3. Pengertian Akhlak
Pengertian Akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluk, arti segi budi pekerti perangai
tingkah laku, atau tabiat.
Ahmad Amin member pengertian akhlak itu ialah : suatu ilmu yang menjelaskan arti
baik dan buruk, menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada
lainnya, menyatakan tujuan yang harus dicapai oleh manusia dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
Pokok pembahasannya adalah tingkah laku manusia untuk menetapkan nilai-nilai baik
atau buruknya perbuatan itu. Baik atau buruk apabila dilakukan sesuai atau bertentangan dengan
norma-norma akhlak tersebut.
B. Karakteristik Etika Islam
Yusuf Qardowi mengemukakan tujuh karakteristik etika islam yaitu sebagai :
1. Moral yang beralasan dan dapat difahami
Moral atau etika islam sesungguhnya selalu bersandar pada penilaian yang logis dan alas
an yang dapat diterima oleh akal lurus dan naluri yang sehat, yaitu dengan menjelaskan masalah
dibalik apa yang dilarang.
2. Moral Universal
Moral dalam islam berdasarkan karakter manusiawi yang universal, yaitu larangan bagi
manusia. Artinya berlaku bagi setiap umat islam dan umat-umat lain. Dalam Al-Quran Allah
menegaskan : janganlah sekali-sekali kebencian terhadap suatu kaum mendorong kami untuk
berlaku tidak adil, berlaku adillah kamu karena adil lebih dekat dengan taqwa.(QS;5;8).
3. Sesuai dengan Fitrah
Islam dating membawa ajaran yang sesuai dengan fitrah dan tabiat manusia serta
menyempurnakannya. Islam mengakui eksistensi manusia yang telah diciptakan Allah dengan
segala dorongan kejiwaan, kecenderungan fitrah serta segala yang telah digariskan-Nya. Islam
membuatkan balasan hokum agar dapat memelihara kebaikan masyarakat dan individu manusia.
4. Memperhatikan Realita
Karakterristik akhlak islam merupakan akhlak realistic, tidak mengeluarkan perintah dan
larangannya kepada orang tak berakal kecuali pada orang yang mempunyai dorongan nafsu,
keinginan dan cita-cita, kepentingan dan kebutuhan, juga memiliki kecendrungan dan hasrat
biologis terhadap kesenangan duniawi sebagai mana mereka juga memiliki kerinduan jiwa
kepada Allah.
5. Moral Positif
Moral islam adalah moral yang positif yang meluruskan perintah. Moral islam
menganjurkan untuk menggalang kekuatan, berjuang meneruskan amal soleh dengan penuh citacita, melawan sikap ketidak berdayaan, pesimisme (putus asa), dan segala bentuk penyebab
kelemahan.
6. Komprehemsifitas (menyeluruh)
Jika sebagian orang menyangka moral agama hanyalah menyangkut pelaksanaan ibadahibadah saja, maka hal ini sangat keliru, karena etika islam itu membicarakan konsep moral
dengan kaidah bahkan menggariskan hubungan seseorang dengan dirinya sendiri dan
hubungannya dengan umat. Moral islam itu mengatur hubungan manusia dengan alam secara
global maupun detail, oleh karena itu ajaran moral islam meletakkan atau memberikan adab
susila yang tinggi dan ajaran luhur.
7. Tawazun (keseimbangan)
Karakteristik ajaran moral islam selanjutnya ialah dengan menggabungkan sesuatu
dengan penuh keserasian dan keharmonisan, tanpa sikap berlebihan maupun berkurangan.
C. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak
Istilah tasawuf atau sufi baru muncul pada abad ke 2 hijriah. Pada dasarnya tasawuf
merupakan pola hidup sederhana memperbanyak ibadah dengan mendekatkan diri kepada Allah,
mensucikan jiwa dengan menjauhi hawa nafsu. Ibnu khaldum mendefenisikan tasawuf sebagai
salah satu ilmu syariat yang baru dalam agama islam.
Ada beberapa pendapat tentang asal-usul kata tasawuf, ada yang menyatakan bahwa tasawuf
berasal dari kata shafa, artinya suci, bersih, atau murni. Memang jika dilihat dari segi niat
maupun tujuannya dari setiap tindakan dan ibadah kaum sufi, jelas bahwa semua itu dilakukan
dengan niat suci untuk membersihkan jiwa dalam mengabdi kepada Allah.
Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah dengan cara mensucikan hati. Hati yang
suci bukan hanya dekat kepada Allah malah dapat melihat Allah. Dalam tasawuf disebutkan
bahwa tuhan Yang Maha suci tidak dapat didekati kecuali dengan hati yang suci.
Hati yang zuhud terhadap sesuatu adalah hati yang tidak menghendakinya, tetapi ia tidak
membenci dan tidak lari dari padanya tidak menginginkan dan tidak mencintai. Zuhud artinya
tidak menghendaki sesuatu, kadang-kadang disertai rasa tidak suka pada sesuatu, sebagai mana
juga disertai ketidak bencian dan tidak lari darinya, barang siapa mencintai sesuatu namun dia
tidak menghendakinya, berarti dia tergolong ahli zuhud, baik sesuatu itu terwujud seiring dengan
rasa tidak suka karna benci, maupun tidak.
Indikator manusia berakhlak (husn al khuluk) kata al-Ghazali, adalah tertanamnya iman
dalam hatinya. Sebaliknya manusia yang tidak berakhlak (sual-khuluq) adalah manusia yang
ada nifoq di dalam hati. Nifaq artinya sikap mendua terhadap Tuhan. Tidak ada kesusaian
antara hati dan perbuatan. Kalau berbicara tentang hubungan tasawuf dengan ahklak, maka
menurut Zun Nun al-Misri menyebutkan tiga macam pengetahuan tentang Tuhan :
1. Pengetahuan Awam : Tuhan satu dengan ucapan syahadat
2. Pengetahuan ulama : tuhan satu menurut logika akal
3. Pengetahuan kaum sufi : Tuhan satu dengan perantaraan hati sanubari
Menurut kalangan sufi tanda-tanda berahklak adalah memiliki budaya malu dalam interaksi
dengan sesame, tidak menyakiti orang lain, banyak kebaikannya, benar dan jujur dalam ucapan,
tidak hanya banyak bicara, banyak bekerja, penyabar, hatinya selalu bersama Allah, tenang, suka
berterima kasih, ridho terhadap ketentuan, bijaksana dan hati-hati dalam bertindak disenangi
teman dan lawan, tidak pemalu dan, tidak pelit dan hasad, cinta karna Allah dan benci karna
Allah.
Perbaiakan akhlak adalah merupakan bagian dari tujuan pendidikan islam, pendidikan yang
hanya beorientasi pada keindahan intelektual telah gagal membawa manusia pada pengungsian
diri sebagai khalifah fil ard. Socrates mengingatkan bahwa tujuan pendidikan adalah
menyalurkan warisan sosial dari suku bangsa sejenis. Al-Ghazali menyatakan bahwa tujuan
penyesuaian diri tidak sekedar dijalankan terhadap norma masyarakat, tetapi terhadap norma
tuhan.
Tasawuf adalah upaya spiritual bagaimana agar manusia memilih ahklak al-karimah. Caranya
yaitu dengan tasfiat al-Qalb. Metode tasfiat al-gaib yang disepakati orang sufi adalah dawam alzikri (selalu ingat pada tuhan). Zikir adalah rohnya amal saleh. Jika sebuah amal soleh lepas dari
zikir maka laksana jasat tanpa roh. Ada tujuh alasan zikir menjadi pola tasfiat al-qalbi :
a. Pemerintah berzikir dalam Al-Quran dating secara mutlak dalam arti tidak dihayati
dengan pernyataan yang tidak dikayidi dengan pernyataan yang lain dan ada perintah
dengan kayid-kayid yang lain
b. Larangan lupa atau lali dalam berzikir
c. Kebahagiaan yang diperoleh manusia banyak banyak berdoa dan istiqamah dalam
berzikir
d. Pujian Allah kepada orang yang bezikir dan menjanjikan ampunan dan surge
e. Rugi orang yang tidak berzikir
f. Zikir para hamba Allah menjadi syarat bagi zikirnya Allah kepada hamba-Nya
g. Zikir adalah pahala yang besar dan merupakan ketaatan utama
D. Akhtualisasi Akhlak dalam Kehidupan
Memperhatikan tujuan yang hendak dicapai dengan ilmu akhlak itu, maka ruang lingkup
kajian akhlak itu meliputi akhlak diri sendiri. Seperti al-taubah, al-muqarobah, al-muhasabah,
dan mujahada (mendekati Allah). Akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap Rasulullah dan
terhadap sesama, manusia, terhadap makhluk sekitar.
Terkait dengan ruang lingkup akhlak islamiyah yang telah dikemukakan sebelumnya maka
pada kajian berikut ini adalah menyajikan beberapa aspek ruang lingkup akhlak tersebut sebagai
berikut :
1. Akhlak terhadap diri sendiri