Anda di halaman 1dari 25

DRAFT – 15 Maret 2018

2018

Logo Kabupaten/kota

STRATEGI
KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING
DI (sebutkan namakabupaten/kota)

(sebutkan Kabupaten/kota yang mengeluarkan)


(tahun dikeluarkan Strategi)
Kata Pengantar

(pada bagian ini tuliskan kata pengantar dari Bupati/ Walikota/Bappeda/Sekda)

2
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Indikator Capaian
1.3 Landasan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan Stunting
1.4 Dasar Hukum
BAB 2 Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku
2.1 Analisis Situasi
2.2 Menentukan Kelompok Sasaran
2.3 Menyusun Struktur Pesan Kunci
2.4 Mengembangkan Pendekatan Komunikasi
2.5 Mengelola Saluran Komunikasi
2.6 Mendesain Materi Komunikasi

BAB 3 Rencana Aksi Komunikasi Perubahan Perilaku


3.1 Perencanaan
3.2 Pelaksanaan
3.3 Matriks Rencana Aksi Komunikasi Perubahan Perilaku

BAB 4 Pemantauan dan Evaluasi


Lampiran 1 : Matriks 1 Masalah perilaku dan praktik
Lampiran 2 : Matriks 2 Analisis saluran/kanal komunikasi

3
Daftar Singkatan
(tuliskan daftar singkatan yang tidak umum pada bagian ini-dapat mengacu kepada
Pedoman Nasional Strategi Komunikasi Percepatan Penurunan Stunting)

KAP : Komunikasi Antar Pribadi

4
Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Stunting atau sering disebut pendek adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi
kronis dan stimulasi psikososial sertapaparan infeksi berulang terutama dalam 1.000
Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia dua tahun.1 Anak
tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus dua
standar deviasi (-2SD) anak seusianya.2

Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1.000 HPK tidak hanya
menyebabkan hambatan pertumbuhan fisik dan meningkatkan kerentanan terhadap
penyakit, tetapi jugamengancam perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada
tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa dewasanya. Kerugian ekonomi akibat
stunting pada angkatan kerja di Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 10,5%dari
produk domestik bruto (PDB), atau setara dengan Rp386 triliun.3

Prevalensi stuntingdalam 10 tahun terakhir4 menunjukkan bahwa stunting merupakan


salah satu masalah gizi terbesar pada balita di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2018 menunjukkan 30,8% balita menderita stunting. Masalah gizi lain
terkait dengan stunting yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah
anemia pada ibu hamil (48,9%), Berat Bayi Lahir Rendah atau BBLR (6,2%), balita dengan
status gizi buruk (17,7%) dan anemia pada balita.

Mengacu pada “The Conceptual Framework of the Determinants of Child


Undernutrition”5, “The Underlying Drivers of Malnutrition”6, dan “Faktor Penyebab
Masalah Gizi Konteks Indonesia” 7penyebab langsung masalah gizi pada anak termasuk
stunting adalah rendahnya asupan gizi dan status kesehatan. Penurunan
stuntingmenitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang
berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi
(makanan), lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian makanan bayi dan
anak (pengasuhan), akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan
pengobatan (kesehatan), serta kesehatan lingkungan yangmeliputi tersedianya sarana
air bersih dan sanitasi (lingkungan). Keempat faktor tersebut mempengaruhi asupan gizi

1 Setwapres. (2018). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting Periode 2012 – 2024
2Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standard Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
3
Galasso and Wagstaff (2017). The Economic Costs of Stunting and How to Reduce Them. Policy Research Note, World Bank Group,
Development Economics. Diakses dari: http://pubdocs.worldbank.org/en/536661487971403516/PRN05-March2017-Economic-
Costs-of-Stunting.pdf
4 Kementerian Kesehatan (2007, 2011, 2013). Riset Kesehatan Dasar. Kemenkes: Jakarta.

5UNICEF. (2013). Improving Child Nutrition, The Achievable Imperative for Global Progress. UNICEF: New York.
6International Food Policy Research Institute. (2016). From Promise to Impact Ending malnutrition by 2030. IFPRI: Washington DC.
7
Bappenas. (2018). Rencana Aksi Nasional Dalam Rangka Penurunan Stunting. Rembuk Stunting: Jakarta.

5
dan status kesehatan ibu dan anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut
diharapkan dapat mencegah masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi.

Pencegahan stunting memerlukan intervensi gizi yang terpadu, mencakup intervensi gizi
spesifik dan gizi sensitif. Pengalaman global menunjukkan bahwa penyelenggaraan
intervensi yang terpadu untuk menyasar kelompok prioritas di lokasi prioritas
merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi dan tumbuh kembang anak, serta
pencegahan stunting.8

Di Kabupaten/kota/kota (sebutkan nama kabupaten/kota/kota) yang terdiri dari


(sebutkan jumlah desa/kelurahan/kelurahan) desa/kelurahan/kelurahan. Total jumlah
anak yang mengalami stunting di Kabupaten/kota sebanyak (sebutkan jumlah anak yang
mengalami stunting) anak atau (…) %dari total jumlah anak di Kabupaten/kota/kota
(xxxx). Rincian dari anak yang menderita stunting adalah (sebutkan jumlah anak) 0-24
bulan.

Gambarkan kondisi kesehatan ibu dan anak di kabupaten/kotatermasuk perilaku


menyusui, perilaku pemberian makan pada anak, budaya yang mempengaruhi kondisi
kesehatan, perilaku cuci tangan, perilaku BABserta kondisi rumah di desa/kelurahan
lokus - apakah kebanyakan rumah sehat atau rumah tidak sehat -sesuai kategori
Kemenkes dan gambarkan pula bagaimana suami atau keluarga dalam mendukung
kesehatan ibu dan anak.

Boleh menyertakan data tabel yang lebih rinci untuk menggambarkan situasi yang
berbeda dari setiap desa/kelurahan. Diharapkan tetap dapat memberikan penjelasan
dari setiap informasi yang dituliskan.

Dengan mengacu kepada kondisi yang telah dipaparkan di atas, diperlukan Pedoman
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku (sebutkan nama kabupaten/kota)yang terpadu
agar terjadi pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing pemangku
kepentingan untuk mendukung komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting.
Kombinasi elemen advokasi kebijakan, kampanye, Komunikasi Antar Pribadi (KAP) dan
mobilisasi sosial akan saling melengkapi dan meneguhkan untuk memperkuat proses
pengambilan keputusan, koordinasi, kualitas dan akuntabilitas program yang akan
diimplementasikan.

8Levinson, F.J., and Y. Balarajan. (2013). Addressing malnutrition multisectorally: what have we learned from recent internati onal
experience, UNICEF Nutrition Working Paper, UNICEF and MDG Achievement Fund, New York.

6
1.2 Tujuan dan Indikator Capaian

Mengacu pada Pedoman Nasional Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan


Pencegahan Stunting, maka Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan
Pencegahan Stunting(sebutkan nama kabupaten/kota) memiliki tujuan umum dan
tujuan khusus, yaitu:

Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran publik dan mengubahperilaku kunci untuk mencegahstunting
melalui strategi komunikasi perubahan perilaku yang komprehensif di Kabupaten/kota
(sebutkan nama kabupaten/kota)

Tabel 1 Tujuan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan


Stunting(sebutkan nama kabupaten/kota)
Tujuan Khusus Target Indikator
1. Terlaksananya peningkatan Sebanyak (tuliskan target %) tenaga
kapasitas Komunikasi AntarPribadi kesehatan di puskesmas mendapat
bagi tenaga kesehatan (utamanya pelatihan/orientasi komunikasi antarpribadi
bidan, perawat, petugas gizi, (utamanya bidan, perawat, petugas gizi,
petugas promosi kesehatan, petugas promosi kesehatan, petugas
petugas sanitasi) di puskesmas di sanitasi) pada tahun 2024.
area intervensi Kabupaten/kota
(xxx) Catatan :
1. Yang dimaksud adalah bidan
koordinator
2. Merujuk ke buku Strakom KPP
Nasional Hal 5

2. Terlaksananya peningkatan Sebanyak (tuliskan target %) kader


kapasitas komunikasi antarpribadi posyandu mendapatkan orientasi
bagi kader posyandu di area komunikasi antarpribadi pada tahun 2024.
intervensi Kabupaten/kota (xxx)
Catatan :
1. Merujuk ke buku Strakom KPP
Nasional Hal 5

3. Terlaksananya komunikasi Sebanyak (tuliskan target %) tenaga Commented [u1]: Meliputi dalam dan luar gedung,
antarpribadi oleh tenaga kesehatan puskemas melakukan namun tetap dalam platform PIS PK dan Posyandu

kesehatan puskesmas kepada komunikasi antarpribadi kepada kelompok


kelompok sasaran pada saat sasaran pada saat memberikan pelayanan
memberikan pelayanan kesehatan kesehatan pada tahun 2024 terutama
di area intervensi Kabupaten/kota melalui platform program PIS-PK dan
(xxx) Posyandu.

7
Catatan :
1. Kabupaten/kotamelakukan survei
perilaku, misalnya melalui kemitraan
dengan Universitas
2. Cara penghitungan target: Jumlah
Tenaga Kesehatan yang sudah
melakukan dibagi Jumlah Tenaga
Kesehatan yang sudah dilatih

3. Terlaksananya kampanye Kabupaten/kota melaksanakan (sebutkan


terkait stuntingarea jumlah) kampanye pencegahan
intervensi Kabupaten/kota stuntingsesuai strategi komunikasi
(xxx) perubahan perilaku pencegahan stunting
pada tahun 2024.

4. Terjadinya peningkatan  Sebanyak 100% ibu hamil di daerah


perubahan perilaku dalam lokus prioritas minum minimal 90
upaya pencegahan stunting Tablet Tambah Darah (TTD).
pada semua kelompok  Sebanyak 60% ibu hamil mengikuti
sasaran kelas ibu hamil di lokus prioritas.
 Sebanyak 75% rumah tangga yang
telah mempunyai akses pada jamban
sehat di lokus prioritas, menggunakan
fasilitas ini.
 Sebanyak 75% bayi usia 0-6 bulan di
lokus prioritas mendapat ASI
Eksklusif.
 Sebanyak 100% Rumah Tangga yang
memiliki Baduta di daerah lokus
prioritas mendapat konseling MP ASI.
 Sebanyak 80% bayi usia 6-24 bulan di
lokus prioritas mendapat MPASI dan
makanan lokal.
 Sebanyak 100% baduta di daerah
lokus prioritas terpantau status gizi
dan perkembangannya dan lingkar
kepala 3 bulan sekali
 Sebanyak 100% balita usia 24 bulan –
59bulan terpantau pertumbuhannya
8 kali danperkembangannya 2 kali

8
setahun.
 Sebanyak 80% balita di lokus prioritas
mendapatkan pengukuran panjang
badan dan tinggi badan sedikitnya
dua kali per tahun.
 Sebanyak 80% balita di lokus prioritas
mendapat pemantauan
perkembangan per tahun.
 Sebanyak 80% remaja
putrimengonsumsi tablet tambah
darah di lokasi sasaran program
pemberian tablet tambah darah.
 Sebanyak 50% rumah tangga di lokus
prioritas mendapatkan akses air
minum layak.
 Sebanyak 95% bayi di lokus prioritas
mendapat Imunisasi Dasar Lengkap.
 Sebanyak 95% baduta (1-24 bulan) di
lokus prioritas mendapat imunisasi
lanjutan DPT-HB-Hib danCampak/MR.
 Sebanyak 100% ibu hamil KEK di lokus
prioritas mengonsumsi makanan
tambahan ibu hamil per tahun.
 Sebanyak 100% anak usia 1-4 tahun
didaerah endemiskecacingan
mengonsumsi obat cacing sesuai
standar.
 Sebanyak 100% anak usia 0-59 bulan
dilokus prioritas mengonsumsi
vitamin A per tahun sesuai standar.

1.3 Landasan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan


Stunting

Strategi komunikasi perubahan perilaku percepatan pencegahan stunting di


Kabupaten/kota (xxxx) mengacu kepada Pedoman Nasional Strategi Komunikasi
Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan Stuntingdimana strategi ini meliputi:

9
1. Kampanye perubahan perilaku bagi masyarakat umum yang konsisten dan
berkelanjutan, dengan memastikan pengembangan pesan, pemilihan saluran
komunikasi, dan pengukuran dampak komunikasi yang efektif, efisien, tepat sasaran,
konsisten, dan berkelanjutan. Di samping itu, kampanye yang dilakukan akan
dilaksanakan/ dilakukan dengan mempertimbangkan nilai-nilai budaya lokal
(kontekstual).
2. Komunikasi antarpribadi sesuai konteks sasaran, dengan memastikan
pengembangan pesan sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran seperti
Posyandu, kunjungan rumah, konseling pernikahan, konseling reproduksi remaja,
dan sebagainya dengan mempertimbangkan konteks lokal.
3. Advokasi berkelanjutan kepada pengambil keputusan, dengan memastikan
terselenggaranya penjangkauan yang sistematis terhadap para pengambil keputusan
(sebutkan siapa saja pengambil keputusan di Kabupaten/kota/ kota, desa/kelurahan)
untuk mendukung percepatan pencegahan stuntingmelalui penyediaan alat bantu,
dan pengembangan kapasitas penyelenggara kampanye dan komunikasi perubahan
perilaku.
4. Pengembangan kapasitas pengelola program, dengan memberikan pengetahuan
dan pelatihan bagi penyelenggara kampanye dan komunikasi perubahan perilaku
yang efektif dan efisien kepada (sebutkan siapa saja yang akan diberikan
pengembangan kapasitas)dengan mempertimbangkan konteks lokal.

Dokumen Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan Stunting ini


disusun untuk memberikan arahan dan panduan kepada para pemangku kepentingan
untuk melakukan implementasi percepatan penurunan stunting di seluruh
wilayahKabupaten/kota (xxx) yang menjadi area prioritas percepatan penurunan
stunting.

Secara rinci, dokumen ini menjelaskan tentang target penerima dan penyampain pesan
terkait perubahan perilaku, dan elemen-elemen teknis lainnya seperti platform yang
dapat dipakai untuk melakukan komunikasi antarpribadi, pilihan kanal komunikasi yang
dapat digunakan untuk setiap kelompok sasaran, usulan kegiatan untuk
mengimplementasikan komunikasi antarpribadi, kampanye, dan advokasi kebijakan dan
gambaran indikator capaian dari seluruh kegiatan tersebut.

1.4 Dasar Hukum

Berikut adalah beberapa landasah hukum yang mendasariPedoman Nasional Strategi


Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan Stunting:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka


Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025.
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

10
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal.
4. Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
5. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi.
6. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.
7. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(Germas).
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2013 tentang
Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Kesehatan.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2014 tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 tahun 2014 tentang Pemantauan
Pertumbuhan, Perkembangan dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585/Menkes/SK/V/2007
tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas.
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/577/2018 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Stunting
Kementerian Kesehatan.
16. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Nomor 188/Menkes/PB/1/2011 dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 7 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok.
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64
tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Sekolah
18. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2017
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 100 tahun 2018
tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

11
20. Sebutkan peraturan daerah yang relevan untuk mendukung implementasi strategi
komunikasi perubahan perilaku percepatan pecegahan stunting di
kabupaten/kota.

12
Bab 2
Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku

Elemen-elemen penting untuk menyusun strategi komunikasi perubahan perilaku di


(sebutkan nama kabupaten/kota)meliputi: (1) Analisis situasi; (2) kelompok sasaran; (3)
stuktur dan dimensi pesan kunci; (4) pendekatan komunikasi yang diperlukan; (5)
pengelolaan saluran komunikasi, dan (6) desa/kelurahanin materi komunikasi.

Berikut adalah enam elemen penting yang telah diidentifikasi dalam pengembangan
strategi komunikasi perubahan perilaku tersebut.

2.1. Analisis Situasi


Pada bagian ini, tuliskanlah hasil analisis yang meliputi :

Analisa kependudukan/demografi: tuliskanlah gambaran jumlah penduduk total di


kabupaten/kota dan seluruh wilayah kabupaten/kota, bagaimana dinamika kehidupan
penduduk (mobilitas penduduk), pekerjaan mayoritas penduduk, struktur umur, dll
(dalam angka).

Analisa status kesehatan: tuliskanlah masalah kesehatan apa saja yang dihadapi ibu,
bayi, baduta, dan balita, penyakit apa saja yang paling banyak dialami oleh bayi, baduta
dan balita (dalam angka).

Analisa pelayanan/upaya kesehatan: tuliskanlah pelayanan atau upaya kesehatan


meliputi upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilaksanakan di
kabupaten/kotaprioritas. Analisis ini dilakukan dengan kerangka input, proses, dan
output.
Input: aspek ketenagaan kesehatan, biaya, sarana dan prasarana kesehatan
Proses: pelayanan pengorganisasian, koordinasi, supervisi
Output: pelayanan cakupan pelayanan, pemanfaatan pelayanan

Analisa potensi sumber daya masyarakat: tuliskan gambaran tentang potensi-potensi


yang ada di masyarakat seperti jumlah kelompok potensial di masyarakat (kelompok
keagamaan, pemuda, perempuan, Saka Bakti Husada, keadaan sosial budaya (adakah
kegiatan-kegiatan tertentu seperti gotong royong, arisan, kelompok2 masyarakat dan
budaya-budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan, kondisi terkait keadaan politik,
ekonomi, dll).
Analisa lingkungan: tuliskanlah analisis terkait lingkungan fisik (mengambarkan
masalah air bersih, keadaan rumah dan pekarangan (ventilasi, lantai, maupun
pencahayaan), limbah rumah tangga (SPAL) dan limbah industri

Analisa perilaku kesehatan: tuliskanlah gambaran tentang pengetahuan, sikap dan


perilaku masyarakat sehubungan dengan kesehatan maupun upaya kesehatan.
Pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat tentang pelayanan kesehatan, pola
pencarian pelayanan kesehatan, penanganan penyakit, peran serta masyarakat dan
tentang kesehatan ibu dan anak.Gunakan Matrik 1untuk melakukan analisisdan
cantumkan kesimpulan dalam paragraf ini.

Catatan:
1. Dalam menyusun analisis perilaku dan lingkungan dalam penulisan memperhatikan
hasil analisis derajat kesehatan, kependudukan, dan pelayanan/upaya kesehatan.
2. Dengan dipaparkannya analisis situasi yang mendalam, makaakan tampak
permasalahanpenyebab masalah stunting di kabupaten/kota (baik perilaku,
infrastruktur, SDM, dll). Hal ini akan memudahkanseluruh pemangku kepentingan di
kabupaten/kota setempat untuk membuat program sebagai solusi terhadap
permasalahan yang ada.

2.2. Menentukan Kelompok Sasaran

Pembagian kelompok sasaran mengacu dan memodifikasi dari Pedoman Nasional


Strategi Percepatan Pencegahan Stunting Periode 2019-2024. Pembagian kelompok
adalah berdasarkan pesan yang disampaikan, sehingga pembagian kelompok tidak
dimaksudkan untuk memprioritaskan kelompok sasaran tertentu. Semua kelompok
sasaran ini saling terkait dan memengaruhi satu sama lain.

2.2.1. Kelompok Primer


Kelompok primer adalah kelompok yang tergabung dalam rumah tangga dengan
1.000 HPK dan tenaga kesehatan serta kader:
a. Ibu hamil
b. Ibu menyusui
c. Anak usia 0-23 bulan
d. Tenaga kesehatan: bidan, perawat,sanitarian, tenaga gizi, tenaga promosi
kesehatan
e. Kader

14
2.2.2. Kelompok Sekunder
Kelompok sekunder adalah kelompok yang berpotensi untuk melahirkan, mencegah,
dan mengoreksi anak stunting di masa mendatang dan kelompok penyedia layanan
kesehatan:
a. Wanita usia subur
b. Remaja
c. Lingkungan pengasuh anak terdekat (kakek, nenek, ayah)
d. Pemuka masyarakat, pemuka agama
e. Jejaring sosial (PKK, grup pengajar, dan lain-lain)

2.2.3. Kelompok Tersier


Kelompok tersier adalah pihak-pihak yang terlibat sebagai lingkungan pendukung
bagi upaya percepatan pencegahan stunting, yang terdiri dari:
a. Pengambil kebijakan/keputusan di kabupaten/kota, kota, dan desa/kelurahan
b. Organisasi Perangkat Daerah
c. Dunia usaha
d. Media massa

2.3. Menyusun Struktur Pesan Kunci

Struktur dan dimensi pesan yang akan menjadi panduan utama materi komunikasi
dalam implementasi percepatan penurunan stunting di Kabupaten/kota (xxx) mengacu
pada Pedoman Nasional Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan
Pencegahan Stunting.

Berikut adalah struktur pesan kunci Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Stunting di
Kabupaten/kota xxx: (Matriks 3)

Kelompok Keterangan Kelompok Sasaran Pesan


Sasaran
Primer Rumah tangga dengan anggota Kunci:
keluarga yang berada pada Cegah stunting itu penting
periode 1.000 HPK: Ibu hamil,
Ibu menyusui, Ibu dengan anak Pendukung:
usia 0-23 bulan  Minum TTD secara teratur bisa
menyelamatkan ibu dan bayi
 Manfaatkan pelayanan kesehatan
 Dst
(Berisi poin-poin pendukung pesan kunci
utama di atas)
Tenaga Kesehatan (Bidan, Kunci:
Sanitarian, Tenaga Gizi, Dokter, Cegah stunting itu penting
Perawat) dan Kader

15
Pendukung:
 Stunting adalah permasalahan kesehatan
yang dapat dicegah melalui intervensi gizi
spesifik dan sensitif.
 Dst
(Berisi poin-poin pendukung pesan kunci
utama di atas)

Sekunder Wanita usia subur, Remaja, Kunci:


Lingkungan pengasuh anak Cegah stunting itu penting
terdekat (kakek, nenek, ayah,
dan lainnya), Pemuka Pendukung:
masyarakat, Pemuka agama,  Cegah stunting itu penting dimulai dari
Jejaring sosial (PKK, group remaja dan calon ibu, dengan dukungan
pengajian, dll) suami dan keluarga.
 Dst

(Berisi poin-poin pendukung pesan kunci


utama di atas)

Kelompok Masyarakat Madani Kunci:


(Tokoh Masyarakat, Tokoh Cegah stunting itu penting
Agama, Akademisi, Pemuka
Adat, Pemimpin Informal, Pendukung:
Pemimpin Opini)  Stunting saat ini menjadi salah satu
prioritas kesehatan nasional
 Dst
(Berisi poin-poin pendukung pesan kunci
utama di atas)

Tersier Pembuat Kebijakan Tingkat Kunci:


Daerah (Kabupaten/kota/Kota) Cegah stunting itu penting

Pendukung:
 Stunting adalah permasalahan prioritas di
daerah, yang bisa dituntaskan melalui
komitmen pemimpin daerah, dan kerja
sama antar Organisasi Perangkat Daerah
 Dst
(Berisi poin-poin pendukung pesan kunci
utama di atas)

Pembuat Kebijakan Kunci:


Tingkat Cegah stunting itu penting

16
Desa/kelurahan/Kelurahan
Pendukung:
 Stunting adalah permasalahan
mendesa/kelurahank yang terjadi di
tengah masyarakat dan dapat dicegah
melalui komitmen pemimpin
desa/kelurahan, dan kerja sama antar
warga masyarakat.
 Dst
(poin-poin pendukung pesan kunci utama di
atas)

2.4. Mengembangkan Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi yang digunakan untuk menjangkau kelompok sasaran


komunikasi perubahan perilaku adalah:
1. Advokasi kebijakan
Jelaskan sasaran kegiatan advokasi kebijakan yang akan dilakukan (kelompok sasaran
tersier, misalnya camat, kepala desa/ lurah, dll)
2. Kampanye publik
Jelaskan sasaran kegiatan kampanye publik yang akan dilakukan (kelompok sasaran
primer, sekunder, tersier)
3. Komunikasi antarpribadi
Jelaskan sasaran komunikasi antarpribadi yang akan dilakukan (kelompok sasaran
primer dan sekunder misalnya ibu hamil, ibu balita, remaja, pengasuh utama, dll)
4. Mobilisasi sosial/masyarakat
Jelaskan sasaran mobilisasi sosial/masyarakat yang akan dilakukan (kelompok sasaran
primer, sekunder, tersier)

2.5. Mengelola Saluran Komunikasi


Saluran komunikasi yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan kepada kelompok
sasaran adalah:
1. Pertemuan tatap muka, antara lain (sebutkan jenis pertemuan tatap muka atau
pertemuan-pertemuan baik rutin atau tidak rutin yang dapat dimanfaatkan untuk
menyampaikan pesan kepada kelompok sasaran), misalnya kunjungan rumah, kelas
ibu, arisan, kelompok pengajian, dll)
2. Menggunakan medium perantara, yang dapat dibedakan sebagai berikut:
(sebutkan medium perantara apa yang akan digunakan—lihat dokumen Pedoman
Nasional Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan
Stunting), misalnya media elektonik, certak, dll.

17
Note: Gunakan matrik 2 untuk melakukan analisis saluran komunikasi

2.6. Mendesain Materi Komunikasi


Desain materi komunikasi yang akan digunakan adalah (sebutkan bentuk materi
komunikasi yang akan digunakan misalnya mencetak leaflet, lembar balik, dll- lihat
dokumen Pedoman Nasional Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan
Pencegahan Stunting)

18
Bab 3
Rencana Aksi Komunikasi Perubahan Perilaku
3.1. Perencanaan

 Jelaskan hal-hal yang menjadi bagian dari perencanaan komunikasi perubahan


perilaku percepatan pencegahan stuntingdi tingkat kabupaten/kota (misalnya:
regulasi yang sudah disusun/disahkan, tim/forum yang sudah dibentuk, jalur
koordinasi yang disiapkan, anggaran yang dialokasikan, dan sebagainya)
 Jelaskan program-program di tingkat kabupaten/kota yang sudah ada untuk
membantu perencanaan komunikasi perubahan perilaku percepatan pencegahan
stunting
3.2. Pelaksanaan
 Jelaskan hal-hal yang menjadi bagian dari pelaksanaan komunikasi perubahan
perilaku percepatan pencegahan stunting di tingkat kabupaten/kota (misalnya:
pembagian peran dan tanggung jawab antar OPD hingga ke pihak-pihak terkait
lainnya yang akan terlibat dalam implementasi komunikasi perubahan perilaku ini).

19
3.3. Matriks Rencana Aksi Komunikasi Perubahan Perilaku
(untuk mengisi matriks 4ini, anda bisa mengacu kepada enam elemen komunikasi perubahan perilaku yang sudah anda tuliskan
sebelumnya di atas)

Pendekatan
Kelompok Sasaran Saluran Komunikasi Bentuk Kegiatan Materi Komunikasi Indikator Capaian
Komunikasi
Advokasi Kabupaten/kota/kota Mengacu kepada Mengacu pada bentuk- Mengacu kepada Tuliskan indikator capaian dari pendekatan
Kebijakan saluran komunikasi bentuk kegiatan yang akan disain materi advokasi kebijakan yang langsung
yang digunakan – dilaksanakan untuk komunikasi yang didapatkan dari pelaksanaan sebuah
dalam kegiatan advokasi kebijakan digunakan untuk kegiatan/program. Indikator harus dapat
advokasi kebijakan advokasi kebijakan diukur

Mobilisasi 1. Kelompok Primer Kelas ibu hamil Penyuluhan kelompok Materi edukasi: • Meningkatnya pengetahuan ibu hamil
Sosial dan lembar balik, video tentang manfaat TTD pada ibu hamil
Komunikasi 2. Kelompok
Perubahan Sekunder
Perilaku
(melalui 3. Kelompok Tersier Mengacu kepada Mengacu pada bentuk- Mengacu kepada
komunikasi saluran komunikasi bentuk kegiatan yang akan disain materi Tuliskan indikator capaian dari pendekatan
antar pribadi) yang digunakan – dilaksanakan untuk komunikasi yang mobilisasi sosial dan komunikasi perubahan
dalam kegiatan mobilisasi sosial dan digunakan untuk sosial yang langsung didapatkan dari
mobilisasi sosial dan komunikasi perubahan mobilisasi sosial dan pelaksanaan sebuah kegiatan/program.
komunikasi sosial komunikasi Indikator harus dapat diukur
perubahan sosial perubahan sosial

Kampanye 1. Kelompok Primer Mengacu kepada Mengacu pada bentuk- Mengacu kepada Tuliskan indikator capaian dari pendekatan
Publik saluran komunikasi bentuk kegiatan yang akan disain materi kampanye publik yang langsung didapatkan
2. Kelompok yang digunakan – dilaksanakan untuk komunikasi yang dari pelaksanaan sebuah kegiatan/program.
Sekunder dalam kegiatan kampanye publik digunakan untuk Indikator harus dapat diukur
kampanye publik kampanye publik
3. Kelompok Tersier

20
Bab 4
Pemantauan dan Evaluasi
Kegiatan pemantauan yang harus dilakukan secara rutin oleh pihak-pihak terkait:
1. Materi yang dipantau adalah perkembangan pelaksanaan kegiatan strategi
komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting dengan menggunakan
komunikasi antarpribadi di kabupaten/kota.
2. Sumber informasi pemantauan adalah dokumen rencana kegiatan strategi
komunikasi perubahan perilaku pencegahan stuntingdengan menggunakan
komunikasi antarpribadidi tingkat kabupaten/kota; termasuk di dalamnya adalah
target kegiatan, alokasi pendanaan, dan indikator komunikasi antarpribadi dalam
program pencegahan stunting.
3. Pelaksana pemantauan di tingkat kabupaten/kota menjadi tanggung jawab Bidang
Kesehatan Masyarakat yang mendapat penugasan dari pimpinan institusi.
4. Pemantauan dilakukan setiap enam bulan sekali kepada bupati/walikota secara
terpadu melalui laporan secara berjenjang, rapat koordinasi lintas program/sektor
dan pembinaan terbaru.
5. Umpan balik (feedback) hasil monitoring dapat disampaikan melalui mekanisme
persuratan. Dan dapat dibawa ke forum pimpinan apabila terdapat tindak lanjut
yang memerlukan keputusan pimpinan yang lebih tinggi.
6. Hasil monitoring akan menjadi bahan masukan dalam melakukan evaluasi upaya
komunikasi dalam pencegahan stunting secara keseluruhan.

Kegiatan evaluasi yang harus dilakukan secara rutin oleh pihak-pihak terkait:
1. Materi yang dievaluasi di tingkat kabupaten/kota adalah hasil pelaksanaan kegiatan
strategi komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting dengan menggunakan
komunikasi antarpribadi.
2. Sumber informasi evaluasi adalah dokumen rencana kegiatan strategi komunikasi
perubahan perilaku pencegahan stunting dengan menggunakan komunikasi
antarpribadi yang termasuk di dalamnya adalah target kegiatan, alokasi pendanaan,
dan indikator komunikasi perubahan perilaku dalam program pencegahan stunting.
3. Pelaksana evaluasi di tingkat kabupaten/kota menjadi tanggung jawab Bidang
Kesehatan Masyarakat atau penanggungjawab yang ditugaskan oleh institusi yang
berwenang.
4. Waktu evaluasi dilakukan 1 tahun sekali, melalui laporan pada rapat koordinasi
forum komunikasi lintas program pada akhir tahun.
5. Hasil evaluasi dilaporkan ke Gubernur oleh Bupati dan akan dilaporkan kepada
Menteri Kesehatan.

21
LAMPIRAN

22
MATRIKS 1
MASALAH PERILAKU DAN PRAKTIK
Kabupaten/kota :
Provinsi :
SASARAN MASALAH PENYEBAB MASALAH ALTERNATIF PENYELESAIAN
MASALAH

SASARAN PRIMER Ibu hamil  Tidak mengkonsumsi TTD  Tidak mengetahui  Bidan memberikan
sesuai standar pentingnya minum TTD informasi tentang manfaat
 Efek samping TTD TTD dan efek samping
membuat mual dan  Kader mendampingi dan
sembelit memotivasi ibu hamil dan
 Tidak ada keluarga yang keluarga untuk minum TTD
mengingatkan minum  Anggota keluarga
TTD mengingatkan ibu untuk
minum TTD nya
 Tidak makan gizi seimbang

SASARAN
SEKUNDER

SASARAN TERSIER

23
MATRIKS 2
ANALISIS SALURAN/KANAL KOMUNIKASI
Kabupaten/kota :
Provinsi :

SALURAN/KANAL JENIS YANG ADA KENDALA SARAN YANG DIMINATI


KOMUNIKASI

MEDIA CETAK Leaflet  Bahasa sulit dipahami  Menyusun materi leafleat Poster
masyarakat daerah dengan bahasa lokal Lembar balik
 Gambar kurang menarik  Uji coba media sebelum di
cetak

Poster  Pesan terlalu banyak  Menyusun pesan


 Tulisan terlalu kecil sederhana yang mudah
 Dipasang hanya di terlihat.
Puskesmas  Tulisan disesuaikan untuk
dibaca pada jarak 5 m
 Dipasang di tempat
berkumpul orang, misalnya
Posyandu, Poskampling,
pasar, dll

Lembar balik  Menyusun lembar balik


 Tulisan terlalu kecil, gambar
dengan tulisan dan gambar
kurang menarik menarik
 Gambar kurang menarik  Membuat lembar balik
 Jumlah lembar balik tidak

24
memadai dengan kualitas lebih tebal
 Halaman mudah sobek

MEDIA AUDIO DAN


AUDIO VISUAL

MEDIA BROADCAST
DAN DIGITAL

KOMUNIKASI ANTAR
PRIBADI DAN
KELOMPOK KECIL

25

Anda mungkin juga menyukai