Anda di halaman 1dari 13

Evidence Based Practice Dalam Masa Nifas

Makalah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah

Keperawatan Maternitas

KELOMPOK IV (Empat)

●Diah Istiati
●Hanna Hervia Beauty Jannah
●Retna Dewi S

UNIVERSITAS MH. THAMRIN

JAKARTA

1
2020

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah puja dan puji kepada Allah Swt. Pujian apapun yang datang kepada
kita, pasti penyebabnya karena Allah Swt menitipkan sesuatu kepada diri kita. Sehingga kita
tidak layak bersikap takabur terhadap pujian, melainkan menjadi bersyukur. Shalawat dan
salam tidak lupa saya haturkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah menghidupkan akal
manusia dengan pengetahuan, serta dialah yang membawa kita dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Atikah Pustikasari, SKM., M.KM yang telah
membimbing kami dalam mata kuliah Keperawatan Maternitas sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul Evidence Based Practice Dalam Masa Nifas.
Kami takkan mampu berdiri raih semua mimpi tanpa keluarga kami, dan terimakash atas
dukungan teman-teman yang tidak pernah dan takkan pernah bosan menemani kami.
Demi kesempuraan makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca karena
kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca.

Bogor, Januari 2020


Penyusun

2
​Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

I.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................................4

I.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................4

I.3 TUJUAN..............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5

2.1 Masa Nifas...........................................................................................................................5

2.2 Evidence Based Practice Dalam Masa Nifas......................................................................6

BAB III PENUTUP..................................................................................................................12

3.1 KESIMPULAN..................................................................................................................12

3.2 SARAN..............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, persalinan, bayi baru lahir,
dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal. Tujuan ilmu kebidanan
adalah untuk mengantarkan kehamilan, persalianan, dan kala nifas sertapemerian ASI dengan
selamat dengan kerusakan akibat persalinan sekecil-kecilnya dan kembalinya alat reproduksi
dalam keadaan normal.

Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu


Negara untuk memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia, merupakan Negara yang angka
kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan
kesehatan segera untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang
bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.

EBM didirikan Oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat professional
dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorietasi akademis. EBM secara resmi
diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada konferensi
tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003. Itu dirancang untuk membantu bidan
dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama
meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi.

I.2 Rumusan Masalah


I.2.1 Apa yang dimaksud dengan Masa Nifas?
I.2.2 Apa yang dimaksud dengan Evidence Based Practice Dalam Masa Nifas?

I.3 Tujuan

4
Tujuan Pembuatan Makalah Evidence Based Practice Dalam Masa Nifas sebagai berikut :
● Untuk mengetahui lebih jelas tentang konsep nifas.
● Untuk mengetahui Informasi Eviden Based pada masa nifas.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masa Nifas


2.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali sepeti keaadaan semula ( sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu.

Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik
secara fisik maupun psikologis sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidak
dilakukan pendampingan melalui asuhan kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akan
terjadi keadaan patologis.

2.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas


Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk:
● Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu.
● Pencegahan diagnosa
● Merujuk ibu keasuhan tenaga ahli bilamana perlu
● Medukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu untuk mampu
melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya khusus.
● Imunisasi ibu terhadap tetanus
● Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta
peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak.

5
2.1.3 Peran dan Tanggung Jawab dalam Masa Nifas
Peran dan tanggung jawab dalam masa nifas ini, antara lain sebagai:
● Teman terdekat, sekaligus pendamping ibu nifas dalam menghadapi saat-saat kritis masa
nifas.
● Pendidik dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan terhadap ibu dan keluarga.
● Pelaksana asuhan kepada pasien dalam hal tindakan perawatan, pemantauan, penanganan
masalah, rujukan, dan deteksi dini komplikasi masa nifas.

2.1.4 Tahapan Masa Nifas


Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu​ puerperium dini, puerperium intermedial d​ an ​remote
puerperium.
1. Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial
Peurperium intermedial merupakn masa kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia, yang lamanya
sekitar 6-8minggu.
3. Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi . waktu untuk sehat
sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.

2.1.5 Perubahan fisik masa nifas

● Rasa Kram dan mules dibagian bawah perut akibat penciutan rahim (involusi)
● Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (Lochia)
● Kelelahan karena proses melahirkan.
● Pembentukan ASI sehingga payudara membesar.
● Kesulitan buang air besar (BAB) dan BAK.
● Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong)
● Perlukaan jalan lahir (lecet atau jahitan)

Perubahan psikis masa nifas

6
● Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah melahirkan sampai hari ke 2
(​Fase Taking In)​
● Ibu merasa merasa kwatir akan ketidak mampuan merawat bayi, muncul perasaan sedih
(Baby Blues disebut ​Fase Taking Hold​ (hari ke 3 – 10)
● Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut ​Fase Letting Go.​ (hari
ke 10-akhir masa nifas)

2.1.6 Pengeluaran lochea terdiri dari :

● Lochea rubra : hari ke 1 – 2.


Terdiri dari darah segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix kaseosa,
lanugo, dan mekonium
● Lochea sanguinolenta : hari ke 3 – 7
Terdiri dari : darah bercampur lendir, warna kecoklatan.
● Lochea serosa : hari ke 7 – 14.
● Berwarna kekuningan.
● Lochea alba : hari ke 14 – selesai nifas
Hanya merupakan cairan putih lochea yang berbau busuk dan terinfeksi disebut lochea purulent.

2.1.7 Tujuan kunjungan masa nifas yaitu:

● Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.


● Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan
ibu nifas dan bayinya.
● Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
● Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas
maupun bayinya.

2.1.8 Kunjungan masa nifas terdiri dari :

7
1. Kunjungan I : 6 – 8 jam setelah persalinan, tujuannya :

● Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.


● Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila perdarahan berlanjut.
● Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana

mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.


● Pemberian ASI awal.
● Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
● Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

2. Kunjungan II : 6 hari setelah persalinan, tujuannya :

● Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah


umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
● Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
● Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat.
● Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda penyakit
● Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari

3. Kunjungan III : 2 minggu setelah persalinan.

Tujuannya : sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )

4. ​ ​Kunjungan IV : 6 minggu setelah persalinan.

Tujuannya :

a). Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami.

b). Memberikan konseling untuk KB secara dini.

2.2 Evidence Based


2.2.1 Pengertian
Pengertian evidence based jika ditinjau dari pemenggalan kata ( inggris ) maka evidence
based dapat diartikan sebagai berikut evidence adalah bukti atau fakta dan based adalah dasar.
Jadi evidence based adalah praktik berdasarkan bukti.
Evidence based midwifery (pranctice) didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu
mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan

8
berorientasi akademis. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk
penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RSCM Harrogate, inggris 2003 (hemmings
et al, 2003). Itu dirancang untuk membantu bidan dalam mendorong maju yang terikat
pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi.
Jadi pengertian evidence based midwifery dapat disimpulkan sebagai asuhan kebidanan
berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis.

2.2.2 Manfaat Evidence Based


● Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah.
● Meningkatkan kompetensi (kognitif)
● Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai profesional dalam memberikan asuhan yang
bermutu.
● Memenuhi kepuasan pasien yang mana dalam asuhan kebidanan klien mengharapkan
asuhan yang benar, sesuai dengan bukti dan teori serta perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

2.2.3 Perkembangan Evidence Based Dalam Masa Nifas


Pada proses asuhan masa nifas ada beberapa hal yang dahulunya bahkan sampai sekarang kita
lakukan dan ternyata setelah dilakukan penelitian ternyata tidak bermanfaat dan bahkan
merugikan pasien.

No Tindakan yang dilakukan Sebelum EBM Setelah EBM


1. Pemakaian Tampon Vagina Tampon menyerap Tampon dapat
pendarahan tapi tidak menyebabkan infeksi.
mengehentikan
pendarahan.
2. Perawatan Terpisah (ibu dan Bayi benar-benar siaga Untuk mempererat
bayi) selama 2 jam pertama. bounding attachment.
3. Pemakaian Gurita atau Gurita untuk memperbaiki Gurita mempersulit
sejenisnya bentuk tubuh ibu pemantauan involusio rahim
dan dapat menyebabkan
infeksi.

9
4. Perawatan Tali Pusat Perawatan tali pusat Perawatan tali pusat
dikasih alkohol dan sekarang hanya
betadine. menggunakan kasa steril.

Dari tindakan diatas telah dilakukan penelitian sehingga dapat dikategorikan aman untuk
asuhan pada ibu nifas dan bayi baru lahir hasil penelitiannya:
1. Penggunaan Tampon Vagina
Tampon vagina menyerap darah tetapi tidak menhentikan pendarahan, bahkan pendarahan tetap
terjadi dan dapat menyebabkan infeksi.

2. Bounding Attacment
Bounding Attacment adalah sentuhan awal atau kontak kulit antara ibu dan bayi pada
menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi. Dalam hal ini kontak
ibu dan ayah akan menentukan tumbuh kembang anak menjadi optimal. Pada proses ini
penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus dari orangtua terhadap
anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam perawatannya. Kebutuhan untuk
menyentuh dan disentuh adalah kunci dari insting primata. Bayi mempelajari lingkungan
dengan membedakan sentuhan dan pengalaman dan benda yang lembut dan keras, sama
halnya dengan membedakan suhu panas dan dingin.
Menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh
dari kontak dini:
a. Kadar oksitosin meningkat
b. Refleks menghisap dilakukan dini
c. Pembentukkan kekekbalan aktif dimulai.
d. Mempercepat proses ikatan antara orangtua dan anak

Prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan Bouding Attachment


a. Dilakukan segera
b. Sentuhan orangtua pertama kali
c. Kesehatan emosional orangtua
d. Terlibat pemberian dukungan pada proses persalinan
e. Adaptasi
f. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak

10
g. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi,
menurunkan rasa sakit ibu dan memberi trasa nyaman.
h. Penekanan pada hal-hal positif.
i. Libatkan anggota keluarga
j. Ionmformasi bertahap tentang bounding attachment

3. Pemakaian Gurita dan Sejenisnya


Wanita yang setelah melahirkan pasti ingin tubuhnya kembali seperti semula/ langsing. Maka darti
itu kebanyakan orang inigin memakai gurita/stagen.

Pada dasarnya, dunia kesehatan tidak menganjurkan setiap pasien bersalin untuk memakai
stagen atau gurita. Stagen atau gurita tidak memberikan efek positif dalam mengecilkan
atau
mengencangkan perut karena sifatnya yang pasif. Pada saat memakai stagen atau gurita
perut
memang terasa kencang, namun setelah dilepas perut akan kendur seperti semula.

Ibu yang melahirkan melalui proses operasi, dan jahitan berada di tengah perut paling tidak

memakai gurita setelah satu minggu setelah persalinan. Ini untuk memberi waktu agar
jahitan bekas operasi kering. Karna jika memakai gurita pada jahitan masih basahakan
membuat jahitan akan parah, jahitan bisa terbuka kembali, atau bahkan bernana dan akan
berakibat infeksi.

Saat hamil otot-otot menjadi kendur, khususnya otot dinding perut dan dasar panggul. Untuk
mengatasinya, jalan paling baik dan sehat adalah dengan senam atau berolahraga yang
dapat kembali mengencangkan otot dinding perut.

Pengencangan otot panggul bisa juga melakukan senam kegel. Senam kegel berfungsi untuk
menguatkan otot-otot dasar panggul dan saluran kemih yang mampu mencegah
mengompol ketika persalinan berlangsung. Dan juga bisa melakukan dengan senam
nifas yang dilakukan seusai melahirkan. Senam ini lebih bermanfaat untuk
mengembalikan kekencangan perut usai melahitkan, dengan cara yang tidak menyiksa dan
jauh lebih sehat
4. Perawatan Tali Pusat

11
Banyak pendapat tentang cara terbaik untuk merawat tali pusat. Telah dilaksanakan beberapa
uji klinis untuk membandingkan cara penanganan tidak ada peningkatan kejadian infeksi
pada laka tali pusat dibiarkan dan tidak melakukan apapun selain membersihkan tali pusat
dengan air bersih. Untuk di waspadai bagi negara-negara yang beriklim tropis,
penggunaain alkohol yang populer dan terbukti ekfektif di daerah panas alkohol mudah
menguap dan menjadi openurunan aktifitasnya,

Bedak antiseptik tuja dapat kehilangan efektifitasnya terutama dalam suasana kelembapan
tinggi (apabila tidak dijaga). Sehingga penggunaan bahan tersebut dapat meningkatkan
infeksi, kecuali bila obat tersebut dapat dijaga agar tetap kering dan dingin. Kerena tidak
ada bukti kuat dari penggunaan alkohol tersebut mahal serta sulit untuk mendapat bahan
yang berkualitas, untuk sementara agar ibu nifas membiarkanluka tali pusat mengagering
sendiri. Hasil penelitian tersebut diatas menunjukan bahwa dewngan membiarkan
talipudsat mengering sendiri dan hanya membersikan tiap hari dengan air bersih ,
merupakan cara paling cost effektive untuk perawatan tali pusat.

Bidan hendaknya menasehati ibu agar tidak membubukan apapun di sekitar tali pusat karena
dapat menyebabkan infeksi. Hal ini disebabkan karena meningkatnya kelembaban (akibat
penyerapan dari bahan tersebut ) badan bayi sehingga menciptakan kondisi yang ideal
untuk tumbuhnya bakteri. Penting untuk dinasehatkan kepada ibu agar tidak
membubuhkan apapun dan hendaknya tali pusat dibiarkan membuka agar tetap keringatau
dibalut dengan kasa kering.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan tingginya AKI dan perinatal yang dialami sebagian besar negara berkembang .
maka WHO menetapkan salah satu usaha yang dapat mencapai peningkatan pelayanan
kebidanan yang menyeluruh dan bermutu yaitu dilaksanakannya praktek berdasarpada
evidenc based.

3.2 Saran

12
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Semoga sedikit uraian kami ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua. Kami sangat menyadari, bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu kami sangat mengharapkan adanya kritikan yang konstruktif
dan sistematis dari Dosen Pembimbing dan sahabat-sahabat pembaca, guna melahirkan
sebuah perbaikan dalam penyusunan makalah selanjutnya yang lebih baik. Terimakasih…

DAFTAR PUSTAKA

Rini, Susilo. Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based Practice.Yogyakarta: Penerbit
Deepublish:2017.
Kemenkes RI, 2018, Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai