaya suatu tindakan pada pasien
sebelum melakukan tindakan
Ya Kadang-kadang Tidak
15. Perawat memberikan keterangan atau penjelasna dengan lengkap dan jelas
Ya Kadang-kadang Tidak
16. Perawat selalu memantau atau mengobservasi keadaan pasien secara rutin
Ya Kadang-kadang Tidak
17. Perawat selaulu menjaga kebersihan rumah sakit
Ya Kadang-kadang Tidak
18.Perawat melakukan tindakan keperawatan dengan terampil dan percaya diri
Ya Kadang-kadang Tidak
19. Dalam melakukan tindakan keperawatan perawat selalu berhati-hati
Ya Kadang-kadang Tidak
20.Setelah melakukan tindakan keperawatan, perawat selalu menilai kembali
keadaan anda
Ya Kadang-kadang Tidak

d) Instrumen kinerja perawat :


menunjukkan bahwa perawat merasa cukup puas.
INSTRUMEN KEPUASAN KERJA PERAWAT

STP TP CP P SP Kode
No Pernyataan
(1) (1) (1) (1) (1)
1 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan dengan pekaryaan
yang saudara lakukan
2 Sistem penggajian yang dilakukan institusi tempat saudara
bekerja
3 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan dengan
pendidikan saudara
4 Penberian insentif tambahan atas suatu prestasi atau kerja
ekstra
5 Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang mendukung
pekaryaan
6 Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar mandi,
tempat parkir dan kantin
7 Kondisi ruangan kerja terutam berkaitan dengan ventilasi
udara, kebersihan dan kebisingan
8 Adanya jaminan atas kesehatan/ keselamatan kerja
9 Perhatian institusi rumah sakit terhadap saudara
10 Hubungan antar karyawan dalam kelompok kerja
11 Kemampuan dalam bekerjasama antar karyawan
12 Sikap teman-teman sekerja terhadap saudara.
13 Kesesuaian antara pekaryaan dan latar belakang
pendidikan saudara
14 Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja dengan
penugasan yang diberikan
15 Kemampan supervisi atau pengawas dalam membuat
kepeutusan
16 Perlakuan antara atasan selam saya bekerja disini.
17 Kebebasan melakukan suatu metode sendiri dalam
menyelesaikan pekaryaan
18 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja
melalui kegiatan pendidikan tambahan.
19 Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih tinggi
20 Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan mendapat
kenaikan pangkat
(Aplikasi teori kebutuhan A. Maslow-Nursalam, 2003)
Keterangan :
STP : sangat tidak puas CP : Cukup puas TP : Tidak puas
P : Puas SP : Sangat puas

e) Pembagian tugas :
1. Kepala ruangan :
a. Perencanaan : menunjuk perawat primer dan mendiskripsikan
tugasnya masing-masing, merencanakan strategi pelaksanaan
perawatan, menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan
rumah sakit, dll.
b. Pengorganisasian : merumuskan metode penugasan yang
digunakan, merumuskan tujuan metode penugasan, membuat
rincian tugas perawat primer dan perawat asosiate secara jelas,
dll.
c. Pengarahan : memberikan pengarahan tentang penugasan kepada
perawat primer, memberi motivasi dalam peningkatan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap, membimbing bawahan yang
mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya, dll
d. Pengawasan : dilakukan melalui komunikasi, supervisi dan
evaluasi.
2. Tata usaha : mengatur kegiatan administrasi di ruangan tersebut.
3. Wakil kepala ruangan : membantu tugas kepala ruangan.
4. Ketua tim : mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan tim.
5. Perawat pelaksana : memberikan pelayanan keperawatan secara
langsung berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan kasih
sayang, melaksanakan program medis dengan penuh tanggung
jawab, memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial
dan spiritual.
6. Pekarya kesehatan : menunjang kelancaran pelaksanaan asuhan
keperawatan (ahli gizi, fishioterapi, analis medis, dll)

Worksheet Penerapan MAKP Tim

Outline/
NO Pelaksanaan Ideal Usulan
Data Fokus

1. Model / Ruang Interna RS Berdasarkan situasi dan Tidak ada usulan


metode Y menggunakan kondisi ruangan, jumlah
yang model Askep Tim perawat dan jumlah pasien,
diterapkan maka model Askep yang
paling ideal untuk
diterapkan di Ruang Interna
RS Y adalah model Askep
Tim.

2. Mekanisme Dalam model 6-7 orang perawat Karu hendaknya


Pelaksanaan Askep Tim di profesional dan PA bekerja merekomendasikan
butuhkan 6-7 orang sebagai suatu tim yang sebagian pegawai
perawat profesional disupervisi oleh ketua tim, untuk meningkatkan
dan PA, sedangkan menggunakan tim yang jenjang pendidikan /
di Ruang Interna terdiri dari anggota yang tugas belajar,
RS Y belum ada berbeda-beda dalam merekrut tenaga
tenaga perawat memberikan Askep perawat lulusan S1
profesional, terhadap sekelompok
pendidikan terakhir pasien
tenaga perawat
yang ada masih
berjenjang D III
dan SPK

3. Pembagian Perawat ruangan Perawat ruangan dibagi Tidak ada usulan


tugas dibagi menjadi 3 menjadi 2-3 tim pergrup
tim pergrup yang yang terdiri dari tenga
terdiri dari tenaga profesional, teknikal dan
profesional, pembantu dalam satu grup
teknikal, dan kecil yang saling
pembantu dalam membantu. Masing-masing
satu grup kecil anggota tim, ketua tim dan
yang saling Karu mempunyqai jobdisc
membantu. yang jelas
Masing-masing
anggota tim, ketua
tim dan Karu
mempunyqai
jobdisc yang jelas

4. Kualitas Berdasarkan Dengan metode ini Tidak ada usulan


serta angket/ instrumen memungkinkan pelayanan
kepuasan tentang kepuasan keperawatan yang
pasien pasien didapatkan menyeluruh, dapat
data bahwa pasien mendukung pelaksanaan
sudah merasa puas proses keperawatan
dengan pelayanan sehingga kepuasan pasien
yang diberikan dapat terjaga

5. Kepuasan Berdasarkan Model Askep tim Komunikasi antar tim


kinerja instrumen kepuasan memungkinkan komunikasi tidak harus diadakan
perawat kinerja perawat antar tim, sehingga konflik dalam forum
didapatkan hasil : mudah diatasi dan dapat konferensi, apabila
perawat cukup puas memberikan kepuasan ada suatu masalah
dengan model terhadap anggota tim secara dan perawat tidak ada
Askep yang optimal. waktu untuk bertemu,
digunakan tapi maka perawat yang
kepuasan tersebut bersangkutan
masih belum hendaknya
optimal, meenuliskan pada
komunikasi antar kotak saran yang
tim terbentuk nantinya akan
terutama dalam ditindaklanjuti
bentuk konferensi, dengan konferensi
sehingga bila ada antar tim yang
suatu konflik diadakan 2x dalam
internal akan sebulan.
membutuhkan
waktu yang lama,
karena kesibukan
perawat
Angket terlampir

2. TIMBANG TERIMA
Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan sesuatu
yang berkaitan dengan keadaan pasien.
Out line timbang terima :
1. Pelaksanaan timbang terima
2. Pemimpin dan yang terlibat saat timbang terima
3. Mekanisme atau teknik timbang terima
4. Cara penyampaian timbang terima
5. Isi dari timbang terima
6. Pendokumentasian timbang terima
Worksheet Timbang Terima
No OUTLINE DATA IDEAL USULAN
1. Pelaksanaan Prosedur timbang terima Dilakukan pada Tidak ada usulan
timbang terima diruang Interna selama ini setiap pergantian
sudah dilakukan pada shift jaga.
setiap pergantian shift
jaga.

2. Pemimpin dan yang Timbang terima dipimpin Dipimpin oleh Karu Tidak ada usulan
terlibat saat timbang oleh Karu saat pergantian saat pergantian shift
terima. shift pagi dan sore, dan pagi dan sore, dan
dipimpin PP saat dipimpin PP saat
pergantian shift malam. pergantian shift
malam.

3. Mekanisme atau Dalam pelaksanaan Dalam pelaksanaan Dalam proses


teknik timbang timbang terima terdiri dari timbang terima timbang terima harus
terima. penyampaian isi timbang terdiri dari seimbang antara
terima, dimana masih penyampaian isi masalah medis dan
berorientasi pada masalah timbang terima, yang masalah
medis dari pada masalah berorientasi pada keperawatan.
keperawatan dan belum masalah medis dan
terungkap secara masalah
komprehensif. keperawatan yang
terungkap secara
komprehensif.

4. Cara penyampaian Timbang terima Timbang terima Tidak ada usulan


timbang terima. disampaikan secara lisan disampaikan secara
dan sudah ada lisan dan ada
pendokumentasian. pendokumentasian.

5. Isi dari timbang Masih berorientasi pada Harus seimbang Dalam proses
terima. masalah medis dari pada antara masalah timbang terima harus
masalah keperawatan dan medis dan masalah seimbang antara
belum terungkap secara keperawatan dan masalah medis dan
komprehensif. keduanya harus masalah
terungkap secara keperawatan.
komprehensif

6. Pendokumentasian Timbang terima Setiap pelaksanaan Tidak ada usulan


timbang terima disampaikan secara lisan timbang terima
dan sudah ada dilakukan
pendokumentasian. pendokumentasian

Angket terlampir

3. RONDE KEPERAWATAN
Ronde Keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan
pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
Outline Ronde keperawatan meliputi:
1. Pelaksana
2. Mekanisme pelaksanaan
3. Sumber daya manusia
4. Sasaran
5. Tujuan

Narasi:
Selama ini ronde keperawatan sudah dilaksanakan tapi belum optimal.
Ketika ronde keperawatan dilaksanakan tidak semua anggota tim hadir. Dan
persiapan ronde keperawatan tidak dilakukan sebelumnya. Karena
keterbatasan tenaga. Dalam mempersiapkan pasien sering kali informed
consent diabaikan. Hasil wawancara dengan pasien pemberian asuhan
keperawatan belum memuaskan. Kegiatan peningkatan kemampuan perawat
yang telah dilaksanakan adalah pelatihan rawat luka dengan rotasi yang belum
merata, yaitu mengedepankan pada perawat dengan tingkat pendidikan yang
tinggi. Di ruangan tersebut juga ada mahasiswa PSIK yang sedang praktek
managemen.Walaupun dengan kondisi seperti diatas kemauan perawat untuk
berubah kearah yang lebih baik cukup tinggi.

Worksheet Ronde keperawatan


No Outline Data Ideal Usulan
1. Pelaksana Anggota tim adalah Perawat primer dan Tidak ada usulan
perawat sebagai perawat associate sebagai
pelaksana dan Karu pelaksana dan perawat
sebagai evaluator. konselor sebagai
evaluator

2. Mekanisme Persiapan pasien untuk Setelah penentuan kasus Seharusnya Karu


pelaksanaan ronde keperawatan tidak dan karakteristik pasien, sebagai evaluator
disiapkan sebelumnya. tim segera mencari memberlakukan
sumber dan sanksi terhadap
mempersiapkan pasien anggota tim yang
mulai dari informed tidak disiplin.
concent, pengkajian,
sampai hambatan yang
ditemukan selama
perawatan.
Tidak semua anggota tim Semua tim hadir saat
hadir saat diskusi ronde diskusi mulai dari
keperawatan penjelasan tentang kasus
dilaksanakan. pasien sampai diskusi
antartim itu sendiri.
Dilakukan evalusi,
Dilakukan evaluasi dan revisi, perbaikan,
penetapan intervensi kesimpulan diagnosa
selanjutnya dan penentuan
intervensi selanjutnya.

3. Sumber daya Tenaga adalah perawat Jumlah ideal perawat Seharusnya kepala
dengan jumlah total 17 ruangan interna ruangan
7 lulusan SPK dan 10 dengan jumlah pasien mengajukan
lulusan D3 serta 42 adalah 34 orang penambahan tena
mahasiswa PSIK yang ga perawat baru
praktek managemen. pada humas rumah
Dan jumlah total pasien sakit.
42, dan pasien dengan Kepala ruangan
tingkat ketergantungan seharusnya melihat
total adalah 10. catatan atau
Telah ada usaha mengoreksi ulang
peningkatan kemampuan tentang tingkat
perawat dengan pendidikan,
pelatihan rawat luka, kemampuan, dan
BLS, ATLS, dan Renpra rotasi anggotanya.
tetapi rotasinya tidak
merata.
Tidak ada usulan
4. Sasaran Pasien dengan kasus DM Masalah pasien teratasi
dengan rawat gangren Pasien merasa puas
tidak lekas mengering, Perawat dapat
sesak napas, dan menumbuhkan cara
imobilisasi berpikir kritis dan
sistematis.
Kepala ruangan
5. Tujuan Keadaan pasien tidak Perawat mampu seharusnya juga
membaik dan pasien memvalidasi data pasien, memperhatikan
merasa tidak puas menentukan kebutuhan anggota
dx.keperawatan, timnya sehingga
memodifikasi rencana tujun ideal dapat
askep, mampu tercapai.
justifikasi, menilai hasil
kerja.
Menumbuhkan pemiki
ran perawat tentang
tindakan yang
beroientasi pada masalah
pasien.

Angket terlampir

4. SENTRALISASI OBAT
Sentralisasi obat
Merupakan pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada
pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2002)
Out line sentralisasi obat:
1. Tujuan pelaksanaan sentralisasi obat
2. Peran perawat dalam sentralisasi obat
3. Teknik pengelolaan sentralisasi obat
4. Teknik penyimpanan persediaan obat

Narasi :
Di ruang bedah x sudah dilaksanakan sentralisasi obat, baik yang obat
injeksi maupun obat oral. Namun pelaksanaannya masih belum optimal
dikarenakan teknik pengelolaan sentralisasi obat yang selama ini dilakukan
tidak sesuai dengan prosedur, misalnya belum adanya penjelasan pada pasien
secara rinci tentang obat yang dikelola, serta keterbatasan sarana dan pra
sarana. Menurut kepala ruangan, pelaksanaan sentralisasi obat di ruangan
interna sangat diperlukan. Pelaksanaan sentralisasi obat di ruang ini cukup
efisien dengan adanya format/buku terpisah antara obat oral dan injeksi. Ada
sebagian pasien yang bersedia menjalani program sentralisasi obat dan
sebagian tidak, sedangkan jumlah perawat tidak mencukupi dibanding jumlah
pasien, karena itu perawat mengalami kesulitan dalam mengatur obat.
Sehingga peran perawat dalam pengadaan sentralisasi belum maksimal. Dalam
penyimpanan persediaan obat, ruang interna menggunakan sistem kartu
persediaan dimana kartu tersebut digunakan untuk menggantikan buku besar
untuk memudahkan dalam pengelolaan. Di ruang ini juga ada mahasiswa
PSIK yang praktik manajemen keparawatan. Antusias dari mahasiswa dan
keramahan dari perawat ruangan menciptakan kondisi kerja sama yang baik.

Worksheet Sentralisasi Obat


No. Outline Data Ideal Usulan
1. Pelaksanaan Di ruang interna sudah Pelaksanaan sesuai Seharusnya
sentralisasi obat dilaksanakan sentralisasi prosedur yang telah manajemen dalam
obat (injeksi dan oral). ditetapkan. Pihak rumah sakit perlu
Namun pelaksanaannya pasien dan keluarga dilengkapi dengan
masih belum optimal harus mengetahui manajemen farmasi
dikarenakan belum sesuai dengan pasti dalam yang sistematis,
dengan prosedur, misalnya pengontrolan obat khususnya
belum adanya penjelasan komunikasi mengenai
pada pasien secara rinci pengontrolan obat
tentang obat yang dikelola, kepada pihak pasien
serta keterbatasan sarana dan
pra sarana.

2. Peran perawat dalam Berdasarkan data yang Perlu adanya Perlu penambahan
sentralisasi obat diperoleh dari Karu, perawat pembagian tugas jumlah perawat dan
telah melaksanakan perannya yang jelas antara pembagian tgas yang
dengan baik. Tetapi karena perawat yang jelas
jumlah perawat dan pasien bertugas sebagai
tidak seimbang, maka peran pemberi pelayanan
dalam sentralisasi obat kesehatan dan
belum optimal. sentralisasi obat

3 Teknik pengelolaan Pengeluaran dan pembagan Perawat Sebelum obat


sentralisasi obat obat dilakukan oleh perawat menjelaskan kepada diberikan kepada
dan Karu sebagai pasien dan keluarga pasien atau keluarga,
penanggungjawab. Kontrol tentang tata cara perawat menjelaskan
penggunaan obat dari pihak (jumlah&frekuensi) tentang tata cara
pasien masih kurang, karena penggunaan obat (frekuensi&jumlah)
masih kurangnya penjelasan sebelum obat minum obat
dari perawat yang bertugas diberikan
memberikan obat.
Pembagian dan penambahan
obat baru sudah dilakukan
pendokumentasian dengan
baik
4 Teknik penyimpanan Teknik penyimpanan obat Persediaan obat Tidak ada usulan
persediaan obat dilakukan dengan sistem harus
kartu persediaan. Kartu ini didokumentasikan
berfungsi sebagai kartu dengan baik. Teknik
persediaan, yakni neraca yang digunakan
diseimbangkan dengan oleh ruangan sudah
menambahkan barangyang memadai
diterima dan mengurangi
dengan jumlah barang yang
dikeluarkan.

Angket terlampir

5. DISCHARGE PLANNING
Discharge planning merupakan komponen yang terkait dengan rentang suatu
perawatan dan statu proses yang dinamis dan sistematis dari penilaian,
persiapan,, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan
pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan social sebelum dan sesudah
pulang
Out line discharge planning :
1. Penerapan
2. Pelaksaan
3. Peran perawat dalam dischart planning
4. Aspek discharge planning
5. Kerjasama tim
6. Kendala dalam discharge planning
7. Sarana pendukung dalam discharge planning
8. Metode pemberian pendidikan kesehatan
9. Pendokumentasian dalam discharge planning
10. Peran pihak lain dalam pelaksanaan discharge planning
Narasi :
Discharge planning sudah dilaksanakan dalam ruangan interna,
namun pelaksanaannya belum optimal.Discharge planning hanya diberikan
saat pasien akan pulang, yang dilakukan oleh perawat. Sebelum memberikan
discharge planning pada pasien, terlebih dulu perawat bekerjasama dengan
dokter dan ahli gizi untuk menentukan hal apa saja yang harus disampaikan
pada pasien sebelum pulang, terkait dengan obat dan nutrisi yang harus
dipenuhi. Meski telah terjalin kerjasama yang antara perawat dengan dokter
dan ahli gizi, namun tidak semua aspek dalam discharge planning bisa
diberikan pada pasien. Aspek yang diberikan hanya terbatas pada masalah
obat-obatan, kontrol, nutrisi dan istirahat, serta penjelasan singkat dari
penyakit pasien. Namun penjelasan tersebut hanya disampaikan secara lisan,
karena tidak adanya sarana pendukung yang digunakan untuk menunjang
pelaksaan discharge planning secara optimal. Sebenarnya cara yang dipakai
dalam pemberian tersebut tidak efektif, karena hanya disampaikan secara
lisan sehingga feed back dari pasien dan keluarga sangat minimal. Setelah
discharge planning diberikan, tidak ada pendokumentasian. Hal ini mungkin
dikarenakan adanya kendala-kendala yang dihadapi, misalnya masalah
anggaran dan masalah waktu yang sering kali menjadi penghambat. Selain
pegawai RS, ada juga mahasiswa PSIK yang praktik dalam ruangan interna
dan terjalin kerjasama yang baik antar keduanya.Sekarang ini masyarkat
memiliki kesadaran yang semakin tinggi terhadap kesehatan, terutama
masalah pelayanan keperawatan. Oleh karena itu, RS terutama ruangan
harus semakin meningkatkan mutu pelayanannya.

Worksheet Discharge Planning


No OUTLINE DATA IDEAL USULAN
1. Penerapan Discharge planning sudah Discharge planning Discharge planning
dilaksanakan dalam ruangan dilaksanakan secara harus dilaksanakan
interna, namun pelaksanaannya optimal. dengan optimal.
belum optimal.

2. Pelaksaan Discharge planning hanya Discharge planning Discharge planning


diberikan saat pasien akan dilaksanakan saat pasien jangan hanya
pulang, yang dilakukan oleh masuk ruangan dan saat dilaksanakan saat
perawat. pasien akan pulang. pasien akan pulang,
tetapi juga saat pasien
masuk.

3. Peran Perawat bekerjasama dengan Adanya kerjasama antara Tidak ada usulan
perawat dokter dan ahli gizi untuk perawat dengan dokter dan
dalam menentukan hal apa saja yang ahli gizi terkait dengan
dischart harus disampaikan pada pasien penentuan masalah obat
planning terkait dengan pelaksanaan dan nutrisi serta semua
discharge planning. aspek yang terkait dalam
discharge planning.
4. Aspek Aspek yang diberikan hanya Penerapan semua aspek Semua aspek dalam
discharge terbatas pada masalah obat- dalam discharge planning. discharge planning
planning obatan, kontrol, nutrisi dan harus dilaksanakan
istirahat, serta penjelasan dengan optimal.
singkat dari penyakit pasien.

5. Kerjasama Perawat bekerjasama dengan Adanya kerjasama antar tim Tidak ada usulan.
tim tim medis yang lain. medis dalam pelaksanaan
discharge planning.

6. Kendala Kendala-kendala yang dihadapi, Semua kendala yang ada Ruangan harus
dalam misalnya masalah anggaran dan diminimalisir agar berusaha
discharge masalah waktu yang sering kali discharge planning dapat meminimalisir
planning. menjadi penghambat. dilaksanakan dengan kendala yang ada.
optimal.

7. Sarana Tidak adanya sarana pendukung Sarana pendukung dalam Ruangan harus
pendukung yang digunakan untuk discharge planning menyediakan sarana
dalam menunjang pelaksaan discharge misalnya, format discharge pendukung agar
discharge planning secara optimal. planning, leaflet tentang discharge planning
planning. penjelasan penyakit. bisa dilaksanakan
dengan optimal.

8. Metode penjelasan tersebut hanya Penjelasan tentang penkes Ruangan harus


pemberian disampaikan secara lisan. lebih optimal memakai menyediakan leaflet
pendidikan leaflet, tidak hanya yang berisi
kesehatan disampaikan secara lisan. penjelasan penyakit
yang biasa ditangani
dalam ruangan
interna.

9. Pendokume Setelah discharge planning Discharge planning harus Ruangan harus


ntasian diberikan, tidak ada selalu diakhiri dengan melakukan
dalam dokumentasi. dokumentasi. dokumentasi di akhir
discharge discharge planning.
planning.

10. Peran Selain pegawai RS, ada juga Ruangan tidak hanya terdiri Tidak ada usulan.
pihak lain mahasiswa PSIK yang praktik dari pegawai RS, tetapi
dalam dalam ruangan interna dan juga dari mahasiswa
pelaksanaa terjalin kerjasama yang baik maupun magang, karena RS
n discharge antar keduanya. juga berfungsi untuk
planning pendidikan

6. SUPERVISI
Supervisi adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara
berkesinambungan oleh supervisor yang mencakup masalah pelayanan keperawatan,
masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapatkan pelayanan yang bermutu
setiap saat. (Depkes, 2000)
Out line supervisi :
1. Pelaksana
2. Sasaran
3. Frekuensi
4. Tujuan
5. Teknik

Narasi :
Ruang bedah X adalah salah satu ruangan di RSU Y yang memerlukan
perhatian khusus dari petugas kesehatan karena RS ini adalah RS pendidikan
tipe A yang menjadi pusat rujukan bagi wilayah Indonesia bagian timur.
Kegiata supervisi di ruang Bedah X sudan turin dilaksnakan setiap bulan
sekali, namun belum ada petunjuk pelaksanaan supervisi yang jelas.
Pendokumentasian supervisi sudah dilaksanakan, namun belum adaformat
yang baku.Untuk meningkatkan kinerja (SDM)perawatnya, kepala ruangan
mengadaan sistem penghagaan berupa pelatiahan dan peningkatan jenjang
pendidikan bagi perawat/ staf yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Di ruangan bedah X ada mahasiswa PSIK yang praktek dan melakukan
kegiatan kegiatan yang bermanfaat bagi ruangan. Karena mahasiswa PSIK
ramah dan baik, maka bisa terjalin komunkasi dan kerjasama yang baik antara
perawat dan mahasiswa. Setelah melakukan kegiatan supervisi, supervisor
selalu memberikan penilaian terhadap kegiatan yang telah disupervisi. Jika
ditemukan masalah-masalah yang memerlukan pembinaan, supervisor selalu
memberikan feedback dan klarifikasi, kemudian diberikan reinforcement dan
follow up perbaikan.

Worksheet Supervisi
No Outline Data Ideal Usulan
1 Instrumen - Berdasarkan data yang - Sebelum - Karu sebaiknya
supervisi diperoleh dari Karu, pelaksanaan ikut
didapatkan bahwa instrumen prosedur invasif, memperhatikan
yang digunakan dalam perawat harus dan cepat tanggap
supervisikurang lengkap. mempersiapkan apabila ada
Misalnya dalam melakukan peralatan yang kekurangan
tindakan invasif (pasang infus, dibutuhkan dengan peralatan dalam
kateter, injeksi, dll). Alat-alat teliti ruangan tersebut
yang sering kurang atau tidak - Dalam pelaksanaan - Karu harus
tersedia dalam tindakan supervisi harus ada membuat format
tersebut antara lain pengalas format yang baku, yang baku dalam
(perlak), bak injeksi, dll. sehingga sistem pelaksanaan
- Sistem pendokumentasian pendokumentasian supervisi
supervisi sudah dilaksanakan bisa terorganisir
dengan baik tapi belum ada dengan baik
format yang baku untuk
penulisan atau pelaporannya

2 Mekanisme Pra supervisi - Sebelum - Karu sebaiknya


pelaksanaaan - Kepala ruangan mengatakan pelaksanaan mengadakan
bahwa belum ada pelatihan supervisi, Karu perlu program pelatihan
dan sosialisasi tentang mengadkan sosilisasi tentang supervisi
supevisi, sehingga sebagian kepada perawat di agar para
besar perawat mengatakan ruangan tersebut, perawatnya
bahwa mereka tidak begitu agar mereka mengerti sehingga
tahu tentang supervisi. Dari mengerti maksud hasil supervisi
data yang diperoleh dan tujuan dari bisa meksimal
menunujukkan bahwa 60% pelaksaan kegiatan - Kepala ruangan
perawat belum tahu tentang supervisi yang akan perlu memberikan
supervisi dilakukan. petunujuk yang
- Data yang diperoleh juga - Karu memberikan jelas tentang
menyebutkan bahwa belum petunjuk yang jelas pelaksanaan
ada petunjuk yang jelas tentang petunuk supervisi misalnya
tentang pelaksanaan supervisi. pelaksanaan alur pelaksanaan
Pelaksanaaan supervisi supervisi, misalnya supervisi dalam
- Supervisor menilai kinerja tentang alur bentuk bagan.
perawat berdasarkan alat ukur pelaksanaan dan hal
atau instrumen yang telah hal yang harus
disiapkan dipersiapkan dalam
- Supervisor mendapatkan kegiatan supervisi
beberapa hal yang
memerlukan pembinaan
- Supervisor memanggil
PP&PA mengadakan
pembinaan dan klarifikasi
masalah
- Pelaksanaan supervisi dengan
inspeksi, wawancara dan
memvalidasi data sekunder
Supervisor mengklarifikasi
permasalahan yang ada
Supervisor melakukan tanya
jawab dengan perawat
- Pasca supervisi
Supervisor memberikan
penilaian supervisi (F-Fair)
Supervisor memberikan
feedback dan klarifikasi
Supervisor memberikan
reinforcement dan follow up
perbaikan

Angket terlampir

7. DOKUMENTASI
Dokumentasi merupakan catatan autentik dalam penerapan manajemen
asuhan keperawatan profesional
Out line dokumentasi keperawatan :
1. Model pendokumentasian yang digunakan
2. Efisiensi pengisian format dokumentasi
3. Mekanisme pengawasan dokumentasi
4. Pelaksanaan dokumentasi
5. Peran perawat dalam dokumentasi
6. Model dokumentasi pengkajian sampai evaluasi

Narasi :
Sistem pendokumentasian yang digunakan oleh Rumah Sakit X saat ini
adalah SOR (Source Oriented Record) yaitu sistem pendokumentasian yang
berorientasi pada 5 komponen ( biodata, lembar order dokter, lembar riwayat
medis atau penyakit, catatan perawat, catatan dan laporan). Penerapan Model
pendokumentasian sekarang belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai prosedur,
masih banyak pendokumentasian yang belum tepat dan tepat. Hal ini
dikarenakan banyaknya jumlah pasien dan tingkat ketergantungan yang tinggi.
Pendokumentasian dengan SOR dapat menyajikan data secara berurutan dan
mudah untuk pengidentifikasian serta dapat menyederhanakan proses
pencatatan masalah, kejadian, perubahan intervensi dan respon klien atau
hasil. Namun terdapat kelemahan yaitu pencatatannya superfisial tanpa data
yang jelas, dan respon pasien kurang terpantau dalam lembar evaluasi. Adanya
jumlah pasien dan tingkat ketergantungan yang tinggi menyebabkan perawat
kurang maksimal dalam mencatat pendokumentasian, meskipun perawat
tersebut juga menyadari pentingnya dokumentasi itu sendiri. Dalam
pengkajian sampai evaluasi di ruangan menggunakan teknik head to toe dan
penggunaan SOAP. Pada dasarnya semua tindakan di dalam ruangan dan
semua yang berhubungan dengan pasien perlu didokumentasikan dengan
lengkap, namun masih dijumpai kekurangan dalam hal pendokumentasian.
Sistem pengontrolan dan pengawasan terhadap pendokumentasian di ruangan
masih kurang teliti, semisal pada saat pendokumentasian asuhan keperawatan
pada saat pasien baru masuk. Sampai saat ini belum ada komplain yang berarti
dari pihak pasien terkait dengan pendokumentasian. Namun, adanya akreditasi
menuntut pihak Rumah Sakit untuk terus memperbaiki sistem
pendokumentasian tersebut.
Worksheet Dokumentasi
No Outline Pelaksanaan Ideal Usulan
1. Model Sistem pendokumentasian yang Pendokumentasian Tidak ada usulan
Pendokumentasia digunakan saat ini di ruang model SOR yang
n yang digunakan interna adalah model SOR meliputi 5 komponen
(Source Oriented Record) yaitu biodata, lembar
order dokter, lembar
riwayat medis/penyakit,
catatan perawat, catatan
dan laporan

2. Efisiensi format - Penyajian data yang secara - Format memudahkan Penyajian data yang
pendokumentasia berurutan dan mudah perawat untuk ditampilkan sudah
n. diidentifikasi. Data yang melakukan monitoring termasuk ideal,
berurutan mungkin menyulitkan terhadap pasien secara namun KARU dan
dalam interprestasi atau analisa menyeluruh serta perawat ruangan
- Perkembangan klien sulit penyajian data mudah perlu ketelitian untuk
dimonitor untuk diinterprestasi menghindari
- Format dapat menyederhanakan dan dianalisa kesulitan dalam
proses pencatatan masalah, interprestasi data.
kejadian, perubahan,
intervensi, dan respon klien
atau hasil

3. Pelaksanaan Di ruangan interna Pelaksanaan Penambahan jumlah


dokumentasi pelaksanaan dokumentasi pendokumentasian perawat, pengawasan
sudah berjalan dengan teratur, teratur dan sesuai yang ketat, dan
namun masih belum prosedur. pengembangan skill
dilaksanakan secara optimal perawat perlu untuk
terkait dengan faktor tingginya dipertimbangkan
tingkat ketergantungan dan
banyaknya pasien di ruangan.

4. Mekanisme Pengawasan terhadap Pengawasan dilakukan KARU seharusnya


pengawasan pengisian dan pencatatan secara dapat memantau cara
dokumentasi dokumentasi keperawatan berkesinambungan dan dan pengisian
masih kurang disiplin baik terarah, serta memiliki pendokumentasian
oleh KARU maupun perawat ketegasan aturan dalam secara disiplin, dan
ruangan pelaksanaannya adanya ketegasan bila
perawat ruangan
melanggar aturan
pengisian

5. Peran perawat Perawat sudah memiliki Dalam hal pencatatan Pengawasan KARU
dalam kesadaran akan pentingnya pendokumentasian, dalam
pendokumentasi- pendokumentasian, namun perawat harus bekerja pendokumentasian
an tingginya angka ketergantungan sesuai prosedur dengan perlu ditingkatkan.
pasien membuat kinerja meminimalisir
perawat menjadilebih terpengaruh oleh hal-
bertambah, dan menyebabkan hal lain
tugas perawat dalam
pendokumentasian belum
maksimal

6. Model Dalam pengkajian Penggunaan sistem Tidak ada usulan


pengkajian menggunakan sistem head to head to toe dalam
sampai evaluasi toe dan pola fungsi kesehatan. pengkajian dan
dalam Dan dalam diagnosa sampai penggunaan SOAP
dokmentasi evaluasi keperawatan dalam diagnosa sampai
menggunakan SOAP evaluasi keperawatan.

Angket terlampir

Anda mungkin juga menyukai