Anda di halaman 1dari 22

Demam Tifoid

Pembimbing
Dr.Toni Prasetyo, Sp.PD

Oleh
Melia Shandy Oktapiana
Pendahuluan
Demam tifoid masih merupakan penyakit
yang sering terjadi di negara berkembang,
namun pemeriksaan diagnostik yang
adekuat belum selalu tersedia.

Data surveilans yang tersedia menunjukkan


bahwa pada tahun 2000, estimasi penyakit
adalah sebanyak 21.650.974 kasus,
kematian terjadi pada 216.510 kasus tifoid
dan 5.412.744 pada penyakit paratifoid.
Tinjauan Pustaka
Anamnesis
Gejala klinis
Demam berkepanjangan, lebih dari 7
hari
Gangguan sistem pencernaan,
Gangguan kesadaran.
Masa tunas demam tifoid berlangsung
antara 10-14 hari. Gejala-gejala klinis
yang timbul sangat bervariasi dari
ringan sampai berat, dari
asimtomatik hingga gambaran
penyakit yang khas disertai
komplikasi hingga kematian.
minggu pertama
gejala klinis ditemukan keluhan dan
gejala serupa dengan penyakit
infeksi akut pada umumnya yaitu
demam, nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anoreksia, mual, muntah,
obstipasi atau diare, perasaan tidak
enak diperut, batuk dan epistaksis
Pemeriksaan Fisik
suhu badan meningkat
Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan
dan terutama pada sore hingga malam hari.
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih
jelas berupa demam, bradikardi relatif
(bradikardi relatif adalah peningkatan suhu 1
derajat selsius tidak diikuti peningkatan denyut
nadi 8 kali permenit)
lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan
ujung merah
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan hematologi
Hitung leukosit yang rendah sering
berhubungan dengan demam dan
toksisitas penyakit, dapat ditemukan
aneosinofilia maupun limfonemia
SGOT SGPT dapat meningkat
Uji Widal
Maksud uji widal adalah untuk mengetahui
aglutinin dalam serum penderita tersangka
demam tifoid yaitu:
Aglutinin O (dari tubuh kuman)
Aglutinin H (flagel kuman)
Aglutinin Vi (simpai kuman)

Pada fase akut mula-mula timbul aglutinin O,


kemudian diikuti dengan aglutinin H. Pada orang
yang sudah sembuh aglutinin O masih tetap
dijumpai setelah 4-6 bulan, sedangkan H lebih
lama yaitu 9-12 bulan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
Pengobatan dini dengan antibiotik
Gangguan pembentukan antibodi
Pemberian kortikosteroid
Waktu pengambilan darah
Daerah endemik atau non endemik
Riwayat vaksinasi
Reaksi anamnestik yaitu peningkatan aglutinin
akibat infeksi demam tifoid masa lalu atau vaksinasi
Faktor teknik pemeriksaan antar laboratorium akibat
aglutinasi silang, dan strain salmonella yang
digunakan untuk suspensi antigen.
Uji Typhidot
mendeteksi antibodi IgM dan IgG yang
terdapat pada protein membran luar
Salmonella typhi.
Hasil positif pada uji Typhidot didapatkan 2-
3 hari setelah infeksi dan dapat
mengidentifikasi secara spesifik antibodi
IgG san IgM terhadap antigen S typhi
sebesar 50 kD
Beberapa penelitian uji ini menunjukan
lebih sensitif (mencapai 100%) dan lebih
cepat dibandingkan kultur.
Uji IgM Dipstik
Uji ini secara khusus mendeteksi anti IgM secara
spesifik terhadap S.Typhi pada spesimen serum
atau whole blood.
House dkk meneliti mengenai penggunaan uji ini
dibandingkan dengan pemeriksaan kultur darah
di indonesia dan melaporkan sensitivitas sebesar
65-77% dam spesifisitas sebesar 95-100%.
Pemeriksaan ini mudah dan cepat (dalam satu
hari) dilakukan tanpa peralatan khusus apapun,
namun akurasi hasil didapatkan bila
pemeriksaan dilakukan sampai satu minggu
setelah timbulnya gejala.
Uji Tubex
Uji tubex merupakan uji semikuantitatif
kolometrik yang cepat (beberapa
menit) dan mudah untuk dikerjakan.
Uji ini mendeteksi anti S.typhi O9 pada
serum pasien, dengan cara
menghambat ikatan antar IgM anti O9
yang terkonjugasi pada partikel latex
yang berwarna dengan lipopolisakarida
S.typhi yang terkojugasi pada partikel
magnetik latex.
Hasil positif uji ini menunjukan
terhadap infeksi salmonella
serogroup D walau tida secara
spesifik menunjukan pada S.Typhi.
infeksi oleh S.Paratyphi akan
memberikan hasil negatif.
Skor Interpretasi
<2 Negatif Tidak menunjukan infeksi tifoid
aktif
3 Borderline Pengukuran tidak dapat
disimpulkan. Ulangi pengujian,
apabila masih meragukan lakukan
pengulangan beberapa hari
kemudian.
4-5 Positif Menunjukan infeksi tifoid aktif
>6 Positif Indikasi kuat infeksi typhoid
Pada beberapa penelitian telah
membandingkan uji tubex dengan
widal dimana didapatkan
sensitivitas uji tubex sebesar 100%
(widal 53,1%)
spesivisitas 90% (widal 65%)
PPV 94,11% (widal 70,8%)
NPV 100% (widal 46,4%).
Kultur darah
Hasil biakan darah yang positif memastikan
demam tifoid, akan tetapi hasil negatif tidak
menyingkirkan demam tifoid, karena mungkin
disebabkan beberapa hal sebagai berikut: 3
Telah mendapt terapi antibiotik
Volume darah yang kurang
Riwayat vaksinasi.
Vaksinasi masa lampau menimbulkan antibodi
dalam darah pasien. Antibodi atau aglutinin ini
dapat menekan bakterimia hingga biakan darah
dapat negatif
Saat pengambilan darah saat minggu pertama,
pada saat aglutinin semakin meningkat.
kesimpulan
Meskipun berbagai pemeriksaan
penunjang baru berkembang,
diagnosis tifoid di negara
berkembang masih sering didasarkan
atas kriteria klinis. Hal ini menjadi
masalah, karena demam tifoid mirip
dengan banyak penyakit demam
tanpa tanda lokal yang jelas..
Penegakan diagnosis demam tifoid
memerlukan pemeriksaan penunjang
yang tepat berupa rapid diagnostic
test RDT) yang hasilnya cepat
disertai konfirmasi pemeriksaan
biakan empedu yang tetap
merupakan baku emas dengan
tujuan memantau apakah
penggunaan terapi antibiotik masih
sensitif atau resisten.
Pemeriksaan Widal satu kali pada
serum akut tidak dianjurkan karena
sering memberikan hasil positif palsu
Terimaksih

Anda mungkin juga menyukai