(CVA BLEEDING)
NIM : P17221171008
I. DEFINISI
II. PATOFISIOLOGI
a. Etiologi
a. Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa
yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan
TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena
herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi
sering dijumpai di daerah putamen, talamus, pons dan serebelum.
b. Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Wilisi dan
cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya arteri dan
keluarnya ke ruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral
yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparese, gangguan hemi sensorik, afasia dan lain-lain)
Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang subaraknoid
mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya
struktur peka nyeri, sehingga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula
dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya.
Peningkatan TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan
subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan subaraknoid
dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini
dapat mengakibatkan disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan
kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan
lain-lain) (Mutaqin Arrif, 2008)
b. Tanda dan Gejala
Manifestasi stroke sangat beragam, tergantung dari arteri serebral yang terkena
dan luasnya kerusakan jaringan serebral. Manifestasi klinik yang sering terjadi
diantaranya adanya kelemahan pada alat gerak, penurunan kesadaran, gangguan
penglihatan, gangguan komunikasi, sakit kepala dan gangguan keseimbangan. Tanda
dan gejala ini biasanya terjadi secara mendadak , fokal dan mengenai satu sisi (Kariasa,
2009)
Geoffrey et al (2008) dalam Kariasa (2009) bahwa sebagian besar pasien paska
serangan stroke memiliki keterbatasan gerak, gangguan penhlihatan, gangguan bicara
dan gangguan kognitif. Selain aspek fisik ditemukan pula bahwa pasien paska serangan
stroke mengalami gangguan psikologis seperti depresi, cemas, ketakutan danmenarik
diri dari kehidupan sosial.
Gejala perdarahan subaraknoid antara lain :
2 Nyeri kepala yang sedang sampai berat, kaku kuduk dan tidak
ada defisit neurologis kecuali pada saraf kranial
Defisit neurologi
Hematoma serebral
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
Area Brocca
Hambatan komunikasi
verbal
Risiko jatuh
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Angiografi Serebri
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan
arterovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisme
atau malformasi vaskular
2. Lumbal Pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial.
Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan
likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan
perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-
hari pertama.
3. CT SCAN
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan
otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke ventrikel atau menyebar ke
permukaan otak (Mutaqin Arrif. 2008).
IV. PENATALAKSANAAN
a. Primary Survey
1) Airway maintenance
nafas. Seorang pasien yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan
lain:
(4) Sianosis
c) Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian
pasien terbuka.
Mask Airway
3) Circulation
b. Secondary Assessment
stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok telah
mulai membaik.
1) Anamnesis
anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari
makanan)
penyalahgunaan obat).
2) Pemeriksaan fisik
a) Kulit kepala
b) Mata
c) Hidung
penciuman.
d) Telinga
Periksa adanya nyeri, penurunan atau hilangnya pendengaran.
e) Mulut
kelembaban.
f) Toraks
keredupan.
g) Abdomen
hepatomegali, splenomegali.
h) Ektremitas
Pada saat inspeksi lihat adanya edema, gerakan, dan sensasi harus
a) Syaraf Olfaktorius
b) Syaraf Optikus
d) Syaraf Trigeminalis
f) Syaraf Vestibulokoklear
i) Saraf Hipoglossus
Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi. Indra
pengecapan normal.
2. RENCANA ASUHAN
Diagnosa 1 : Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan
aliran darah sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial.
NOC :
1. Circulation status
2. Tissue Prefusion : cerebral
Kriteria Hasil :
1. mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
a. Tekanan systole dandiastole dalam rentang yang diharapkan
b. Tidak ada ortostatikhipertensi
c. Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15
mmHg)
2. mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:
a. berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
b. menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
c. memproses informasi
d. membuat keputusan dengan benar
e. menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran
mambaik, tidak ada gerakan gerakan involunter
NIC :
Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer)
1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
2. Monitor adanya paretese
3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau laserasi
4. Gunakan sarun tangan untuk proteksi
5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
6. Monitor kemampuan BAB
7. Kolaborasi pemberian analgetik
8. Monitor adanya tromboplebitis
9. Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi
Tubagus Vonny, Ali Haji R., Parinding Novita. 2015. Gambaran Hasil
Pemeriksaan CT Scan Kepala Pada Penderita Stroke Hemoragik Di
Bagian Radiologi FK UNSRAT/SMF Radiologi Blu RSUP Prof.Dr.R.D.
Kandou Manado. Jurnal e-Clinic Volume 3 Nomor 1 Januari- April 2015.
Mutaqin Arrif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Salemba Medika. Jakarta. Online : https://books.google.co.id/books?id=
American Heart Association. 2015. Hemorrhagic Strokes (Bleeds) Update 22 Juni
2015(Onlinehttp://www.strokeassociation.org/STROKEORG/AboutStroke/Typesof
Stroke/HemorrhagicBleeds/Hemorrhagic-Strokes-
Bleeds_UCM_310940_Article.jsp Diakses pada tanggal 24 Agustus 2015 pukul
23.05 WIB )
8UIIJRjz95AC&pg=PA237&lpg=PA237&dq=stroke+hemoragik+adalah&source=bl&ots=
_luggnGo4U&sig=RCZkfhxS99KEAnnjABuLRNTfrt4&hl=en&sa=X&redir_esc=y#
v=onepage&q=stroke%20hemoragik%20adalah&f=false. Diakses tanggal 24
Agustus 2015 pukul 23.30 WIB.
Anggiamurni Lulu. 2010. Hubungan Volume dan Letak Lesi Hematom Dengan
Kecepatan Pemulihan Fungsi Motorik Penderita Stroke Hemoragik Berdasarkan
Kategori Skala Orgogozo. Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Biomedik dan
Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang.
Dewanto George dkk. 2007. Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit
Saraf. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kariasa. 2009. Persepsi Pasien Paska Serangan Stroke Terhadap Kualitas Hidupnya
Dalam Perspektif Asuhan Keperawatan. Tesis Magister Ilmu Keperawatan
Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah. Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia. Depok.