Pembimbing:
dr. Winda Safitri, Sp.THT-KL
Salah satu penyebab penurunan pendengaran pada anak adalah otitis media efusi (OME).
OME sering menyerang anak usia 1 tahun hingga 3 tahun, diikuti pada usia masuk sekolah,
yaitu 4 tahun hingga 6 tahun.
Otitis Media Efusi (OME) adalah suatu penumpukan cairan dalam telinga tengah dengan
membran timpani yang masih utuh tanpa disertai dengan tanda- tanda infeksi akut
Otitis media efusi (OME) sering timbul pada anal-anak berhubungan dengan infeksi
saluran napas atas seperti rhinitis alergi
Rhinitis alergi merupakan penyakit dengan prevalensi tinggi di seluruh dunia dan harus
diperiksa dengan baik serta diobati dengan tepat
Definisi
Otitis media efusi atau otitis media serosa atau otitis media non supuratif adalah keadaan
terdapatnya sekret yang non purulen di telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh.
Adanya cairan di telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa adanya tanda-tanda
infeksi disebut dengan otitis media efusi.
Dalam kepustakaan lain disebutkan bahwa Otitis Media Efusi (OME) adalah gangguan
pada telinga tengah yang disebabkan oleh proses inflamasi. Otitis media efusi ditandai
dengan kumpulan cairan pada telinga tengah tanpa gejala infeksi.
Epidemiologi
Anak-anak dengan otitis media efusi memiliki prognosis yang baik untuk
mencapai tahap resolusi sekitar 60% dalam 1 bulan dan 75% setelah 3 bulan.
Namun otitis media efusi memiliki 30-40% kemungkinan rekurensi kembali
setelah diobservasi beberapa tahun menurut sebuah penelitian
Rhinitis Alergi
Definisi
Rhinitis alergi merupakan penyakit yang sering terjadi. Insidensi yang terjadi
antara 10 hingga 30% yang terjadi pada anak dan dewasa di Amerika Serikat dan
negara maju lainnya. Survei yang secara spesifik menggunakan diagnosis rhinitis
alergi dari dokter melaporkan sekitar 13% pada anak-anak. Kebanyakan gejala
muncul sebelum usia 20 tahun, dengan hampir setengah dari pasien tersebut
Terlepas dari faktor demografis, kebiasaan merokok dan minum alkohol, adopsi hewan
peliharaan, pendidikan, dan riwayat keluarga merupakan faktor risiko rhinitis alergi,
umumnya dipelajari di negara-negara Asia.
faktor risiko di negara-negara Barat lebih fokus pada efek serbuk sari, obat- obatan, hewan
peliharaan, dan riwayat keluarga. Perbedaan antara faktor risiko yang dianalisis dapat
disebabkan oleh budaya atau karena perbedaan iklim antara negara-negara Asia dan Barat.
Klasifikasi
Patofisiologi
Diagnosis
Non Medikametosa
Penghindaran/ avoidance: Keberhasilan dalam menghindari penyebab alergen paling
baik diukur dengan mengukur penurunan gejala dan penggunaan obat
Medikamentosa
Irigasi hidung
Antihistamin oral/intranasal
Steroid intranasal
Pengubah leukotrien
Imunoterapi
Komplikasi
Dipercaya bahwa prevalensi rhinitis alergi memuncak pada masa remaja dan
secara bertahap menurun seiring bertambahnya usia. Dalam sebuah studi
longitudinal, follow up setelah 23 tahun, 54,9% pasien mengalami perbaikan
gejala dengan 41,6% diantaranya bebas gejala. Pasien yang mengalami gejala
pada usia yang lebih muda cenderung menunjukkan perbaikan
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Status generalis
Telinga:
Inspeksi : Tidak ada kelainan kongenital, massa dan fistula
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan preaurikular, nyeri tekan mastoid,
nyeri tekan tragus maupun nyeri tarik aurikular
MAE : serumen (-), sekret (-), hiperemi(-/-) , udem(/-),
furunkel (-/-)
MT : Intak (+/+), retraksi MT (-/+), refleks cahaya (+/-), suram (-/+),
hiperemis (-/-)
Test pendengaran
Test Rinne : +/- Test Swabach: Normal/ Memanjang
Test Weber : lateralisasi ke kiri Kesimpulan: Tuli Konduktif kiri
PEMERIKSAAN FISIK
Hidung
Inspeksi : Tidak ada deformitas, hiperemis dan massa,
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan krepitasi
Sinus Paranasalis : Tidak ada nyeri tekan sinus frontalis,
maxillaris dan ethmoidalis
Rhinoskopi Anterior
Vestibulum : Normal, tidak ada hiperemis.
Kavum nasi : Edema konka (+/+), sekret (+/+), ukuran konka
(hipertrofi/hipertrofi), konka livide/pucat (+/+)
Rhinoskopi Posterior : Tidak dilakukan
Transluminasi : Tidak dilakukan
Rongga mulut
Bibir : Simetris, mukosa kering, tidak hiperemis, tidak ada ulkus
Gingiva : Tidak ada hiperemis, ulkus, massa maupun perdarahan
Gigi geligi: Berlubang (-), karies (-)
Lidah : tidak deviasi, tidak ada massa, ulkus, dan pseudomembran
Palatum : tidak ada massa, ulkus, dan hiperemis
Uvula : tidak ada deviasi, tidak ada pseudomembran, tidak hiperemi
Orofaring : tidak hiperemis dan udem, tidak ada massa
Tonsil : T1/T1, tidak ada hiperemis, kripta dan detritus
Leher
Inspeksi : Tidak tampak massa dan hiperemis
Palpasi : Nyeri tekan (-), tidak teraba KGB yang membesar, massa (-),
pembesaran tiroid (-)
Diagnosis Kerja
Otitis Media Efusi Kronik Auris Sinistra dengan
Rhinitis Alergi Intermiten Derajat Ringan
Planning
Pemeriksaan timpanometri
Pemeriksaan audiometri
Pemasangan grommet tube pada auris sinistra
Tatalaksana
Non Medikamentosa
Menjaga telinga tetap bersih dan kering
Selama pengobatan, hindari untuk mengorek telinga baik
dengan
cotton bud ataupun alat lainnya
jangan berenang dan berhati-hati saat mandi agar air tidak
masuk ke dalam telinga
Untuk hidung, hindari pajanan alergi
Rujuk dokter spesialis THT-KL
Tatalaksana
Medikamentosa
Simpatomatik : analgetik paracetamol 3x500 mg jika
nyeri
Dekongestan tetes hidung/spray ephedrine 1% untuk
mengurangi gejala pilek dan buntu hidung
Antihistamin oral : cetirizine 10 mg jika pruritus
Antibiotik apabila ada tanda-tanda ISPA : amoxicillin
500mg/8jam selama 7 hari
PEMBAHASAN
FAKTA TEORI
Keluhan utama:
Pada OME
Penurunan pendengaran pada telinga
• Penurunan pendengaran
kiri
• Rasa penuh / telinga tersumbat
• Delay speech
• Diplacusis binauralis
Keluhan lain ditelinga:
• Telinga terasa penuh • Merasa ada cairan ditelinga saat posisi
• Merasa ada cairan pada telinga kepala berubah
FAKTA TEORI
Pemeriksaan dan
tindakan yang diusulkan: – Timpanometri: dengan
– Pemeriksaan mengukur kompliens dari
timpanometri mekanisme transformer
telinga tengah,
timpanometri
menyediakan
pemeriksaan objektif
untuk status telinga
tengah.
FAKTA TEORI
FAKTA TEORI
aktivitas. Selain itu, pasien juga memiliki keluhan sering bersin, hidung gatal,
terasa buntu, dan rinore. Pasien didiagnosis Otitis Media Efusi Kronik Auris
terdapat tanda-tanda ISPA. Selain itu, pada pasien ini direncanakan untuk
16