PENDAHULUAN
prevalensi luka bakar sebesar 2,5 % dari seluruh jenis luka, dimana pada kota
Medan hanya 0,4%.6,7,8,9
2.
3.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat
menyebabkan luka bakar radiasi.
2.1.3. Patofisiologi1
Luka bakar pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau
radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440oC tanpa
kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap
derajat kenaikan temperatur.
Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan
konduksi
panas.Kerusakan
pembuluh
darah
ini
mengakibatkan
cairan
intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan
tetapi protein plasma dan elektrolit.Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan
permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan jaringan masif di intersitial
menyebabakan kondisi hipovolemik.
Volume cairan iuntravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan
menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan
syok. Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh
kegagalan organ multi sistem.
Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya kerusakan
kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler, peningkatan
ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein), sehingga mengakibatkan tekanan
onkotik dan tekanan cairan intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus
menerus
dapat
mengakibatkan
hipopolemik
dan
hemokonsentrasi
yang
dan
agresif
untuk
menurunkan
katabolisme
dan
1
1
Derajat 3 lebih dari 10% Atau terdapat pada muka, kaki, tangan
Luka bakar disertai trauma jalan napas atau jaringan lunak luas, atau
fraktur
Luka bakar akibat listrik
Sedang
Derajat 2 : 15-25%
Derajat 3 kurang dari 10%, kecuali muka, kaki, tangan
Ringan
Derajat 2 kurang dari 15%
2.1.5. Luas Luka15,16,17
Presentasi dari total area permukaan tubuh yang terbakar (TBSA). Untuk
memudahkan perhitungan, satu telapak tangan pasien adalah 1 3/4 %
TBSA.Perhitungan berdasarkan Rule of Nine :
Kepala, leher : 9%
Lengan, tangan : 2 x 9%
Paha, betis, kaki : 4 x 9%
Dada, perut, punggung, bokong : 4 x 9%
Genitalia : 1%
Gambar 2.3 Perkiraan Luas Daerah Luka Bakar pada Orang Dewasa15
Penilaian berbeda pada anak karena ukuran kepala dan kedua tungkai
berbeda.Anak 9 tahun:
Kepala : 14%
Tungkai, kaki : 16%
Bagian lain sama dengan dewasa
Bayi 1 tahun:
Kepala, leher : 18%
Tungkai, kaki : 14%
Bagian lain sama dengan dewasa
Cara perhitungan lain dengan menggunakan Lund dan Browder Chart,
mungkin lebih tepat, tapi sukar dipakai sebagai acuan dalam praktek seharihari.15,16,17
2.6.6. Diagnosis
Anamnesis penyebab luka bakar sangat berguna dalam penentuan
penanganan luka bakar. Luka bakar dapat disebabkan oleh api, cairan panas,
bahan kimia, uap panas, ledakan, sengatan listrik, dan sebagainya. Penting juga
diketahui lama paparan dan lokasi pajanan.Mekanisme cedera yang berhubungan
juga perlu ditanyakan, misalnya ledakan, jatuh, kecelakaan lalu lintas, dan
sebagainya.Trauma
akibat
ledakan
dapat
menghasilkan
proyektil
yang
imunitas kurang dibanding usia lainnya. Wajah, kepala, tangan, kaki, dan
perineum (area primer) memerlukan perhatian khusus. Penyakit penyerta, alergi,
dan konsumsi obat-obatan dan alkohol terakhir juga perlu ditanyakan.15,16
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan
pasokan oksigen pada api yang menyala. Korban dapat mengusahakannya dengan
cepat menjatuhkan diri dan berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak
meluas.
Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam
daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama
sekurang-kurangnya lima belas menit. Upaya pendinginan ini, dan upaya
mempertahankan suhu dingin pada jam pertama akan menghentikan proses
koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi yang akan berlangusng
walaupun api telah dipadamkan, sehinggan destruksi tidak meluas.
Pada luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah mendinginkan
daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisasisa sel epitel untuk berproliferasi, dan menutup permukaan luka.Luka dapat
dirawat secara tertutup atau terbuka.
Pada luka bakar luas dan dalam, pasien harus segera dibawa ke rumah
sakit terdekat yang punya tenaga terlatih dan unit luka bakar yang memadai untuk
penangan luka bakar tersebut.Dalam perjalaanan penderita sudah dilengkapi
dengan infus dan penutup kain yang bersih serta mobil ambulans atau sejenisnya
yang bisa membawa penderita dalam posisi tidur.
Walaupun terdapat trauma penyerta, luka bakarlah yang paling berpotensi
menimbulkan mortalitas dan morbiditas. Jika trauma penyerta yang lebih
berpotensi tinggi menimbulkan mortalitas dan morbiditas, pasien distabilkan
terlebih dahulu di trauma centre sebelum ditransfer ke unit luka bakar.
Pada luka bakar berat, selain penangan umum seperti pada luka bakar
ringan, kalau perlu, dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala
syok.Bila penderita menunjukkan gejala terbakarnya jalan napas, diberikan
campuran udara lembab dan oksigen.Kalau terjadi edema laring, dipasang pipa
endotrakea atau dibuat trakeostomi.Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan
jalan napas, mengurangi dead space, dan memudahkan pembersihan jalan napas
dari lendir atau kotoran.Bila ada dugaan keracunan CO, segera diberikan oksigen
murni.
Luka akibat asam hidrofluorida perlu dilavase (cuci bilas) sebanyakbanyaknya dan diberi gel kalsium glukonat topikal.Pemberian kalsium sistemik
juga
bakar.
2. Pernapasan
Penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi perlu dilakukan dengan
melihat usaha napas, ekspansi dada, suara napas dan adanya sianosis. Pulse
oksimetri dapat digunakan untuk melihat saturasi seseorang dengan luka bakar.13
Hipoksia biasanya berhubungan erat dengan trauma inhalasi, ventilasi yang tidak
adekuat dikarenakan luka melingkar pada dada. Pemberian oksigen dengan atau
tanpa intubasi harus segera diberikan.17
3. Sirkulasi
Gangguan sirkulasi dengan penilaian berupa kesadaran, nadi, warna kulit,
waktu pengisian kapiler dan suhu ektermitas. Pemberian cairan intravena
bertujuan untuk memperbaiki hipovolemi akibat dari kebocoran kapiler kulit yang
terluka. Kebocoran kapiler lokal dan sistemik dapat terjadi secara proporsional
sesuai dengan luas dan kedalaman luka bakar. Perhitungan luasnya permukaan
luka bakar dengan menggunakan rule of nine.19
Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus ditentukan
secara teliti. Kemudian jumlah cairan infus yang akan diberikan dihitung. Ada
beberapa cara untuk mengitung kebutuhan cairan ini. Cara evans adalah sebagai
berikut: 1) luas luka dalam persen x berat badan dalam kg menjadi mL NaCl per
24 jam; 2) luas luka dalam persen x berat badan dalam kg menjadi mL plasma per
24 jam. Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat udem. Plasma
diberikan untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan
tekanan osmosis sehingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali
cairan yang telah keluar, 3) Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat
penguapan, diberikan 2000 cc glukosa 5% per 24 jam.1
Separuh jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Penderita
1000-1500mL/24jam
atau
1mL/kgBB/jam
dan
3mL/kgBB/jam pada pasien anak. Yang penting juga adalah pengamatan apakah
sirkulasi normal atau tidak.1
Besarnya kehilangan cairan pada luka bakar luas disertai resusitasi yang
tidak betul dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Hiponatremia
sebagai gejala keracunan air dapat menyebabkan udem otak dengan tanda kejang.
Kekurangan ion K akibat banyaknya kerusakan sel dapat diketahui dari EKG yang
menunjukkan depresi segmen ST atau gelombang U. Ketidakseimbangan
elektrolit ini juga harus dikoreksi namun bukan menjadi prioritas utama dalam
resusitasi cairan emergensi manajemen primer pasien trauma.1
Penggantian Darah
Luka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan sejumlah sel
darah merah sesuai dengan ukuran dan kedalaman luka bakar. Sebagai tambahan
terhadap suatu kehancuran yang segera pada sel darah merah yang bersirkulasi
melalui kapiler yang terluka, terdapat kehancuran sebagian sel yang mengurangi
waktu paruh dari sel darah merah yang tersisa. Karena plasma predominan hilang
pada 48 jam pertama setelah terjadinya luka bakar, tetapi relative polisitemia
terjadi pertama kali. Oleh sebab itu, pemberian sel darah merah dalam 48 jam
pertama tidak dianjurkan, kecuali terdapat kehilangan darah yang banyak dari
tempat luka. Setelah proses eksisi luka bakar dimulai, pemberian darah biasanya
diperlukan.20
b. Secondary Survey
Komponen utama secondary survey adalah anamnesis, pemeriksaan fisik
ulang, dokumentasi, pemeriksaan laboratorium dan radiologi, pemeliharaan
sirkulasi perifer pada daerah yang terbakar, pemasangan NGT, kontrol infeksi dan
penanganan nyeri, pengaturan nutrisi dan perawatan luka.17
Anamnesis10
1.
Hal-hal yang perlu ditanyakan berupa
A :Alergi
M :Mekanisme dan sebab trauma
M :Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)
P :Past illness
L :Last meal (makan minum terakhir)
E :Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.
2.
Pemeriksaan fisik10
3.
Pemeriksaan penunjang10
4.
Fungsi memantau sirkulasi perifer pada pasien dengan luka bakar adalah
untuk mencegah terjadinya sindrom kompartemen. Sindrom komparemen
disebabkan oleh peningkatan tekanan didalam kompartemen yang mempengaruhi
perfusi pada jaringan-jaringan didalam kompartemen tersebut. Pada ekstremitas,
perfusi pada otot di dalam kompartemen adalah perhatian utama. Tekanan
kompartemen lebih dari 30 mmHg dapat menyebabkan nekrosis otot. Jika pulsasi
nadi pada daerah ekstremitas telah hilang, akan sulit untuk mencegah terjadinya
nekrosis otot. Karena itu, pemeriksa harus mengetahui tanda-tanda sindrom
kompartemen, yaitu meningkatnya nyeri pada gerakan pasif dan melemahnya
pulsasi distal. Jika diduga terjadi sindrom kompartemen, ukur tekanan
kompartemen dengan memasukkan jarum yang dihubungkan dengan monitor
tekanan arteri atau sentral ke dalam kompartemen. Jika tekanan >30 mmHg, maka
5.
Pemasangan NGT10
Melakukan pemasangan NGT dan bila perlu dengan suction apabila pasien
mengalami mual, muntah, atau distensi abdomen, atau jika terdapat luka bakar
lebih dari 20% total BSA. Dalam hal transfer pasien, NGT perlu dipasang untuk
mencegah terjadinya aspirasi.
6. Kontrol Infeksi dan Penanganan Nyeri10
Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi.Yang
banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap
pseudomonas.Bila ada infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan
uji kepekaan kuman.Antibiotik topikal tidak dibutuhkan dalam luka bakar kecil
dan luka bakar derajat I. Namun pada luka bakar derajat lebih dari II dan luka
bakar yang dalam, dibutuhkan pemberian antibiotik sesegera mungkin sambil
menunggu hasil kultur.1,21,22 Untuk mengatasi nyeri, paling baik diberikan opiat
melalui intavena dalam dosis serendah mungkin yang menghasilkan analgesia
yang adekuat namun tanpa disertao hipotensi. Selanjutnya, diberikan pencegahan
tetanus berupas ATS dan/atau toksoid.1
7.
Nutrisi1
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 25003000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Pada masa kini, tiap unit luka
bakar sudah menerapkan pemberian dini nutrisi enteral melalui selang nasogastrik
untuk mencegah terjadinya ulkus Curling dan memenuhi kebutuhan status
hipermetabolisme yang tarjadi pada fase akut luka bakar. Nutrisi enteral ini
diberikan
melalui
mendekompresi
selang
nasogastrik
lambung.Penderita
yang
yang
sekaligus
sudah
mulai
berfungsi
stabil
untuk
keadaanya
Kondisi
yang
berpengaruh
dan
dapat
memperberat
melalui evaporasi)
Aktivitas fisik dan fisioterapi
Penggantian balutan
Rasa sakit dan kecemasan
Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan.
Dalam menentukan kebutuhan kalori basal pasien yang paling ideal adalah
dengan mengukur kebutuhan kalori secara langsung menggunakan indirek
kalorimetri karena alat ini telah memperhitungkan beberapa faktor seperti BB,
jenis kelamin, luas luka bakar, luas permukan tubuh dan adanya infeksi. Untuk
menghitung kebutuhan kalori total harus ditambahkan faktor stress sebesar 2030%. Tapi alat ini jarang tersedia di rumah sakit.
Yang sering di rekomendasikan adalah perhitungan kebutuhan kalori basal
dengan formula HARRIS BENEDICK yang melibatkan faktor BB, TB dan Umur.
Sedangkan untuk kebutuhan kalori total perlu dilakukan modifikasi formula
dengan menambahkan faktor aktifitas fisik dan faktor stress.
Pria : 66,5 + (13,7 X BB) + (5 X TB) (6.8 X U) X AF X FS
Wanita : 65,6 + (9,6 X BB) + (1,8 X TB)- (4,7 X U) X AF X FS
Perhitungan kebutuhan kalori pada penderita luka bakar perlu perhatian
khusus karena kurangnya asupan kalori akan berakibat penyembuhan luka yang
lama dan juga meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas. Disisi lain,
kelebihan asupan kalori dapat menyebabkan hiperglikemi, perlemakan hati.
Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan dengan beberapa
metode yaitu : oral, enteral dan parenteral. Untuk menentukan waktu dimualinya
pemberian nutrisi dini pada penderita luka bakar, masih sangat bervariasi, dimulai
sejak 4 jam pascatrauma sampai dengan 48 jam pascatrauma.
Pada luka lebih dalam perlu diusahakan secepat mungkin membuang jaringan
kulit yang mati dan memberi obat topikal yang daya tembusnya tinggi sampai
mencapai dasar jaringan mati. Perawatan setempat dapat dilakukan secara terbuka
atau tertutup.1
Masih banyak kontroversi dalam pemakaian obat-obatan topikal, tetapi
yang penting obat topikal tersebut membuat luka bebas infeksi, mengurangi rasa
nyeri, bisa menembus skar dan mempercepat epitelisasi. Ada beberapa jenis obat
yang dianjurkan seperti golongan silver sulfadiazine dan yang terbaru MEBO
(moist exposure burn ointment).1
Obat topikal yang dipakai dapat berbentuk larutan salep atau
krim.Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk sediaan kasa.Antiseptik yang
dipakai adalah yodium povidon atau nitras-argenti 0,5%. Kompres nitras-argenti
yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua kuman.
Obat ini mengendap sebagai garam sulfida atau klorida yang memberi warna
hitam sehingga mengotori semua kain. Krim silver sulfadiazine 1% sangat
berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup,
efektif terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi dan aman. Krim ini
dioleskan tanpa pembalut, dan padat dibersihkan dan diganti setiap hari.1
Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah.Permukaan luka
yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang.
Kerugiannya, bila digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur
menjadi kotor.1
Perawatan
tertutup
dilakukan
dengan
memberikan
balutan
yang
pembalut melekat pada luka, tetapi tidak berbau sebaiknya jangan dilepaskan,
tetapi ditunggu sampai terlepas sendiri.1
Syok hipovolemik
Hipotermia
Pneumonia berhungan dengan ventilator
Edema laring
Acute respiratory distress syndrome
Keracunan metabolic (CO, HCN)
Compartment syndrome (abdomen, thoraks, maupun ekstremitas)
Deep vein thrombosis dan emboli paru
Gagal ginjal akut
Infeksi akibat kateterisasi urin
Sepsis
MODS
Skar
Kontraktur (pemendekkan dan pengetatan ligament, sendi, otot, ataupun
kulit)
2.1.11. Prognosis
DAFTAR PUSTAKA
1.
Jong, W.D., dan Sjamsujidajat, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3.
EGC. Jakarta.
2.
Moenadjat, Yefta. 2009. Luka Bakar Masalah dan Tata Laksana, Edisi 4.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
3.
World
Health
Organization.
2014.
Burns.
Access
In:
www.who.int/mediacentre/factsheets/fs365/en/
4.
Karter, M.J. 2001. Fire loss in the United States during 2000. Quincy (MA):
National Fire Protection Association, Fire Analysis and Research Division
5.
6.
Laporan
Hasil
Riset
Kesehatan
Dasar
Provinsi
Sumatera
Utara.
2007.AccessIn:www.terbitan.litbang.depkes.go.id/penerbitan/index.php/blp/
catalog/download/63/92/226-1
7.
8.
Cushing,
Tracy
A.
Medscape.
March
2016.
Available:
http://emedicine.medscape.com/article/770179-overview
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Center for Disease Control. Fire deaths and injuries: Fact sheet overview.
[Accessed on August 26,2016].
15.
16.
17.
18.
St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter 19
19.
20.
21.
Yasti, Ahmet Cinar.,et al. Guideline and Treatment Algorithm for Burn
Injuries. Ulus Travma Acil Cerrahi Derg, March 2015, Vol 21, No 2. DOI:
10.5505/tjtes.2015.88261
22.
23.
24.
http://eprints.undip.ac.id/29136/3/Bab_2.pdf
27.
in
cardiac
surgical
patients
with
atrial
29.
30.
31.
32.
33.
35. Delacretaz,
Etienne,
Supraventricular
Tachycardia.
http://www/nejm.org/doi/full/10/1056/NEJMep051145.
September 6,2016
36. Medi, Carolin. Jonathan
Supraventricular
M.
Kalman,
dan
Saul
Website
Accessed
Tachycardia.
Freedman.
Website
http://www.mia.com.au/public/issue/190_05_020309/med107_27_fm.html.
Accessed Oktober 10, 2016
37. ACLS Study Guide 2016
38. Rampengan SH. Krisis Hipertensi. Hipertensi Emergensi dan HipertensiUrgensi. BIKBiomed. 2007. Vol.3, No.4 :163-8.
39. Saguner AM, Dr S, Perrig M, Schiemann U, Stuck AE, et al. Risk Factors
PromotingHypertensive Crises: Evidence From a LongitudinalStudy. Am J
Hypertensi. 2010. 23:775-780.
40. Kaplan NM. Primary hypertension. In: Clinical Hypertension. 9 ed. Lippincott Williams &Wilkins; 2006: 50-104.
41. Madhur MS. Hypertension. Medscape Article. 2012. Vol.3, No.4 :163-8.
42. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, et al.Harrison's
Principles ofInternal Medicine. Seventeenth Edition. 2008.
43. Majid A. Krisis Hipertensi Aspek Klinis dan Pengobatan. USU DigitalLibrary. 2004.
44. Vaidya CK, Ouellette JR. Hypertensive Urgency and Emergency. 2007. pp.
43-50.
45. Varon J, Marik PE. Clinical Review: The Management of Hypertensivecrises. Critical CareJournals. 2003.
46. Mink RV, Born BH, Montfrans GA, Koopmans RP, Karemaker JM, etal.
ImpairedCerebral Autoregulation in Pasient with MalignantHyperten- sion.
Journal of the AmericanHeart Association. 2004. 110:2241-2245.