Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“INDRA PERABA”

Disusun oleh :

Kelompok II
Endrianto 16-08
Hermawan Wicaksono 16-68
Iis Rizka Afriani 16-83
Monica Clarisa 15-42

FAKULTAS BIOLOGI

PROGRAM STUDI BIOMEDIK


UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA
2016

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 2
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 5
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 6
A. SISTEM PENGINDRAAN............................................................................................................... 6
B. SENSASI SENSORIS ...................................................................................................................... 6
C. UJUNG SARAF BERKAPSUL ....................................................................................................... 7
D. INDRA PERABA ............................................................................................................................. 8
E. VASKULARISASI KULIT ............................................................................................................ 14
F. FISIOLOGI KULIT ........................................................................................................................ 15
G. KLASIFIKASI RESEPTOR ........................................................................................................... 17
H. PENYAKIT PADA INDRA PERABA (KULIT) ........................................................................... 17
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 19
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 19
B. Saran ............................................................................................................................................... 19

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca,
Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Oktober 2016

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia (Homo sapiens) merupakan makhluk hidup multiseluler yang termasuk
golongan hewan tingkat tinggi bertulang belakang (vertebrata) . Susunan tubuh manusi
asangat kompleks. Tersusun mulai dari banyak sel yang memiliki fungsi dan struktur yang
beragam. Sel-sel yang ada pada tubuh manusia diantaranya : sel kulit, sel otot, sel tulang, sel
syaraf, sel epitel,sel gonad (kelamin), sel mukosa, sel parietal, sel lemak, sel kelenjar, sel
darah, sel endotel, sel rambut, sel hati, dll.

Sel-sel yang memiliki fungsi dan struktur yang sama akan membentuk satu kesatuan
yang disebut jaringan. Jaringan pada tubuh manusia bermacam-macam, seperti :jaringan otot,
jaringan tulang, jaringan lemak, jaringan syaraf, jaringan epitel, jaringan ikat, dll. Jaringan-
jaringan yang memiliki fungsi tertentu akan bergabung membentuk suatu organ yang
memiliki fungsi khusus dalam tubuh manusia.

Manusia memiliki banyak organ yang memiliki fungsi berbeda-beda, diantaranya :


otak, mata, telinga, lidah, jantung, paru-paru, lambung, usus, pancreas, ginjal, liver, kandung
empedu, kandung kemih, limpa, testis (laki-laki), ovarium (perempuan), tulang, dll. Organ-
organ dalam tubuh untuk menjalankan fungsinya saling berkaitan dan bekerjasama
membentuk suatu system organ untuk menjalankan fungsi tertentu.

System organ yang ada pada manusia, antara lain : system lokomotorik/ system gerak
yang berperan dalam pergerakan tubuh, system transportasi/ sirkulasi yang berperan dalam
mengangkut zat-zat makanan, oksigen, dan zat sisa metabolisme, system pernapasan yang
berperan dalam pertukaran udara dari dan keluar tubuh, system pencernaan yang berperan
dalam proses pencernaan makanan, system ekskresi yang berperan dalam proses pengeluaran
zat sisa metabolisme, system endokrin yang berperan dalam pengaturan hormonal dalam
tubuh, system reproduksi yang berperan dalam proses perkembangbiakan, system
imun,system syaraf yang berperan dalam persyarafan, dan system indra atau panca indra
yang terdiri dari perasaan, penciuman, perabaan, penglihatan, dan pendengaran.

4
Berdasarkan latar belakang di atas penulis bermaksud membuat makalah tentang
“IndraPeraba” unuk lebih memperjelas salah satu system panca indra yang ada pada tubuh
manusia.

B. RumusanMasalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, yaitu :
1. Apaitu system pengindraan ?
2. Bagaimana indra peraba pada manusia ?
3. Apa penyakit yang dapat muncul pada indra peraba ?

C. Tujuan
Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami indra peraba pada
manusia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. SISTEM PENGINDRAAN
Sistem pengindraan adalah organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis
rangsangan tertentu. Serabut saraf merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa
(sensory infersion)dari organ indra menuju ke otak dimana perasaan ini ditafsirkan.

Serabut saraf dilengkapi dengan ujung akhir yang khusus mengumpulkan rangsangan
yang khas dimana setiap organ berhubungan. Sistem indra memerlukan bantuan sistem saraf
yang menghubungkan badan indra dengan sistem saraf pusat. Organ indra merupakan sel-sel
tertentu yang dapat menerima stimulus dari lingkungan maupun dari dalam badan sendiri,
untuk diteruskan sebagai impuls saraf melalui serabut saraf ke pusat susunan saraf

Setiap organ indra menerima stimulus tertentu. Hanya kesan yang sesuai dengan organ
indra yang mampu menerima stimulus, menghasilkan, dan mengirim impuls saraf.
Interpretasi dari semua organ indra dapat diklasifikasikan menjadi organ indra umum seperti
reseptor peraba yang tesebar diseluruh tubuh dan organ khusus seperti putting pengecap yang
terbatas pada lidah.

B. SENSASI SENSORIS
Reseptor dalam tiap organ indra beradaptasi untuk berespon terhadap suatu bentuk
khusus, tenaga pada ambang jauh lebih rendah dibandingkan reseptor lain yang berespon
terhadap bentuk tenaga lain.

Reseptor sensorik merupakan bagian dari neuron atau sel yang membentuk potensi aksi
dalam neuron. Reseptor ini sering disertai dengan sel bukan saraf yang mengelilinginya dan
membentuk organ indra. Bentuk tenaga yang diubah oleh reseptor mencakup tenaga mekanik
(raba dan tekan), suhu (derajat kehangatan), elektromagnetik (cahaya), dan kimiawi (bau dan
pengecapan).

6
Reseptor sensoris dikhususkan berespon terhadap salah satu bentuk khusus tenaga dan
karena banyak variable dalam lingkungan yang diterima maka terjadi banyak jenis reseptor
yang berbeda. Misalnya bunyi dari nada berbeda terutama didengar karena perbedaan
kelompok sel rambut dalam organ korti yang diaktivasi maksimum oleh gelombang bunyi
dari frekuensi yang berbeda.

Secara tradisional indra khusus merupakan penghidungan (penciuman), penglihatan,


pendengaran,pengecapan,dan perabaan (reseptor kulit). Indra viseral (sense of viceral)
berhubungan dengan persepso lingkungan dalam. Nyeri dari struktur viseral diklasifikasikan
sebagai sensasi viseral.

C. UJUNG SARAF BERKAPSUL


Ujung saraf berkapsul ditemukan dalam jaringan subkutan pada telapak tangan, telapak
kaki, jaringan periosteum, tendon, ligamentum, dan genitalia eksterna. Bentuknya bundar
lonjong dan yang besar dapat dilihat dengan mata bentuknya seperti bawang. Adapun ragam
bentuk dan ukuran ujung saraf berkapsul adalah sebagai berikut :

1. Korpuskel berlamel (lamellar corpuscle)


Akson saraf banyak mengandung mitokondria yang dikelilingi oleh lamella yang tersusun
rapat dan terdiri atas sel gepeng. Pada bagian luar terdapat kapsul yang terdiri atas lamel
yang berkonsentrasi mirip endotel berupa serabut kolagen di antara lapisan. Tekanan
cairan antar kapsul-kapsul berlamel menunjukkan kekenyalan dan berespon terhadap
tekanan dan getaran yang berhubungan dengan sendi badan ini merekam pergerakan dan
posisi.
2. Korpuskel peraba (touch corpuscle)
Korpuskel peraba berbentuk silinder , terletak di dalam papilla dermis, khususnya pada
ujung jari, putting susu, dan genitalia. Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan
perineum saraf yang merupakan setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal dan peka
terhadap sentuhan yang mempu membedakan dua titik rangsangan yang letaknya
berdekatan

7
3. Korpuskel gelembung
Korpuskel gelembung ditemukan pada bibir dan genitalia eksterna, dermis dan rambut,
berbentuk bundar serta memiliki kapsul yang tebal dan menyatu dengan endoneurium. Di
dalam korpuskel, serat bermielin diliputi oleh sel Schwann yang seratnya bercabang dan
merupakan cabang mekano reseptor yang peka terhadap dingin.
Klasifikasi lain berbagai reseptor.
a. Teloreseptor (prima jarak) : reseptor yang berhubungan dengan kejadian pada suatu
jarak.
b. Eksteroseptor : berhubungan dengan lingkungan luar dekat tangan
c. Intereseptor : berhubungan dengan lingkungan dalam
d. Proproireseptor : memberikan informasi tentang posisi badan dalam ruang pada saat
kapan pun.

D. INDRA PERABA
Kulit atau kutis merupakan salah satu organ yang paling luas permukaannya dan sangat
penting bagi tubuh, yang membungkus seluruh tubuh bagian luar sehingga kulit
berfungsikan melindungi tubuh terhadap bahan-bahan berbahaya seperti bahan-bahan kimia,
cahaya matahari yang mengandung sinar ultraviolet, melindungi terhadap mikroorganisme
(mikroba) serta menjaga keseimbangan antara tubuh terhadap lingkungannya. Selain itu, kulit
juga mempunyai susunan serabut-serabut saraf yang teranyam secara halus yang berguna
untuk merasakan sentuhan-sentuhan atau sebagai alat perasa dan peraba.

Kulit juga merupakan indikator bagi seseorang untuk memperoleh kesan umum
seseorang, yaitu dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit, misalnya menjadi pucat,
kekuning-kuningan, kemerah-merahan atau untuk suhu kulit apakah meningkat atau tidak,
dan sebagainya.

Organon Tactus adalah alat yang berkaitan dengan indera peraba. Organon tactus
meliputi kulit dan alat-alat tambahan. Kulit adalah pelindung terhadap dunia luar, sebagai
penghalang dari kerusakan dan kuman. Kulit juga membantu membuang zat-zat yang tidak
berguna dan mengatur suhu badan.

8
Untuk rangan mekanik diperlukan beberapa reseptor khusus, ujung cabang-cabang
halus serabut saraf yang berada di antara sel-sel epidermidis berfungsi untuk rangsangan
berbentuk sentuhan halus, sedangkan untuk rabaan yang agak kasar diperlukan reseptor yang
berada di epidermidis dan dermis. Untuk rabaan yang lebih kasar berupa tekanan pada kulit
diperlukan reseptor khusus yang berbentuk seperti umbi bawang yang terletak dalam dermis
lebih dalam. Pada kulit telapak tangan, khususnya di ujing-ujung jari banyak ditermukan
reseptor untuk sentuhan dan rabaan.

Reseptor untuk rangsangan sakit dijumpai pada ujung-ujung percabangan serabut saraf
yang menyebar pada dernis kulit secara meluas. Walaupun suhu merupakan rangsangan
dalam satu kelompok, namun untuk merasakan perbedaan suhu, kulit dilengkapi dengan
sereptor khusus yang berbeda strukturnya antara reseptor untuk suhu dingin dan suhu panas.

Sebenarnya indra disebut diatas tidak terbatas pada kulit saja, melainkan juga
ditemukan pada selaput lender mulut dan lidah. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa lidah
kita dapat merasakan sakit, dingin, panas, dan dapat merasakan kasar halusnya permukaan
makanan dalam mulut. Impuls saraf yang terbentuk oleh rangsangan pada setiap reseptor alat
indra tersebut akan dijalarkan melalui saraf menuju ke medulla spinalis untuk refleks dan ke
korteks otak untuk penghayatan informasi yang diperoleh.

Perubahan-perubahan pada tekstur kulit dapat juga member informasi apakah seseorang
sudah lanjut usia atau masih muda, atau apakah pria atau wanita. Warna kulit juga dapat
menjalaskan kepada kita, apakah seseorang tegolong ras Aria, Kaukasia, Negroid, Polinesia,

9
dan sebagainya. Bila akan menggunakan kosmetik atau obat oles pada kulit perlu diketahui
dengan baik tentang kepekaan kulit yang masing-masing individu berbeda-beda.

Dalam membahas anatomi kulit, kita dapat mempelajarinya secara anatomi


makroskopis dan anatomi mikroskopis.

1. Anatomi makroskopis kulit, kulit merupakan organ yang hidup, dengan luas permukaan
seluruhnya kira-kira 1,8 m2 dan mempunyai berat sekitar 15 % dari berat badan.
Ketebalan kulit sangat bervariasi di berbagai bagian tubuh, yang paling tipis ketebalannya
kira-kira 0,04 mm terdapat di sekitar mata dan paling tebal kira-kira 1,6 mm pada telapak
tangan. Permukaan kulit pada telapak kaki mempunyai ciri khas “dermatoglypic pattern”
yang berbeda-beda pada setiap orang (berupa garis-garis lengkung dan berbelok-belok).
Hal ini berguna untuk mengidentifikasi seseorang.
2. Anatomi mikroskopis kulit, pembicaraan tentang kulit biasanya juga membahas
mengenai rambut, yang sangat erat kaitannya. Biasanya kulit dapat dibedakan menjadi
dua lapisan utama, yaitu kulit ari dan kulit jangat. Kedua lapis ini berhubungan dengan
bagian lapis di bawahnya dengan perantaraan jaringan ikat bawah kulit yakni hipodermis
atau lapisan subkutis. Kulit ari mempunyai beberapa adneksa (alat samping) yang terdiri
dari rambut, kuku, kelenjar keringat, dan kelenjar palit. Di bawah kulit ari terdapat kulit
jangat

Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu :


a) Kulit Ari (Epidiermidis)
Lapisan paling luar dari kulit adalah kulit ari atau epidermis yang terdiri dari lapisan
epitel gepeng beserta adneksanya. Bagian utama kulit ari adalah sel-sel tanduk
(keratosit). Selain itu terdapat juga sel-sel melanosit, sel-sel langehans,Merckel. Sel-
sel ini makin kedalam makin banyak dan berada dalam beberapa tingkat pembelahan
sel secara mitosis. Jadi, lapis permukaan dapat dianggap sebagai akhir kereaktifan
sel-sel lapis-lapis lebih dalam. Kita beda-bedakan lima lapis kulut ari, yaitu : lapis
tanduk, lapis bening, lapis butir, lapis bening, lapis butir, lapis taju, dan lapis benih.
1) Lapis tanduk (stratum korneum). Lapis tanduk merupakan lapis yang paling
luar terdiri dari 15-20 lapis sel tanduk (eratosit). Sifat dan ketebalan lapis tanduk

10
ini berbeda-beda, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Sebenarnya, sel-sel
tanduk ini secara biologis sudah mati, bentuk sel-selnya gepeng tidak memiliki
inti dan sel-sel ini berhubung-hubungan satu dengan lainnya secara erat sehingga
terbentuk lembaran-lembaran lapis tanduk. Zat tanduk sel-sel tanduk merupakan
keratin lunak yang susunannya kimianya berbeda dengan sel-sel dengan keratin
keras seperti yang ada pada kuku. Lapis tanduk hampir tidak mengandung air
karena adanya penguapan air selama proses pertandukan. Elastisitasnya juga
kecil. Lapis ini sangat efektif untuk usaha pencegahan penguapan air dari lapis-
lapis yang lebih dalam. Sel-sel permukaan lapis tanduk terus-menerus mengalami
pengelupasan. Lama hidup sel-sel tanduk keratosit sejak mulai dibentuk sampai
terlepas kira-kira 20 hari. Meskipun lapis ini tidak mengandung air, sel-sel tanduk
mempunyai daya serap air cukup besar bila kulit (lapis tanduk ini) bersentuhan
dengan air cukup lama misalnya bila terendam, sehingga lapis tanduknya akan
mengembung. Air akan dicegah masuk ke dalam lapis yang lebih dalam karena
adanya suatu sawar (barrier) dibagian terdalam lapis tanduk.
2) Lapis bening (stratum lusidium). Merupakan lapis dengan lapis sel-sel dengan
batas yang tidak jelas, intinya gepeng samar-samar. Protoplasmanya bening dan
mengandung zat perekatin “eledin” .proses keratinasi mulai dari lapis bening ini
ketebalan lapis bening tidak sama diseluruh tubuh dan nampak jelas pada telapak
kaki dan telapak tangan. Sawar (barrier) terhadap absorbsi berbagai zat yang
terdapat pada lapisan ini.
3) Lapisan berbutir-butir (stratum granulosum). Terdiri dari lapis sel-sel yang
didalam protoplasmanya mengandung butir-butir keratohialin. Sel-selnya
berbentuk kumparan tersusun menjadi 2-4 baris. Lapisan ini jelas pada telapak
kaki-tangan.
4) Lapis taju (stratum spinosum). Sel-sel lapis taju ini tersusun teratur beberapa
baris bentuk sel-selnya bulat sampai polygonal dan makin keluar makin besar sel-
selnya. Sel-sel yang berdekatan saling berhubungan dengan perantaraan serabut-
serabut halus “tonofibril“ (tonofilamen) yang seolah-olah merupakan jembatan
antar sel. Sel-sel yang terdapat lebih dalam banyak yang terdapat dalam stadium
salah satunya stadium mitosis. Beberapa ahli menyebut lapis taju ini dengan nama

11
stratum Malphigi. Unsur-unsur lapis taju ini memiliki susunan kimia yang khas,
inti-inti bagian basal lapis taju mengandung cholesterol, asam-asam amino dan
glutasi.
5) Lapis benih (stratum germinativum atau membran basalis). Merupakan lapis
terdalam kulit ari, terdiri dari sebaris sel silindris (torak) yang terletak tegak lurus
terhadap permukaan kulit jangat. Dasar dari sel-sel lapis benih bergerigi dan
bersatu dengan lapisan tipis di bawahnya yang disebut selaput basal atau
membran basalis. Selaput basal ini merupakan peralihan antara kulit ari ke kulit
jangat dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa karena halusnya. Meskipun
demikian peran selaput ini dalam mengatur proses pertukaran dermo-epidermal
dan fungsi vital kulit cukup besar. Di antara sel-sel silindris pada lapis benih ini
terdapat sel-sel bening. Sel-sel silindris pada lapis benih ini terus menerus
mengadakan mitosis dan sel-sel yang baru terbentuk akan menggeser sel-sel yang
lebih tua ke atas. Melanin terutama terdapat pada lapis benih dan lapis taju, makin
ke arah permukaan melanin makin berkurang. Ada pula melanin yang jatuh ke
dalam lapis jangat dan kemudian melanin tersebut akan dinamakan (fagositosis)
oleh jaringan-jaringan ikat tertentu.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans).

b) Kulit Jangat (Dermis, Korium)


Merupakan bagian yang paling penting dikulit yang sering dianggap sebagai “True
Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya
dengan jaringan subkutis.
Kulit jangat bersifat ulet, lentur serta elastis yang berguna untuk melindungi bagian-
bagian yang lebih dalam. Kulit jangat ini sangart tebal pada telapak tangan dan kaki
dan amat tipis sekali pada kelopak mata.
Pada perbatasannya antara kulit ari dan kulit jangat, Nampak tonjolan-tonjolan kulit
jangat ke dalam kulit ari, menyerupai ujung-ujung jari disebut papil kulit jangat. Kulit
jangat terdiri dari serat-serat kolagen, serabut elastid dan serabut –serabut retikulin.
Serabut-serabut ini bersama-sama dengan pembuluh-pembuluh darah dan pembuluh-

12
pembuluh getah bening membuat seolah-olah anyaman. Susunan serabut-serabut ini
berbeda di bagian atas dengan di bagian bawah sehingga pada lapis jangat ini
dibedakan atas lapis papilar dan lapis retikular.
1. Lapis papilar (stratum papillare). Lapis papilar bersama-sama dengan lapis
benih merupakan bagian kulit yang paling vital, karena kedua-duanya memegang
peranan penting dalam peremajaan dan penggandaan unsur-unsur kulit. Pada
umumnya papil-papil kulit jangat rendah-rendah, tetapi pada telapak kaki dan
telapak tangan, papil-papil kulit jangatnya tinggi, besar dan banyak, sehingga
nampak berhimpitan membentu rigi-rigi yang menonjol dipermukaan kulit ari dan
membentuk pola-pola sidik jari tangan dan kaki. Setiap papil dibentuk oleh
anyaman serabut halus mengandung serabut elastin. Di jaringan ini dapat dilihat
satu atau lebih lengkung-lengkung kapiler dan bentuk-bentuk ujung saraf perasa.
2. Lapis terikular. Lapis retikular terdiri atas anyaman jaringan ikat yang lebih
tebal, dan dalam lapisan ini ditemukan sel-sel fibroblast, sel-sel histosit,
pembuluh-pembuluh darah, pembuluh-pembuluh getah bening, saraf,kandung
rambut, kelenjar palit, kelenjar keringat, sel-sel lemak dan otot penegak rambut.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai
dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan
serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan
tampak mempunyai banyak keriput.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung
beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivate epidermis di dalam
dermis.

Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan


shearing forces dan respon inflamasi

13
c) Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan
lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di
tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis
untuk regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi
panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

E. VASKULARISASI KULIT
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan
papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil
meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri
asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat
nutrient dari dermis melalui membran epidermis

14
F. FISIOLOGI KULIT

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah
memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi,
mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.

Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma
mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah
diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena
banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada
pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh
hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat,
insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan
dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi
pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari
kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada
temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan
mempertahankan panas.

Di dalam kulit terdapat berbagai macam organ, yaitu :


1. Rambut, akar rambut tertanam dalam-dalam di dermis. Tiap helai rambut terdiri dari akar
dan batang yang tumbuh melalui epidermis ke permukaan kulit. Akar rambut terpancang
dalam liang yang disebut folikel dan mendapat suplai makanan dari darah melalui bagian

15
kembang yang disebut papila. Ada bagian kulit yang tidak memiliki rambut yang disebut
glabrous.
2. Kelenjar, terdiri dari :
a) Kelenjar minyak, berhubungan dengan folikel rambut dan menghasilkan minyak
untuk melumasi kulit.
b) Kelenjar keringat, terletak pada dermis yang terbuka pada permukaan kulit dan
melepaskan air serta sisa-sisa metabolisme tubuh.
3. Panca indera, terdiri dari :
a) Inter Epithelia, merupakan jaringan-jaringan yang bersama-sama membentuk organ
kulit, termasuk didalamnya jaringan saraf.
b) Jaringan Pengikat, mendukung dan membungkus sel-sel kulit dan memungkinkan
makanan dari dalam darah masuk ke sel. Sel jaringan ikat ini juga menyimpan lemak
dan terutama terdapat di lapisan kulit yang terbawah dan disekitar usus.

Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan,
panas, dingin, sakit, dan tekanan. Jenis-jenis reseptor pada kulit antara lain sebagai berikut:
1. Reseptor untuk menerima rangsang tekanan.
2. Reseptor untuk menerima rangsang panas.
3. Reseptor untuk menerima rangsang nyeri.
4. Reseptor untuk menerima rangsang sentuhan.
5. Reseptor untuk menerima rangsang dingin.

Kulit berfungsi sebagai:


a. Thermoreseptor, berkaitan dengan penginderaan yang mendeteksi panas dan dingin.
b. Mekanoreseptor, berkaitan dengan indera peraba, tekanan, getaran atau kinestesi (gerak).
c. Khemoreseptor, berkaitan dengan mendeteksi rasa asam, basa, dan garam atau perubahan
kimiawi.
d. Reseptor nyeri, berkaitan dengan mekanisme protektif bagi kulit.

16
G. KLASIFIKASI RESEPTOR
1) Reseptor pada kulit :
a) Lapisan Epidermis mendeteksi sentuhan
 Merkel’s disc : untuk mendeteksi sentuhan oleh orang lain yang tidak di kenal.
 Meisner’s corpuscle : untuk mendeteksi sentuhan orang yang di kenal.
Stereognosis tidak dapat mengidentifikasi objek melalui sentuhan. Misal:
diminta mengidentifikasi bentuk kubus (dengan mata tertutup), namun dikatakannya
itu bentuk bola. Seseorang yang mengalami hambatan dalam mengenali suatu objek
melalui sentuhan tetapi tidak ada kelainan dalam intelektual maupun dalam syaraf-
syaraf sensorisnya, maka ia menderita asterognostis.
b) Lapisan Dermis
 Reseptor Ruffini’s : mendeteksi panas
 Reseptor End Krause : mendeksi dingin
 Reseptor Paccini’s : untuk mendeteksi tekanan atau biasa berupa pijitan
 Reseptor Free Nerve Ending : untuk mendeteksi rasa sakit, jangkauannya lebih luas
dibandingkan reseptor lain karena tersebar di seluruh permukaan kulit.
Sistem anterolateral : membawa informasi tentang sentuhan, namun fungsi utamanya
adalah membawa informasi tentang rasa sakit dan temperatur.

H. PENYAKIT PADA INDRA PERABA (KULIT)


Gangguan psikis juga dapat menyebabkan beberapa kelainan atau gangguan pada kulit,
sebaliknya penyakit kulit dapat menyebabkan gangguan psikologis penderitanya.
1. Kudis
Kudis disebabkan oleh tungau yang dikenal dengan namaSarcoptes scabiei. Penderita
akan merasa gatal yang luar biasa. Penyakit ini seringkali dijumpai pada anak-anak.
Kudis biasanya ditemukan pada selah-selah jari tangan, pergelangan tangan, dan
pinggang batas celana.
2. Eksim
Eksim ditandai dengan badan yang meradang dan iritasi. Eksim disebabkan oleh
beberapa faktor, misalnya setelah memegang sabun ternyata tangan terasa gatal. Gejala

17
yang timbul pada kulit bervariasi, ada yang terasa gatal ringan dan ada juga yang
merasaan panas.
3. Jerawat
Jerawat adalah penyakit yang biasanya muncul di wajah, leher, punggung, bahu, dada,
bahkan di lengan atas. Jerawat disebabkan oleh tersumbatnya pori-pori kulit oleh kotoran.
4. Panu
Panu adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur dan menimbulkan rasa gatal. Rasa
gatal akan semakin terasa jika terkena keringat.
5. Dermatitis
Dermatitis adalah penyakit peradangan pada kulit dan ditandai dengan kulit yang
membengkak, memererah, dan gatal-gatal.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem pengindraan adalah organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis
rangsangan tertentu.Interpretasi dari semua organ indra dapat diklasifikasikan menjadi organ
indra umum seperti reseptor peraba yang tesebar diseluruh tubuh. Kulit atau kutis merupakan
salah satu organ yang paling luas permukaannya dan sangat penting bagi tubuh. Kulit
memiliki banyak fungsi diantaranya memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi
lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi,
metabolisme, dan sebagai indra peraba. Penyakit yang dapat terjadi pada kulit antara lain
kudis, eksim, jerawat, panu, dan dermatitis.

B. Saran
Untuk menjaga indra peraba dari berbagai penyakit bisa dilakukan dengan cara sederhana
seperti merawat dan menjaga kebersihan kulit setiap hari serta mengkonsumsi makanan
bergizi.

19

Anda mungkin juga menyukai