Oleh:
Pembimbing:
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
yang ditandai dengan edema anasarka, proteinuria masif lebih dari 3,5 g/hari,
kepustakaan di Amerika serikat dan Inggris adalah 2-7 kasus baru per 100.000 per
kali, perjalanan penyakit ini bersifat secara kebetulan (insidious), dan seringkali
dengan edema palpebral atau pretibial. Bila lebih berat akan disertai asites, efusi
pleura, dan edema genitalia. Kadang-kadang disertai oliguria dan gejala infeksi,
nafsu makan berkurang, dan diare. Bila disertai sakit perut, hati-hati terhadap
disertai hipertensi dan 32% dengan peningkatan kadar kreatinin dan ureum darah
3
Etiologi Sindrom Nefrotik secara garis besar dapat dibagi 2, yaitu
nefrotik pada tahun pertama kehidupan, terlebih pada bayi berusia kurang dari 6
prognosis buruk.2
Berikut ini akan dilaporkan sebuah laporan kasus dengan judul Sindrom
Nefrotik dan Effusi Pleura dimana kasus ini diangkat untuk mengetahui diagnosa
4
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI PASIEN
MR : 07.98.65
9Nama : Sdr. J
Umur : 19 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMP
Tataan
Pesawaran
16.50 WIB
ANAMNESIS
5
Keluhan utama
Keluhan Tambahan
pada kedua kelopak mata saat bangun tidur dan hilang saat posisi duduk lama dan
pada siang atau sore hari. Sembab yang awalnya ringan, dirasakan terus menerus
timbul pada wajah, perut dan kedua tungkai kaki dalam waktu 3 hari setelah
timbul sembab pada kelopak mata. dan perut membesar seperti terisi
air. Sembab seperti ini baru pertama kali dialami. Orang tua pasien menyatakan
pasien kelihatan lebih gemuk dari biasanya. Sembab ini tidak terasa nyeri, nyeri
persendian juga tidak ada. Keluhan seperti demam, nyeri tenggorokan ataupun
batuk sebelum os sembab disangkal oleh os. Os mengaku terdapat mual tapi tidak
juga mengeluh rasa tidak nyaman pada daerah perut sejak 1 bulan terakhir setelah
sembab. Nyeri dada disangkal dan pada awalnya keluhan sesak napas disangkal
oleh pasien. Nafsu makan pasien masih baik. BAK frekuensi 3-4x/hari, warna
kuning jernih, sedikit berbusa, jumlah sekitar satu gelas belimbing tiap kali BAK
6
pribadi. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik serta penunjang os
nyaman menggunakan 1 bantal saja. Os juga tidak perna terbangun pada saat
7
malam hari karena sesak nafas ini. Keluhan seperti nyeri dada yang menjalar
dan semakin sering timbul. Os merasakan perut yang membesar seperti terisi air
badan teras lemas dan keluhan ini berlangsung sampai menjelang sore,
demam tidak ada, batuk (-). Os mengaku lemas dan nafsu makannya
sedikit menurun. Pasien mengaku BAK frekuensi 3-4x/hari, warna kuning jernih,
sedikit berbusa, jumlah sekitar satu gelas belimbing tiap kali BAK dan tidak ada
darah. Nyeri saat BAK (-). Riwayat kencing batu disangkal. BAB (+), warna
kecoklatan, darah (-), konsistensi keras, frekuensi 2 kali seminggu, Nyeri saat
BAB (-). Riwayat Hipertensi tidak ada, riwayat Diabetes tidak ada,
riwayat asma tidak ada, riwayat alergi makanan dan obat tidak
bungkus rokok.
Batu ginjal/saluran
Cacar air - Malaria -
kemih
8
- Faringitis - Disentri - Burut (hernia)
- Difteri - Hepatitis - Penyakit prostat
Tifus
- Batuk rejan - - Wasir
abdomen
- Campak - Hipotensi - Diabetes
Influenza - Sifilis - Alergi
- Tonsilitis - Gosnore - Tumor
Penyakit Jantung
- Kholera - Hipertensi -
Koroner
Demam Ulkus
- - - Asma Bronkhial
rematik akut ventrikulus
Ulkus
- Pneumonia - - Gagal Ginjal Kronik
duodeni
- Pleuritis - Gastritis - Serosis Hepatis
- Tuberkulosis - Batu empedu Thypoid
Keadaan Penyebab
Hubungan Diagnosa
Kesehatan Meninggal
Kakek - - -
Nenek - - -
Ayah - - -
Ibu - - -
Saudara - - -
Anak-anak - - -
ANAMNESIS SISTEM
Kulit
9
malam
- Kuku - Kuning - Bintik-bintik
merah
- Lain-lain
Kepala
Mata
menurun
Sembab pada kelopak
mata
Telinga
Hidung
10
Mulut
- Bibir - Lidah
- Gusi - Gangguan pengecapan
- Selaput - Sariawan
Tenggorokan
Leher
Dada (Jantung/Paru)
Abdomen (Lambung/Usus)
11
Saraf dan Otot
Perasaan
- Kesemutan - Gangguan koordinasi otot
- Otot lemah - Sensitifitas
menurun/meningkat
- Kejang - Pingsan
- Kesulitan berbicara - Kedutan (tik)
- Hilang ingatan - Pusing (vertigo)
- Lain-lain - Gangguan bicara (disartri)
Ekstremitas
RIWAYAT MAKANAN
12
Variasi/ hari : bervariasi
Tetap ( )
Turun ( )
Naik ( )
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Berat Badan : 56
Suhu : 36,6C
Aspek Kejiwaan
Tingkah laku :
wajar/gelisah/tenang/hipoaktif/hiperaktif
13
Alam perasaan :
Biasa/sedih/gembira/cemas/takut/marah
Status Generalisata
Kulit
ada
ada
Normal
Kering
: Normal
Kepala
Simetris
Rambut : Normal
Mata
14
Sklera : Normal Gerakan mata :
Normal
: Normal
Tidak ada
Telinga
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Hidung
Mulut
15
Leher
peningkatan)
Tidak teraba
Tidak teraba
Thorax
Bentuk : Simetris
simetris
Palpasi : Massa (-), krepitasi (-), vokal fremitus
16
Auskultasi : Kanan : vesikuler melemah, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Kiri : vesikuler melemah, Rhonki (-/-),
Wheezing (-/-)
Jantung
tidak tampak
tidak teraba
sinistra
parasternalis sinistra
Abdomen
17
Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen tidak ada, Hati dan
Ekstremitas
Deformitas (-)
Bengkak (-)
Sianosis (-)
Ptekie (-)
Ptekie (-)
Bengkak (-)
18
19
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL
Hitung jenis
leukosit
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 1-3%
Batang 1 2-6 %
Segmen 61 50-70 %
Limposit 22 20-40 %
Monosit 16 2-8 %
Lk: 40-54 %
Hematokrit 46%
Wn: 38-47 %
MCV 76 80-96
MCH 26 27-31 pg
20
KIMIA DARAH
Lk 0,6-1,1 mg/dl
Kreatinin 0.9
Wn 0,5-0,9 mg/dl
URINE
pH 5 58
Negatif (<10
Leukosit/lesis Negatif
leuko/ul)
Negatif (<30
Protein 100
mg/dl)
Negatif (<30
Glukosa 50
mg/dl)
Negatif (<50
Keton Negatif
mg/dl)
Negatif (<1
Urobilinogen Negatif
mg/dl)
21
mg/dl)
Negatif (<10
Darah samar 50
eyr/dl)
Sedimen
Epitel Beberapa
Bakteri Negatif
Kristal Negatif
Slinder Negatif
22
Jantung tidak membesar (CTR<50%)
Kesan :
RESUME
Pasien J laki-laki, usia 19 tahun, keluhan sesak nafas yang memberat
sejak 1 hari SMRS disertai sembab pada seluruh tubuh sejak lebih kurang 1 bulan
yang lalu. Sembab dimulai dari kelopak mata kemudian perut dan kaki. Os
badan teras lemas. Pasien mengaku BAK frekuensi 3-4x/hari, warna kuning
jernih, sedikit berbusa, jumlah sekitar satu gelas belimbing tiap kali BAK dan
tidak ada darah. Riwayat konsumsi alkohol (+) dan riwayat merokok
bungkus rokok.
x/menit, suhu 36,7. BB tidak diketahui secara pasti. Wajah os tampak sembab,
mg/dL, Eritrosit urin 15-20 mg/dL, Protein urin 100 mg/dL, Glukosa 50 mg/dL,
Albumin 2.0 g/dL, Kolesterol total 249, Radiologi: Effusi Pleura (+)
23
DAFTAR MASALAH
hiperkolesterolemia.
3. Sesak nafas
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
Pleura
Sindrom Nefrotik ec Glomerulonefritis Mesangional + Effusi
Pleura
Sindrom Nefrotik ec Glomerulonefritis Focal Segmental + Effusi
Pleura
Sindrom Nefrotik ec Glomerulonefritis Akut + Effusi Pleura ec
Pleuritis eksudativa
24
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
mg/hari
- Diet rendah garam sekitar 2
gr/hari
- Berhenti merokok, minuman
beralkohol
- Retriksi cairan pada edema
Farmakologi
- Pasang Vemplon
- Inj. Furosemid amp/hari dengan
25
ANJURAN PEMERIKSAAN
- Biopsi Ginjal
- Albumin serum
- Protein urin berkala
- Torakosintesis
PROGNOSIS
FOLLOW UP
kencang, nyeri pinggang kanan belakang sudah hampir 2 bulan yang lalu
O Keadaan umum:
Nadi : 98 x/m
Suhu : 36,5OC
Pernapasan : 22 x/m
Kepala:
Wajah oedem (+), oedem palpebra (+), konjungtiva tidak anemis, sklera
ikterik -/-, pupil isokor, reflek cahaya -/-
Leher:
26
Paru:
A: Vesikuler menurun pada paru kanan dan kiri, Ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)
Jantung:
Abdomen:
P: tidak ada nyeri tekan pada bengkak, hepar lien tidak teraba
epigastrium dan
regio umbilicus, Tes undulasi (-), shifting dullness (+), knee chest position (+)
Extremitas:
27
Pemeriksaan Penunjang :
- Albumin 2,0
Nadi : 98 x/m
Suhu : 36,5OC
Pernapasan : 22 x/m
Kepala:
Wajah oedem (+), oedem palpebra (+), konjungtiva tidak anemis, sklera
ikterik -/-, pupil isokor, reflek cahaya -/-
Leher:
Paru:
28
P: Redup pada ICS V paru kanan dan ICS IV - V kiri
A: Vesikuler menurun pada paru kanan dan kiri, Ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)
Jantung:
Abdomen:
P: tidak ada nyeri tekan pada bengkak, hepar lien tidak teraba
epigastrium dan
regio umbilicus, Tes undulasi (-), shifting dullness (+), knee chest position (+)
Extremitas:
Pemeriksaan Penunjang :
- Albumin 2,0
29
- Cholesterol total 249 g/dl
Kesadaran : baik
Nadi : 85 x/m
Suhu : 36,7OC
Pernapasan : 19 x/m
Kepala:
Wajah oedem (+), oedem palpebra (+), konjungtiva tidak anemis, sklera
ikterik -/-, pupil isokor, reflek cahaya -/-
Leher:
Paru:
30
P: Redup pada ICS V paru kanan dan ICS IV - V kiri
A: Vesikuler menurun pada paru kanan dan kiri, Ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)
Jantung:
Abdomen:
P: tidak ada nyeri tekan pada bengkak, hepar lien tidak teraba
epigastrium dan
regio umbilicus, Tes undulasi (-), shifting dullness (+), knee chest position (+)
Extremitas:
Pemeriksaan Penunjang :
- Albumin 2,0
31
- Cholesterol total 249 g/dl
32
BAB III
ANALISA KASUS
yang ditandai dengan edema anasarka, proteinuria masif lebih dari 3,5 g/hari,
kepustakaan di Amerika serikat dan Inggris adalah 2-7 kasus baru per 100.000 per
Pada kasus ini seorang laki -laki berusia 19 tahun di diagnosa dengan
dengan keluhan datang ke IGD RSPBA dengan keluhan sesak nafas 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Os juga merasakan badan terasa sembab pada
pada kedua kelopak mata saat bangun tidur dan hilang saat posisi duduk lama dan
pada siang atau sore hari. Hal ini sesuai dengan teori bahwa klinis sembab atau
33
dengan terjadinya proteinuria masif (albumin), di mana albumin merupakan
protein yang berperan dalam menjaga cairan untuk tetap berada di dalam vaskular.
Edema pada Sindrom Nefrotik dapat diterangkan dengan teori underfill dan
jaringan interstisium dan terjadi edema. Akibat penurunan tekanan onkotik plasma
sehingga terjadi edema. Penurunan laju filtrasi glomerulus akibat kerusakan ginjal
ditemukan secara bersama pada pasien Sindrom Nefrotik. Faktor seperti asupan
natrium, efek diuretic atau terapi steroid, derajat gangguan fungsi ginjal, jenis lesi
glomerulus dan keterkaitan dengan penyakit jantung atau hati akan menentukan
merupakan jaringan ikat longgar sehingga oedem mudah terjadi di daerah ini,
34
kelamin laki-laki memiliki angka kejadian sindrom nefrotik lebih banyak dengan
perbandingan 2:1.1
Keluhan sesak yang dialami pada pasien ini dirasakan hilang timbul dan
masih merasa nyaman menggunakan 1 bantal saja. Hal ini sesuai dengan teori
dimana akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang sangat menurun, sehingga
cairan ke dalam rongga pleura. Adanya cairan dalam rongga pleura akan
tertimbun dengan perlahan-lahan seperti yang sering terjadi pada effusi pleura,
maka jumlah cairan yang masih sedikit akan menimbulkan sedikit gangguan fisik
yang nyata.3
alkohol sebelum sakit, Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik terhadap
tubuh karena reaksi kimia senyawa ini membentuk nefrotoksin kuat hingga
menyebabkan gangguan fungsi dan kematian sel (nekrosis) pada ginjal. Seperti
sebagian besar organ dalam tubuh ada sejumlah regulasi yang memungkinkan
ginjal untuk berfungsi secara normal dan optimal, etil alkohol dapat mengganggu
kontrol ini. Efek yang tepat tergantung pada jumlah alkohol yang diabsorbsi dan
waktu dikonsumsi. Alkohol telah terlihat dapat mengubah struktur dan fungsi
35
meningkatnya jumlah sel-sel lemak, protein dan air. Efek ini akan mengubah
x/mnt, RR 26 x/mnt dan T 36,6C. Hal ini sesuai dengan teori adanya gangguan
tekanan darah.4 Pernapasan pada pasien ini berupa takipnea yang merupakan
akibat dari sesak. Pada Status generalisata ditemukan pada Palpasi paru
lapang paru sinistra dan dextra, Perkusi paru kanan redup di ICS
V dan kiri ditemukan redup di ICS IV-V dan Auskultasi paru kanan dan
kiri ditemukan vesikuler melemah setinggi ICS IV V kebawah. Hal ini sesuai
teori dengan jika fremitus berkurang atau menghilang dan vasikuler melemah
apabila ada gangguan hantaran ke dinding dada seperti pada efusi pleura,
samping atau disebut sagging of the flank, pada Perkusi ditemukan Shifting
36
dullnes (+). Hal ini sesuai dengan teori jika dalam keadaan adanya
cairan bebas didalam rongga abdomen, perkusi diatas dinding perut mungkin
timpani dan disampingnya redup. Dengan memiringkan pasien ke satu sisi, suara
sangat patognomosis dan lebih dapat dipercaya dari pada memeriksa adanya
dilakukan pada pasien dengan asites yang cukup banyak dan perut yang agak
oleh asupan protein, sintesis albumin hati dan kehilangan protein melalui urin.
melalui urin di mana pada pasien ini terjadi proteinuria masif. Kebocoran albumin
pada urin dengan jumlah yang banyak dikarenakan adanya kerusakan glomerulus
Diet tinggi protein dapat meningkatkan sintesis albumin hati, tetapi dapat
37
mendorong peningkatan eksresi albumin melalui urin. Hipoalbuminemia dapat
pula terjadi akibat peningkatan reabsorbsi dan katabolisme albumin oleh tubulus
proksimal.1
pasien Sindrom Nefrotik ditemukan kenaikan kadar total kolesterol. Hal ini terjadi
akibat penurunan albumin serum dan penurunan tekanan onkotik yang akhirnya
membrane basal glomerulus dan sel podosit. Dalam keadaan normal, membrane
(size barrier) dan yang kedua berdasarkan muatan listrik (charge barrier). Pada
38
glomerulus dan celah-celah yang terbentuk antara sel podosit. Celah antar sel
ukuran molekul protein yang keluar terdiri dari molekul kecil misalnya albumin,
sedangkan non-selektif apabila protein yang keluar terdiri dari molekul besar
terjadi migrasi monosit/makrofag dan dengan peran berbagai sitokin dan akan
glomerulus yang dimana normalnya hanya plasma darah yang melalui proses
filtrasi, namun pada kerusakan glomerulus eritrosit, leukosit, protein dan zat-zat
lain dalam darah dapat ikut terfiltrasi. Dari pemeriksaan urinalisa didapatkan
warna urin Agak keruh dan berbusa urin berwarna agak keruh timbul karena
dimana terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan
protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara
lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena
39
kemudian melalui sel mesotelial masuk dalam rongga pleura. Selain itu cairan
bukan primer paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik,
berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam
seperti pleuritis lupus, pluritis reumatoid, sarkoidosis, radang sebab lain seperti
dimana efusi pleura terjadi karena rendahnya tekanan osmotik protein cairan
Pada kasus ini penyebab sindrom nefrotik di duga pada pasien adalah
idiopatik. Hal ini dapat dilihat dari anamnesis yang menyatakan bahwa pasien
tidak ada riwayat sakit sebelumnya, tidak terdapat riwayat penyakit ginjal pada
keluarga dan penyakit ini baru pertama kali dialami oleh pasien.
1. Glomerulonefritis Primer
40
Sindrom nefrotik lesi minimal
nefrotik ditemukan sekitar 90% pada anak dengan usia dibawah 10 tahun,
dan lebih dari 50% pada anak yang lebih tua. Sebanyak 10-15% terjadi
pada Sindrom Nefrotik dewasa. Pada dewasa dapat terjadi sebagai suatu
processes (podosit) pada glomerulus. Lebih dari 95% anak dengan SNKM
beberapa tapi tidak semua glomeruli (sehingga disebut sebagai fokal) dari
41
Penyakit progresif lambat pada dewasa dan usia pertengahan
secara morfologi khas oleh kelainan berbatas jelas pada MBG. Jarang
maupun elektron.3
yang progresif dan pada sindrom nefrotik. Ada MPGN tipe I dan tipe II.3
Glomerulonefritis lain
a. Infeksi : malaria, hepatitis B dan C, GNA pasc infeksi, HIV, sifilis, TB,
lepra, skistosoma1
42
b. Keganasan : leukemia, Hodgkins disease, adenokarsinoma :paru, payudara,
tissue disease)1
kaptopril, heroin1
Diuretik disertai diit rendah garam (sekitar 2 gram natrium per hari) dan
tirah baring dapat membantu mengontrol edema. Furosemid oral dapat diberikan
tekanan darah dan kombinasi keduanya mempunyai efek aditif dalam mengurangi
43
proteinuria. Dislipidemia pada SN belum secara meyakinkan meningkatkan
resiko penyakit kardiovaskular, tetapi Obat penurun lemak golongan statin seperti
berat.1
44
DAFTAR PUSTAKA
1. Lydia dkk. Sindrom Nefrotik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. Jakarta: EGC, 2005. Hal: 929 930
4. Gunawan. Toksikologi dalam Buku Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta :
45