Anda di halaman 1dari 4

Kerangka Acuan

Pelatihan dan Penyadaran HKSR untuk Pemerintah Desa/Kecamatan


Program Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan
(MAMPU)
Pendahuluan
Undang-undang nomor 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi
mempertegas peran Negara sebagai lembaga formal untuk bertanggung
jawab menjamin terpenuhinya hak kesehatan reproduksi setiap orang
yang diperoleh melalui pelayanan kesehatan yang bermutu, aman dan
dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, keberadaan Undang-undang ini
juga bertujuan untuk menjamin kesehatan ibu dalam usia reproduksi agar
mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi
angka kematian ibu.
Lebih lanjut, untuk mempercepat terpenuhinya pelayanan kesehatan
untuk masyarakat, pemerintah juga menetapkan Standar Pelayanan Dasar
(SPM) bidang kesehatan melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741
Tahun 2008 tentang SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 Tentang Petunjuk
Teknis Standar
Pelayanan
Minimal
Bidang Kesehatan
Di
Kabupaten/Kota
dan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
317/MENKES/SK/V/2009 tentang Petunjuk Teknis Perencanaan Pembiayaan
SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Cakupan pelayanan kesehatan
yang berkaitan langsung dengan kesehatan reproduksi dan seksual
perempuan termuat dalam indicator pelayanan kesehatan dasar dan
pelayanan kesehatan rujukan.
Pada pelaksanaannya, berbagai kebijakan yang ada belum mampu
mewujudkan pemenuhan HKSR perempuan. Hasil penelitian Flower Aceh
menemukan beberapa permasalahan terkait dengan HKSR perempuan,
yaitu berlangsungnya pernikahan perempuan pada usia dini dibawah 20
tahun, kontrol mengenai peran reproduksi perempuan belum sepenuhnya
dimiliki oleh perempuan, terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan
berbagai cara untuk mengatasinya yang dapat memunculkan masalah
kesehatan reproduksi dan seksual perempuan atau bahkan dapat
berdampak pada kematian, serta masih sulitnya perempuan di tingkat
desa untuk mendapatkan akses dan fasilitas pelayanan kesehatan
reproduksi yang memadai sesuai dengan standar pelayanan minimal.
Tingginya angka kematian ibu dan permasalahan kesehatan reproduksi
perempuan disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya rendahnya
pemahaman masyarakat, terutama perempuan tentang isu kesehatan
reproduksi dan seksual, hak-hak perempuan, dan isu kesehatan
reproduksi lainnya dikarenakan terbatasnya akses perempuan di desa
akan informasi dan pendidikan terkait isu tersebut. Jika, dikaji lebih jauh,
maka rangkaian persoalan di atas sangat dipengaruhi oleh tingkat
kemandirin ekonomi perempuan, perempuan yang hidup dibawah garis

kemiskinan dan tidak mandiri secara ekonomi akan mendapatkan dampak


yang lebih parah lagi. Di sisi lain, mendiskusikan masalah kesehatan
reproduksi dan seksual bagi sebagian masyarakat masih dinilai tabu,
meskipun dengan orang terdekat, akibatnya ketidakpahaman tentang isu
ini terus berlanjut secara turun-temurun.
Berdasarkan pada situasi tersebut, Flower Aceh menilai penting
dilaksanakannya Pendidikan dan penyadaran HKSR untuk Pemerintah
desa/kecamatan yang bertujuan untuk memperbanyak jumlah pengambil
kebijakan yang memiliki kepedulian, kemampuan dan komitmen
melakukan upaya-upaya yang dapat mendukung pemenuhan HKSR
perempuan di Aceh melalui peran dan fungsinya di tingkat desa.
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan dalam Program
Advokasi Hak Kesehatan Reproduksi dan Seksual Perempuan melalui
penguatan kepemimpinan perempuan akar rumput yang dijalankan di tiga
(3) wilayah di Aceh, meliputi; Kota Banda Aceh, Kabupaten Pidie dan
Kabupaten Aceh Utara.
Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk:
Meningkatkan pemahaman yang benar tentang konsep seks,
seksualitas, gender dan kesehatan reproduksi, serta persoalanpersoalan HKSR yang terkait dengan organ reproduksi dan persoalan
gender.
Meningkatkan kemampuan untuk mengenali dan memahami
instrument kebijakan formal (lokal, nasional, internasional) dan
kebijakan informal yang berhubungan dengan HKSR.
Meningkatkan kepedulian untuk memperjuangkan HKSR
Hasil yang diharapkan
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah:
Meningkatnya pemahaman yang benar tentang konsep seks,
seksualitas, gender dan kesehatan reproduksi, serta persoalanpersoalan HKSR yang terkait dengan organ reproduksi dan persoalan
gender. Dengan peningkatan pemahaman ini membantu peserta dalam
menjalankan peran dan fungsinya sebagai pejabat pemerintahan
desa/kecamatan.
Meningkatnya kemampuan untuk mengenali dan memahami
instrument kebijakan formal (lokal, nasional, internasional) dan
kebijakan informal yang berhubungan dengan HKSR, dengan
kemampuan tersebut peserta dapat mendukung upaya-upaya untuk
mengimplementasikannya di masyarakat melalui peran dan fungsinya.
Meningkatnya kepedulian untuk memperjuangkan pemenuhan HKSR
perempuan
melalui
peran
dan
fungsi
pejabat
pemerintah
desa/kecamatan
Adanya Rencana Tindak Lanjut (RTL) terkait upaya pemenuhan HKSR
perempuan di tingkat desa

Waktu dan Tempat Kegiatan


Kegiatan ini akan diselenggarakan selama tiga hari pada Hari JumatMinggu, 15-17 April 2016 Pukul. 09.00.00 sd 17.00 WIB di Training Center
Flower Aceh, Banda Aceh. Agenda kegiatan terlampir.
Peserta Kegiatan
Kegiatan ini akan melibatkan 15 orang yang merupakan perwakilan dari
Bappeda, Dinas Kesehatan Badan PPKB, dan WDC/P2TP2 Kota Banda Aceh
serta perwakilan aparatur dari 5 desa dari 2 kecamatan di Banda Aceh.
Daftar Peserta pelatihan
No

Instansi

Jumlah

Bappeda Kota Banda Aceh

1 orang

Dinas Kesehatan Kota

1 orang

Badan PPKB

1 orang

WDC/P2TP2A Kota

1 orang

Ka Desa Alue Deah Teungoh

1 orang

Ka Desa Blang Oi

1 orang

Ka Desa Punge Jurong

1 orang

Ka Desa Landom

1 orang

Ka Desa Cot Mesjid

1 orang

10
11

Tuha Peut Desa Alue


Teungoh
Tuha Peut Desa Blang Oi

Deah

1 orang

12

Tuha Peut Desa Punge Jurong

1 orang

13

Tuha Peut Desa Landom

1 orang

14

Tokoh Agama (MPU)

1 orang

15

Tokoh Adat (MAA)

1 orang

1 orang

Fasilitator
Pelatihan ini akan difasilitasi oleh Ir. Suraiya Kamaruzzaman, LLM (HR)
sebagai Fasilitator sekaligus narasumber. Kegiatan juga menghadirkan
notetaker/notulan yang akan bertugas untuk merekam seluruh proses
kegiatan secara verbantim dan dua orang panitia yang bertugas untuk
membantu memenuhi seluruh kebutuhan teknis selama kegiatan
berlangsung.

Metode Kegiatan
Kegiatan pendidikan HKSR ini akan dilaksanakan secara partisipatif
dengan menggunakan metode presentasi, diskusi, berbagi pengalaman,
simulasi dan latihan. Pelaksanaan pelatihan ini berpedoman pada modul
pelatihan HKSR yang disusun oleh tim Fasilitator Flower Aceh.
Penutup
Demikianlah kerangka acuan ini kami sampaikan sebagai referensi dalam
pelaksanaan kegiatan, untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
panitia kegiatan Hendra Lesmana, ph. 081360649707 selama jam kerja.
Demikian dan terima kasih atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu.

Anda mungkin juga menyukai