Anda di halaman 1dari 44

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN.S


DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINAL
LATERALIS DIRUANG ANGGREK
RSUD SUKOHARJO

DI SUSUN OLEH :

RUMIATI
NIM. P.10052

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013

STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN.S
DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINAL
LATERALIS DIRUANG ANGGREK
RSUD SUKOHARJO
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

RUMIATI
NIM. P.10052

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2013

ii

iii

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat,
rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN.S
DENGAN POST OPERASI

HERNIA INGUINAL LATERALIS DIRUANG

ANGGREK RSUD SUKOHARJO


Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagi pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat :
1. Setiyawan, S. Kep, Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang
telah menjadi motivator dan pemimpin yang senantiasa memberikan teladan
serta bimbingan kepada semua mahasiswa STIKES Kusuma Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S. Kep, Ns,Sekretaris Ketua Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu dan selalu
memberikan fasilitas untuk menunjang pengajaran di STIKES Kusuma Husada
Surakarta.
3. Joko Kismanto, S. Kep, Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi kesempurnaannya studi kasus ini.

4. Siti Mardiyah, S. Kep, Ns, sebagai penguji II yang telah membimbing dengan
cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi kesempurnaannya studi kasus ini.
5. Noor Fitriyani, S. Kep, Ns, sebagai penguji III yang telah membimbing dengan
cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi kesempurnaannya studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sebar dan wawasanya
serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orangtuaku, Bp. Yoso Wiyono dan Ibu Surtiyem yang selalu menjadi
inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKES Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak disebutkan satu-persatu, yang
telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu


keperawatan dan kesehatan, Amin.
Surakarta, Juni 2013

Penulis

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................................

ii

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................

iii

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................

iv

KATA PENGANTAR ................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................

ix

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................

B. Tujuan Penulisan .................................................................

C. Manfaat Penulisan ...............................................................

LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ...........................................................................

B. Identitas Pasien...... .............................................................

1. Riwayat Kesehatan.........................................................

2. Pola Kesehatan Fungsional............................................

3. Pemeriksaan Fisik..........................................................

12

4. Pemeriksaan Penunjang.................................................

14

C. Perumusan Masalah Keperawatan .......................................

16

D. Perencanaan Keperawatan ..................................................

16

vii

BAB III

E. Implementasi Keperawatan .................................................

18

F. Evaluasi Keperawatan .........................................................

21

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN


A. Pembahasan .........................................................................

22

B. Simpulan dan Saran.............................................................

30

Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup

viii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Log Bog
2. Surat Pendelegasian Pasien
3. Surat Pengambilan Data
4. Asuhan Keperawatan
5. Lembar Konsul
6. Daftar Riwayat Hidup

ix

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek

atau

bagian

lemah

dari

dinding

rongga

bersangkutan

(Sjamsuhidajat,2004). Hernia adalah protrusi (tonjolan) abnormal suatu


organ, atau bagian organ, melewati celah di struktur sekitarnya, umumnya
protrusi organ abdomen melalui celah di dinding abdomen (Brooker,2008).
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang disebabkan karena
hernia keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang
terletak lateral dari pembuluh epigastrik inferior, kemudian hernia masuk ke
dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus
inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke
skrotum, ini disebut hernia skrotalis (Sjamsuhidajat dan Jong, 2004 : 527).
Hernia inguinalis yang kedua yaitu hernia inguinalis direk biasanya
memiliki leher yang lebar, sulit dimasukkan dengan jari-jari tangan
(Borley dan Grace, 2006 : 119).
Insiden hernia inguinal yang sebenarnya di dunia termasuk di
Indonesia belum diketahui, diperkirakan 1015 % dari populasi dewasa.
Insiden hernia inguinal menurut usia diperkirakan meningkat seiring
pertambahan usia yaitu pada rentang 2540 tahun 58 %, di atas 75 tahun 45
%. Sedang menurut jenis kelamin insiden hernia inguinal pada pria 25 x lebih
banyak dijumpai dari pada wanita (Simarmata,2003). Di Indonesia

diperkirakan 102 ribu anak menderita penyakit hernia. Untuk data di Jawa
Tengah, mayoritas usia penderita selama Januari-Desember 2007 berkisar
antara 2-5 tahun, dengan rincian umur kurang dari 1 tahun sebanyak 51-211
penderita, dan umur 5 tahun berkisar antara 150-214 penderita (Ilham,2009).
Menurut data dari RSUD Sukoharjo pada tahun 2013 ini, pasien yang terkena
hernia inguinal lateralis dengan umur diatas 30 tahun sekitar 156 pasien yang
dirawat inap.
Pengobatan hernia dapat dilakukan melalui pembedahan, antara lain
yang pertama hernioplasti yaitu usaha mencegah kekambuhan hernia dengan
membentuk ulang struktur untuk memberi kekuatan yang lebih besar.
Pembedahan kedua dengan herniorafi yaitu pembedahan dengan cara pada
area yang lemah diberi penguatan dengan beberapa jaringan pasien atau
menggunakan materi lain. Pembedahan ketiga yaitu dengan herniotomi yang
artinya

operasi

untuk

menyembuhkan

hernia.

Herniotomi

meliputi

pengembalian isi hernia ke posisi normal dan pengangkatan kantong hernia


(Brooker,2008). Prosedur herniotomi yaitu pembedahan dengan cara
melakukan sayatan di bagian kanalis inguinalis, lalu melepaskan kantong
hernia

dari

dalam

tali

sperma,

kemudian

sayatan

ditutup

dengan jahitan (Sjamsuhidajat dan Jong, 2004 : 530). Sayatan pada waktu
herniotomi dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Hal tersebutlah yang
menyebabkan rasa nyeri timbul (Guyton dan Hall, 2007 : 625).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa


(International Association for the Study of Pain). Nyeri akut artinya awitan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir
yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari enam
bulan.(Herdman:2013). Pengukuran skala nyeri berdasarkan angka adalah
dimulai dari angka 0-10, pembagian tingkatan nyeri yaitu, angka 0 : tidak
nyeri, angka 1-3 : nyeri ringan, angka 4-6 : nyeri sedang, angka 7-9 : nyeri
berat, angka 10 : nyeri sangat berat.(Iscan, 2010).
Nyeri yang timbul pascaoperasi merupakan kejadian yang menekan
atau stres dan dapat mengubah gaya hidup dan kesejahteraan psikologi
individu. Nyeri akut yang timbul harus segera dikelola agar tidak timbul
komplikasi seperti syok neurogenik karena nyeri akut dapat menyebabkan
denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi pernafasan meningkat. Data
diatas sejalan dengan teori kebutuhan dasar Maslow yaitu kebutuhan
fisiologis yang terdiri dari kebutuhan oksigenasi, cairan, nutrisi, temperature,
eliminasi, tempat tinggal, istirahat, dan seks (Potter dan Perry, 2005 : 1515).
Tn.S merasakan nyeri akut karena rasa nyeri ini timbul dan ada
kerusakan jaringan, hal ini menyebabkan individu bereaksi dengan cara
memindahkan stimulus nyeri. Bahkan aktivitas ringan saja, misalnya duduk.
Bila diberikan stimulus, rasa nyeri akut ini timbul dalam waktu kira-kira 0,1
detik (Guyton & Hall, 2007).
Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk melakukan studi kasus
tentang hernia inguinalis lateralis serta cara penatalaksanaannya. Dengan

adanya berbagai data, maka penulis melaporkan studi kasus Asuhan


Keperawatan Nyeri Akut pada Tn. S dengan Post Operasi Hernia Inguinal
Lateralis diruang Anggrek RSUD Sukoharjo.

B. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus nyeri akut pada Tn. S dengan post operasi hernia inguinal
lateralis.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. S dengan nyeri post
operasi hernia inguinal lateralis.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan
nyeri post hernia inguinal lateralis.
c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Tn. S
dengan nyeri post operasi hernia inguinal lateralis.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. S dengan nyeri post
operasi hernia inguinal lateralis.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. S dengan nyeri post operasi
hernia inguinal lateralis.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada Tn. S dengan
post operasi hernia inguinal lateralis.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Asuhan keperawatan akan memberikan wawasan yang luas mengenai
masalah keperawatan klien dengan gangguan rasa nyaman nyeri akut post
operasi hernia inguinal lateralis.
2. Bagi instansi
a. Pendidikan
Asuhan Keperawatan sebagai bahan masukan dalam kegiatan belajar
mengajar tentang masalah keperawatan mengenai klien dengan nyeri akut
post operasi hernia inguinal lateralis.
b. Rumah sakit
Asuhan Keperawatan sebagai bahan masukan dan evaluasi yang
diperlukan dalam pelaksanaan praktik pelayanan keperawatan khususnya
pada klien dengan nyeri akut post operasi hernia inguinal lateralis.

3. Bagi Profesi Keperawatan


Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran dan informasi dibidang keperawatan tentang asuhan keperawatan
nyeri akut pada klien post operasi hernia inguinal lateralis.

BAB II
LAPORAN KASUS

Bab ini menjelaskan tentang laporan studi kasus Asuhan keperawatan


yang dilakukan pada Tn.S dengan diagnosa medis Hernia Inguinal Lateralis,
dilaksanakan pada tanggal 22 - 24 April 2013. Asuhan keperawatan dimulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi.
A. Pengkajian
Hasil pengkajian tanggal 22 April 2013 jam 11.00 WIB, pada
kasus ini diperoleh dengan metode Auto Anamnese dan Allo Anamnese,
pengamatan, observasi langsung, pemeriksaan fisik menelaah catatan
medis, dan catatan perawat, dari data pengkajian tersebut didapat hasil
identitas pasien.
B. Identitas Pasien
Pasien bernama Tn.S, umur 47 tahun, agama Islam, alamat Ledok
RT03 RW05 Kenokerejo Polokarto Sukoharjo, Pendidikan SD, pekerjaan
Buruh, nomor register 209745, dirawat di bangsal Anggrek kamar 9.1
RSUD Sukoharjo, sudah sejak tanggal 16 April 2013 pasien menjalani
perawatan dengan diagnosa Hernia Inguinal Lateralis oleh dokter BY
sebagai ahli bedah. Penanggung jawab kepada pasien adalah Ny P,
umur35 tahun, pendidikan SMA, pekerjaan swasta, yang beralamat di

Ledok RT03 RW05 Kenokerejo Polokarto Sukoharjo, dan hubungan


dengan pasien adalah adik.

1. Riwayat Kesehatan
Pengkajian mengenai riwayat kesehatan yaitu meliputi keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat
kesehatan keluarga, riwayat kesehatan lingkungan dan riwayat
psikososial. Penjelasannya sebagai berikut:
Riwayat penyakit sekarang pasien mengatakan, pasien
merasakan nyeri dan terdapat benjolan pada lipat paha kiri sudah
kurang lebih 3 tahun lalu, pasien memeriksakan diri pada hari selasa
tanggal 16 April 2013, datang ke RSUD Sukoharjo. Di IGD pasien
mengeluh nyeri pada lipat paha kiri, terdapat benjolan. Pasien
diperiksa oleh perawat di IGD dan dianjurkan untuk opname, dengan
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 20 x/menit,
suhu 36,60C. Pasien di kirim ke bangsal Anggrek kamar 9.1, dan
mendapat terapi Ringer Laktat(RL) 20 tpm.Keluhan utama pasien
yaitu pasien mengatakan nyeri karena luka post operasi hernia, nyeri
seperti tertusuk-tusuk jarum, nyeri pada lipat paha kiri, skala nyeri 7,
nyerinya dirasakan terus menerus.
Riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan ini operasi yang
pertama, sudah sakit kurang lebih 3 tahun yang lalu pasien sudah
merasakan nyeri pada lipat paha kiri, namun pasien tidak

menghiraukannya dan terus beraktifitas sebagai buruh (angkat


barang). Rasa nyeri semakin terasa jika untuk bekerja sehingga
aktifitas sedikit terganggu tapi tetap bekerja. Pasien belum pernah
memeriksakan tentang penyakitnya itu, namun hanya membelikan
obat-obat herbal. Rasa nyeri itu pun tidak hilang tapi semakin nyeri.
Pasien mengatakan belum pernah dirawat inap.
Pengkajian riwayat keluarga, pasien mengatakan, bahwa
didalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti yang
dirasakan. Keluarga pasien mengatakan, Tn.S adalah anak kedua dari
empat bersaudara, tidak mempunyai anak, Tn.S tinggal bersama orang
tuanya, tidak punya riwayat alergi makanan dan minuman, tidak
punya

penyakit

keturunan

seperti

jantung/paru-paru,

diabetes

militus(DM), hipertensi dan lain-lain.


Pada pengkajian riwayat kesehatan lingkungan, pasien dan
keluarga pasien mengatakan keadaan lingkungan dirumah baik, tidak
ada masalah serta lingkungan sekitarnya cukup baik, ditunjukkan
dengan adanya tempat pembuangan sampah dan selokan untuk
pembuangan limbah. Serta jauh dari tempat pembuangan sampah
akhir atau limbah.
Riwayat

psikososial,

pasien

mengatakan

keadaan

spikososialnya baik. Hubungan sosial pasien dengan keluarga,


lingkungan dan masyarakat sekitar terjalin dengan baik.

2. Pola Kesehatan Fungsional


Pada pengkajian pola kesehatan fungsional meliputi pola
persepsi

dan

pemeliharaan

kesehatan,

sebelum

sakit

pasien

mengatakan sehat itu penting karena sehat itu sangat berharga, selama
sakit pasien mengatakan, ingin cepat sembuh dan ingin cepat pulang,
karena sakit itu sesuatu yang tidak nyaman.
Pola

nutrisi

dan

metabolisme,

sebelum

sakit

pasien

mengatakan, makan 3 kali sehari habis 1 porsi dengan menu nasi,


lauk-pauk dan sayur, pasien tidak alergi dengan jenis makanan
apapun. Minumnya setiap pagi teh manis 1 gelas dan 6-7 gelas air
putih. Selama sakit pasien mengatakan, tidak mengalami gangguan
makanan, bisa menghabiskan 1 porsi dengan menu rumah sakit, nasi,
lauk-pauk, sayur dan buah. Minum 7-8 gelas air putih.
Pola eliminasi, sebelum sakit pasien mengatakan, pasien BAB
sehari 1 kali dengan kosistensi berwarna kuning, lembek dan berbau
khas, sedangkan BAK nya sehari 6-7 kali dengan konsistensi
berwarna kuning jernih dan berbau khas. Selama sakit pasien
mengatakan, pasien BAB sehari 1 kali dengan kosistensi berwarna
kuning, lembek dan berbau khas, sedangkan BAK nya sehari 6-7 kali
dengan konsistensi berwarna kuning jernih dan berbau khas.
Pola aktifitas dan latihan pasien mengatakan sebelum sakit
pasien mengatakan dapat beraktifitas dengan bebas secara mandiri.
Dapat melakukan kegiatan sehari-hari, dengan skor (0) yang artinya

10

mandiri. Selama sakit pasien mengatakan tidak dapat beraktifitas


secara bebas dan mandiri seperti makan atau minum, mandi,
berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah, ambulasi/ ROM
mendapat skor (2) yang artinya memerlukan bantuan dari orang lain,
sedangkan toileting mendapat skor (3) yang artinya membutuhkan
bantuan orang lain dan alat.
Pada pola istirahat dan tidur, pasien mengatakan mengalami
gangguan yaitu sebelum sakit pasien mengatakan bisa tidur kurang
lebih 8 jam dalam sehari dan biasanya pasien tidur malam pukul 21.00
WIB 04.30 WIB, dan siang hari pasien kadang tidur kadang tidak,
tergantung pekerjaannya. Selama sakit pasien mengatakan hanya bisa
tidur kurang lebih hanya 4 jam, sebentar-sebentar terbangun karena
merasakan nyeri pada lipat paha kiri, kualitas tidurnya kurang
nyenyak. Pasien tidur malam pukul 23.00WIB 04.00 WIB, dan siang
harinya bisa tidur walaupun hanya sebentar, kurang lebih 1-2 jam.
Pola kognitif perseptual, sebelum sakit pasien mengatakan,
penglihatan, pendengaran, bicaranya jelas dan normal, komunikasi
antar saudara lancar. Selama sakit pasien mengatakan, pasien trelihat
gelisah karena nyeri yang dirasakan, penglihatan, pendengaran, bicara
masih jelas dan normal, komunikasi antar perawat lancar bisa
mengkomunikasikan rasa nyerinya yaitu pada lipat paha kiri,nyeri
seperti ditusuk-tusuk skala nyeri 7, nyeri dirasakan terus menerus.

11

Pola persepsi konsep diri, pasien mengatakan, gambaran diri,


pasien mengatakanmenyukai anggota tubuhnya dan tidak ada anggota
tubuhnya yang tidak disukai, identitas sebagai laki-laki umur 47
tahun, perannya pasien sebagai anak yang berbakti kepada orang tua,
ideal diri pasien berharap cepat sembuh dan bisa bekerja kembali,
harga diri pasien tetap bersyukur dan menganggap sakit ini sebagai
cobaan.
Pola hubungan sosial sebelum sakit pasien mengatakan,
memiliki hubungan baik dengan keluarga dan masyarakat. Selama
sakit pasien mengatakan masih berhubungan baik dengan keluarga
dan masyarakat.
Pola seksualitas dan reproduksi, pasien sudah menikah tapi
sudah lama berpisah dan tidak mempunyai anak. Pola mekanisme
koping sebelum sakit pasien mengatakan, jarang punya masalah, kalau
punya masalah langsung segera diselesaikan. Selama sakit pasien
mengatakan tidak punya masalah dan menerima sakitnya dengan
ikhlas.
Pola nilai dan keyakinan sebelum sakit pasien mengatakan
rajin beribadah, selama sakit pasien mengatakan tetap beribadah dan
berdoa kepada Allah SWT. Pandangan pasien terhadap penyakitnya
yaitu karena terlalu bekerja keras sebagai buruh (angkat barang berat)
terjadilah Hernia Inguinal Lateralis

12

3. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian pemeriksaan fisik keadaan umum pasien lemah,
meringis kesakitan, kesadaran composmentis dengan respon mata 4,
respon verbal 5, dan respon motorik 6 sehingga GCS 15, pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 115/80 mmHg, nadi
teraba 88 kali per menit, pernapasan dengan kedalaman 20 kali per
menit, suhu 36.5C.
Pada pemeriksaan head to toe pada kepala didapatkan hasil
bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih, rambut hitam dengan
sedikit uban, ada sedikit ketombe, tidak ada luka, dan bekas luka serta
tidak ada benjolan. Pemeriksaan mata, hasilnya letak mata kanan dan
kiri simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
isokor. Pemeriksaan hidung, hasilnya bentuknya simetris, penciuman
baik, tidak ada polip, sedikit sekret. Pemeriksaan mulut, hasilnya
mukosa bibir kering, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada sariawan.
Pemeriksaan gigi, hasilnya warna gigi kekuning-kuningan, gigi tidak
berlubang, dan tidak ada gigi palsu. Pemeriksaan telinga, hasilnya
pendengaran baik, sedikit serumen, simetris antara telinga kanan dan
kiri. Pemeriksaan leher, hasilnya tidak ada kaku kuduk dan tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid.
Pemeriksaan dada meliputi, pemeriksaan paru-paru, inspeksi
hasilnya simetris antara kanan dan kiri, bentuk dada datar, tidak ada
lesi, tidak tampak penggunaan otot bantu pernafasan. Palpasi hasilnya

13

vocal fremitus sama antara kanan dan kiri dan ekspansi paru kanan
dan kiri sama. Perkusi hasilnya bunyi paru-paru sonor, dan auskultasi
hasilnya suara nafas vesikuler, tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan
jantung, inspeksi hasilnya ictus cordis tidak tampak, palpasi hasilnya
ictus cordis teraba di ICS ke 5 mid clavikula, perkusi hasilnya bunyi
pekak, auskultasi hasilnya bunyi jantung 1 bunyi jantung 2 reguler.
Pemeriksaan abdomen, inspeksi hasilnya bentuk abdomen
simetris dan datar, tidak ada jejas, umbilikus bersih, auskultasi
hasilnya peristaltik usus 15 kali per menit, perkusi hasilnya bunyi
tympani, palpasi hasilnya tidak ada pembesaran hati dan limpa.
Genetalianya terpasang selang kateter (DC). Di lipat paha kiri ada
luka post operasi hernia hari petama tertutup kasa, Anusnya tidak ada
hemoroid. Pemeriksaan ekstermitas atas hasilnya kekuatan otot 5,
tangan kiri terpasang infuse Ringer Laktat 20 tetes per menit, capillary
refile kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang, akral
hangat. Ekstermitas bawah hasilnya akral hangat, capillary refile
kurang dari 2 detik, kekuatan otot kaki kiri 4, kekuatan otot kaki
kanan 5, kaki kanan bebas untuk digerakan, kaki kiri sakit untuk
digerakkan, nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, skala nyeri 7.

14

4.

Pemeriksaan Penunjang dan Terapi


Pemeriksaan penunjang yang dijalani oleh pasien adalah
radiologi, pemeriksaan EKG dan pemeriksaan laboratorium. Pada
pemeriksaan darah rutin tanggal 15 April 2013 didapatkan hasil yang
menunjukkan semua parameter pemeriksaan darah dalam ambang
batas normal. RBC 5.47 (10 12/1) normal (4.3- 5.9), MCV 78.7 (fl)
normal (60-100), RDW 11.3 (%) normal (10,0-15.0), HCT 42.7 (%)
normal (38.0- 54.0), PDW 11.7 (fl) normal (10.0-18.0), PCT 188 (%)
normal (100- 500), WBC 9.1 (103/mm3) normal (4.5-11.0), HGB 13,8
(g/dl) normal (12.0-18.0), MCH 28.5 (pg) normal (27.0-31.0), MCHC
32.4 (g/dl) normal (32.0-37.0), PLT 210 (103/mm3) normal (150-450),
LYM 26.5 (%) normal (17.0-48.0), GRA 66.4 (%) normal (43.0-76.0),
MID 6.7 (%) normal (4.0-10.0) kreatinin 0.83 (mg/dl) normal (0.501.20), ureum 31.80 (mg/dl) normal (10-50), gol darah O, HbsAg
negatif.
Data penunjang dari pemeriksaan radiologi tanggal 15 April
2013, yaitu pemeriksaan foto Thorax didapatkan hasil pemeriksaan
yang menyatakan tidak ada pembesaran paru, corakan Bronchocculer
meningkat, kedua pulmonya tenang, diafragma dan sinusnya baik, jadi
kesannya pulmo tenang. Pemeriksaan EKG pada tanggal 15 April
2013 didapatkan hasil dengan irama teratur, frekuensi jantung 100 kali
per menit, gelombang P selalu di ikuti Q,R,S dan T, interval PR

15

normal kurang dari 5 kotak kecil, gelombang Q,R,S normal kurang


dari 3 kotak kecil, jadi bisa ditarik kesimpulan sinus ritme (normal).
Program terapi yang diperoleh pasien pada tanggal 22 April
2013 adalah infuse Ringer Laktat 20 tetes per menit fungsinya untuk
memenuhi kebutuhan cairan elektrolit, serta mendapat injeksi antara
lain injeksi Cefozolin 500 miligram tiap 8 jam indikasinya untuk
infeksi saluran nafas bawah, saluran kemih, ginekologi, kulit, tulang
dan rawan sendi, saluran pencernaan dan susunan saraf pusat,
bakterimia, dan septicemia. Injeksi Ketorolac 10 miligram tiap 8 jam
indikasinya untuk penatalaksanaan jangka pendek (maksimal 2 hari)
terhadap nyeri akut derajat sedang-berat segera setelah operasi.
Dari hasil pengkajian dan observasi di atas, penulis melakukan
analisa data kemudian merumuskan diagnosa keperawatan yang utama
sesuai dengan prioritas, menyusun intervensi keperawatan, melakukan
implementasi, dan evaluasi tindakan.

C. Perumusan Masalah Keperawatan.


Diagnosa keperawatan yang utama adalah nyeri akut berhubungan
dengan

agen cidera fisik. Dari data subyektif pasien dikaji tentang

karakteristik nyeri ditemukan Provocate (pencetus) adalah nyeri luka post


operasi hernia, Q (quality) rasa seperti tertusuk-tusuk jarum, R (regio)
adalah pada lipat paha kiri, S (skala) nyeri dirasakan berat yaitu 7, T
(time) nyeri dirasakan terus menerus. Data objektif yang didapat dilipat

16

paha kiri terdapat luka operasi yang tertutup kasa, pasien meringis
kesakitan dan lemah dengan tekanan darah 115/80 mmHg, nadi 88 kali per
menit, respiratori 20 kali per menit, dan suhu 36,50C.

D. Perencanaan.
Intervensi, tujuan dari tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam,
diharapkan nyeri pada Tn.S berkurang, dengan kriteria hasil yaitu nyeri
berkurang, pasien bisa merasa nyaman, skala nyeri 1-2, pasien tidak
meringis kesakitan, dengan tanda-tanda vital normal, tekanan darah 120/80
mmHg nadi antara 60-80 kali per menit respirasi antara 16-20 kali per
menit suhu antara 36-370C
Intervensi keperawatan yang dilakukan penulis untuk mencapai
tujuan tindakan keperawatan adalah memonitor tanda-tanda vital
rasionalnya untuk mengetahui kelainan penyakit yang lainnya,

kaji

karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T) rasionalnya untuk mengetahui nyeri yang


dirasakan, beri posisi nyaman (head up 30) dan rileks rasionalnya untuk
meminimalkan perasaan nyeri yang diderita oleh pasien, motivasi pasien
untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi rasionalnya
untuk mengurangi rasa nyeri dan nyeri dapat berkurang, kolaborasi
analgesik cefozolin dan keterolac dengan tim medis rasionalnya
mengurangi/menghilangkan rasa nyeri pasien dengan obat, yaitu :

17

melaporkan

kondisi

terakhir

untuk

mengetahui

nyeri

yang

dirasakan.berkurang.

E. Implementasi.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 22 April 2013
jam 11.00 WIB, yaitu mengkaji keluhan utama, mengidentifikasi
karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), Q (kualitas) pasien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk jarum, R (daerah) pada luka post operasi yaitu lipat
paha kiri, S (skala) skala nyeri 7, T (waktu) dirasakan terus menurus,
respon secara obyektifnya, pasien meringis kesakitan, dari data obyektif
memonitor tanda-tanda vital didapatkan data, jam 11.30 WIB pemeriksaan
tanda-tanda vital, tekanan darah : 115/80 mmHg, nadi : 88 kali per menit,
respiratori: 20 kali per menit, suhu : 36,5 C.
Implementasi keperawatan pada tanggal 23 April 2013, yaitu pukul
09.00 WIB mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien,
respon subyektif : pasien mengatakan masih merasakan nyeri pada luka
post operasinya, tetapi nyeri berkurang dengan skala 5, badan lemas,
respon obyektif : pasien lemas, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 86 kali
per menit, respiratori 22 kali per menit, suhu 37 0C. Pukul 09.30 WIB
mengkaji ulang karakteristik nyeri (P,Q,R.S.T), respon subjektif : P
(Provocative) : pasien mengatakan nyeri masih terasa di tempat yang
sama, yaitu di lipat paha kiri, Q (Quality) : nyeri seperti ditusuk-tusuk
jarum, R (Region) :di lipat paha kiri, S (Skala) : skala nyeri 5, T (Timing) :

18

nyeri saat untuk miring kanan dan kiri serta untuk duduk, respon objektif :
pasien rilek, luka bekas operasi yaitu pada lipat paha kiri tertutup kasa.
Pada pukul 09.50 WIB memberikan motivasi kepada pasien untuk
melakukan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi perasaan nyeri,
data subyektif pasien mengatakan mau diajarkan teknik relaksasi nafas
dalam. Data obyektif, pasien melakukan tehnik nafas dalam. Pukul 10.00
WIB mengajarkan posisi miring, data subyektif pasien mengatakan mau
dibantu miring, data obyektif pasien terlihat miring kanan dengan
menahan nyeri.
Implementasi keperawatan pada tanggal 24 April 2013 yang
dilakukan penulis yaitu pukul 09.15 WIB mengobservasi keadaan umum
dan tanda-tanda vital pasien, respon subyektif : pasien mengatakan badan
segar, nyeri berkurang dengan skala 4, respon obyektif : pasien terlihat
segar, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 86 kali per menit, respiratori 20
kali per menit, suhu 36,50C. Pukul 09.30 WIB mengkaji ulang
karakteristik nyeri (P,Q,R,S.T), respon subjektif : P (Provocative) : pasien
mengatakan nyeri masih terasa di tempat yang sama, yaitu dilipat paha
kiri, Q (Quality) : nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, R (Region) :di lipat
paha kiri, S (Skala) : skala nyeri 4, T (Timing) : nyeri jika untuk duduk,
respon objektif : pasien tenang, luka bekas operasi yaitu pada lipat paha
kiri tertutup kasa. Pukul 09.40 WIB memberi terapi injeksi Cefozolin 500
miligram

melalui intravena sesuai anjuran dokter, respon subyektif :

19

pasien mengatakan bersedia di injeksi, respon obyektif : obat masuk


melalui injeksi intravena.

F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi tindakan pada tanggal 22 April 2013 pukul 14.00 WIB
yaitu subjektif : pasien mengatakan nyeri pada luka operasi pada lipat
paha kiri, skala nyeri 7. Nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum. Objektif :
pasien meringis kesakitan, badan lemah berbaring ditempat

tidur.

Assesment : masalah nyeri akut belum teratasi. Planning : intervensi


dilanjutkan yaitu observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien,
kaji ulang karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), beri posisi nyaman, anjurkan
untuk relaksasi (nafas dalam), dan kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi analgesik.
Evaluasi tindakan pada tanggal 23 April 2013 pukul 13.30 WIB
yaitu subjektif : nyeri pada luka operasi di lipat paha kiri berkurang dengan
skala nyeri 5. Objektif : pasien meringis kesakitan berbaring ditempat
tidur. Asessment : masalah nyeri akut belum teratasi. Planning : intervensi
dilanjutkan yaitu observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien,
kaji ulang karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), anjurkan untuk relaksasi (nafas
dalam) atau distraksi, dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
terapi analgesik.
Evaluasi tindakan pada tanggal 24 April 2013 pukul 13.00 WIB
yaitu subjektif : nyeri pada luka operasi di lipat paha kiri berkurang dengan

20

skala nyeri 4. Objektif : pasien masih nyeri, lebih rileks. Asessment :


masalah nyeri akut teratasi sebagian. Planning : intervensi dilanjutkan
yaitu observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien, kaji ulang
karakteristik nyeri (P,Q,R,S.T), beri posisi nyaman, ajarkan

tehnik

relaksasi nafas dalam dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
terapi analgesik.

21

BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan
Bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Nyeri
Akut Pada Tn S Dengan Post Operasi Hernia Inguinal Lateralis diruang
Anggrek RSUD Sukoharjo, yang dilakukan pada tanggal 22-24 April 2013.
Selain itu penulis akan membahas faktor pendukung dan kesenjangan yang
terjadi antara teori dan kenyataan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evalusi (Potter & Perry,2005).
Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan kebutuhan dasar manusia
di dalam asuhan keperawatan.
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek

atau

bagian

lemah

dari

dinding

rongga

bersangkutan

(Sjamsuhidajat,2004).
Hernia inguinalis ada dua, yaitu hernia inguinalis indirek (hernia
inguinalis lateralis) dan hernia inguinalis direk (hernia inguinalis medialis).
Hernia inguinalis indirek atau hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang
disebabkan karena keluarnya isi hernia dari rongga peritoneum melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrik
inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus, apabila hernia ini

22

berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis


(Sjamsuhidajat & Jong, 2004).

1. Pengkajian Keperawatan
Tahap pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari
pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Proses
pengumpulan data ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari
sumber primer atau klien, dan sumber sekunder yaitu meliputi keluarga
maupun tenaga kesehatan (Potter & Perry,2005:144).
Nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri
tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa
nyeri (Potter & Perry,2005:1502). Nyeri akut sendiri artinya awitan yang
tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari enam
bulan.(Herdman: 2013).
Pada pengkajian Asuhan Keperawatan pada Tn. S yang dilakukan
tanggal 22 April 2013. Tn. S mengatakan nyeri pada luka operasi yaitu
pada lipat paha kiri. Nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum dengan skala nyeri
7. Nyeri dirasakan terus menerus dan akan bertambah nyeri jika
digerakkan. Nyeri yang dirasakan oleh Tn. S dikarenakan terjadinya
pembedahan. Pembedahan herniotomi dilakukan dengan membuat sayatan
dibagian kanalis ingunalis, oleh karena itu terjadi kerusakan jaringan.
Kerusakan jaringan tersebut yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang

23

dirasakan, dan hal ini menyebabkan individu bereaksi dengan cara


memindahkan stimulus nyeri. Bahkan aktivitas ringan saja, misalnya
duduk dengan bertopang pada tulang iskhia selama jangka waktu yang
lama, dapat menyebabkan kerusakan jaringan, sebab aliran darah yang ke
kulit berkurang akibat tertekannya kulit. Bila kulit menjadi nyeri akibat
iskemia, dalam keadaan bawah sadar, orang itu akan mengubah posisinya
(Guyton dan Hall, 2007:625).
Berdasarkan hasil pengkajian pola kesehatan fungsional pada pola
kognitif perseptual, selama sakit Tn. S mengatakan merasa tidak nyaman
saat beraktivitas karena nyeri akan bertambah jika digunakan untuk
aktivitas.
Pada pola istirahat dan tidur, pasien mengatakan mengalami
gangguan yaitu sebelum sakit pasien mengatakan bisa tidur kurang lebih 8
jam dalam sehari dan biasanya pasien tidur malam pukul 21.00 WIB
04.30 WIB, dan siang hari pasien kadang tidur kadang tidak, tergantung
pekerjaannya, selama sakit pasien mengatakan hanya bisa tidur kurang
lebih hanya 4 jam, sebentar-sebentar terbangun karena merasakan nyeri
pada lipat paha kiri, kualitas tidurnya kurang nyenyak. Pasien tidur malam
pukul 23.00 WIB 04.00 WIB, dan siang harinya bisa tidur walaupun
hanya sebentar, kurang lebih 1-2 jam. Gangguan istirahat tidur itu sendiri
yaitu suatu kondisi dimana seseorang mengalami resiko perubahan jumlah
dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan tidak nyamanan seperti
nyeri bisa mengganggu dalam pola tidurnya (Alawiyah,2009). Tn.S.

24

mengalami perubahan jumlah jam yaitu sebelum sakit bisa istirahat 8 jam
dan selama sakit hanya 4 jam, dan kualitas tidurnya berubah karena untuk
bergerak terasa nyeri.
Pengkajian fisik yaitu memungkinkan perawat untuk mengkaji pola
yang mencerminkan masalah kesehatan dan mengevaluasi perkembangan
klien sejalan dengan terapi (Potter & Perry,2005).
Pada pemeriksaan fisik didapat tanda-tanda vital yaitu tekanan darah
115/80 mmHg, suhu 36,50C, respirasi 20 kali per menit, nadi 88 kali per
menit, pemeriksaan ekstermitas atas hasilnya kekuatan otot 5, tangan kiri
terpasang infuse Ringer Laktat 20 tetes per menit, capillary refile kurang
dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang, akral hangat. Ekstermitas
bawah hasilnya akral hangat, capillary refile kurang dari 2 detik, kekuatan
otot kaki kiri 4, kekuatan otot kaki kanan 5, kaki kanan bebas untuk
digerakan, kaki kiri sakit untuk digerakkan, nyeri seperti ditusuk-tusuk
jarum, skala nyeri 7. Pada genetalia terpasang selang kateter. Di
pemerikasaan fisik head to toe sudah sesuai dengan teori hanya saja
penulis belum menjelaskan kondisi lukannya, karena pasien post operasi
hari ke pertama sampai hari ke ketiga belum dilakukan tindakan perawatan
luka.
Pemeriksaan penunjang yang dijalani oleh pasien sebelum operasi
yaitu pada tanggal 15 April 2013 adalah pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan Thorax PA, pemeriksaan elektrokardiograf ( EKG) semua
hasilnya normal.

25

Dalam mendokumentasikan analisa data, pada diagnosa nyeri akut


berhubungan dengan agen cidera fisik (luka post operasi herniotomy) yaitu
yang menyatakan bahwa terdapat luka post operasi herniotomy di lipat
paha kiri yang tertutup kasa.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yaitu penegakkan diagnosa keperawatan
yang akurat yang dilakukan berdasarkan pengumpulan dan analisa data
yang cermat. Diagnosa yang akurat dibuat hanya setelah pengkajian
lengkap semua variabel (Potter & Perry, 2005 :1524).
Batasan karakteristik adalah sejumlah karakteristik yang ada pada
individu, keluarga, komunitas yang dapat dilihat dan dapat dipastikan
kebenarannya (Herdman,2010:29). Adapun batasan karakteristik nyeri
akut antara lain perubahan selera makan, perubahan tekanan darah,
perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernapasan, laporan
isyarat, diaforesis, perilaku distraksi (misal berjalan mondar-mandir,
mencari orang lain dan atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang),
mengekspresikan perilaku (misal gelisah, merengek, menangis, waspada,
iritabilitas, mendesah), masker wajah (misal mata kurang bercahaya,
tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus
meringis), perilaku berjaga-jaga atau melindungi area nyeri, fokus
menyempit (misal gangguan persepsi nyeri hambatan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan orang dan lingkungannya), indikasi nyeri yang

26

dapat diamati, perubahan posisi untuk menghindari nyeri, sikap tubuh


melindungi, dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri, gangguan tidur, dan
melaporkan nyeri secara verbal. Data fokus hasil pengkajian nyeri akut
pada Tn. N sesuai dengan batasan karakteristik menurut NANDA (2010)
yaitu melaporkan nyeri secara verbal, gangguan pola tidur, fokus
menyempit (Herdman, 2010:604).
Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. S adalah nyeri akut.
Pada kasus ini, penulis menegakkan diagnosa utama yaitu nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik ( post operasi hernia inguinal
lateralis). (Nanda, 2012:604).
Alasan penulis mengangkat diagnosa tersebut menjadi diagnosa
aktual karena saat pengkajian yang paling dikeluhkan oleh pasien adalah
nyeri pada luka operasi. Data yang mendukung munculnya diagnosa
tersebut, yaitu data subjektif : pasien mengatakan luka post operasi terasa
nyeri yaitu pada lipat paha kiri, nyeri terasa seperti ditusuk- tusuk jarum,
skala nyeri 7, nyeri terus menerus, data subjektif : ekspresi pasien meringis
kesakitan.
Dalam tahap diagnosa keperawatan ini bisa diangkat 3 diangnosa
keperawatan.

Penulis

hanya

menguraikan

diagnosa

nyeri

akut

berhubungan dengan agen cidera fisik, karena dalam studi kasus ini hanya
membahas tentang nyeri.

27

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan atau intervensi keperawatan adalah kategori dari
perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil
yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk
mencapai tujuan tersebut. Selama perencanaan, dibuat prioritas. Selain
berkolaborasi dengan klien dan keluarganya, perawat berkonsul dengan
anggota

tim perawatan kesehatan lainnya, menelaah literatur yang

berkaitan, memodifikasi asuhan, dan mencatat informasi yang relevan


tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan penatalaksanaan klinik.
Perawat menggunakan prioritas untuk mengatur intervensi untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan untuk memenuhi kebutuhan klien
(Potter &Perry,2005:180).
Dalam teori intervensi atau perencanaan sudah dituliskan sesuai
dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan NIC (Nursing Intervension
Clasification) dan NOC (Nursing Outcome Clasification), dan diselesaikan
secara SMART yaitu Spesifik (jelas atau khusus), Measurable (dapat
diukur), Achievable (dapat diterima), Rasional dan Time (ada kriteria
waktu).
Intervensi yang dilakukan penulis untuk mencapai tujuan tindakan
keperawatan adalah kaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), meliputi P
(Provocative) yaitu penyebab nyeri, Q (Quality) yaitu kualitas nyeri, R
(Region) yaitu daerah nyeri, S (Severity skala) yaitu tingkat keparahan
nyeri. Skala intensitas nyeri numerik lebih digunakan sebagai alat bantu

28

untuk mendeskripsikan kata, dalam hal ini perawat meminta pada klien
untuk menunjukkan pada garis, dimana rasa nyeri itu terasa dengan
menggunakan skala 0-10. Makna dari skala numerik tersebut yaitu nilai
skala 0 tidak nyeri, skala 1-3 nyeri ringan, skala 4-7 nyeri sedang, skala 810 nyeri berat (Iscan, 2010).
Ajarkan teknik nafas dalam atau relaksasi, teknik relaksasi nafas
dalam menganjurkan pasien bernafas dengan perlahan dan menggunakan
diafragma sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada
mengembang penuh dan menghembuskan secara perlahan lewat hidung,
serta dapat melakukan selama 15 menit.Beri posisi nyaman, posisi nyaman
dapat meningkatkan kenyamanan dan mengurangi rasa nyeri, selanjutnya
periksa tanda-tanda vital, dengan mengetahui hasil tanda-tanda vital dapat
memberikan gambaran lengkap mengenai sistem kardiovaskuler, dan
kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik, pemberian
analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan cepat dan menurunkan nyeri
yang mengalami perburukan. Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri,
(Potter & Perry, 2005).

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi itu sendiri adalah kategori dari perilaku keperawatan
dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter
& Perry, 2005 : 203).

29

Sesuai teori intervensi disusun dari observasi, tindakan keperawatan,


pendidikan kesehatan, dan kolaborasi dalam memberikan tindakan untuk
mengurangi nyeri antara mengkaji nyeri (P,Q,R,S,T), monitor tanda-tanda
vital, memberikan posisi yang nyaman, mengajarkan teknik relaksasi
(berbincang-bincang dengan orang lain(distraksi), kompres, terapi musik),
kolaborasi pemberian analgesik (Wilkinson, 2006:342-344). Hanya saja
dihari kedua tidak melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan, karena
tidak dapat terapi dari dokter, Tn.S mendapatkan terapi obat analgesik
pada hari pertama dan hari ke ketiga.

5. Evaluasi Keperawatan
Tahap yang terakhir dalam proses keperawatan yaitu evaluasi
tindakan. Dimana evaluasi keperawatan adalah proses keperawatan
mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien
ke arah pencapaian tujuan. Askep lain dari evaluasi mencakup pengukuran
kualitas asuhan keperawatan yang diberikan dalam lingkungan perawatan
kesehatan. Perawat mengevaluasi setiap kemajuan dan pemulihan klien.
Evaluasi merupakan aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan
yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan
harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah. (Potter & Perry,2005:216).
Penulis mengevaluasi apakah respon pasien mencerminkan suatu
kemajuan atau kemunduran dalam diagnosa keperawatan.Pada evaluasi,

30

penulis sudah sesuai teori yang ada yaitu sesuai SOAP (Subjektif, Objektif,
Assessment, dan Planning).
Pada tahap evaluasi keperawatan, penulis belum sesuai antara teori
dengan laporan kasus. Sesuai kriteria hasil pada diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera fisik (post operasihernia inguinal
lateralis), yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24
jam, diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil pasien merasa
nyaman, skala nyeri menjadi 1-2. Dengan hasil evaluasi dari pasien,
Subjektif: pasien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 4, objektif:
pasien masih nyeri assessment: masalah nyeri akut teratasi sebagian,
planning: intervensi dilanjutkan. Jadi kriteria hasil belum tercapai karena
dalam kasus ini post operasi hernia inguinal lateralismasih skala 4, dan
dilahan penatalaksanaan nyeri salah satunya dengan pemberian analgesik,
sedangkan analgesik hanya diberikan tanggal 22 dan 24 April 2013 maka
rasa nyeri itu masih muncul.

B. Simpulan dan Saran


1. Simpulan
Berdasarkan data diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut :
a. Pengkajian pada Tn.S kasus diatas diperoleh data subjektif, pasien
mengatakan luka operasi terasa nyeri yaitu pada lipat paha kiri, data

31

objektif: lipat paha kiri ada luka operasi yang tertutup kasa, pasien
meringis kesakitan, skala nyeri 7.
b. Masalah keperawatan yang muncul yaitu nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera fisik (post operasi hernia inguinal lateralis).
c. Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri pada Tn.S yaitu
kaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), ajarkan teknik nafas dalam, beri
posisi nyaman, ajarkan tehnik distraksi, periksa tanda-tanda vital dan
kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik.
d. Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi nyeri pada Tn.S
yaitu mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), mengajarkan teknik
nafas dalam, mengajarkan tehnik distraksi, memberi posisi nyaman,
memonitor tanda-tanda vital, memberikan terapi injeksi analgesik yaitu
injeksi cefozolin 500 miligram dan injeksi ketorolac 10 miligam.
e. Evaluasi tindakan menggunakan metode SOAP (Subjektif, Objektif,
Assessment, dan Planning). Pada diagnosa diatas, nyeri teratasi
sebagian, karena pasien masih merasakan nyeri, dengan skala nyeri 4.
f. Analisa kondisi nyeri akut pada Tn.S dengan post operasi hernia inguinal
lateralis yaitu pasien masih merasakan nyeri pada lipat paha kiri, nyeri
karena luka post operasi, skala nyeri 4.

2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberi saran yang
diharapkan dapat bermanfaat :

32

a. Bagi Penulis
Penulis dalam melakukan asuhan keperawatan terdapat kurang
ketelitian, maka selanjutnya penulis dalam mendapatkan data lebih
akurat dengan menyusun terlebih dahulu daftar pengkajian.
b. Bagi Perawat
Untuk meningkatkan komunikasi dan dapat mendapatkan data
yang lebih akurat pada Asuhan keperawatanpada Tn.S dengan post
operasi hernia inguinal lateralis dengan klien.

c. Bagi Pendidikan
Untuk memberikan bimbingan klinik pada mahasiswa, sehingga
mahasiswa mendapatkan gambaran tentang post operasi hernia
inguinalis

lateralis

secara

langsung

dengan

pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, T.. Gambaran Gangguan Pola Tidur Pada Perawat Di RS Syarif


Hidayahtullah Jakarta. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam. Diakses tanggal 1 Juni 2013.
Anonim,2013.Http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21384/5/Chapter%
201.pdf. Diakses tanggal 25 April 2013.
Borley, N. R. Dan Grace, P. A.. 2007. At A Glance Ilmu Bedah. Edisi
Ketiga.Jakarta : Erlangga.
Broker, C.. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC.
Guyton, A. C. dan Hall, J. E.. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta : EGC.
Herdman, T. H.. 2013. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 20122014. Jakarta : EGC.
Iscan, H.. Perbandingan Nyeri Pasca Operasi Herniorrhaphy Secara Lichtenstein
Dengan Trabucco. Fakutas Kedokteran Universitas Andalas Padang.
Diakses tanggal 25 April 2013.
Nanda Internasional, 2011, Nanda International; Diagnosis Keperawatan;
Definisi dan Klasifikasi 2009-2011, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Potter, Patricia A & Perry, Anne Griffin, (2005), Buku Ajar Fundamental
Keperawatan; Konsep, Proses, dan Praktik, Vol 1, Edisi 4, Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Potter, Patricia A & Perry, Anne Griffin, (2005), Buku Ajar Fundamental
Keperawatan; Konsep, Proses, dan Praktik, Vol 2, Edisi 4, Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Rachadian,D.. 2010. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta : PT ISFI
Reksoprodjo,S.. 2006. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Tangerang : Binarupo
AksaraPlubisher.

Simarmata, A.. Perbandingan Nyeri Pasca Herniplasty Shouldice Pure Tissue


Dengan Lichtenstein Tension Free. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatra Utara. Diakses tanggal 25 April 2013.
Sjamsuhidajat, R dan Wim de J.. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Ushan, L.. Hubungan Antara Metode Operasi Lichtenstein dengan Tepi Mesh
Kranio-Lateral Dilakukan Overlapping dengan Tidak Dilakukan
Overlapping Pada Kejadian Residif Hernia Inguinalis Lateralis.
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Diakses
tanggal 25 April 2013.
Wilkinson, J. M.. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai