LUKA BAKAR
DISUSUN OLEH:
JORDY PRAMADA
110100051
AYU MAHFUZA
110100011
NURHIDAYANI
110100044
110100164
ANGELINA LOURDES
110100378
110100056
TIRZA YESLIKA
110100080
RIZKA FADHILA
110100032
SIVARANJINI
110100432
SURES RAJ
110100375
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul Luka Bakar.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dokter
penguji, dr. Arya Cipta,Sp. B. KBP dan pembimbing kami, dr. Ery Suhaimi, yang
telah meluangkan waktunya untuk memberi banyak masukan dalam penyusunan
laporan kasus ini sehingga penulis dapat menyelesaikannya tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya.Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat.Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................3
2.1. Luka Bakar.........................................................................................3
2.1.1. Definisi.........................................................................................3
2.1.2. Etiologi.........................................................................................3
2.1.3. Patofisiologi.................................................................................4
2.1.4. Klasifikasi.....................................................................................7
2.1.5. Luas Luka....................................................................................11
2.1.6. Diagnosis.....................................................................................13
2.1.7. Pertolongan pertama...................................................................14
2.1.8. Penatalaksanaan Luka Bakar......................................................15
2.1.9. Tindakan Bedah..........................................................................25
2.1.10. Komplikasi................................................................................26
2.1.11. Prognosis...................................................................................26
BAB 3 STATUS PASIEN DAN FOLLOW UP PASIEN................................28
BAB 4 DISKUSI DAN PEMBAHASAN.........................................................44
BAB 5 KESIMPULAN ....................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................49
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
prevalensi luka bakar sebesar 2,5 % dari seluruh jenis luka, dimana pada kota
Medan hanya 0,4%.6,7,8,9
2.
3.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat
menyebabkan luka bakar radiasi.
2.1.3. Patofisiologi1
Luka bakar pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau
radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440oC tanpa
kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap
derajat kenaikan temperatur.
Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan
konduksi
panas.Kerusakan
pembuluh
darah
ini
mengakibatkan
cairan
intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan
tetapi protein plasma dan elektrolit.Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan
permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan jaringan masif di intersitial
menyebabakan kondisi hipovolemik.
Volume cairan iuntravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan
menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan
syok. Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh
kegagalan organ multi sistem.
Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya kerusakan
kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler, peningkatan
ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein), sehingga mengakibatkan tekanan
onkotik dan tekanan cairan intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus
menerus
dapat
mengakibatkan
hipopolemik
dan
hemokonsentrasi
yang
2.
3.
ireversibel.
Zona hiperemia, dimana pada zona ini perfusi jaringan meningkat.
Jaringan pada zona ini akan mengalami perbaikan kecuali jika
terdapat sepsis berat ataupun hipoperfusi yang berkepanjangan.
Ketiga zona ini adalah tiga dimensi, dan kehilangan jaringan pada zona
stasis akan menyebabkan jaringan luka semakin dalam dan semakin luas.14
Pelepasan sitokin dan mediator inflamasi pada lokasi luka bakar memiliki
efek sistemik jika luka bakar mencapai 30% dari total luas permukaan tubuh.
Respon sistemik yang dapat terjadi antara lain :
1.
Perubahan Kardiovaskular
Permeabilitas kapiler meningkat, yang mengakibatkan kehilangan
protein intravaskular dan cairan ke kompartemen interstitial. Terjadi
vasokonstriksi arteri-arteri di perifer dan splanknik. Kontraktilitas
myokardiak menurun, yang mungkin diakibatkan oleh dikeluarkannya
tumor necrosis factor . . Perubahan ini, disertai dengan kehilangan
cairan dari jaringan luka bakar, dapat menyebabkan hipotensi sistemik
2.
3.
4.
dan
agresif
untuk
menurunkan
katabolisme
dan
b.
12-24 jam
Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda
dan basah.
Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara
spontan kurang dari 3 minggu.
c.
d.
Berat/kritis
Derajat 2 lebih dari 25%
Derajat 3 lebih dari 10% Atau terdapat pada muka, kaki, tangan
Luka bakar disertai trauma jalan napas atau jaringan lunak luas, atau
fraktur
Luka bakar akibat listrik
Sedang
Derajat 2 : 15-25%
Derajat 3 kurang dari 10%, kecuali muka, kaki, tangan
Ringan
Derajat 2 kurang dari 15%
2.1.5. Luas Luka15,16,17
Presentasi dari total area permukaan tubuh yang terbakar (TBSA). Untuk
memudahkan perhitungan, satu telapak tangan pasien adalah 1 3/4 %
TBSA.Perhitungan berdasarkan Rule of Nine :
Kepala, leher : 9%
Lengan, tangan : 2 x 9%
Paha, betis, kaki : 4 x 9%
Dada, perut, punggung, bokong : 4 x 9%
Genitalia : 1%
Gambar 2.3 Perkiraan Luas Daerah Luka Bakar pada Orang Dewasa15
Penilaian berbeda pada anak karena ukuran kepala dan kedua tungkai
berbeda.Anak 9 tahun:
Kepala : 14%
Tungkai, kaki : 16%
Bagian lain sama dengan dewasa
Bayi 1 tahun:
Kepala, leher : 18%
Tungkai, kaki : 14%
Bagian lain sama dengan dewasa
Cara perhitungan lain dengan menggunakan Lund dan Browder Chart,
mungkin lebih tepat, tapi sukar dipakai sebagai acuan dalam praktek seharihari.15,16,17
2.1.6. Diagnosis
Anamnesis penyebab luka bakar sangat berguna dalam penentuan
penanganan luka bakar. Luka bakar dapat disebabkan oleh api, cairan panas,
bahan kimia, uap panas, ledakan, sengatan listrik, dan sebagainya. Penting juga
diketahui lama paparan dan lokasi pajanan.Mekanisme cedera yang berhubungan
juga perlu ditanyakan, misalnya ledakan, jatuh, kecelakaan lalu lintas, dan
sebagainya.Trauma
akibat
ledakan
dapat
menghasilkan
proyektil
yang
imunitas kurang dibanding usia lainnya. Wajah, kepala, tangan, kaki, dan
perineum (area primer) memerlukan perhatian khusus. Penyakit penyerta, alergi,
dan konsumsi obat-obatan dan alkohol terakhir juga perlu ditanyakan.15,16
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan
pasokan oksigen pada api yang menyala. Korban dapat mengusahakannya dengan
cepat menjatuhkan diri dan berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak
meluas.
Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam
daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama
sekurang-kurangnya lima belas menit. Upaya pendinginan ini, dan upaya
mempertahankan suhu dingin pada jam pertama akan menghentikan proses
koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi yang akan berlangusng
walaupun api telah dipadamkan, sehinggan destruksi tidak meluas.
Pada luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah mendinginkan
daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisasisa sel epitel untuk berproliferasi, dan menutup permukaan luka.Luka dapat
dirawat secara tertutup atau terbuka.
Pada luka bakar luas dan dalam, pasien harus segera dibawa ke rumah
sakit terdekat yang punya tenaga terlatih dan unit luka bakar yang memadai untuk
penangan luka bakar tersebut.Dalam perjalaanan penderita sudah dilengkapi
dengan infus dan penutup kain yang bersih serta mobil ambulans atau sejenisnya
yang bisa membawa penderita dalam posisi tidur.
Walaupun terdapat trauma penyerta, luka bakarlah yang paling berpotensi
menimbulkan mortalitas dan morbiditas. Jika trauma penyerta yang lebih
berpotensi tinggi menimbulkan mortalitas dan morbiditas, pasien distabilkan
terlebih dahulu di trauma centre sebelum ditransfer ke unit luka bakar.
Pada luka bakar berat, selain penangan umum seperti pada luka bakar
ringan, kalau perlu, dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala
syok.Bila penderita menunjukkan gejala terbakarnya jalan napas, diberikan
campuran udara lembab dan oksigen.Kalau terjadi edema laring, dipasang pipa
endotrakea atau dibuat trakeostomi.Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan
jalan napas, mengurangi dead space, dan memudahkan pembersihan jalan napas
dari lendir atau kotoran.Bila ada dugaan keracunan CO, segera diberikan oksigen
murni.
Luka akibat asam hidrofluorida perlu dilavase (cuci bilas) sebanyakbanyaknya dan diberi gel kalsium glukonat topikal.Pemberian kalsium sistemik
juga
bakar.
2. Pernapasan
Penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi perlu dilakukan dengan
melihat usaha napas, ekspansi dada, suara napas dan adanya sianosis. Pulse
oksimetri dapat digunakan untuk melihat saturasi seseorang dengan luka bakar.13
Hipoksia biasanya berhubungan erat dengan trauma inhalasi, ventilasi yang tidak
adekuat dikarenakan luka melingkar pada dada. Pemberian oksigen dengan atau
tanpa intubasi harus segera diberikan.17
3. Sirkulasi
Gangguan sirkulasi dengan penilaian berupa kesadaran, nadi, warna kulit,
waktu pengisian kapiler dan suhu ektermitas. Pemberian cairan intravena
bertujuan untuk memperbaiki hipovolemi akibat dari kebocoran kapiler kulit yang
terluka. Kebocoran kapiler lokal dan sistemik dapat terjadi secara proporsional
sesuai dengan luas dan kedalaman luka bakar. Perhitungan luasnya permukaan
luka bakar dengan menggunakan rule of nine.19
Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus ditentukan
secara teliti. Kemudian jumlah cairan infus yang akan diberikan dihitung. Ada
beberapa cara untuk mengitung kebutuhan cairan ini. Cara evans adalah sebagai
berikut: 1) luas luka dalam persen x berat badan dalam kg menjadi mL NaCl per
24 jam; 2) luas luka dalam persen x berat badan dalam kg menjadi mL plasma per
24 jam. Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat udem. Plasma
diberikan untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan
tekanan osmosis sehingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali
cairan yang telah keluar, 3) Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat
penguapan, diberikan 2000 cc glukosa 5% per 24 jam.1
Separuh jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Penderita
mula-mula dipuasakan karena peristalsis usus terhambat pada keadaan prasyok,
dan mulai diberikan minum segera setelah fungsi usus normal kembali. Kalau
diuresis pada hari ketiga memuaskan dan penderuta dapat minum tanpa kesulitan,
infus dapat dikurangi, bahkan dihentikan.1
Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan
rumus Baxter atau Parkland, yaitu : luas luka bakar dalam persen x berat badan
dalam kg x 4 mL larutan Ringer. Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8
jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan
kristaloid yaitu larutan ringer laktat. Hari kedua diberikan setengah cairan hari
pertama. Pemberian cairan dapat ditambah (jika perlu), misalnya pada penderita
dalam keadaan syok, atau jika diuresis kurang. Untuk itu, pemantauan yang ketat
sangat penting, karena fluktuasi perubahan keadaan sangat cepat terutama pada
fase awal luka bakar.1
Intinya, status hidrasi penderita luka bakar luas harus dipantau terus
menerus. Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal yaitu
sekurang-kurangnya
1000-1500mL/24jam
atau
1mL/kgBB/jam
dan
3mL/kgBB/jam pada pasien anak. Yang penting juga adalah pengamatan apakah
sirkulasi normal atau tidak.1
Besarnya kehilangan cairan pada luka bakar luas disertai resusitasi yang
tidak betul dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Hiponatremia
sebagai gejala keracunan air dapat menyebabkan udem otak dengan tanda kejang.
Kekurangan ion K akibat banyaknya kerusakan sel dapat diketahui dari EKG yang
menunjukkan depresi segmen ST atau gelombang U. Ketidakseimbangan
elektrolit ini juga harus dikoreksi namun bukan menjadi prioritas utama dalam
resusitasi cairan emergensi manajemen primer pasien trauma.1
Penggantian Darah
Luka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah sel
darah merah sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Sebagai tambahan
terhadap suatu kehancuran yang segera pada sel darah merah yang bersirkulasi
melalui kapiler yang terluka, terdapat kehancuran sebagian sel yang mengurangi
waktu paruh dari sel darah merah yang tersisa. Karena plasma predominan hilang
pada 48 jam pertama setelah terjadinya luka bakar, tetapi relative polisitemia
terjadi pertama kali. Oleh sebab itu, pemberian sel darah merah dalam 48 jam
pertama tidak dianjurkan, kecuali terdapat kehilangan darah yang banyak dari
tempat luka. Setelah proses eksisi luka bakar dimulai, pemberian darah biasanya
diperlukan.20
b. Secondary Survey
Komponen utama secondary survey adalah anamnesis, pemeriksaan fisik
ulang, dokumentasi, pemeriksaan laboratorium dan radiologi, pemeliharaan
sirkulasi perifer pada daerah yang terbakar, pemasangan NGT, kontrol infeksi dan
penanganan nyeri, pengaturan nutrisi dan perawatan luka.17
Anamnesis10
1.
Hal-hal yang perlu ditanyakan berupa :
A :Alergi
M :Mekanisme dan sebab trauma
M :Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)
P :Past illness
L :Last meal (makan minum terakhir)
E :Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.
2.
Pemeriksaan fisik10
3.
Pemeriksaan penunjang10
4.
Fungsi memantau sirkulasi perifer pada pasien dengan luka bakar adalah
untuk mencegah terjadinya sindrom kompartemen. Sindrom komparemen
disebabkan oleh peningkatan tekanan didalam kompartemen yang mempengaruhi
perfusi pada jaringan-jaringan didalam kompartemen tersebut. Pada ekstremitas,
perfusi pada otot di dalam kompartemen adalah perhatian utama. Tekanan
kompartemen lebih dari 30 mmHg dapat menyebabkan nekrosis otot. Jika pulsasi
nadi pada daerah ekstremitas telah hilang, akan sulit untuk mencegah terjadinya
nekrosis otot. Karena itu, pemeriksa harus mengetahui tanda-tanda sindrom
kompartemen, yaitu meningkatnya nyeri pada gerakan pasif dan melemahnya
pulsasi distal. Jika diduga terjadi sindrom kompartemen, ukur tekanan
kompartemen dengan memasukkan jarum yang dihubungkan dengan monitor
tekanan arteri atau sentral ke dalam kompartemen. Jika tekanan >30 mmHg, maka
perlu dilakukan escharatomy.
Untuk menjaga sirkulasi perifer pada pasien dengan luka bakar, seluruh
aksesoris pada ekstremitas perlu dilepaskan. Selain itu, penting untuk menilai
status sirkulasi distal, periksa apakah ada sianosis, CRT yang memanjang, dan
gejala-gejala neurologis, seperti parestesia. Penilaian pulsasi perifer pada pasien
dengan luka bakar paling baik dilakukan dengan Doppler Ultrasonic flow meter.
5.
Pemasangan NGT10
Melakukan pemasangan NGT dan bila perlu dengan suction apabila pasien
mengalami mual, muntah, atau distensi abdomen, atau jika terdapat luka bakar
lebih dari 20% total BSA. Dalam hal transfer pasien, NGT perlu dipasang untuk
mencegah terjadinya aspirasi.
6. Kontrol Infeksi dan Penanganan Nyeri10
Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi.Yang
banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap
pseudomonas.Bila ada infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan
uji kepekaan kuman.Antibiotik topikal tidak dibutuhkan dalam luka bakar kecil
dan luka bakar derajat I. Namun pada luka bakar derajat lebih dari II dan luka
bakar yang dalam, dibutuhkan pemberian antibiotik sesegera mungkin sambil
menunggu hasil kultur.1,21,22 Untuk mengatasi nyeri, paling baik diberikan opiat
melalui intavena dalam dosis serendah mungkin yang menghasilkan analgesia
yang adekuat namun tanpa disertao hipotensi. Selanjutnya, diberikan pencegahan
tetanus berupas ATS dan/atau toksoid.1
7. Nutrisi1
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 25003000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Pada masa kini, tiap unit luka
bakar sudah menerapkan pemberian dini nutrisi enteral melalui selang nasogastrik
untuk mencegah terjadinya ulkus Curling dan memenuhi kebutuhan status
hipermetabolisme yang tarjadi pada fase akut luka bakar. Nutrisi enteral ini
diberikan
melalui
mendekompresi
selang
nasogastrik
lambung.Penderita
yang
yang
sekaligus
sudah
mulai
berfungsi
stabil
untuk
keadaanya
Kondisi
yang
berpengaruh
dan
dapat
memperberat
melalui evaporasi)
Aktivitas fisik dan fisioterapi
Penggantian balutan
Rasa sakit dan kecemasan
Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan.
Dalam menentukan kebutuhan kalori basal pasien yang paling ideal adalah
dengan mengukur kebutuhan kalori secara langsung menggunakan indirek
kalorimetri karena alat ini telah memperhitungkan beberapa faktor seperti BB,
jenis kelamin, luas luka bakar, luas permukan tubuh dan adanya infeksi. Untuk
menghitung kebutuhan kalori total harus ditambahkan faktor stress sebesar 2030%. Tapi alat ini jarang tersedia di rumah sakit.
Yang sering di rekomendasikan adalah perhitungan kebutuhan kalori basal
dengan formula HARRIS BENEDICK yang melibatkan faktor BB, TB dan Umur.
nyeri, bisa menembus skar dan mempercepat epitelisasi. Ada beberapa jenis obat
yang dianjurkan seperti golongan silver sulfadiazine dan yang terbaru MEBO
(moist exposure burn ointment).1
Obat topikal yang dipakai dapat berbentuk larutan salep atau
krim.Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk sediaan kasa.Antiseptik yang
dipakai adalah yodium povidon atau nitras-argenti 0,5%. Kompres nitras-argenti
yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua kuman.
Obat ini mengendap sebagai garam sulfida atau klorida yang memberi warna
hitam sehingga mengotori semua kain. Krim silver sulfadiazine 1% sangat
berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup,
efektif terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi dan aman. Krim ini
dioleskan tanpa pembalut, dan padat dibersihkan dan diganti setiap hari.1
Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah.Permukaan luka
yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang.
Kerugiannya, bila digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur
menjadi kotor.1
Perawatan
tertutup
dilakukan
dengan
memberikan
balutan
yang
Pemotongan eskar atau eskaratomi dilakukan pada luka bakar derajat tiga
yang melingkar pasa ekstremitas atau tubuh karena pengerutan keropeng dan
pembengkakan yang terus berlangusng dapat mengakibatkan penjepitan yang
membahayakan sirkulasi sehinggan bagian distal bisa mati.Tanda dini penjepitan
adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai kebas pada ujung-ujung
distal. Keadaan ini harus cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang
membuka keropeng sampai penjepitan terlepas.1
Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati
dengan jalan eksisi tangensial.Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah
keadaan penderita menjadi stabil karena eksisi tangensial juga menyebabkan
perdarahan.Biasanya eksisi dini ini dilakukan pada hari ke-3 sampai ke-7, dan
pasti boleh dilakukan pada hari ke-10. Eksisi tangensial sebaiknya tidak dilakukan
lebih dari 10% luas permukaan tubuh, karena dapat terjadi perdarahan yang cukup
banyak.1
Luka bakar yang telah dibersihkan atau luka granulasi dapat ditutup
dengan skin graft yang umumnya diambil dari kulit penderita sendiri.Penutupan
luka bakar dengan bahan biolohis seperti kulit mayat atau kulit binatang atau
amnion manusia dapat dilakukan jika terdapat keterbatasan luas kulit
penderita.Walaupun kemungkinan ditolak, bahan tersebut dapay berfungsi
sementara untuk sebagai pengjalang penguapan berlebihan, pencegahan infeksi
yang lebih parah dan mengurangi nyeri.Namun, sedikit demi sedikit penutupan
sementara ini harus diganti dengan kulit penderita sendiri sebagai penutup
permanen.Sebaiknya pada penderita luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga
dilakukan skin grafting untuk mencegah terjadinya keloid dan jaringan parut yang
hipertropik. Sking grafting dapat dilakukan sebelum hari kesepuluh, yaitu
sebelum timbulnya jaringan granulasi.1
Saat ini telah banyak terdapat material pengganti kulit (skin subtitute) yang
dapat digunakan jika skin grafting tidak bisa dilakukan.Skin substitute ini antar
lain integra, aloderm dan dermagraft. Aloderm adalah dermis manusia yang
elemen-elemen epitelnya telah dibuang sehingga secara teoritis bersifat bebas
BAB 3
STATUS PASIEN DAN FOLLOW UP PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Zahra Nur Nadhila
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
No. Rekam Medik
Tanggal masuk
ANAMNESIS
Keluhan utama
Telaah
sakit. Awalnya os sedang bermain di rumah tetangga lalu terkena semburan api.
Riwayat operasi debridement 9x di rumah sakit luar (RS bunda thamrin). sesak
napas (-). Muntah (-), batuk(-), BAK (+), BAB (+)
RPT
RPO
STATUS PRESENS
Sensorium
: Compos Mentis
Tekanan darah
: 110/80mmHg
Nadi
: 87x/menit
Pernafasan
: 22x/menit
Suhu
: 37.0C
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Mata: pupil isokor 3mm, refleks cahaya (+/+),konjungtiva palpebra inferior
pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), anemis (-).
Telinga/ hidung/ mulut: dalam batas normal
Leher
Toraks
Inspeksi
: simetris fusiformis
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas : luka bakar di tangan kiri dan kanan (+), tungkai bawah kiri dan
kanan (+), tertutup verban elastik, hangat, CRT 3
Anogenital
FOTO KLINIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboratorium
29 september 2016
JENIS PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap (CBC)
Hemoglobin (HBG)
Eritrosit (RBC)
Leukosit (WBC)
Hematokrit
Trombosit (PLT)
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PCT
PDW
Hitung jenis
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
Neutrofil Absolut
Limfosit Absolut
Monosit Absolut
Eosinofil Absolut
Basofil Absolut
HST
Waktu Protrombin
Pasien
SATUAN
HASIL
RUJUKAN
g%
105/mm3
103/mm3
%
103/mm
Fl
Pg
g%
%
fL
%
fL
8,70
3.18
30,610
26
337,000
81
27,4
34,0
16,0
9,2
0,310
9,2
11,3 14,1
4.40 4.48
4000 11000
37 41
150 450
81 95
25 29
29 31
11.6 14.8
7.0 10.2
0,100-0,500
10,0-18,0
%
%
%
%
%
103/l
103/l
103/l
103/l
103/l
75,550
9,70
13,610
0,90
0,30
23,10
2,97
4,17
0,28
0,09
37 80
20 40
28
16
01
2.4 7.3
1.7 5.1
0.2 - 0.6
0.10 0.30
0 0.1
detik
22,5
Kontrol
INR
detik
14,00
1,59
Pasien
Kontrol
Waktu Trombin
Pasien
Kontrol
AGDA
pH
pCO2
pO2
Bikarbonat (HCO3)
Total CO2
Kelebihan Basa (BE)
Saturasi O2
HATI
Albumin
METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Darah (Sewaktu)
GINJAL
detik
detik
27,5
35,5
detik
detik
12,5
16,6
mmHg
mmHg
mmol/L
mmol/L
mmol/L
%
7,460
24,0
161,0
17,1
17,8
-5,8
100,0
7.35-7.45
38-42
85-100
22-26
19-25
(-2)-(+2)
95-100
g/dL
2,6
3.8-5.4
mg/ dL
92
<200
mg/dL
9-21
Ureum
Kreatinin
Elektrolit
Natrium (Na)
Kalium (K)
Klorida (Cl)
mg/ dL
mg/ dL
9
0.34
<50
0.32 0.59
mEq/L
mEq/L
mEq/L
129
4,4
97
135 155
3.6 5.5
96 106
APTT
FOLLOW UP
29 SEPTEMBER 2016
S: nyeri di luka bakar
O : sensorium:compos mentis HR:98x/m RR: 20x/m T: 37.9 C
A: Flame burn grade II-III 70% o/t face + trunkal anterior-posterior + both of arms
+ both of legs + Hiponatremia
P: - Tirah baring
Diet MB
IVFD RL 20 gtt/i
Injeksi ketorolac 30mg / 8 jam
Ranitidin 30mg /12 jam
Ceftriaxon 500mg /12 jam
R: -
30 SEPTEMBER 2016
S: Demam
O : sensorium:compos mentis HR:100x/m RR: 20x/m T: 38.2 C
A: Flame burn grade II-III 70% o/t face + trunkal anterior-posterior + both of arms
+ both of legs
P: - Tirah baring
Diet MB
IVFD RL 20 gtt/i
Injeksi ketorolac 30mg / 8 jam
Ranitidin 30mg /12 jam
Ceftriaxon 500mg /12 jam
R: rencana Debridement di ICBE
Konsul anestesi
1 october 2016
S: nyeri luka operasi
O : sensorium:compos mentis HR:100x/m RR: 20x/m T: 38.5 C
A: Flame burn grade II-III 70% o/t face + trunkal anterior-posterior + both of arms
+ both of legs
P: - Tirah baring
Diet MII TKTP
IVFD RL 20 gtt/i
Ceftriaxon 500mg /12 jam
R: (-)
1 october 2016
S: nyeri luka operasi
O : sensorium:compos mentis HR:100x/m RR: 20x/m T: 38.5 C
A: Flame burn grade II-III 70% o/t face + trunkal anterior-posterior + both of arms
+ both of legs
P: - Tirah baring
Diet MII TKTP
IVFD RL 20 gtt/i
Ceftriaxon 500mg /12 jam
R: (-)
3 october 2016
S: nyeri di luka debridement (operasi)
O : sensorium:compos mentis HR:100x/m RR: 20x/m T: 38.2 C TD :
100/70mmHg
A: Flame burn grade II-III 70% o/t face + trunkal anterior-posterior + both of arms
+ both of legs
P: - Tirah baring
IVFD D56 NaCI 0.9 % 12 CC/jam
4 october 2016
S: (-)
O : Hemodinamik stabil
sensorium:compos mentis HR:100x/m RR: 20x/m T: 37.5 C TD: 100/80
A: Flame burn grade II-III 70% o/t face + trunkal anterior-posterior + both of arms
+ both of legs
P: - Tirah baring
IVFD D56 NaCI 0.9 % 12 CC/jam
Inj Amikacin 450mg/hari
Inj.Metrodinazole 150mg /12 jam
R: konsul anak toleransi operasi
-konsul anestesi tindakan operasi
-STSG rabu 5/10/2016
Pre-operasi (4/10/16) jam 20.10
-STO
-Puasa 6 jam sebelum operasi pukul 0400 pagi
-Pasang IV line
- Inj cefazoim 500g 1 jam sebelum operasi
-personal hygiene
-persiapan PRC 150cc
-Dulcocal sup 1/2
6 october 2016
S: (-)
O : Hemodinamik stabil
sensorium:compos mentis HR:100x/m RR: 20x/m T: 37.5 C TD: 100/80
A: Flame burn grade II-III 70% o/t face + trunkal anterior-posterior + both of arms
+ both of legs
P: - Tirah baring
Diet MB
IVFD D56 NaCI 0.9 % 12 CC/jam
Inj Amikacin 450mg/hari
Inj.Metrodinazole 150mg /12 jam
Terapi sesuai terapi anak
R:
-cek DR, elektrolit, albumin
-Evaluasi graft H4 (senin 10/10/2016) di KBE
-Lengan kanan di evaluasi 30% (diganjal dengan kain/bantal)
7 october 2016
S: pasien mengatakan nyeri di bekas operasi
O : Hemodinamik stabil
sensorium:compos mentis HR:98x/m RR: 20x/m T: 37.1 C TD: 110/80
A: Flame burn grade II-III 70% o/t face + trunkal anterior-posterior + both of arms
+ both of legs
P: - Tirah baring
Diet MB
IVFD D56 NaCI 0.9 % 12 CC/jam
Inj Amikacin 450mg/hari
Inj.Metrodinazole 150mg /12 jam
8 9 october 2016
S: pasien mengatakan nyeri di bekas operasi
O : Hemodinamik stabil
sensorium:compos mentis HR:98x/m RR: 20x/m T: 37.1 C TD: 110/80
A: Flame Burn grade IIA-B 70% o/t face +truncal anterio-posterior + both of the
arms
P: - Tirah baring
Diet MB
IVFD D56 NaCI 0.9 % 12 CC/jam
Inj Amikacin 450mg/hari
Inj.Metrodinazole 150mg /12 jam
Terapi sesuai terapi anak
R: (-)
10 october 2016
S: (-)
O : Hemodinamik stabil
sensorium:compos mentis HR:98x/m RR: 20x/m T: 37.4 C TD: 110/80
A: Flame Burn grade IIA-B 70% o/t face +truncal anterio-posterior + both of the
arms
P: - Tirah baring
Diet MB
IVFD RL 20gtt/i mikro
Inj Amikacin 450mg/hari 24 jam drip habis dalam 1 jam
Laporan Operasi:
Nama operator: dr,frank B SpBP
Tanggal 10/10/2016 jam : 17.30
Diagnosis pra bedah: Flame burn grade II-III 70% o/t face + trunkal anteriorposterior + both of arms + both of legs
Diagnosis pasca bedah : Flame burn grade II-III 70% o/t face + trunkal anteriorposterior + both of arms + both of legs
Indikasi operasi : luka bakar luas
11 october 2016
S: (-)
O : Hemodinamik stabil
sensorium:compos mentis HR:98x/m RR: 20x/m T: 36.9 C TD: 110/80
A: Flame Burn grade IIA-B 70% o/t face + thoraks abdomen +both of the arms+
both of the legs+Post STS o/t (R) arm.
P: - Tirah baring
Diet MB
12 october 2016
S: Deman (+)
O : Hemodinamik stabil
sensorium:compos mentis HR:98x/m RR: 20x/m T: 38.2C TD: 110/80
A: Flame Burn grade IIA-B 70% o/t face + thoraks abdomen +both of the arms+
both of the legs+Post STS o/t (R) arm.
P: - Tirah baring
Diet MB
IVFD RL 20gtt/i mikro
Inj Amikacin 450mg/hari 24 jam drip habis dalam 1 jam
Inj Meropenem 200g / 8 jam
PCT drip 250mg/6 jam/iv
Omezinc syr 1x5 cc
Flumycr syr 3x10cc
R: (-)
- Debridement hari ini ( tanggal 13-14 direncana dan dibatalkan akibat COT
penuh)
-konsul anak
-konsul anestesi
17 october 2016
S: Demam (+)
O : Hemodinamik stabil
sensorium:compos mentis HR:98x/m RR: 20x/m T: 37.9 C TD: 110/80
A: Flame Burn grade IIA-B 70% o/t face + thoraks abdomen +both of the arms+
both of the legs+Post STS o/t (R) arm.
P: - Tirah baring
Diet MB
IVFD RL 20gtt/i mikro
Inj Amikacin 450mg/hari 24 jam drip habis dalam 1 jam
PCT drip 250mg/6 jam/iv
Omezinc syr 1x5 cc
Flumycr syr 3x10cc
Diet MBKTP
R: (-)
Debridement tidak dilakukan hanya diganti verban diruangan.
BAB 4
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Teori
l
Etiologi
Kasus
l
Etiologi
merupakan
mengandung api.
Parofisiologi
n
Luka
bakar
pada
pasien
luka
yang
Patofisiologi
n
radiasi elektromagnetik.
langsung
karena
terkena
Klasifikasi
n
Derajat I
Klasifikasi
n
Derajat II
n
Derajat III
n
Derajat IV
n
Kepala, leher : 9%
Lengan, tangan : 2 x 9%
dengan
70%
yaitu
: 4 x 9%
dada,
Genitalia : 1%
perut,punggung,bokong.
Diagnosa
n
Diagnosis
n
Penatalaksanaan
n
Pertolongan
sumber
pertama
panas
setelah
Penatalaksanaan
n
dihilangkan
bakar
dalam
menyiramnya
mengalir
air
atau
dengan
selama
air
sekurang-
mengalir
rumah
sakit
terdekat
yang
Medan
Perawatan luka
n
tertutup
balutan
dengan
yang
Perawatan luka
n
Pengobatan
dengan
topikal
masih kontroversi
Pembedahan
n
Tindakan bedah
n
BAB 5
KESIMPULAN
Perempuan usia 9 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan luka bakar
pada wajah, dada, perut, kedua tangan dan kedua tungkai. Dari hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang didapatkan diagnosa flame burn
grade II-III 70%. Pasien ditatalaksana dengan
IVFD RL 20 gtt/i
Injeksi ketorolac 20mg / 8 jam
Inj Ranitidin 30mg /12 jam
Inj Ceftriaxon 500mg /12 jam
Inj Amikacin 450mg/hari
Inj.Metrodinazole 150mg /12 jam
Tindakan Debridement
Tindakan STSG
DAFTAR PUSTAKA
1.
Jong, W.D., dan Sjamsujidajat, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3.
EGC. Jakarta.
2.
Moenadjat, Yefta. 2009. Luka Bakar Masalah dan Tata Laksana, Edisi 4.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
3.
World
Health
Organization.
2014.
Burns.
Access
In:
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs365/en/
4.
Karter, M.J. 2001. Fire loss in the United States during 2000. Quincy (MA):
National Fire Protection Association, Fire Analysis and Research Division
5.
6.
Laporan
Hasil
Riset
Kesehatan
Dasar
Provinsi
Sumatera
Utara.
2007.AccessIn:www.terbitan.litbang.depkes.go.id/penerbitan/index.php/blp/
catalog/download/63/92/226-1
7.
8.
Cushing,
Tracy
A.
Medscape.
March
2016.
Available:
http://emedicine.medscape.com/article/770179-overview
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Center for Disease Control. Fire deaths and injuries: Fact sheet overview.
[Accessed on 5 Oktober,2016].
15.
16.
17.
18.
St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter 19
19.
20.
21.
Yasti, Ahmet Cinar.,et al. Guideline and Treatment Algorithm for Burn
Injuries. Ulus Travma Acil Cerrahi Derg, March 2015, Vol 21, No 2. DOI:
10.5505/tjtes.2015.88261
22.
23.
24.
http://eprints.undip.ac.id/29136/3/Bab_2.pdf
27.
in
cardiac
surgical
patients
with
atrial
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
Delacretaz,
Etienne,
Supraventricular
Tachycardia.
http://www/nejm.org/doi/full/10/1056/NEJMep051145.
36.
September 6,2016
Medi, Carolin. Jonathan
Supraventricular
M.
Kalman,
dan
Saul
Website
Accessed
Tachycardia.
Freedman.
Website
http://www.mia.com.au/public/issue/190_05_020309/med107_27_fm.html.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
DigitalLibrary. 2004.
Vaidya CK, Ouellette JR. Hypertensive Urgency and Emergency. 2007. pp.
45.
43-50.
Varon J, Marik PE. Clinical Review: The Management of Hypertensivecri-
46.