Menurut Richert et al, 2007; Baksi et al, 2008 dalam Chick (2009)
menyatakan bahwa pendidik sebaya banyak digunakan dalam program edukasi
untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan manajemen diri pada
penyakit kronis terutama DM. Uitewaal et al (2004) dalam Chick (2009)
melaporkan bahwa Diabetes Peer Educator Program untuk pasien diabetes
berkebangsaan Turki yang tinggal di Belanda, dapat meningkatkan keterampilan
perawatan diri dan mendorong perubahan perilaku positif pada 36 responden
penelitian. Sebanyak 92% responden menyatakan puas terhadap kompetensi dan
pendekatan yang dilakukan oleh peer educator, 86% responden menyatakan peer
educator menjadi role model yang baik bagi responden.
Penelitian lain tentang pendidik sebaya juga dilakukan dalam bentuk Project
Dulce di San Diego pada tahun 1997. Project Dulce merupakan suatu program
manajemen diabetes melalui pemberian informasi dan dukungan melalui pendidik
sebaya. Informasi tentang manajemen diabetes disampaikan oleh seorang peer
educator yang merupakan seorang diabetisi kepada pasien diabetes lainnya.
(Chick, 2009).
2.3.3 Kelebihan Metode Pendidik Sebaya
Menurut Turner dan Shepherd, 1999; Widiantoro et al, 2002; Gilbert et al,
2011 menyatakan bahwa pendidik sebaya merupakan metode yang efektif dalam
pembelajaran dengan beberapa alasan sebagai berikut:
a. memiliki kredibilitas dibandingkan metode lain, beberapa penelitian
menunjukkan bahwa orang akan cenderung mendengarkan dan
memperhatikan pesan jika penyampaian pesan itu diberikan oleh teman
seperjuangannya yang memiliki masalah, umur dan dalam komunitas yang
sama;
b. biaya yang relatif lebih murah dan efektif dibandingkan dengan metode
pembelajaran lain yang membutuhkan tenaga profesional;
c. memberdayakan dan bermanfaat, pendidik sebaya cenderung memotivasi diri
dalam memberikan arahan dan bimbingan pada kelompok sebayanya;
d. meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam
pengembangan keterampilan yang meliputi pemecahan masalah, peningkatan
harga diri, peningkatan pengetahuan dan kesadaran tentang kesehatan,
toleransi, dan keterampilan dalam menyampaikan pendapat serta
kepemimpinan;
e. pembelajaran dengan metode pendidik sebaya akan berkelanjutan, beberapa
penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa dalam suatu kelompok,
kebiasaan yang dilakukan bersama yang selalu melakukan kontak antara
pendidik sebaya dan kelompok sasaran akan dapat memacu proses
pembelajaran;
f. seorang pendidik sebaya dapat menjadi role model dalam kehidupan seharihari
bagi kelompok sebayanya;
g. pendidik sebaya menggunakan bahasa yang kurang lebih sama sehingga
informasi dan pesan-pesan sensitif dapat disampaikan secara lebih terbuka
dan santai serta mudah dipahami oleh sebayanya;
h. pengaruh teman sebaya sangat besar dalam kehidupan sosial dibandingkan
seorang profesional karena merupakan bagian dari komunitas dan dapat
mempengaruhi orang-orang di sekitarnya.
2.3.4 Syarat Pelaksanaan Metode Pendidik Sebaya
Terdapat beberapa persyaratan yang harus dimiliki dalam metode pendidik
sebaya. Menurut Widiantoro et al (2002); Tang & Funnell (2011), syarat yang
harus dipenuhi yaitu adanya seorang pendidik sebaya (peer educator) dan
kelompok sebaya.
a. Pendidik sebaya (peer educator)
Pendidik sebaya (peer educator) merupakan seseorang yang termasuk dalam
kelompok sebaya yang telah dilatih untuk membawa perubahan dalam
pengetahuan, sikap, keyakinan dan perilaku pada tingkat orang per orang pada
kelompok sebayanya. Seorang pendidik sebaya diharapkan dapat menjadi role
model (panutan) bagi kelompok sebayanya dalam sikap dan berperilaku dalam
kehidupan sehari-hari. Syarat yang harus dimiliki untuk menjadi seorang pendidik
sebaya adalah sebagai berikut:
1) aktif dalam kegiatan sosial dan populer di lingkungannya;
2) berminat dalam penyebarluasan informasi kesehatan;
3) lancar berbahasa dan menulis;
4) menggunakan komunikasi dua arah serta sikap mendengar yang aktif;
5) memiliki kepribadian yang ramah, luwes dan mudah berinteraksi dalam
pergaulan, lancar dalam mengemukakan pendapat, berinisiatif dan kreatif,
idak mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal baru, memiliki kemauan
belajar dan senang menolong.
b. Kelompok sebaya
Menurut Koelen & Ban (2004); United Nations Population Fund (2005);
Palang Merah Indonesia (2010), yang menjadi kelompok sebaya adalah memiliki
kelompok usia, jenis kelamin, latar belakang, pekerjaan, budaya, sosial-ekonomi,
status kesehatan, gaya hidup, pengalaman serta pemahaman yang sama. Semakin
banyak kesamaan dan interaksi orang-orang yang terdapat dalam suatu kelompok,
semakin besar kemungkinan orang itu menerima pesan-pesan dan dipengaruhi
baik sikap maupun perilakunya.
2.3.5 Tahap Pelaksanaan
Seorang pendidik sebaya berguna untuk menyadarkan dan mempengaruhi
teman mereka yang berada dalam satu kelompok tersebut. Menurut Widiantoro et
al (2002), metode pendidik sebaya idealnya diikuti kurang dari 12 peserta dalam
satu kelompok agar setiap peserta mempunyai kesempatan untuk bertanya. Jumlah
peserta yang terlalu banyak dalam satu kelompok akan mengakibatkan proses
tanya jawab menjadi kurang efektif. Adapun tahap pelaksanaan metode ini
meliputi pelatihan untuk calon pendidik sebaya dan pelatihan dari pendidik sebaya
yang telah dilatih kepada kelompok sebayanya.
Pelatihan pendidik sebaya
1) Sesi pembahasan
Tahap ini merupakan bagian proses pembelajaran yang berisi pembahasan
materi berdasarkan topik tertentu. Pendekatan yang dilakukan dalam
pembahasan materi ini yaitu curah pendapat, studi kasus serta diskusi.
2) Sesi penyimpulan materi bahasan
Penyimpulan materi berdasarkan pembahasan hasil diskusi dengan
merujuk pada bahan pembelajaran sebagai pedoman. Selain itu, masukan
dan pendapat dari peserta selama proses pembelajaran dapat digunakan
sebagai catatan pelengkap.
Hal-hal lain yang perlu dipersiapkan oleh seorang pendidik sebaya antara
lain:
1) kesiapan pribadi, yaitu dengan membaca materi yang akan disampaikan,
penggunaan bahasa, alat bantu yang disesuaikan dengan keadaan peserta,
dan rencana alokasi waktu dalam kegiatan;
2) pengaturan tempat, yaitu dengan menata ruangan yang ideal untuk
memudahkan interaksi antara pendidik dan peserta, misalnya dengan
membentuk huruf u atau secara melingkar;
3) penggunaan alat bantu, yaitu dengan persiapan kesediaan fasilitas alat
bantu misalnya papan tulis, spidol, flipchart, proyektor, kertas dan pensil
serta memastikan alat-alat tersebut berfungsi dengan baik;
4) rencana alokasi waktu, yaitu dengan menentukan paket pertemuan
berdasarkan materi yang akan disampaikan dengan alokasi waktu 2-3 jam
per hari.
b. Pelatihan kelompok sebaya
1) Tahap penerimaan
Hal yang terpenting pada tahap ini adalah mendengarkan keluhan atau
masalah yang dialami oleh kelompok sebaya. Seorang pendidik sebaya
berperan dalam mendengar secara aktif terhadap masalah-masalah yang
diungkapkan oleh kelompok sebayanya.
2) Tahap pemasukan ide
Pendidik sebaya secara pelan memasukkan ide ke dalam fikiran kelompok
sebayanya. Memberikan sedikit demi sedikit secara berulang dan dikemas
dengan baik serta tidak bersifat menggurui.
3) Tahap pemeliharaan
Ide yang sudah disampaikan oleh seorang pendidik sebaya kepada