NIM : P17221171008
I. DEFINISI
maupun kelainan patologis. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh
trauma atau tenaga fisik, selain itu fraktur merupakan kondisi terputusnya kontinuitas
tulang yang ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres
II. PATOFISIOLOGI
a. Etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir
mendadak dan kontraksi otot yang ekstrim. Patah tulang mempengaruhi jaringan
sekitarnya mengakibatkan oedema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi,
dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf dan pembuluh darah. Organ tubuh dapat
mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau gerakan fragmen
tulang (Brunner & Suddarth, 2009)
Faktor ekstrinsik yaitu meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai
tulang, arah serta kekuatan tulang.
Faktor intrinsik yaitu meliputi kapasitas tulang mengabsorpsi energi trauma,
kelenturan, densitas serta kekuatan tulang. Sebagian besar patah tulang
merupakan akibat dari cedera, seperti kecelakan mobil, olah raga atau
karena jatuh. Jenis dan beratnya patah tulang dipengaruhi oleh arah,
kecepatan, kekuatan dari tenaga yang melawan tulang, usia penderita dan
kelenturan tulang. Tulang yang rapuh karena osteoporosis dapat mengalami
patah tulang.
f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple,
atau cederah hati
IV. PENATALAKSANAAN
1) Reduksi
2) Imobilisasi
Bila reposisi telah dicapai, maka diperlukan imobilisasi tempat fraktur sampai
timbul penyembuhan yang mencukupi. Kebanyakan fraktur ekstremitas dapat
diimobilisasi dengan dengan gips fiberglas atau dengan brace yang tersedia secara
komersial. Pemasangan gips yang tidak tepat bisa menimbulkan tekanan kuIit, vascular,
atau saraf. Semua pasien fraktur diperiksa hari berikutnya untuk menilai neurology dan
vascular. Bila traksi digunakan untuk reduksi, maka traksi juga bertindak sebagai
imobilisasi dengan ektremitas disokong di atas ranjang atau di atas bidai sampai reduksi
tercapai. Kemudian traksi diteruskan sampai ada penyembuhan yang mencukupi,
sehingga pasien dapat dipindahkan memakai gips/brace.
3) Rehabilitasi
V. ASUHAN KEPERAWATAN
EGC Campbell, D. (2006). Music : Physician For Times to Come. 3 Edition. Wheaton:
quest books.
Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
Moore K.L., Dalley A.F., Agur A.M.R. 2010. Clinically oriented anatomy. 6th edition.
Lippincott William and Wilkins. Amerika. 246-53. Jakarta: Erlangga
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional.
Yogyakarta : Mediaction Jogja.
Smeltzer, S. C., & Bare B. G. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
&Suddarth( Edisi 8 Volume 1). Jakarta: EGC