2019/2020
Asuhan Keperawatan
Penderita Ulkus Peptikum
Kelompok 1 :
2 Etiologi
3 Manifestasi klinik
4 Patofisiologi
5 Pemeriksaan Penunjang
6 Komplikasi
7 Penatalaksanaan
8 Asuhan Keperawatan
Definisi
Basten (2018)
“Ulkus peptikum adalah gangguan keutuhan mukosa
gaster dan/atau duodenum yang menyebabkan
kerusakan lokal atau ulserasi akibat inflamasi”
Muttaqin (2017)
“Ulkus peptikum dapat ditemukan pada setiap bagian
saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu
esophagus, lambung, duodenum, jejunum, dan setelah
tindakan gastroenterostomi”
Etiologi
Muttaqin (2011)
1. Rasa nyeri terbakar di perut bagian antara dada dan pusar. (Nyeri biasanya
memburuk beberapa jam setelah makan atau ditengah malam ketika perut
kosong)
2. Mual muntah
6. Muntah darah dan terdapat darah pada tinja atau tinja berwarna hitam
(gejala pendarahan ulkus)
Patofisiologi
Muttaqin (2011)
1. Infeksi bakteri H.pylori
Sekali pasien terinfeksi, maka infeksi dapat
berlansung seumur hidup kecuali bila kuman
diberantas dengan pengobatan antibakterial.
next...
2. Peningkatan sekresi asam
Pada kebanyakan pasien menderita ulkus peptikum
di bagian awal duodenum, jumlah sekresi asam lam
bungnya lebih besar dari normal, bahkan sering dua
kali lipat dari normal.
Pada sisi lain, hal ini juga menurunkan sekresi HCO3, sehingga mempe
rlemah perlindungan mukosa. Efek lain dari obat ini adalah merusak muko
sa lokal melalui difusi non ionik ke dalam sel mukosa.
5. Refluks usus - lambung dengan materi garam empedu dan enzim pankr
eas yang berlimpah dan memenuhi permukaan mukosa dapat menjadi
predisposisi kerusakan epitel mukosa.
Pathway
STRES FISIK
Predisposisi infeksi bakteri OAINS (Indometasin, Syok, luka bakar, sepsis, trauma,
Helicobacter pylori Ibuprofen, Asam Salisilat) pembedahan, gagal nafas, gagal
ginjal, kerusakan susunan saraf
pusat, dan refluks usus lambung.
Gastritis Merokok
Sekresi h+ naik
Sekresi pepsinogen naik
Radikal oksigen
Hematemesis
Nyeri Ulkus Pepikum Perdarahan
Melena
Kerusakan
jaringan Intervensi Perforasi Respon Obstruksi Gawat
pascaoperasi bedah psikologis pintu keluar sirkulasi
gastrektomi lambung Anemia
Keluarnya asam
Pascaoperasi Kecemasan Defisiensi
Perioperatif lambung, pepsin,
pemenuhan Mual, besi
praoperasi dan makanan ke
informasi muntah,
peritoneum
dan
Penurunan
anoreksia
Peritonitis volume
Luka Risiko darah
pascaoperasi injury Risiko Intake Kelemahan
Syok septik ketidakseim nutrisi tidak fisik umum
Port de Penurunan bangan adekuat.
entree kemampu Kematian cairan Kehilangan
an batuk Risiko cairan dan
Aktual/risiko
Risiko ketidakseim elektrolit
tinggi syok
infeksi bangan hipovolemik
nutrisi Gangguan
Aktual/risiko bersihan
kurang dari ADL
jalan nafas tidak efektif
kebutuhan
tubuh
Pemeriksaan Penunjang
Purnomo, dkk (2012)
1. Tes helicobacter pylori (pengujian feses, darah dan
napas)
2. Endoskopi (biopsy jaringan)
3. Barium enema (Pasien menelan minuman berisi
barium → substansi terlihat pada X-ray)
4. Analisa lambung
5. Rontgen abdomen
6. Pemeriksaan fisik (menentukan nyeri epigastrik, &
nyeri tekan abdomen)
Komplikasi
Muttaqin (2011)
1. Intrakiblitas
Komplikasi ulkus peptikum yang paling sering adalah intrakibilitas, yang
berarti bahwa terapi medis telah gagal mengatasi gejala - gejala secara
adekuat.
2. Perdarahan
Sering terjadi pada dinding posterior bulbus duodenum, karena pada
tempat ini dapat terjadi erosi arteria pankreatikoduodenalis atau arteria
gastroduodenalis.
3. Perforasi
Pasien dengan komplikasi perforasi datang dengan keluhan nyeri
mendadak yang parah pada abdomen bagian atas.
4. Obstruksi
Obstruksi pintu keluar lambung akibat peradangan dan edema,
pilorospasme, atau jaringan parut.
Penatalaksanaan Medis
Muttaqin (2011)
C. Terapi bedah
Intervensi bedah dialakukan apabila dengan terapi
obat dan endoskopik tidak menurunkan keluhan
perdarahan. Pembedahan dengan gastrektomi distal
disertai Billroth I (gastrodoudenostomi) atau Billroth
II (gastrojejunostomi) untuk menghilangkan .
Penatalaksanaan keperawatan
1. Istirahat
Penyembuhan akan lebih cepat dengan
rawat inap walupun mekanismenya belum
jelas, kemungkinan oleh bertambahnya jam
istirahat berkurangnya refluks empedu, stres
dan penggunaan analgetik.
2. Diet
Beberapa penelitian menganjurkn makanan
biasa, lunak, tidak merangsang dan diet
seimbang
next...
3. Merokok (menghalangi penyembuhan tukak gaster
kronik, menghambat sekresi bikarbonat pancreas,
menambah keasaman bulbus duodeni,m menambah
refluks duodenogastrik akibat relaksasi sfingter
pilorus sekaligus meningkatkan kekambuhan tukak.
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tu
buh berhubungan dengan asupan diet kurang.
2. Risiko ketidakseimbangan elektrolit ditandai dengan
kekurangan volume cairan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
4. Syok berhubungan dengan hipovolemia.
next...
C. Intervensi Keperawatan
Kriteria evaluasi:
1. Pasien dapat mempertahankan status asupan nutrisi yang
adekuat.
2. Pernyataan motivasi yang kuat untuk memenuhi kebutuhan
nutrisinya.
Intervensi Rasional
1. Kaji status nutrisi, turgor kulit, berat bada 1.Memvalidasi dan menetapkan derajat masa
n, derajat penurunan berat badan, integritas
mukosa oral, kemampuan menelan, riwaya lah untuk menetapkan pilihan intervensi ya
t mual/muntah, dan diare. ng tepat.
3. Anjurkan makan tiga kali sehari dengan di 3. Oleh karena sedikit bukti yang mendukun
g teori bahwa diet saring lebih menguntun
et yang disukai pasien, tetapi tetap menghi gkan daripada makanan biasa, maka pasien
ndari predisposisi peningkatan kadar asam. dianjurkan untuk makan apa saja yang disu
kainya. Namun, ada beberapa kewaspadaa
n untuk dipertimbangkan pada tahap awal
penyembuhan, selain itu, upaya untuk men
etralisi asam dilakukan dengan tiga kali se
hari makanan biasa.
Intervensi Rasional
4. Berikan makan dengan perlahan pada ling 4. Pasien dapat berkonsentrasi pada mekanis
kungan yang tenang. me makan tanpa adanya distraksi atau gan
gguan dari luar.
5. Berikan diet secara rutin 5. Makanan yang masih dalam keadaan hang
at memudahkan perawat dan ahli gizi dala
m memantau kemampuan makan dari pasi
en. Dengan pemberian diet secara rutin, ak
an memberikan kondisi normal terhadap fu
ngsi gastrointestina dalam melakukan aktif
itas selama dirawat dan setelah pasien pula
ng ke rumah..
Kriteria evaluasi:
1. Pasien menunjukan perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan ddenga
nmtidak mengeluh pusing, membran mukosa lembab, turgor kulit normal.
2. TTV dalam batas normal, CRT >3detik, produksi urine >600ml/hari.
3. Laboratorium: nilai elekrolit normal, nilai hematrokit,dan protein serum men
ingkat, BUN/kreatin menurun.
Intervensi Rasional
1. Pengukuran tekanan darah 1.Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemia. Hal
tersebut menunjukkan terlibatnya sistem kerdi
ovaskular dalam melakukan kompensasi mem
pertahankan tekanandarah.
2. Monitor status cairan (turgor kulit,me 2. Jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan d
mbran mukosa, dan urine output) ari keadaan status cairan. Lkukan monotor ke
tat pada produksi urine <600ml/hari, karenait
u merupakan tanda-tanda terjadinya syok hip
ovolemik.
3. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi p 3. Kehilangan cairan dari muntah dapat disertai
dengan keluarnya natrium per oral yang juga a
erifer, dan diaforesis secara teratur. kan meningkatkan resiko gangguan elektrolit.
Intervensi Rasional
4. Pertahankan tirah baring, untuk mence 4. Aktifitas/muntah meningkatkan tekanan intra
gah muntah dan tekanan intraabdomen
saat defekasi. abdomen dan dapat mencetuskan perdarahan
lebih lanjut.
5. Tinggikan kepala tempat tidur saat/sela 5. Mencegah refluks gaster dan aspirasi antasida
ma pemberian antasida. , dimana dapat menyebabkan komplikasi par
u yang serius.
6. Tindakan kolaboraasi : Pertahankan pe 6. Jalur paten penting untuk pemberian cairan ce
mberian cairan intravena. pat dan memudahkan perawat dalam melakuk
an kontrol intake dan output cairan.
next...
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
Tujuan:
Dalam waktu 3x24 jam nyeri berkurang/hilang atau teradaptasi.
Kriteria evaluasi:
1. Secara subjektif melalporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi.
2. Skala nyeri 0 - 10
3. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
4. Pasien tidak gelisah.
Intervensi Rasional
1. Jelaskan dan bantu pasien dengan me 1.Pendekatan dengan menggunakan teknik relak
mberikan pereda nyeri nonfarmakologi
dan noninvasif. sasi dan terapi nonfarmakologi telah menunju
kan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
2. Istirahatkan pasien pada saat nyeri mu 2. Istirahat secara fisiologis akan menurunkan k
ncul. ebutuhanoksigen yang diperlukan untuk me
menuhi kebutuhan metabolisme basal.
Kriteria evaluasi:
1.Pasien menunjukkan perbaikan system kardiovaskuler.
2.Hematemesis dan melena terkontrol
3.Konjungtiva tidak anemis
4.Pasien tidak mengeluh pusing, membrane mukosa lembap, turgor kulit normal, dan akral h
angat.
5.TTV dalam batas normal, CRT < 2 detik, urine > 600 ml/hari. Laboraturium nilai hemoglo
bin, sel darah merah, hematokrit, dan BUN/kreatinin dalam batas normal.
Intervensi Rasional
1. Kaji sumber dan respons perdaraha 1. Deteksi awal mengenai seberapa jauh tingk
n dari melena dan hematemesis at pemberian intervensi yang akan diberika
n sesuai kebutuhan individu
3. Monitor status cairan (turgor kulit, m 3. Jumlah dan tipe cairan pengganti darah ditentu
embrane mukosa dan keluaran urine). kan dari keadaan status cairan. Penurunan vol
ume darah mengakibatkan menurunnya produ
ksi urine, monitor yang ketat pada produksi ur
ine < 600 ml/hari merupakan tanda-tanda terja
dinya syok hipovolemik.