Anda di halaman 1dari 14

Penerapan SDKI dan NANDA Dalam Diagnosa Keperawatan dan

Langkah-Langkah Penyusunan Diagnosa Keperawatan

Nur Azizah Rangkuti

nurazizahr1307@gmail.com

Latar Belakang

Proses keperawatan merupakan suatu kerangka yang dapat digunakan keperawatan untuk
mengidentifikasi keunikan-keunikan yang terapat pada masyarakat yang dapat memudahkan
identifikasi respon masyarakat terhadap masalah kesehatan. Menurut Hidayat (2004), proses
keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama klien
dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian,
menentukan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan
tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan berfokus pada klien,
berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan saling
berhubungan.

Proses keperawatan adalah salah satu metoda efektif pemecahan masalah yang dilakukan
perawat terhadap klien dengan pendekatan metodologi ilmiah. Asuhan keperawatan dapat
dipertanggungjawabkan berdasarkan substansi ilmiah yaitu logis, sistimatis, dinamis dan
terstruktur (Muhlisin, 2011). Proses keperawatan adalah suatu metode ilmiah yang
sistematis dan terorganisir dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang
berfokus pada respon individu terhadap gangguan kesehatan yang dialami (Manurung,
2011).

Tujuan proses keperawatan menurut Manurung (2011) adalah sebagai berikut:

a. Mempraktikkan metode pemecahan masalah dalam praktik keperawatan.


b. Menggunakan standar untuk praktik keperawatan.
c. Memperoleh metoda yang baku dan sesuai, rational dan sistematis dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
d. Memperoleh metoda yang dapat digunakan dalam segala situasi.
e. Memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan kualitas tinggi.
Salah satu dari proses keperawatan yaitu diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan
adalah langkah kedua dari proses keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis
tentang respon individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat terhadap permasalahan
kesehatan baik aktual maupun potensial. Dimana perawat mempunyai lisensi dan
kompetensi untuk mengtasinya ( Sumijatun, 2010 ). Diagnosa keperawatan adalah
pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang masalah pasien yang nyata serta
penyebabnya dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan menurut Gordon
(1982, dalam Dermawan, 2012).

Dimana tujuan diagnosa keperawatan yaitu memungkinkan perawat untuk menganalisis dan
mensintesis data, mengidentifikasi masalah keperawatan, menetukan faktor penyebab
masalah atau faktor risiko timbulnya masalah, dan menentukan hubungan sebba akibat
masalah keperawatan yang timbul. Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan respon
klien terhadap perubahan-perubahan pada status kesehatan, masalah yang diidentifikasi, dan
kemampuan perawat untuk membantu menemukan penyelesaian masalah.

Metode

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian dokumentasi. Metode dokumentasi


adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data histori. Adapu
metode dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah buku-buku, catatan-catatan,
majalah-majalah, surat kabar, internet,dan koran yang berhubungan dengan penelitian dalam
jurnal ini.

Bisa dikatakan juga jurnal ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif
dapat menyelesaikan masalah dengan menganalisa, membandingkan, dan mendeskripsikan
langkah-langkah menetukan diagnosa keperawatan melalui pendokumentasian yang tepat.
Metode ini dilakukan untuk menjelaskan bagaimana langkah langkah menetukan diagnosa
keperawatan melalui analisa materi yang dikumpulkan dari sumber buku dan jurnal.

Hasil

Setiap proses keperawatan merupakan hal yang saling memiliki keterkaitan, mulai dari
pengkajian sampai evaluasi. Disini saya akan mengampil data dari penelitian tentang
kualitas dokumentasi sebelum dan sesudah penerapan NANDA-I,NIC, dan NOC. Dimana
kualitas dokumentasi sangat berpengaruh terhadap diagnosa keperawatan. Dokumentasi
yang baik akan memperlancar dalam penetapan diagnosa keperawatan.
Gambaran hasil penelitian kualitas dokumentasi sebelum penerapan NANDA-I, NIC, dan
NOC adalah sebgai berikut

Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Kualitas Dokumentasi Proses Keperawatan Sebelum Penerapan
NANDA-I, NIC, dan NOC
No. Tingkat Kualitas F25rekuensi Presentase
Dokumentasi
1. Baik 3 10,7
2. Sedang 25 89,3
Total 28
100

Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat kualitas dokumentasi responden dalam kategori
baik (10,7%), tingkat kualitas dokumentasi 25 responden dalam kategori sedang(89.3%),
dan tidak ada responden dengan tingkat kualitas dokumentasi yang buruk. Data ini
menggambarkan bahwa tingkat kualitas dokumentasi responden sebelum penerapan
NANDA-I, NIC, dn NOC sebagian besae dalam kategori sedangPenerapan NANDA-I,NIC
dan NOC.

Distribusi Frekuensid Aspek Penilaian Dokumentasi Proses Keperawatan Sebelum


Penerapan NANDA-I,NIC, dan NOC
Aspek Buruk Sedang Baik Total
n % n % n % n %
Penilaian
Dokumentasi
Pengkajian 0 0 28 100 0 0 28 100
Diagnosa 24 85,7 1 3,6 3 10,7 28 100
Perencanaan 24 85,7 1 3,6 3 107 28 100
Implementas 0 0 0 0 28 100 28 100
i
evaluasi 0 0 28 100 0 0 28 100
Catatan 0 0 24 85,7 4 14,3 28 100
Asuhan
Keperawatan
Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat kualitas dokumentasi proses pengkajian sebgain
bdesar dalam kategori sedang (100%), tingkat kualitas dokumentasi diagnosa sebagian besar
dalam kategori buruk (85,7%),tingkat kualitas dokumenyasi peroses perencanaan sebagian
besar dalam kategori buruk (85,7%), tingkat kualitas dokumentasi proses implementasi
sebgaian bdesar dalam katehori baik (100%), tingkat kualitas dokumentasi dalam proses
evaluasi dalam kategori sedang (100%), dan tingkat kualitas dokumentasi catatan asuhan
keperawatan sebagian besar dalam kategori sedang (85,7%).

Distribusi Frekuensi Tingkat Kualitas Dokumentasi Proses Keperawatan Sesudah Penerapan


NANDA-I, NIC, dan NOC
Tingkat Kualitas Frekuenasi (orang) Persentase (%)
Dokumentasi
Baik 16 57,1
Sedang 12 42,9
Buruk 0 0
Total 28 100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat kualitasdokumentasi 16 responden
dalam kategori baik(57,1%), tingkat kualitas dokumentasi 12 responden dalam kategori
sedang (42,9%), dan tidak ada responden yang tingkat kualitas dokumentasinya buruk. Data
ini menggambarkan bahwa tingkat kualitas dokumentasi responden sesudah penerapan
NANDA-i,NIC, dan NOC sebgaian besar dalam kategori baik.

Distribusi Frekuensi Aspek Penilaian Dokumentasi Proses Keperawatan Sesudah Penerapan


NANDA-I NIC dan NOC
Aspek Buruk Sedang Baik Total
N % N % N % N %
penilaian
Dokumentasi
Pengkajian 6 21,4 16 57,1 6 21,4 28 100
Diagnosa 6 21,4 16 57,1 6 21,4 28 100
Perencanaan 6 21,4 16 57,1 6 21,4 28 100
Implementas 0 0 0 0 28 100 28 100
i
Evaluasi 0 0 0 0 28 100 28 100
Catatan 0 0 0 0 28 100 28 100
Asuhan
Keperawatan

Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat kualitas dokumentasi proses pengkajian sebgaian
besar dalam kategori sedang (57,1%), tingkat kualitas dokumentasi proses diagnosa sebgain
bdesar dalam kategori sedang (57,1%), tingkat kualitas dokumentasi proses perencanaan
sebagian besar dalam kategori sedang (57,1%), tingakt kualitas dokumentasi proses
implementasi sebagian besar dalam ketogori baik (100%), tingkat kualiats dokumentasi
proses evaluasi sebgaian besar dalam ketegori sedang (100%), dan tingkat kualitas
dokumentasi catatn asuhan keperawatan sebgaian besar dalam kategori baik (100%)
Perbedaan Kualitas dokumentasi sebelum dan sesudah penerapan NANDA-I, NIC,
dan NOC dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test

Distribusi frekuensi perbedaan Tingkat Kualitas Dokumentasi proses Keperawatan Sebelum


dan Sesudah Penerapan NANDA-I,NIC, dan NOC
Tingkat Sebelum Sesudah P Value
Kualitas N % N % 0.000
Dokumentasi
Baik 3 10,7 16 57,1
Sedang 25 89,3 12 42,9
Buruk 0 0 0 0
Total 28 100 28 100

Berdasarkan Wilcoxon Signed Rank Test yang telah dilakukan, didapatkan hasil p value
yaitu 0,000. Dengan derajat kepercayaan 95% (α=0,05) berarti p value yaitu 0,000. Dengan
derajat kepercayaan 95% (α=0,05) berarti p<a sehingga diambil keputusan bahwa Ho
ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kualitas dokumentasi proses
keperawatan sebelum dan sesudah penerapan NANDA-I, NIC, dan NOC di ruat Anthurium
RS PTN X Jember. Penilaian kualitas dokumentasi keperawatan dalam penilian ini
dilakukan terhadap 28 rperawat yang bertugas di ruang Anthurium RS PTPN X Jember.
Tingkat kualitas dokumentasi sbelum penerapan NANDA-I, NIC, dan NOC sebgaian besar
berada dalam kategori sedang terjadi karena ada beberapa item dalam standar penilaian
dokumentasi yang tidak terpenuhi oleh sebgaian besar perawat.

Pembahasan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia


(sehat/sakit/berisiko sakit dari individu, kelompok,keluarga, mayarakat diaman perawat
secara legal mengidentifikasi dan dapat memberikan intervensi secara pasti untuk
mengurang, menyingkirkan, menurunkan atau mencegah terjadinya terjadi masalah.
Penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, kelompok, ataukomunitas terhadap
masalah kesehatan aktual ataupun risiko sebgai dasar pemilihan intervensi keperawatan
untuk mencapau hasil yang merupakan tanggung jawab (NANDA,1990 dalam Allen,1998).
Diagnosa keperawatan adalah suatu kesimpulan yang dihasilkan dari analisa data
(Carpenito, 2009).
Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua dari proses keperawatan yang menggambarkan
penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat terhadap
permasalahan kesehatan baik aktual maupun potensial. Dimana perawat mempunyai lisensi
dan kompetensi untuk mengtasinya ( Sumijatun, 2010 ). Diagnosa keperawatan adalah
pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang masalah pasien yang nyata serta
penyebabnya dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan menurut Gordon
(1982, dalam Dermawan, 2012). Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
singkat, tegas, dan jelas tentang respon klien terhadap masalah kesehatan/penyakit tertentu
yang aktual dan potensial karena ketidaktahuan, ketidakmauan, atau ketidakmampuan
pasien/klien mengatasinya sendiri yang membutuhkan tindakan keperawatan untuk
mengatasinya ( Ali, 2009 ).

Kriteria diagnosa keperawatan adalah sebagi berikut (Nursalam,2015):

a. Status kesehtan dibandingkan dengan standar untuk meentukan kesenjangan.


b. Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan
kebutuhan pasien.
c. Diagnosa keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang
d. Komponen diagnosis terdiri atas PE/PES
e. Pengkajian ulang dan revisi terhadap diagnosis berdasarkan data terbaru.

Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi menurut Wahid & Suprapto (2012)
sebagai berikut:

a. Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit.
b. Faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah.
c. Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
d. Mengkomunikasikan masalah klien pada tim kesehatan.
e. Mendemonstrasikan tanggung jawab dalam indentifikasi masalah klien.
f. Mengidentifikasi masalah utama untuk perkembangan intervensi keperawatan.

Menurut Dermawan (2012) komponen diagnosa keperawatan terdiri dari

a. Problem yaitu gambaran keadaan pasien dimana tindakan keperawatan ddpat


diberikan. Masalah atau problem adalh kesenjangan atau penyimpangan dari
keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi. Tujuannya adalah menjelaskan status
kesehatan pasien secara jelas dan sesingkat mungkin. Diagnosis keperawatan
disusun dengan menggunakan standart yang telah disepakati agar perawat dapat
berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum, memfasilitasi dan
mengakses diagnosa keperawatan, sebagi metode untuk mengidentifikasi perbedaan
masalah keperawatan dengan masalah medis, dan meningkatkan kerjasama perawat
dalam mendefiniskan diagnosis dari data pengkajian dan intervensi keperawatan.
b. Etiologi atau faktor penyebab adalah faktor klinik dan personal yang dapat merubah
status kesehtan atau mempengaruhi perkembangan masalah. Merupakan pedoman
untuk merumuskan intervensi. Pernyataan etiologi mencerminkan penyebab masalah
klien yang menimbulkan perubahan pada status kesehatan klien penyebab tersebut
dapat berhubungan dengan tingkah laku klien, patofisiologi, psikososial, perubahan-
perubahan situasional pada gaya hidup, usia perkembangan faktor budaya dan
lingkungan. Penyebab perubahan perubahan an-nasr dalam batas wewenang
keperawatan titik yang berhubungan dengan berfungsi untuk menghubungkan
diagnosa keperawatan dan pernyataan etiologi. Etiologi etiologi yang dapat
diterapkan untuk setiap diagnosa keperawatan terdapat pada daftar NANDA.

Diagnosa keperawatan dapat diterapkan untuk semua area keperawatan seperti


medikal bedah, kesehatan ibu dan anak,pediatric, kesehatan komunitas.
Bagaimanapun, etiologi atau penyebab masalah dapat berbeda. Contohnya,
intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan imobilitas mungkin merupakan
pernyataan diagnosa keperawatan seorang dewasa yang menderita stroke, dan
intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan suplai oksigen.

Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi meliputi unsur PMM:

1. Patofiosologi penyakit yaitusemu proses penyakit,akut atau kronos yang dapat


menyebabkan atau mendukung masalah
2. Situasional yaitu personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial)
3. Medikasi (berhubungan dengan perogram perawatan atau pengobatan) yaitu
keterbatasan institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan
perawatan.
4. Maturasional yaitu adolensent (ketergantungan dalam kelompok), young adult
(menikah,hamil, menjadi orang tua), dewasa (tekanan karir)
c. Sign dan symptom
Data subyektif dan obyektif yang ditemukan sebgai komponen pendukung terhdap
diagnosa keperawatan. Sign and symptom (tanda dan gejala) adalah ciri, tanda tau
gejala yang merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosa
keperawatan. Komponen diagnosa keperawatan menurut PPNI (2010) terdiri dari
masalah (P), etiologi atau penyebab (E) dan tanda atau gejala (S) atau terdiri dari
masalah dengan penyebab (PE).

Terdapat beberapa langkah menentukan diagnosa keperawata. Berikut langkah langkah


menentukan diagnosa keperawatan menurut Setiadi (2012) sebgagi berikut:

a. Klasifikasi dan analisis data


Klasifikasi data adalah mengelompokkan data-data pasien dimana pasien mengalami
permasalahan keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya. Klasifikasi ini
berdasarkaan pada kebuthan dasar manusia yang diidentifikasi sebagai data yang
senjang atau menyimpang dari keadaan yang normal. Kelompok data yang senjang
ini berasal dari sistem yang berbeda tatapi tetap menunjukkan bahwa semua dta
damlam kelompok data itu mengidintifikasikan adanya permasalahan yang sama.
Data yang dikelompokkan juga bisa berupa data subyektid dan data obyektif. Selain
itu dalam kelompok data ini harus lengkap meliputi unsur batasan
karakteristik/datamayor/data minor dan juga mengidinfikasikan data yang berkaitan
dengan faktor penyebab faktor risiko

Analisis data adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data


tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan
dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan pasien. Cara analisis data
adalah:
1. Validasi data, meneliti kembali data yang terkumpul.
2. Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan biopsiko-sosial dan spiritual.
3. Membandingkan dengan standar.
4. Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.
b. Interprestasi data
Selanjutnya interprestasi data yaitu pemberian arti penjelsan secara spesifik terhadap
data yang sudah dianalisis. Setelah menganalisis data langkah selanjutnya dalam
membuat diagnosa keperawatan yaitu membuat interprestasi data yang sudah di
kelompokkan dalam bentuk masalah keperawatan atau masalah kolaboratif.
Interprestasi data sedapatnya bersumber dari daftar diagnosis keperawatan yang
dipublikasikan NANDA, atau SDKI (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia),
atau sumber rujukan lain yang sahih.

Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam menginterprestadi data :


1. Menentukan kelebihan pasien. Jika pasien memenuhi standar kriteria
kesehatan, perawat akan menyimpulkan bahwa pasien memiliki kelebihan dalam
hal tertentu dan kelebihan ini dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan
permasalahan pasien.
2. Menentukan masalah pasien/ menyimpulkan. Jika pasien tidak memenuhi
standar kriteria kesehatan maka pasien tersebut mengalami keterbatasan dalam
aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
3. Menentukan masalah pasien yang pernah dialami, tahap ini perawat
menentukan masalah potensial pasien.
4. Penentuan keputusan.
4.1. Tidak ada masalah tetapi perlu peningkatan status dan fungsi
(kesejahteraan) : tidak ada indikasi respon perawat, meningkatnya status
kesehatan, adanya inisiatif promosi kesehatan.
4.2. Masalah kemungkinan. Pola mengumpulkan data untuk memastikan
ada atau tidaknya masalah yang diduga.
4.3. Masalah aktual atau risiko. Pasien tidak mampu merawat karena
pasien menolak masalah dan pengobatan.
4.4. Masalah kolaboratif. Konsultasikan dengan tenaga kesehatan
profesional yang kompeten dan bekerja secara kolaboratif pada masalah
tersebut.
c. Menentukan hubungan sebab akibat
Berdasarkan interprestasi data (masalah keperawatan) yang telah ditentukan
kemudian perawat menentukan faktor-faktor yang berhubungan atau faktor risiko
yang menjadi kemungkinan penyebab dari masalah yang terjadi. Kemungkinan
penyebab/faktor risiko harus mangacu pada kelompok data yang sudah ada.
d. Validasi data
Pada tahap ini perawat memvalidasi data yang ada secara akurat yang dilakukan
bersama pasien dan keluarga atau masyarakat. Validasi ini dilaksanakan dengan
mengajukan pertanyaan yang reflekif kepada pasien atau keluarga tentang kejelasan
interpretasi data.
e. Merumuskan diagnosa keperawatan
Perumusan diagnosa keperawatan didasarkan pada identifikasi masalah dan
kemungkinan penyebab. Selain itu perumusan diagnosa juga sesuai dengan
kebutuhan pasien.

Terdapat beberapa tipe diagnoasa keperawatan menurut Carpentino (2009).Yang


pertama diagnosa keperawatan aktual yaitu diagnosa menjelaskan masalahyang
nyata terjadi saat ini. Pada diagnosaa keperawatan aktual batasan karakteristiknya
adalah tanda dan gejala yang bila terlihat dalam waktu yang sama mewakili diagnosa
keperawatann. Batasan karakteristik dibedakan menjadi mayor dan minor. Mayor
adalah karakteristik yang harus ada setidaknya satu tanda harus ada untuk validasi
diagnosa. Karakteristik minor hanyalah sebagi pendukung boleh tidak ada.
Diagnosis keperawatan aktual rumus diagnosisnya harus ada unsur PES, sedangkan
symtom harus memenuhi kriteria mayor (80-100%) dan sebagian kriteria minor
(Carpenito,1997).
Adapun komponen diagnosis keperawatan aktual anatara lain:
a. Label : perubahan, kerusakan, ketidak efektifan, gangguan, hambatan, dan lain-
lain
b. Definisi: konseptual dan konsisten dengan label dan batasan karakteristik,
merupakan arti yang tepat dari diagnosis keperawatan yang sedang terjadi.
c. Batasan karakteristik: memenuhi 80% atau lebihkriteria mayor
d. Faktor yang berhubungan (etiologi)
e. Rumusan : PES
f. Contoh : hipertermi berhubungan dengan pemajanan lingkungan panas
dibuktikan dengan suhu 40 0 c.

Diagnosa keperawatan risiko Yaitu keputusan klinis bahwa individu, kelompok,


keluarga, komunitas sangat rentan untuk mengalami masalah dibandingkan yang lain
pada situasi yang sama atau hampir sama. Pengertian yang lainnya menyebutkan
diagnosis keperawatan risiko adalah keputusan klinis yang divalidasi oleh faktor
risiko Adapun komponen keperawatan risiko antara lain: label: risiko definisi:
konsep yang jelas dan konsisten dengan label dan faktor risiko.
Diagnosa keperawatan potensial adalah diagnosa yang didasarkan atas kondisi
sehat klien untuk mencapai tingkat kesehatan yang lebih tinggi. Selanjutnya
diagnosa keperawatan kemungkinan yaitu pernyataan tentang masalah yang
diduga akan terjadi dan masih memerlukan data tambahan. Dan yang terakhir
diagnosa keperawatan sindrom yaitu sekelompok atau kumpulan dari beberapa
diagnosa yang terjadi secara bersamaan yang memiliki penyebab tunggal

International Council of Nurses (ICN) sejak tahun 1991 telah mengembangkan suatu sistem
klasifikasi yang disebut dengan International Classification for Nursing Practice (ICNP).
Sistem klasifikasi ini tidak hanya mencakup klasifikasi intervensi dan tujuan (outcome)
keperawatan saja. sistem klasifikasi ini disusun untuk mengharmonisasikan terminologi-
terminologi keperawatan yang digunakan diberbagai negara diantaranya seperti, Clinical
Care Classification (CCC), North american Nursing Diagnosis Association (NANDA),
Home Helath Care Clasification (HHCC), Systematized Nomenclature of Medicine Clinical
Terms (SNOMED CT), International Classification of Functioning, Disability and Health
(ICF), Omaha System, dan Nursing Diagnosis System of the Centre for Nursing
Development and Research (ZEFP). ICNP membagi diagnosis keperawatan menjadi 5
kategori, yaitu Fisiologis, Psikologis, Perilaku, Relasional dan Lingkungan (Wake &
Coenen, 1998).

NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) merupakan konsep yang


dibentuk menggunakan cara sistem multiaksial. Sistem ini terdiri atas aksis (memiliki
komponen yang dikombinasikan) yang digunakan untuk membuat diagnosa yang secara
substansial memiliki bentuk yang sama. Aksis merupakan responmanusia yang
dipertimbangkan dalam proses diagnostik. Terdapat tujuh aksis yang sesuai dengan
International Standart Reference Model for Nursing Diagnosis, yaitu fokus diagnosis (aksis
1), subjek diagnosis (aksis2), penilaian (aksis 3), lokasi (aksis 4), usia (aksis 5), waktu (aksis
6), status diagnosis (aksis 7).

Contoh diagnosis NANDA : CONTOH • Kerusakan integritas kulit b/d immobilisasi lama,
sekunder terhadap fraktur pelvis yang ditandai dengan lesi di sakral 2 cm, Resiko infeksi b/d
imunosupresi , Kesiapan untuk meningkatkan nutrisi ditandai dengan mengkonsumsi
makanan yang adekuat, Sindrom pasca trauma b/d bencana alam gempa bumi ditandai
dengan panik, sulit berkonsentrasi.
Jenis jenis keperawatan NANDA yaitu diagnosa keperawatan aktual (PES), diagnosa
keperawatan resiko (PE), Diagnosa keperawatan promosi kesehatan/wellness (PS) dan
diagnosa keperawatan sindrom (PES).

Organisasi profesi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dalam UU Keperawatan


No. 38 tahun 2014 memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan dan mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, martabat maupun etika profesi perawat di Indonesia. Salah
satunya, PPNI berkewajiban untuk menyusun standar-standar yang meliputi standar
kompetensi, standar asuhan keperawatan, dan standar kinerja profesional.

Dalam standar asuhan keperawatan dibutuhkan Standar Diagnosa Keperawatan. Pada


tanggal 29 Desember 2016, PPNI telah menerbitkan Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI).  Sebenarnya Standar Diagnosis ini merupakan program yang sudah lama
dinanti oleh seluruh perawat di Indonesia, yang sebelumnya mengacu pada NANDA, ICNP-
DC, CCC, dan lain-lain. SDKI 80% berasal dari NANDA yang sistem diagnosanya telah
disesuaikan dengan budaya masyarakat Indonesia.

Diagnosa keperawatan telah diterapkan di berbagai rumah sakit, puskesmas dan fasilitas
kesehatan lainnya, namun pengetahuan perawat terkait indikator - indikator diagnostik
untuk penegakan diagnosisi masih perlu ditingkatkan agar penegakan dapat dilakukan
secara tepat dan terstandarisasi. Selain itu, proses penegakan diagnosisi tidak dianggap sulit
dan perlunya keseragaman agar nantinya dapat disesuaikan dalam proses asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien. Berkaitan persamaan persepsi mengenai Standar
Diagnosis Indonesia, PPNI juga telah membuat persamaan persepsi tentang Standar
Intervensi (SIKI) dan Standar Luaran (SLKI) asuhan keperawatan di Indonesia.

Perumusan diagnosis SDKI : 1. Aktual: masalah b/d penyebab d/d Tanda atau gejala 2.
Risiko: masalah b/d faktor risiko 3. Promosi kesehatan: masalah d/d tanda dan gejala.

Penutupan

NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) merupakan konsep yang


dibentuk menggunakan cara sistem multiaksial. Sistem ini terdiri atas aksis (memiliki
komponen yang dikombinasikan) yang digunakan untuk membuat diagnosa yang secara
substansial memiliki bentuk yang sama. Aksis merupakan responmanusia yang
dipertimbangkan dalam proses diagnostik.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) merupakan standar asuhan keperawatan


yang dibuthkan oleh seluruh perawat di Indonesia. . SDKI 80% berasal dari NANDA yang
sistem diagnosanya telah disesuaikan dengan budaya masyarakat Indonesia.

Dapat disimpulkan terdapat perubahan ke arah yang lebih bagi pada saat sistem Diagnosa
NANDA di terapkan dalam pembuatan diagnosa keperawatan. Sebelum diterapkannya
NANDA, tingkat kualitas dokumentasi proses diagnosa sebagian besar dalam kategori
buruk (85,7%). Setelah diterpkannya NANDA, tingkat kualitas dokumentasi proses
diagnosa sebgain besar dalam kategori sedang (57,1%).

Daftar Pustaka

Nikmatur Rohmah dan Saiful Walid. 2019. Proses Keperawatan Berbasis KKNI( Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia).Malang : Edulitera ( Anggota IKAPI)

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.Yogyakarta: ANDI

Drs.SunaryoM.Kes,dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: ANDI

Dewi Rosmaliya dan Hariyadi. 2019. Dokumentasi keperawatn pada Poliklinik Gigi
( Kajian Manual dan Komputerisasi). Yogyakarta: Deepublish

Made Ermayani dan Aprilia Nuryanti. 2017. Pengembangan Format Dokumentasi Asuhan
Keperawatan Berbasis Standardized Nursing Language (SNL) NANDA-I, NOC, dan
NIC Di Ruang Rawat Inap. Mahakam Nursing Journal. Vol:2,No.2.

Mohammad As’ad Efendy dn Retno Purwandari. 2012. Perbedaan tingkat Kualitas


Dokumentasi Proses Keperawatan Sebelum dan Sesudah Penerpan NANDA-I,NIC,
dan NOC. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of nursing).
Vol:7 No.2.

Rinawati,P. 2018. BAB II Tinjauan Pustaka A. Proses Keperawatan. Universitas


Muhammadiyah Semarang.

Herdman, T. (2012). NANDA Internasional Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2012 - 2014 . Jakarta : EGC
PPNI.2019.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Intansari Nurjanna dan Dewi Retno Pamungkas, S. 2017. Perbandingan Antara Diagnosis
Yang Sering Ditegakkan Dan Possible Diagnosis Yang Diprediksikan Oleh Perawat
Pada Klien Dengan Gngguan Jiwa . Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas.
Vol01,No.01, 8-15.

Simamora, R. H., Bukit, E., Purba, J. M., & Siahaan, J. (2017). Penguatan kinerja perawat
dalam pemberian asuhan keperawatan melalui pelatihan ronde keperawatan di rumah
sakit royal prima medan. Jurnal pengabdian kepada masyarakat, 23(2), 300-304.

Simamora, R. H. (2019). Socialization of Information Technology Utilization and


Knowledge of Information System Effectiveness at Hospital Nurses in Medan, North
Sumatra. Editorial Preface From the Desk of Managing Editor…, 10(9).

Anda mungkin juga menyukai