Anda di halaman 1dari 3

Term of Reference

Webinar Bagi Tenaga Gizi Aceh


PEMANTAUAN, PENANGANAN BALITA DENGAN KEKURANGAN GIZI DAN IBU HAMIL DENGAN
KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) SELAMA PANDEMI

MYWP 1.1.5.2 Act 4.1.5 Modelling of Facilitation to ensure Posyandu deliver IYCF

Latar Belakang

Prevalensi stunting pada balita dan khususnya anak bawah dua tahun (baduta) di Aceh
pada khususnya sangat tinggi, yaitu 37,2% (Balitbangkes RI, 2018), mengacu pada standar WHO
(2010) prevalensi masalah gizi pada anak balita di Aceh termasuk pada kategori tinggi (>30%).
Penyebab mendasar terjadinya stunting dan defisiensi gizi mikro adalah kurangnya asupan zat
gizi dari makanan, akibat kualitas dan kuatitas yang tidak cukup, disamping adanya factor
pendukung yaitu tingginya penyakit infeksi akibat dari lingkungan, air dan perilaku yang tidak
sehat (Stewart et al 203). Hasil survey konsumsi gizi (SKG) tahun 2017 menunjukkan tingkat
kecukupan energi anak balita di Aceh hanya mencapai 72,4% lebih rendah dari rerata nasional
83.2% (Dinkes Aceh 2017). Hasil studi Ahmad (2018) menunjukkan tingkat asupan zat besi pada
anak usia 6-23 bulan di Aceh besar, rerata 41.8% AKG dan 66,9% mempunyai asupan zat besi
dari MP-ASI <40% AKG, serta 75.3% mempunyai kepadatan gizi dari MP-ASI dengan kategori
kurang (<7mg per 100 kkal). Hasil studi Sumedi et al. (2015) juga menunjukkan tingkat asupan
zat gizi mikro pada anak Baduta masih rendah dibandingkan AKG, yaitu 74.6+1.8% Vitamin A,
60.3+2.7% zat besi dan 41.0+1.1% zink.

Faktor penyebab lainnya stunting adalah kekurangan gizi yang terjadi pada ibu selama
kehamilan, yang ditandai dengan tingginya prevalensi Kurang Energi Kronik (KEK) dan anemia
pada ibu hamil. Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan 1 dari 5 wanita hamil menderita KEK di
Indonesia dan prevalensi KEK pada wanita usia subur (WUS) di Aceh mencapai 12,3% dan pada
ibu hamil 8,7%, selain hampir setengan atau 1 dari 2 (46%) ibu hamil di Aceh menderita anemia
(Balitbangkes RI, 2018). Penyebab tingginya masalah gizi pada wanita hamil terkait dengan
masih rendahnya intake energi dan zat gizi pada wanita hamil, dimana 1 dari 2 wanita hamil
mempunyai intake protein <80% AKG dan 70% wanita hamil mempunyai intake zat besi <70%
AKG (SKMI, 2014 dan PSG 2016). Untuk meningkatkan intake gizi dapat dilakukan melalui 3
(tiga) strategi, yaitu; 1). Peningkatan asupan energi dan zat gizi dari makanan sehari-hari
dengan pemberian edukasi dan promosi peningkatan asupan gizi sesuai pedoman gizi
seiimbang, 2). Penggunaan makanan tambahan (food suplemen) dalam bentuk fortifikasi atau
pengembangan makanan tambahan dari menu makanan lokal dengan modifikasi dan fortifikasi,
3) menggunakan suplementasi baik secara tunggal atau multi zat gizi (Bank Dunia, 2014).

Dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting terintegrasi di Aceh, pemerintah Aceh telah
menerbitkan Peraturan Gubernur Nomor 14 Tahun 2019 yang bertujuan sebagai dasar
kebijakan dan program pencegahan dan penanganan stunting terintegrasi di Aceh. Salah
satunya bentuk kegiatan yang bersifat spesifik lokal dalam pencegahan dan penanganan
stunting di Aceh adalah Pemberdayaan peran serta masyarakat melalui Rumoh Gizi Gampong
(RGG). Salah satu bentuk kegiatan RGG adalah pelayanan Gizi dalam bentuk pemberian
Makanan Tambahan (PMT) pada kelompok sasaran penderita masalah gizi yaitu bumil KEK dan
Balita Gizi kurang. Salah satu bentuk PMT yang dapat dilakukan di masyarakat adalah PMT
berbasis pangan lokal, namun secara khusus Aceh belum memiliki menu-menu PMT yang
berbasis pangan lokal/menu makanan lokal yang terstandart. Untuk itu diperlukan
pemanfaatan potensi pangan lokal melalui pemberian makanan tambahan (PMT) untuk
meningkatkan asupan gizi baik gizi makro dan mikro untuk ibu hamil dan balita dalam upaya
pencegahan stunting dan defisiensi gizi mikro baik pada ibu hamil dan balita. Selain pangan
lokal terdapat pula program pemberian makanan tabahan yang adalah program pemerintah
untuk ibu hamil dengan KEK dan balita dengan gizi kurang.
Pemantauan balita dnegan gizi kurang dan ibu hamil dnegan KEK diharapkan dapat terjadi
dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat terutama keluarga dan juga tenaga
kesehatan/gizi. Pendekatan interpersonal diperlukan dalam melakukan edukasi agar dapat
mencapai sasaran dan memberikan pemahaman yang dalam kepada keluarga dan penderita
dengan tujuan supaya dukungan keluarga untuk pemulihan yang cepat ibu dan balita
diharapkan terjadi. Untuk itu diperlukan peningkatan pengetahuan dalam hal komunikasi
interpersonal yang berguna untuk kegiatan edukasi keluarga dengan balita gizi buruk dan bumil
KEK.
TUJUAN :
1. Memberikan pengetahuan kepada tenaga ahli gizi mengenai pengenalan kekurangan
gizi akut (gizi kurang) pada anak serta Ibu hamil dengan KEK.
2. Peserta memahami Peran Makanan Tambahan (MT) dan pemantauan rutin yang baik
untuk balita dengan kekurangan gizi dan bumil KEK di masyarakat.
3. Peserta mendapatkan pengetahuan mengenaiEdukasi menggunakan pendekatan
Komunikasi Interpersonal untuk keluarga dengan anak kekurangan gizi dan ibu hamil
KEK.
OUTPUT KEGIATAN
Tenaga gizi mampu melakukan identifikasi dan pemantauan balita dengan gizi kurang serta ibu
hamil dengan KEK di masyarakat dengan baik.

Modalitas Pelaksanaan
Diskusi online/webinar

Waktu & Tanggal Pelaksanaan


Senin 21 September 2020
Peserta Sasaran
DPD Persagi Aceh beserta seluruh Tenaga Pengelola Gizi di 23 kabupaten di Aceh.

Jadwal Kegiatan

Webinar II : 21 September 2020


1. Mengenali dan mencegah kekurangan gizi akut aada Dr. Aripin Ahmad, S.Si.T,
anak dan ekurangan gizi kronis pada ibu hamil pada M.Kes
masa pandemi
2. Peran Makanan Tambahan (MT) dan pemantauan Juleka, SST, M.Kes
balita dengan gizi kurang dan bumil KEK di masyarakat.
3. Edukasi Keluarga dengan balita gizi kurang dan bumil Risang Atmaja
KEK dengan menggunakan pendekatan komunikasi
interpersonal
4. Moderator Ramadhaniah, S.Gz. MPH
5. Notulensi Yulia Fitri, SST, M.Biomed

DPD Persagi Aceh


Ketua,

Junaidi, SST, M.Kes

Anda mungkin juga menyukai