2018
Logo Kabupaten/kota
STRATEGI
KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING
DI (sebutkan namakabupaten/kota)
2
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Indikator Capaian
1.3 Landasan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan Stunting
1.4 Dasar Hukum
BAB 2 Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku
2.1 Analisis Situasi
2.2 Menentukan Kelompok Sasaran
2.3 Menyusun Struktur Pesan Kunci
2.4 Mengembangkan Pendekatan Komunikasi
2.5 Mengelola Saluran Komunikasi
2.6 Mendesain Materi Komunikasi
3
Daftar Singkatan
(tuliskan daftar singkatan yang tidak umum pada bagian ini-dapat mengacu kepada
Pedoman Nasional Strategi Komunikasi Percepatan Penurunan Stunting)
4
Bab 1
Pendahuluan
Stunting atau sering disebut pendek adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi
kronis dan stimulasi psikososial sertapaparan infeksi berulang terutama dalam 1.000
Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia dua tahun.1 Anak
tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus dua
standar deviasi (-2SD) anak seusianya.2
Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1.000 HPK tidak hanya
menyebabkan hambatan pertumbuhan fisik dan meningkatkan kerentanan terhadap
penyakit, tetapi jugamengancam perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada
tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa dewasanya. Kerugian ekonomi akibat
stunting pada angkatan kerja di Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 10,5%dari
produk domestik bruto (PDB), atau setara dengan Rp386 triliun.3
1 Setwapres. (2018). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting Periode 2012 – 2024
2Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standard Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
3
Galasso and Wagstaff (2017). The Economic Costs of Stunting and How to Reduce Them. Policy Research Note, World Bank Group,
Development Economics. Diakses dari: http://pubdocs.worldbank.org/en/536661487971403516/PRN05-March2017-Economic-
Costs-of-Stunting.pdf
4 Kementerian Kesehatan (2007, 2011, 2013). Riset Kesehatan Dasar. Kemenkes: Jakarta.
5UNICEF. (2013). Improving Child Nutrition, The Achievable Imperative for Global Progress. UNICEF: New York.
6International Food Policy Research Institute. (2016). From Promise to Impact Ending malnutrition by 2030. IFPRI: Washington DC.
7
Bappenas. (2018). Rencana Aksi Nasional Dalam Rangka Penurunan Stunting. Rembuk Stunting: Jakarta.
5
dan status kesehatan ibu dan anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut
diharapkan dapat mencegah masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi.
Pencegahan stunting memerlukan intervensi gizi yang terpadu, mencakup intervensi gizi
spesifik dan gizi sensitif. Pengalaman global menunjukkan bahwa penyelenggaraan
intervensi yang terpadu untuk menyasar kelompok prioritas di lokasi prioritas
merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi dan tumbuh kembang anak, serta
pencegahan stunting.8
Boleh menyertakan data tabel yang lebih rinci untuk menggambarkan situasi yang
berbeda dari setiap desa/kelurahan. Diharapkan tetap dapat memberikan penjelasan
dari setiap informasi yang dituliskan.
Dengan mengacu kepada kondisi yang telah dipaparkan di atas, diperlukan Pedoman
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku (sebutkan nama kabupaten/kota)yang terpadu
agar terjadi pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing pemangku
kepentingan untuk mendukung komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting.
Kombinasi elemen advokasi kebijakan, kampanye, Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dan
mobilisasi sosial akan saling melengkapi dan meneguhkan untuk memperkuat proses
pengambilan keputusan, koordinasi, kualitas dan akuntabilitas program yang akan
diimplementasikan.
8Levinson, F.J., and Y. Balarajan. (2013). Addressing malnutrition multisectorally: what have we learned from recent internati onal
experience, UNICEF Nutrition Working Paper, UNICEF and MDG Achievement Fund, New York.
6
1.2 Tujuan dan Indikator Capaian
Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran publik dan mengubahperilaku kunci untuk mencegahstunting
melalui strategi komunikasi perubahan perilaku yang komprehensif di Kabupaten/kota
(sebutkan nama kabupaten/kota)
3. Terlaksananya komunikasi Sebanyak (tuliskan target %) tenaga Commented [u1]: Meliputi dalam dan luar gedung,
antarpribadi oleh tenaga kesehatan puskemas melakukan namun tetap dalam platform PIS PK dan Posyandu
7
Catatan :
1. Kabupaten/kotamelakukan survei
perilaku, misalnya melalui kemitraan
dengan Universitas
2. Cara penghitungan target: Jumlah
Tenaga Kesehatan yang sudah
melakukan dibagi Jumlah Tenaga
Kesehatan yang sudah dilatih
8
setahun.
Sebanyak 80% balita di lokus prioritas
mendapatkan pengukuran panjang
badan dan tinggi badan sedikitnya
dua kali per tahun.
Sebanyak 80% balita di lokus prioritas
mendapat pemantauan
perkembangan per tahun.
Sebanyak 80% remaja
putrimengonsumsi tablet tambah
darah di lokasi sasaran program
pemberian tablet tambah darah.
Sebanyak 50% rumah tangga di lokus
prioritas mendapatkan akses air
minum layak.
Sebanyak 95% bayi di lokus prioritas
mendapat Imunisasi Dasar Lengkap.
Sebanyak 95% baduta (1-24 bulan) di
lokus prioritas mendapat imunisasi
lanjutan DPT-HB-Hib danCampak/MR.
Sebanyak 100% ibu hamil KEK di lokus
prioritas mengonsumsi makanan
tambahan ibu hamil per tahun.
Sebanyak 100% anak usia 1-4 tahun
didaerah endemiskecacingan
mengonsumsi obat cacing sesuai
standar.
Sebanyak 100% anak usia 0-59 bulan
dilokus prioritas mengonsumsi
vitamin A per tahun sesuai standar.
9
1. Kampanye perubahan perilaku bagi masyarakat umum yang konsisten dan
berkelanjutan, dengan memastikan pengembangan pesan, pemilihan saluran
komunikasi, dan pengukuran dampak komunikasi yang efektif, efisien, tepat sasaran,
konsisten, dan berkelanjutan. Di samping itu, kampanye yang dilakukan akan
dilaksanakan/ dilakukan dengan mempertimbangkan nilai-nilai budaya lokal
(kontekstual).
2. Komunikasi antarpribadi sesuai konteks sasaran, dengan memastikan
pengembangan pesan sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran seperti
Posyandu, kunjungan rumah, konseling pernikahan, konseling reproduksi remaja,
dan sebagainya dengan mempertimbangkan konteks lokal.
3. Advokasi berkelanjutan kepada pengambil keputusan, dengan memastikan
terselenggaranya penjangkauan yang sistematis terhadap para pengambil keputusan
(sebutkan siapa saja pengambil keputusan di Kabupaten/kota/ kota, desa/kelurahan)
untuk mendukung percepatan pencegahan stuntingmelalui penyediaan alat bantu,
dan pengembangan kapasitas penyelenggara kampanye dan komunikasi perubahan
perilaku.
4. Pengembangan kapasitas pengelola program, dengan memberikan pengetahuan
dan pelatihan bagi penyelenggara kampanye dan komunikasi perubahan perilaku
yang efektif dan efisien kepada (sebutkan siapa saja yang akan diberikan
pengembangan kapasitas)dengan mempertimbangkan konteks lokal.
Secara rinci, dokumen ini menjelaskan tentang target penerima dan penyampain pesan
terkait perubahan perilaku, dan elemen-elemen teknis lainnya seperti platform yang
dapat dipakai untuk melakukan komunikasi antarpribadi, pilihan kanal komunikasi yang
dapat digunakan untuk setiap kelompok sasaran, usulan kegiatan untuk
mengimplementasikan komunikasi antarpribadi, kampanye, dan advokasi kebijakan dan
gambaran indikator capaian dari seluruh kegiatan tersebut.
10
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal.
4. Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
5. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi.
6. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.
7. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(Germas).
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2013 tentang
Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Kesehatan.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2014 tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 tahun 2014 tentang Pemantauan
Pertumbuhan, Perkembangan dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585/Menkes/SK/V/2007
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas.
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/577/2018 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Stunting
Kementerian Kesehatan.
16. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Nomor 188/Menkes/PB/1/2011 dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 7 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok.
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64
tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah
18. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2017
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 100 tahun 2018
tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
11
20. Sebutkan peraturan daerah yang relevan untuk mendukung implementasi strategi
komunikasi perubahan perilaku percepatan pecegahan stunting di
kabupaten/kota.
12
Bab 2
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku
Berikut adalah enam elemen penting yang telah diidentifikasi dalam pengembangan
strategi komunikasi perubahan perilaku tersebut.
Analisa status kesehatan: tuliskanlah masalah kesehatan apa saja yang dihadapi ibu,
bayi, baduta, dan balita, penyakit apa saja yang paling banyak dialami oleh bayi, baduta
dan balita (dalam angka).
Catatan:
1. Dalam menyusun analisis perilaku dan lingkungan dalam penulisan memperhatikan
hasil analisis derajat kesehatan, kependudukan, dan pelayanan/upaya kesehatan.
2. Dengan dipaparkannya analisis situasi yang mendalam, makaakan tampak
permasalahanpenyebab masalah stunting di kabupaten/kota (baik perilaku,
infrastruktur, SDM, dll). Hal ini akan memudahkanseluruh pemangku kepentingan di
kabupaten/kota setempat untuk membuat program sebagai solusi terhadap
permasalahan yang ada.
14
2.2.2. Kelompok Sekunder
Kelompok sekunder adalah kelompok yang berpotensi untuk melahirkan, mencegah,
dan mengoreksi anak stunting di masa mendatang dan kelompok penyedia layanan
kesehatan:
a. Wanita usia subur
b. Remaja
c. Lingkungan pengasuh anak terdekat (kakek, nenek, ayah)
d. Pemuka masyarakat, pemuka agama
e. Jejaring sosial (PKK, grup pengajar, dan lain-lain)
Struktur dan dimensi pesan yang akan menjadi panduan utama materi komunikasi
dalam implementasi percepatan penurunan stunting di Kabupaten/kota (xxx) mengacu
pada Pedoman Nasional Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan
Pencegahan Stunting.
Berikut adalah struktur pesan kunci Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Stunting di
Kabupaten/kota xxx: (Matriks 3)
15
Pendukung:
Stunting adalah permasalahan kesehatan
yang dapat dicegah melalui intervensi gizi
spesifik dan sensitif.
Dst
(Berisi poin-poin pendukung pesan kunci
utama di atas)
Pendukung:
Stunting adalah permasalahan prioritas di
daerah, yang bisa dituntaskan melalui
komitmen pemimpin daerah, dan kerja
sama antar Organisasi Perangkat Daerah
Dst
(Berisi poin-poin pendukung pesan kunci
utama di atas)
16
Desa/kelurahan/Kelurahan
Pendukung:
Stunting adalah permasalahan
mendesa/kelurahank yang terjadi di
tengah masyarakat dan dapat dicegah
melalui komitmen pemimpin
desa/kelurahan, dan kerja sama antar
warga masyarakat.
Dst
(poin-poin pendukung pesan kunci utama di
atas)
17
Note: Gunakan matrik 2 untuk melakukan analisis saluran komunikasi
18
Bab 3
Rencana Aksi Komunikasi Perubahan Perilaku
3.1. Perencanaan
19
3.3. Matriks Rencana Aksi Komunikasi Perubahan Perilaku
(untuk mengisi matriks 4ini, anda bisa mengacu kepada enam elemen komunikasi perubahan perilaku yang sudah anda tuliskan
sebelumnya di atas)
Pendekatan
Kelompok Sasaran Saluran Komunikasi Bentuk Kegiatan Materi Komunikasi Indikator Capaian
Komunikasi
Advokasi Kabupaten/kota/kota Mengacu kepada Mengacu pada bentuk- Mengacu kepada Tuliskan indikator capaian dari pendekatan
Kebijakan saluran komunikasi bentuk kegiatan yang akan disain materi advokasi kebijakan yang langsung
yang digunakan – dilaksanakan untuk komunikasi yang didapatkan dari pelaksanaan sebuah
dalam kegiatan advokasi kebijakan digunakan untuk kegiatan/program. Indikator harus dapat
advokasi kebijakan advokasi kebijakan diukur
Mobilisasi 1. Kelompok Primer Kelas ibu hamil Penyuluhan kelompok Materi edukasi: • Meningkatnya pengetahuan ibu hamil
Sosial dan lembar balik, video tentang manfaat TTD pada ibu hamil
Komunikasi 2. Kelompok
Perubahan Sekunder
Perilaku
(melalui 3. Kelompok Tersier Mengacu kepada Mengacu pada bentuk- Mengacu kepada
komunikasi saluran komunikasi bentuk kegiatan yang akan disain materi Tuliskan indikator capaian dari pendekatan
antar pribadi) yang digunakan – dilaksanakan untuk komunikasi yang mobilisasi sosial dan komunikasi perubahan
dalam kegiatan mobilisasi sosial dan digunakan untuk sosial yang langsung didapatkan dari
mobilisasi sosial dan komunikasi perubahan mobilisasi sosial dan pelaksanaan sebuah kegiatan/program.
komunikasi sosial komunikasi Indikator harus dapat diukur
perubahan sosial perubahan sosial
Kampanye 1. Kelompok Primer Mengacu kepada Mengacu pada bentuk- Mengacu kepada Tuliskan indikator capaian dari pendekatan
Publik saluran komunikasi bentuk kegiatan yang akan disain materi kampanye publik yang langsung didapatkan
2. Kelompok yang digunakan – dilaksanakan untuk komunikasi yang dari pelaksanaan sebuah kegiatan/program.
Sekunder dalam kegiatan kampanye publik digunakan untuk Indikator harus dapat diukur
kampanye publik kampanye publik
3. Kelompok Tersier
20
Bab 4
Pemantauan dan Evaluasi
Kegiatan pemantauan yang harus dilakukan secara rutin oleh pihak-pihak terkait:
1. Materi yang dipantau adalah perkembangan pelaksanaan kegiatan strategi
komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting dengan menggunakan
komunikasi antarpribadi di kabupaten/kota.
2. Sumber informasi pemantauan adalah dokumen rencana kegiatan strategi
komunikasi perubahan perilaku pencegahan stuntingdengan menggunakan
komunikasi antarpribadidi tingkat kabupaten/kota; termasuk di dalamnya adalah
target kegiatan, alokasi pendanaan, dan indikator komunikasi antarpribadi dalam
program pencegahan stunting.
3. Pelaksana pemantauan di tingkat kabupaten/kota menjadi tanggung jawab Bidang
Kesehatan Masyarakat yang mendapat penugasan dari pimpinan institusi.
4. Pemantauan dilakukan setiap enam bulan sekali kepada bupati/walikota secara
terpadu melalui laporan secara berjenjang, rapat koordinasi lintas program/sektor
dan pembinaan terbaru.
5. Umpan balik (feedback) hasil monitoring dapat disampaikan melalui mekanisme
persuratan. Dan dapat dibawa ke forum pimpinan apabila terdapat tindak lanjut
yang memerlukan keputusan pimpinan yang lebih tinggi.
6. Hasil monitoring akan menjadi bahan masukan dalam melakukan evaluasi upaya
komunikasi dalam pencegahan stunting secara keseluruhan.
Kegiatan evaluasi yang harus dilakukan secara rutin oleh pihak-pihak terkait:
1. Materi yang dievaluasi di tingkat kabupaten/kota adalah hasil pelaksanaan kegiatan
strategi komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting dengan menggunakan
komunikasi antarpribadi.
2. Sumber informasi evaluasi adalah dokumen rencana kegiatan strategi komunikasi
perubahan perilaku pencegahan stunting dengan menggunakan komunikasi
antarpribadi yang termasuk di dalamnya adalah target kegiatan, alokasi pendanaan,
dan indikator komunikasi perubahan perilaku dalam program pencegahan stunting.
3. Pelaksana evaluasi di tingkat kabupaten/kota menjadi tanggung jawab Bidang
Kesehatan Masyarakat atau penanggungjawab yang ditugaskan oleh institusi yang
berwenang.
4. Waktu evaluasi dilakukan 1 tahun sekali, melalui laporan pada rapat koordinasi
forum komunikasi lintas program pada akhir tahun.
5. Hasil evaluasi dilaporkan ke Gubernur oleh Bupati dan akan dilaporkan kepada
Menteri Kesehatan.
21
LAMPIRAN
22
MATRIKS 1
MASALAH PERILAKU DAN PRAKTIK
Kabupaten/kota :
Provinsi :
SASARAN MASALAH PENYEBAB MASALAH ALTERNATIF PENYELESAIAN
MASALAH
SASARAN PRIMER Ibu hamil Tidak mengkonsumsi TTD Tidak mengetahui Bidan memberikan
sesuai standar pentingnya minum TTD informasi tentang manfaat
Efek samping TTD TTD dan efek samping
membuat mual dan Kader mendampingi dan
sembelit memotivasi ibu hamil dan
Tidak ada keluarga yang keluarga untuk minum TTD
mengingatkan minum Anggota keluarga
TTD mengingatkan ibu untuk
minum TTD nya
Tidak makan gizi seimbang
SASARAN
SEKUNDER
SASARAN TERSIER
23
MATRIKS 2
ANALISIS SALURAN/KANAL KOMUNIKASI
Kabupaten/kota :
Provinsi :
MEDIA CETAK Leaflet Bahasa sulit dipahami Menyusun materi leafleat Poster
masyarakat daerah dengan bahasa lokal Lembar balik
Gambar kurang menarik Uji coba media sebelum di
cetak
24
memadai dengan kualitas lebih tebal
Halaman mudah sobek
MEDIA BROADCAST
DAN DIGITAL
KOMUNIKASI ANTAR
PRIBADI DAN
KELOMPOK KECIL
25