HIPERTENSI
WINDI VALENTIA
220210313
B. Etiologi Hipertensi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung
atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor
yang memengaruhi terjadinya hipertensi :
Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi
atau transport Na.
Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
Stress karena lingkungan
Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua
serta pelebaran pembuluh darah
C. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre- 18
ganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat,
yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume instravaskuler. Semua factor
tersebut cenderung menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2016).
B. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara
non-farmakologis, antara lain:
a. Pengaturan diet
Beberapa diet yang dianjurkan:
Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan
tekanan darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan
konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system renin-
angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti
hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100
mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
Diet tinggi kalium , dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara
intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya
dimediasi oleh oksidanitrat pada dinding vascular.
Diet kaya buah dan sayur
Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.
b. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara
menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah,
kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan
volume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa
obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi
ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang
sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
c. Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari,berenang, bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki
keadaan jantung.
d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting
untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap
rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan
dapat meningkatkan kerja jantung.
5. Asuhan Keperawatan Hipertensi
DIAGNOSA KRITERIA INTERVENSI
NO
KEPERAWATAN HASIL KEPERAWATAN
1 Perfusi perifer Perfusi perifer Pemantauan tanda vital
tidak efektif (L.02011) ( I.02060 )
(D.0009) setelah 1. Memonitor tekanan
Definisi : dilakukan darah
penurunan tindakan 2. Memonitor nadi
sirkulasi darah keperawatan (frekuensi, kekuatan,
pada level kalpiler selama 2x24jam irama)
yang dapat diharapkan 3. Memonitor pernapasan
menggangu perfusi perifer (frekuensi, kedalaman)
metabolisme tubuh meningkat 4. Memonitor suhu tubuh
Penyebab : dengan kriteria 5. Memonitor oksimetri
peningkatan hasil : nadi
tekanan darah. 1. Nadi perifer 6. Identifikasi penyebab
Tanda dan teraba kuat perubahan tanda vital
Gejala Mayor : 2. Akral teraba 7. Atur interval
DS : - hangat pemantauan sesuai
DO : 3. Warna kulit kondisi pasien
1. pengisian tidak pucat 8. Jelaskan tujuan dan
kapiler >3 prosedur pemantauan
detik
2. nadi perifer
menurun atau
tidak teraba
3. akral teraba
dingin
4. warna kulit
pucat
5. turgor kulit
menurun
Tanda dan gejala
Minor :
DS :
1. Parastesia
2. Nyeri
ekstremitas
(klaudikasi
intermiten)
DO :
1. Edema
2. Penyembuhan
luka lambat
3. Indeks
anklebrachial
<0,90
4. Bruit
femoralis
2 Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri I.08238
( D.0077 ) ( L.08066) 1. Identifikasi lokasi,
Definisi : Setelah karakteristik nyeri,
Pengalaman dilakukan durasi, frekuensi,
sensorik atau tindakan intensitas nyeri
emosional yang keperawatan 2. Identifikasi skala nyeri
berkaitan dengan selama 2x24jam 3. Identifikasi faktor yang
kerusakan jaringan diharapkan memperberat dan
actual atau tingkat nyeri memperingan nyeri
fungsional, dengan menurun dengan 4. Berikan terapi non
onset mendadak kriteria hasil : farmakologis untuk
atau lambat dan 1. Pasien mengurangi rasa nyeri
berintensitas mengatakan (mis: akupuntur,terapi
ringan hingga nyeri musik hopnosis,
berat yang berkurang biofeedback, teknik
berlangsung 2. Pasien imajinasi
kurang dari 3 menunjuka terbimbing,kompres
bulan. n ekspresi hangat/dingin)
Penyebab : wajah 5. Kontrol lingkungan yang
Agen pencedera tenang memperberat rasa nyeri
fisiologis ( mis : 3. Pasien (mis: suhu ruangan,
inflamasi, iskemia, dapat pencahayaan,kebisingan)
neoplasma). beristirahat 6. Anjurkan memonitor
Tanda dan dengan nyeri secara mandiri
Gejala Mayor : nyaman 7. Ajarkan teknik non
DS : farmakologis untuk
1. Mengeluh mengurangi nyeri
Nyeri 8. Kolaborasi pemberian
DO : analgetik, jika perlu
1. Tampak
meringis
2. Bersikap
protektif
(mis :
waspada,
posisi
menghindar
nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi
nadi
meningkat
5. Sulit tidur
Tanda dan
Gejala Minor:
DS : -
DO :
1. tekanan darah
meningkat
2. pola nafas
berubah
3. nafus makan
berubah
4. proses
berfikir
terganggu
5. menarik diri
6. berfokus pada
diri sendiri
7. diaforesis