Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

Antenatal Care (ANC)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Praktek Klinik Di Puskesmas singgani

Disusun Oleh : Moh.Ilham Fikrianto Ali


Nim : 201901058
Kelompok : 7 (Keperawatan)

PROGAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
Antenatal Care (ANC)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Praktek Klinik Di Puskesmas singgani

Pembimbing Lahan Pemimbing Akademik

( ) Mahasiswa (
)

( )

PROGAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2019
A. KONSEP TEORITIS
1. DEFINISI ANC
Anternatal care merupakan suatu pelayanan yang diberikan
oleh perawat kepada seorang wanita selama hamil misalnya
pemantauan kesehatan secara fisik,fsikologi,termasuk pertumbuhan
dan perkembangan janin serta mempersiapkan proses persalinan
dan kelahiran supaya ibu siap menghadapi peran baru sebagai
orang tua (wagiyo & putrono 2016)
2. ETIOLOGI
a. Sel Telur (ovum) Sel telur berada di dalam indung telur atau
ovarium. Sel telur atau ovum merupakan bagian terpenting di
dalam indung telur atau ovarium wanita. Setiap bulannya, 1-2
ovum dilepaskan oleh indung telur melalui peristiwa yang
disebut ovulasi. Ovum dapat dibuahi apabila sudah melewati
proses oogenesis yaitu proses pembentukan dan perkembangan
sel telur didalam ovarium dengan waktu hidup 24-48 jam
setelah ovulasi, sedangkan pada pria melalui proses
spermatogenesis yaitu keseluruhan proses dalam memproduksi
sperma matang. Sel telur mempunyai lapisan pelindung berupa
sel-sel granulose dan zona pellusida yang harus di tembus oleh
sperma untuk dapat terjadi suatu kehamilan (Megasari, dkk,
2015: 25). Ovarium terbagi menjadi dua, yaitu sebelah kiri dan
kanan, didalamnya terdapat follicel primary (folikel ovarium
yang belum matang) sekitar 100.000 (Sunarti, 2013: 24).
Ovarium berfungsi mengeluarkan sel telur/ ovum setiap bulan,
dan meghasilkan hormon estrogen dan progesterone
Ovarium terletak di dalam daerah rongga perut (cavitas
peritonealis) pada cekungan kecil di dinding posterior
ligamentum latum/ ligamen yang melekat pada kedua sisi
uterus, dengan ukuran 3cm x 2cm x 1cm dan beratnya 5-8
gram (Megasari, dkk, 2015: 19). Didalam ovarium terjadi
siklus perkembangan folikel, mulai dari folikel yang belum
matang /folikel primordial menjadi folikel yang sudah masak/
matang (follicel de graff). Pada siklus haid, folikel yang sudah
matang akan pecah menjadi suatu korpus yang disebut corpus
rubrum yang mengeluarkan hormon esterogen, saat hormon
LH (luteinizing hormone) meningkat sebagai sebagai reaksi
tubuh akibat naiknya kadar esterogen yang disebut dengan
corpus luteum / massa jaringan kuning di ovarium yang akan
menghambat kerja hormon FSH (follicel stimulating hormone)
dengan menghasilkan hormon progesteron dan berdegenerasi,
jika tidak terjadi pembuahan korpus ini akan berubah menjadi
corpus albican/ badan putih dan siklus baru pun dimulai.
b. Sel Sperma (spermatozoa) Sperma mempunyai bentuk/
susunan yang sempurna yaitu kepala berbenruk lonjong agak
gopeng berisi inti (nucleus), diliputi oleh akrosom dan
membran plasma. Leher sperma menghubungkan kepala dan
bagian tengah sperma. Ekor sperma mempunyai panjang
kurang lebih 10 kali bagian kepala dan dapat bergetar sehingga
sperma dapat bergerak dengan cepat. Sama halnya ovum yang
melalui proses pematangan, sperma juga melalui proses
pematangan (spermatogenesis) yang berlangsung di tubulus
seminiferus testis. Meskipun begitu terdapat perbedaanya yang
jelas yaitu setelah melalui proses penggandaan/ replikasi DNA
dan pembelahan sel dengan jumlah kromosom yang sama
(mitosis) serta proses pembelahan sel dengan pengurangan
materi ginetik pada sel anak yang dihasilkan (meiosis) yaitu
untuk satu oogonium diploid menghasilkan satu ovum haploid
matur/ matang, sedangkan untuk satu spermatogonium diploid
menghasilkan empat spermatozoa haploid matur. Pada sperma
jumlahnya akan berkurang tetapi tidak habis seperti ovum dan
tetap diproduksi meskipun pada lanjut asia. Sperma juga
memiliki enzim hyaluronidase yang akan melunakkan sel – sel
graulosa (sel pelindung ovum) saat berada dituba. Dalam 100
juta sperma pada setiap mililiter air mani yang dihasilkan, rata-
rata 3 cc tiap ejakulasi, dengan kemampuan fertilisasi selama 2
– 4 hari, rata-rata 3 hari (Holmes, 2011: 26).
c. Pembuahan Ovum (Konsepsi) Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia konsepsi yaitu percampuran inti sel jantan dan inti
sel betina, definisi lain konsepsi/ fertilisasi yaitu pertemuan sel
ovum dan sel sperma (spermatozoon) dan membentuk zigot
(Sunarti, 2013: 31). Konsepsi terjadi sebagai dampak beberapa
peristiwa kompleks yang mencakup proses pematangan akhir
spermatozoa dan oosit, transpor gamet didalam saluran
genetalia wanita, selanjutnya peleburan gamet pria dan wanita,
pembentukkan jumlah kromosom diploid (Holmes, 201:17).
Sebelum terjadinya konsepsi dua proses penting juga terjadi,
yang pertama ovulasi (runtuhnya/ lepasnya ovum dari
ovarium/ indung telur sebagai hasil pengeluaran dari folikel
dalam ovarium yang telah matang (matur). Ovum yang sudah
dilepaskan selanjutnya masuk kedalam uterus (tuba fallopi)
dibantu oleh rumbai – rumbai (microfilamen fimbria) yang
menyapunya hingga ke tuba. Ovum siap dibuahi setelah 12 jam
dan hidup selama 48 jam (Sunarti, 2013: 32), apabila dalam
kurun waktu tersebut gagal bertemu sperma, maka ovum akan
mati dan hancur. Kedua inseminasi yaitu pemasukan sperma
(ekspulsi semen) dari uretra pria kedalam genetalia/ vagina
wanita. Berjuta-juta sperma masuk kedalam saluran reproduksi
wanita setiap melakukan ejakulasi semen / pemancaran cairan
mani. Dengan menggerakkan ekor dan bantuan kontraksi
muskular yang ada, sperma terus bergerak menuju tuba melalui
uterus. Dari berjuta-juta sperma yang masuk hanya beberapa
ratus ribu yang dapat meneruskan ke uterus menuju tuba
fallopi, dan hanya beberapa ratus yang hanya sampai pada
ampula tuba (Sunarti, 2013: 32). Bila ovulasi terjadi pada hari
tersebut, ovum dapat segera di buahi oleh sperma yang
memiliki cukup banyak enzim hialuronidase (enzim yang
menembus selaput yang melindungi ovum). Hanya ada satu
dari ratusan sperma yang dapat membuahi ovum dan
membentuk zigot.
d. Fertilisasi adalah proses ketika gamet pria dan wanita bersatu,
yang berlangsung selama kurang lebih 24 jam, idealnya proses
ini terjadi di ampula tuba yaitu tabung kecil yang memanjang
dari uterus ke ovarium pada sisi yang sama sebagai jalan untuk
oosit menuju rongga uterus juga sebagai tempat biasanya
terjadi fertilisasi. Sebelum keduanya bertemu, terdapat tiga
fase yang terjadi diantaranya:
1) Fase Penembusan Korona Radiata Dari 200-300 juta
hanya sekitar 300-500 yang sampai di tuba fallopi
yang bisa menembus korona radiata karena sudah
mengalami proses kapasitasi
2) Fase Penembusan Zona Pellusida Yaitu sebuah perisai
glikoprotein di sekeliling ovum yang mempermudah
dan mempertahankan pengikatan sperma dan
menginduksi reaksi akrosom. Spermatozoa yang bisa
menempel di zona pellusida, tetapi hanya satu yang
memiliki kualitas terbaik mampu menembus oosit,
3) Fase Penyatuan Oosit dan Membran Sel Sperma
Setelah menyatu maka akan dihasilkan zigot yang
mempunyai kromosom diploid dan terbentuk jenis
kelamin baru (Megasari, dkk, 2015: 27). Zigot yang
terdiri atas bahan genetik dari wanita dan pria, pada
manusia terdapat 46 kromosom dengan rincian 44
dalam bentuk autosom (kromosom yang bukan
kromosom seks) sedangkan lainya sebagai kromosom
pembawa tanda seks, pada seorang pria satu
kromosom X dan satu kromosom Y. Sedangkan pada
wanita dengan tanda seks kromosom X. Jika
spermatozoon kromosom X bertemu, terjadi jenis
kelamin
e. Implantasi (nidasi) Pada hari keenam, lapisan trofoblas
blastosis bersentuhan dengan endometrium uterus,
biasanya terjadi di dinding posterior atas dan mulai
berimplantasi. Pada lapisan luar sel (trofoblas), dapat
mengeluarkan enzim proteolitik (enzim yang kaya protein)
yang melarutkan sebagian endometrium. Jaringan
endometrium banyak mengandung sel-sel desidua yaitu
sel-sel besar yang banyak mengandung glikogen dan
mudah dihancurkan oleh trofoblas, lalu sel-sel trofoblas
(sinsitiotrofoblas) menyekresi enzim yang mengikis
endometrium untuk membantu penyediaan nutrisi bagi
embrio yang tengah berkembang serta membantu
perlekatan embrio pada endometrium. Blastula berisi
massa sel dalam (inner cell mass) akan mudah masuk ke
dalam desidua, menyebabkan luka yang kemudian sembuh
dan menutup lagi. Saat nidasi terjadi sedikit perdarahan
akibat luka desidua (tanda hartman) (Megasari, dkk. 2015:
28).
3. PATOFISIOLOGI
Bertemunya sel sperma laki-laki dan sel ovum matang dari wanita
yang kemudian terjadi pembuahan, proses inilah yang mengawali suatu
kehamilan. Untuk terjadi suatu kehamilan harus ada sperma, ovum,
pembuahan ovum (konsepsi), implantasi (nidasi) yaitu perlekatan embrio
pada dinding rahim, hingga plasentasi / pembentukan plasenta. Dalam
proses pembuahan, dua unsur penting yang harus ada yaitu sel telur dan
sel sperma. Sel telur diproduksi oleh indung telur atau ovarium wanita,
saat terjadi ovulasi seorang wanita setiap bulannya akan melepaskan satu
sel telur yang sudah matang, yang kemudian ditangkap oleh rumbai –
rumbai (microfilamen fimbria) dibawa masuk kerahim melalui saluran
telur (tuba fallopi), sel ini dapat bertahan hidup dalam kurun waktu 12-48
jam setelah ovulasi. Berbeda dengan wanita yang melepaskan satu sel telur
setiap bulan, hormon pria testis dapat terus bekerja untuk menghasilkan
sperma. Saat melakukan senggama (coitus), berjuta-juta sel sperma
(spermatozoon) masuk kedalam rongga rahim melalui saluran telur untuk
mencari sel telur yang akan di buahi dan pada akhirnya hanya satu sel
sperma terbaik yang bisa membuahi sel telur.
4. MENIFESTASI KLINIS
Ada 2 tanda yang menunjukkan seorang wanita mengalami suatu
kehamilan, tanda pasti dan tanda tidak pasti. Tanda tidak pasti dibagi
menjadi dua, pertama tanda subjektif (presumtif) yaitu dugaan atau
perkiraan seorang wanita mengalami suatu kehamilan, kedua tanda
objektif (probability) atau kemungkinan hamil.
a. Tanda pasti
1) Terdengar Denyut Jantung Janin (DJJ) Denyut jantung janin dapat
didengarkan dengan stetoskop Laennec/ stetoskop Pinard pada
minggu ke 17-18. Serta dapat didengarkan dengan stetoskop
ultrasonik (Doppler) sekitar minggu ke 12. Auskultasi pada janin
dilakukan dengan mengidentifikasi bunyi-bunyi lain yang
meyertai seperti bising tali pusat, bising uterus, dan nadi ibu
(Kumalasari, 2015:3).
2) Melihat, meraba dan mendengar pergerakan anak saat melakukan
pemeriksaan
3) Melihat rangka janin pada sinar rontgen atau dengan USG
(Sunarti, 2013: 60).
b. Tanda tidak pasti
1) Tanda Subjektif (Presumtif/ Dugaan Hamil)
a) Aminorhea (Terlambat datang bulan) Yaitu kondisi dimana
wanita yang sudah mampu hamil, mengalami terlambat haid/
datang bulan. Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi
pembentukan folikel degraaf dan ovulasi. Pada wanita yang
terlambat haid dan diduga hamil, perlu ditanyakan hari
pertama haid terakhirnya (HPHT). supaya dapat ditaksir
umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP) yang
dihitung dengan menggunakan rumus Naegele yaitu TTP :
(hari pertama HT + 7), (bulan - 3) dan (tahun + 1)
(Kumalasari, 2015: 12).
b) Mual (nausea) dan Muntah (vomiting) Pengaruh estrogen dan
progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang
berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi
terutama pada pagi hari yang disebut dengan morning
sickness. Akibat mual dan muntah ini nafsu makan menjadi
berkurang. Dalam batas yang fisiologis hal ini dapat diatasi
Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis Untuk
mengatasinya ibu dapat diberi makanan ringan yang mudah
dicerna dan tidak berbau menyengat (Kumalasari, 2015: 2).
c) Mengidam Wanita hamil sering makan makanan terntentu,
keinginan yang demikian disebut dengan mengidam,
seringkali keinginan makan dan minum ini sangat kuat pada
bulan – bulan pertama kehamilan. Namun hal ini akan
berkurang dengan sendirinya seiring bertambahnya usia
kehamilan.
d) Syncope (pingsan) Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah
kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat
dan menimbulkan syncope atau pingsan bila berada pada
tempa-tempat ramai yang sesak dan padat. Keadaan ini akan
hilang sesudah kehamilan 16 minggu (Kumalasari, 2015: 2).
5. PENATALAKSANAAN
a. Mengupayakan kehamilan yang sehat.
b. Melakukan deteksi dini kompolikasi, melakukan penatalaksanaan
awal serta rujukan bila diperlukan.
c. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
d. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan
jika terjadi komplikasi

6. KOMPLIKASI
a. Hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum mirip dengan morning sickness, namun
dengan gejala yang lebih berat. Mual dan muntah pada hiperemesis
gravidarum akan berlangsung lebih lama, bahkan bisa sampai
trimester kedua atau ketiga. Keluhannya pun lebih parah, hingga
membuat ibu hamil mengalami dehidrasi dan sulit untuk makan atau
minum.
Penyebab pasti hiperemesis gravidarum belum diketahui secara
pasti, namun salah satu penyebabnya diduga peningkatan kadar
hormon selama kehamilan. Upaya pencegahan pun belum dapat
dilakukan karena penyebab pasti kondisi ini tidak diketahui. Untuk
mencegah dehidrasi dan kekurangan nutrisi yang bisa membahayakan
janin, saat Anda mengalami mual dan muntah yang cukup parah,
segeralah periksakan diri ke dokter. Bila perlu, dokter akan
menyarankan ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum
untuk diinfus dan dirawat di rumah sakit.

b. Keguguran
Keguguran diartikan sebagai kematian janin di dalam kandungan
saat usianya belum mencapai 20 minggu. Kondisi ini dapat ditandai
dengan perdarahan melalui vagina, perut terasa kram atau sangat
nyeri, sakit menjalar hingga ke punggung, tubuh terasa lemas, dan
kadang disertai demam. Sebagian besar keguguran terjadi akibat
kelainan pada kromosom atau komponen genetik yang berujung pada
gangguan pertumbuhan janin. Hal lain yang juga bisa menyebabkan
keguguran adalah gangguan hormon, kelainan respons kekebalan
tubuh (autoimun), terlalu lelah, merokok, mengonsumsi alkohol,
kelainan rahim, dan kelemahan leher rahim. Risiko keguguran juga
akan meningkat pada ibu hamil yang memiliki penyakit tertentu,
seperti diabetes, gangguan tiroid, dan tekanan darah tinggi.
c. Anemia
Tubuh memerlukan zat besi, vitamin B12, dan asam folat untuk
membentuk hemoglobin, yaitu protein pada sel darah merah yang
berfungsi mengantarkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Saat
hamil, kebutuhan darah akan meningkat untuk mendukung
pertumbuhan janin. Namun bila tubuh ibu hamil tidak mampu
memproduksi lebih banyak hemoglobin, bisa terjadi anemia. Anemia
saat hamil umumnya ditandai dengan letih, pusing, sulit
berkonsentrasi, kulit pucat, bahkan sesak bernapas. Anemia pada ibu
hamil merupakan hal yang perlu diwaspadai. Pasalnya, anemia yang
tidak ditangani bisa menyebabkan berat bayi rendah, kelahiran
prematur, hingga cacat lahir. Kondisi ini lebih sering terjadi pada ibu
hamil yang mengalami morning sickness, hamil kembar, atau
memiliki pola makan tidak sehat.
d. Perdarahan
Sekitar 25-40% wanita hamil mengalami perdarahan di trimester
pertama. Walau demikian, tidak semua perdarahan saat hamil adalah
hal yang berbahaya. Perdarahan ini dapat disebabkan oleh proses
menempelnya sel telur yang telah dibuahi pada dinding rahim atau
melakukan hubungan seksual dengan cukup kuat. Namun, perdarahan
saat hamil bisa menjadi kondisi serius bila diikuti dengan gejala
keguguran, seperti nyeri dan kram perut yang hebat. Selain itu,
perdarahan yang terjadi akibat kehamilan ektopik atau pertumbuhan
janin abnormal, seperti pada hamil anggur, juga perlu diwaspadai.
Maka dari itu, perdarahan saat hamil tetap tidak boleh diremehkan,
meski hanya berupa bercak-bercak darah yang jumlahnya sedikit. Saat
mengalaminya, segeralah periksakan diri ke dokter kandungan untuk
mendapat penanganan yang tepat.
e. Kurang cairan ketuban
Di dalam rahim, janin berdiam dalam kantung berisi cairan
ketuban. Fungsi cairan ini adalah melindungi janin dari benturan dan
infeksi, menjaga suhu rahim stabil, serta membantu organ-organ janin
untuk berkembang.
Jumlah cairan ini akan terus berkurang mulai usia kehamilan 36
minggu hingga akhirnya janin lahir. Namun hati-hati, turunnya
volume cairan ketuban yang terlalu cepat bisa menyebabkan
komplikasi kehamilan, seperti bayi sungsang dan bayi lahir prematur.
7. Prognosis
Prognosis pada kehamilan postterm ditentukan oleh kondisi janin,
volume cairan amnion, dan ada tidaknya kondisi penyulit seperti
ketuban pecah dini atau infeksi intrauteri.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

1. Anamnesa.
a. Anamnesa identitas suami istri.
b. Anamnesa umum: keluhan kehamilan (mual, muntah, sakit kepala,
nyeri uluh hati), nafsu makan, tidur, miksi,defekasi, perkawinan.
c. Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan ektopik
atau kehamilan mola sebelumnya.
2. Pemeriksaan fisik diagnostik.
a. Keadaan umum.
Dengan inspeksi, dapat di peroleh gambaran keadaan panggul.
Adanya kesempitan atau kelianan panggul, dapat di duga bila terlihat
jalanya ibu tidak normal, misalnya pincang, ibu sangat pendek,
adanya kelainan panggul ( kifosis ,skoliosis), kelainan belah ketupat
dari michealis (tidak semetris).
b. Tinggi badan.
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor resiko untuk
ibu hamil atau ibu bersalin. Jika tinggi badan kurang dari 145 cm di
mungkinkan sang ibu memiliki panggul sempit.
c. Berat badan.
Pertambahan selama kehamilan rata-rata 0,3 – 0,5 kg/minggu. Bila
di kaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan selam hamil
muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masih bertambah 5
kg. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan total adalah 9 –
12 kg. Bila terdapat BB yang berlebihan, perlu di pikirkan adanya
resiko bengkak, kehamilan kembar, hidroamnion, dan anak besar.
d. Lingkar lengan atas ( LILA).
Lila kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status
gizi yang kurang/ buruk. Ibu berisiko untuk melahirkan anak dengan
BBLR.

e. TTV.
1) Tekanan darah.
TD yang tinggi (lebih dari 140/90 mmHg) merupakan resikodalam
kehamilan. Penanganan yang kurang tepat, TD sistolik 30 mmHg
atau lebih, dan / atau diatolik 15 mmHg atau lebih dapat berlaajut
menjadi preeklamsi atau eklamsi.
2) Denyut nadi.
Jumlah denyut nadi normal adalah sekitar 80x/menit.
3) Suhu.
Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,5℃ di katakan demam hal ini
kemungkina adanya infeksi dalam kehamilan.
4) Pernapasan.
Frekuensi napas normal orang dewasa adalah 16-20 x/menit. Jika
ibu mengalami peningkatan frekuensi napas ibu akan mudah lelah
atau kemungkinan mempunyai penyakit jantung.
f. Kepala dan leher.
1) Memeriksa jika terdapat edema di wajah.
2) Memreiksa jika kelopak mata bagian bawah tampak pucat,
berwarna kuning/jaundice pada sklera.
3) Memeriksa jika kulit sekitar rahang pucat dan juga keadaan gigi.
4) Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui pembesaran
kelenjar tiroid, pembuluh limfa dan vena jugularis.
g. Payudara.
1) Amati bentuk, ukuran, dan kesimetrisannya; payudara normal
melingkar, agak simetris dan dapat di deskripsikan kecil, sedang,
dan besar.
2) Puting payudara menonjol atau masuk ke dalam.
3) Adanya kolostrum atau cairan lain, misalnya ulkus.
4) Retraksi akibat adanya lesi.
5) Massa atau pembesaran pembuluh limfe.
h. Abdomen.
1) Memeriksa jika ada bekas operasi.
2) Menggukur tinggi fundus urteri mengunakan tangan bila usia
kehamilan > 12 minggu, atau pita ukuran bila usia kehamilan lebih
dari 22 minggu
3) Melakukan palpasi untuk mengetahui letak presentasi, posisi, dan
penurunan kepala janin kalau > 36 minggu.
3. Pemeriksaan leopold.
a. Leopold I.
1) Pemeriksaan menghadap ibu hamil.
2) Menentukan tinggi fundus urteri dan bagian janin dalm fundus.
3) Konsistensi uterus.
b. Leopold II.
1) Menentukan batas samping rahim kiri kanan
2) Menentukan letak punggung janin
3) Pada letak lintang, tentukan latak dimana kepala janin.
c. Leopold III.
1) Menentukan bagain terbawah janin.
2) Apakah bagian janin sudah masuk/ goyang.
d. Leopod IV.
1) Memeriksa menghadap ke arah kaki ibu hamil.
2) Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh
sudah masuk PAP.
i. Tangan dan kaki.
1) Memeriksa apakah tangan dan kaki edema atau kuku jari yang
pucat.
2) Memeriksa dan meraba kaki jika da varises.
3) Memeriksa refleks pattela untuk melihat apakah terjadi gerakan
hipo dan hiper.
j. Pemeriksaan penggul.
1) Genital luar.
a) Memeriksa labia mayora dan minora, klitoris, lubang uretra,
introitus vagina untuk melihat adanya tukak atau luka, varises,
cairan yang ada ( warna, konsistensi, jumlah, bau)
b) Melakukan palpasi pada kelenjar bartolini untuk mengetahui
adanya pembekakan masa atau cairan kista.
2) Menggunakan spekulum.
a) Memeriksa serviks untuk melihat adanya cairan/darah,
luka/lesi, apakah serviks sudah membuka atau belum.
b) Memeriksa dinding vagina untuk melihat adanya
cairan/ darah dan luka.
3) Pemeriksaan bimanual.
a) Mencari letak serviks dan merasakan untuk mengetahui
pembukaan ( dilatasi ) dan rasa nyeri karena gerakan
( nyeri tekanan dan nyeri goyang)
b) Mengunakan 2 tangan, satu tangan di atas abdomen, 2
jari di dalam vagina untuk palpasi uterus. Ukuran ,
bentuk, dan posisi, mobilitas, rasa nyeri, serta adanya
massa .
k. Denyut jantung janin (DJJ).
1) Dari janin.
a) DJJ pada bulan 4-5
b) Bisisng tali pusat
c) Gerekan atau tendangan janin
2) Dari ibu.
a) Bising rahim.
b) Bising aorta.
c) Peristaltik usus.
l. Pemeriksaaan dalam.
1) Vagina toucher (VT)
2) Rectal toucher (RT)
3) dapat di nilai.
a) Pembukaan serviks : berapa cm ke jari.
b) Bagian anak paling bawah: kepala, bokong serta posisinya
c) Turunya bagian terbawah menurut bidang hotge
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. USG Kehamilan USG kehamilan sebenarnya adalah jenis
pemeriksaan yang disarankan untuk rutin dilakukan selama hamil.
Pemeriksaan ini nyatanya bisa membantu melihat pertumbuhan janin
serta mendeteksi kemungkinan terjadinya kelainan. 
b. USG Doppler Mendeteksi kemungkinan gawat janin juga bisa
dilakukan dengan pemeriksaan USG Doppler. Jenis USG ini bisa
membantu mengetahui ada atau tidak gangguan di aliran darah dan
jantung janin. 
c. Cardiotocography, Cardiotocography (CTG) dilakukan untuk melihat
detak jantung janin secara berkelanjutan. Pemeriksaan ini juga bisa
memantau detak jantung janin terhadap pergerakan janin dan
kontraksi rahim. 

d. Kadar Air Ketuban Pemeriksaan air ketuban juga bisa dilakukan untuk


mengetahui kemungkinan adanya gangguan. Tes ini dilakukan untuk
mengetahui volume air ketuban dan melihat kemungkinan ditemukan
mekonium atau tinja janin pada air ketuban.
e. Pemeriksaan Ph Gawat janin yang terjadi karena kekurangan asupan
oksigen bisa menyebabkan pH darah janin menjadi lebih asam. Maka
dari itu, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan penunjang
berupa pengambilan sampel darah bayi untuk memeriksa pH. . 

3. PATOFLODIAGRAM

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Risti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perubahan nafsu makan, mula dan muntah.
b. Risti devisi volume cairan berhubungan dengan prubahan nafsu
makan, mual dan muntah.
c. Ketidakefektifan pola pernapasanberhubungan dengan pergeseran
diafragma sekunder kehamilan
d. Ketidak nyamanan berhubungan dengan perubahan fisik dan pengaruh
hormonal.
5. INTERENSI DAN RASIONAL
a. Risti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perubahan nafsu makan, mula dan muntah.
No Intervensi Rasional
1. Tentukan asupan nutrisi per 24 jam Untuk memenuhu
2. Kaji tentang pengetahuan kebutuhan diet. nutrisi ibu
3. Berikan informasi tertulis diet prenatal dan Dasar memberi
suplemen penyuluhan tentang
4. Tanyakan keyakina diet sesuai budaya. diet yang di perlukan
5. Timbang BB dan kaji BB pregravida ibu.

Memudahkan ibu
untuk mempraktekan
di rumah dan sebagai
petunjuk tanyakan
kayakinan diet sesuai
kebudayaan.
Memastikan
kebutuhan nutrisi ibu
terpenuhi tanpa
menentang budaya di
anut oleh ibu
Ketidakadekuatan
penambahan BB
prenatal dan atau BB
di bawah normal
meningkatkan resiko
IUGR.

b. Risti devisi volume cairan berhubungan dengan prubahan nafsu makan,


mual dan muntah.
N INTERVENSI RASIONAL
O
1 Auskultasi DJJ Mengidentifikasi keadaan janin
2 Tentukan beratnya Mengidentifikasi derajat dehidrasi
mual/muntah
3 Tinjau riwayat (gastritis, Menentukan tindakan intervensi untuk
kolesistiasis) diet
4 Anjurkan mempertahankan Memenuhi kebutuhan cairan
asupan cairan
5 Kaji suhu, turgor kulit, Peningkatan suhu, penuruna turgor
membran mukosa, TD kulit. Membran mukosa yang kering
intake dan output, timbang penurunan berat badan salah satu
BB. tanda gejala dehidrasi

c. Ketidakefektifan pola pernapasanberhubungan dengan pergeseran


diafragma sekunder kehamilan.
No INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji status pernapasan Mengidentifikasi adanya keluhan sesak
karena pergeseran diafragma
2 Pantau riwayat medis Melihat jika ada perberat adanya
(alergi, rinitis, asma, tbc) keluhan pernapasan
3 Kaji kadar HB hb yang rendah menyebabkan suplai
oksigen dalam darah rendah, aliran
darah ke otak terlambat dan
mempengaruhi sistem saraf pernapasan
sehingga dapat menyebabkan ibu
merasa sesak.
4 Informasikan hubungan Program latihan seperti senam hamil
program latihan dan membantu ibu untuk mengatur
kesulitan pernapasan pernapsan sehingga keluhan tentang
kesulitan pernapasan dapat berkurang.
5 Anjurkan istirahat dan Mencegah kelelahan.
latihan berimbang.

d. Ketidak nyamanan berhubungan dengan perubahan fisik dan pengaruh


hormonal.
No INTERVENSI RASIONAL
1 Catat derajat rasa tidak nyaman Mengetahui rasa tidak nyaman
minor yang di rasakan oleh klien
2 Evaluasi derajat rasa tidak nyaman Mengetahui perkembangan
selama pemeriksaan lanjutan perubahan rasa
ketidaknyamanan.
3 Anjurkan pemakaian korset uterus Menambah kenyamanan ibu
4 Tekankan menghindari stimulasi Stimulasi puting dapat
puting menimbulkan kontraksi pada
rahim yang dapat
menyebabkan ibu merasa tidak
nyaman
5 Kaji adanya hemoroid Dapat menjadi penyebab
ketidak nyamanan terutama
pada saa duduk atau BAB.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marylinn E 2001. Rencana perawatan maternal bayi: pedoman


untuk perencanaan dan dokumentasi perawatan klien. Jakarta :
EGC.

Hamilton, Persis. (1995). Dasar-dasar keperawatan maternitas. Edisi 6 egc:


jakarta.

Hidayati, Ratna. (2009), Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis


Dan Patologis, Jakarta: Salemba Medika.

Mochtar, Rustam (2009). Synopsis obstetri: obstetri patologi. EGC:


Jakarta.

Rusari, (2008). Asuhan keperawatan maternitas, jakarta.

Anda mungkin juga menyukai