Anda di halaman 1dari 17

MULTIKULTURALISME

Dosen pengampu : Dr Ermawati M.Ag.

Disusun oleh :

Sirojud Dahlan Asy`arie ( 53020190140 )

M. Zana Khoirin Zahwan (53020190129 )

Rizki Candra Saputra (53020180045 )

Kasrianto (53020190119 )

PROGRAM STUDI ILMU AL QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

UIN SALATIGA 2022


A. Pendahuluan

Istilah Multukularisme mungkin masih asing bagi kita, multukularisme sendiri


adalah sebuah paham atau ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan.
Yang mana pebedaan tersebut terdiri atas individu dan perbedaan budaya. Perbedaan
budaya mendorong terciptanya atau terwujudnya sebuah keanekaragaman atau
pluralisme dan menjadi corak dari sebuah masyarakat yang memiliki
keanekaragaman kebuayaan, yaitu yang saling memahami dan menghormati antara
kebudayaan satu dengan kebudayaan yang lain, termasuk kebudayaan dari sebuah
kelompok sosial yang minoritas.

Multikulturalisme juga diartikankan sebagai pemahaman tentang keberagaman


kultur. Adanya keberagaman kultur menciptakan pemahaman saling pengertian
ataupun toleransi guna menciptakan kehidupan yang damai dan terhindar dari konflik
berkepanjangan.

Sejarah multikulturaslime diawali dengan teori melting pot yang diwacanakan


oleh J Hector. J Hector dalam teorinya menekankan penyatuan budaya dan
melelehkan budaya asal, . Kemudian teori melting pot mengalami kritikan lalu
muncul teori baru yang populer dengan nama salad bowl yang dipopulekan oleh
Horace Kallen. Teori salad bowl sangat berbeda dari teori melting pot, teori salad
bowl tidak menghilangkan budaya asal, tetapi menerima kultur-kultur lain dan
diakomodir dengan baik guna berkontribusi untuk membangun budaya.

Kemudian berkembanglah toeri cultural Pluraslims, teori ini muncul disebebkan


perlunya ruang gerak yang leluasa bagi setiap etnik. Teori ini membagi ruang
pergerakan budaya menjadi dua, yakni ruang public untuk seluruh etnik dan
mengekspresikan partisipasi social politik mereka. Tetapi mereka juga memiliki
ruang privat, yang didalamnya mereka mengekspresikan budaya etnisitasnya secara
leluasa.

Selanjutnya terdapat beberapa tinjauan Multikultural antara lain :


1. Multikulturalisme ditinjau dari segi Antropologi
2. Multikulturalisme ditinjau dalam Al Qur'an

Di Indonesia sendiri, Multikulturalisme sudah menggunakan Multikultural karena


adanya Multikultural akan menciptakan perdamaian dan kedamaian. Karena
Multikultural bertujuan untuk menghargai perbedaan.

B. Pembahasan
1. Pengertian Multikulturalisme

Secara etimologis, multikulturalisme terbentuk dari tiga kata, yaitu multi


(banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Secara sederhana
multikulturalisme berarti “keragaman budaya”. Multikulturalisme merupakan isitlah
yang sering digunakan untuk menggambarkan tentang kondisi masyarakat yang
terdiri dari keberagaman agama, ras, dan budaya. 1

Multikulturalisme merupakan sebuah paham atau ideologi yang mengakui dan


mengagungkan perbedaan. 2 Maksudnya ialah pebedaan individu dan perbedaan
budaya. Perbedaan budaya mendorong terciptanya atau terwujudnya sebuah
keanekaragaman atau pluralisme dan menjadi corak dari sebuah masyarakat yang
memiliki keanekaragaman kebuayaan, yaitu yang saling memahami dan menghormati
antara kebudayaan satu dengan kebudayaan yang lain, termasuk kebudayaan dari
sebuah kelompok sosial yang minoritas.

Lawrance A Blum menjelaskan bahwa multikulturalisme mencakup suatu


pemahaman, penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta penghormatan
dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. 3 Jika dilihat dari penjelasan diatas,

1
Roswati Nurdin, MULTIKULTURALISME DALAM TINJAUAN AL-QUR’AN, Jurnal al-Asas, Vol.
III, No. 2, Otober 20019, hal. 3
2
Pasurdi Suparlan, MULTIKULTURALISME, Jurnal Ketahanan Nasional, VI (1) April 2002, hal. 10
3
Roswati Nurdin, MULTIKULTURALISME DALAM TINJAUAN AL-QUR’AN, Jurnal al-Asas, Vol.
III, No. 2, Otober 20019, hal. 3
maka dapat dikatakan bahwa inti dari multikulturalisme adalah tentang penerimaan
dan penghargaan terhadap suatu kebudayaan.

Multikulturalisme juga diartikankan sebagai pemahaman tentang keberagaman


kultur. Adanya keberagaman kultur menciptakan pemahaman saling pengertian
ataupun toleransi guna menciptakan kehidupan yang damai dan terhindar dari konflik
berkepanjangan. Sebenarnya multikulturalsime merupakan sebuah konsep dimana
sebuah komunitas dapat menerima serta mengakui keberagaman ras, agama, suku dan
budaya. Konsep tersebut memberikan pemahaman bahwa sebuah bangsa yang
majemuk adalah bangsa yang dipenuhi berbagai macam budaya. Sedangkan bangsa
yang multikultural merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai etnik yang
berdampingan secara damai yang ditandai dengan kesediaan untuk menghormati
budaya lain.4

Sedangkan tujuan dari multikulturalisme adalah untuk kerjasama, kesetaraan dan


mengapresiasi dalam dunia yang semakin kompleks dan tidak monokultur lagi

Dalam pengertian multikulturalisme, sebuah masyarakat dalam suatu bangsa


dilihat sebagai sebuah kebudayaan yang utama dan berlaku umum di dalam
kehidupan masyarakat bangsa tersebut. Dalam suatu bangsa, terdapat berbagai
macam corak budaya yang merupakan ekspresi dari berbagai kebudayaan yang ada
dalam masyarakat tersebut.

Sebaliknya, model multikulturalisme ini bertentangan dengan monokulturalisme


yang lebih menekankan pada persamaan atau kesatuan kebudayaan melalui proses
penyatuan kebudayaan-kebudayaan yang berbeda ke dalam suatu kebudayaan yang
dominan dan mayoritas. Disamping itu juga melalui proses asimislasi, yaitu
pembauran antara kelompok minoritas pada kelompok mayoritas, dengan mengganti
jati dirinya serta mengadopsi kebudayaan masyarakat yang dominan. Jikalau tidak

4
Ngainun Naim & Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural Konsep & Aplikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2008), hlm. 126
melakukan hal tersebut maka mereka akan di asingkan dari masyarakat luas, bahkan
bisa juga dimusnahkan.5

2. Sejarah Perkembangan Multikulturalisme

Sejarah mengenai multikulturalisme merupakan sejarah masyarakat majemuk.


Amerika, merupakan sekian dari beberapa negara yang mengembangkan konsep dan
teori multikulturalisme serta pendidikan multikultural. Hal ini disebabkan karena
mereka berasal dari masyarakat imigran dan tidak bisa menutup peluang bagi imigran
lain untuk masuk dan bergabung didalamnya. Negara tersebut merupakan negara
yang berhasil mengembangkan multikulturalisme dan mereka mampu membangun
identitas kebangsaannya.

Sejarah multikulturaslime diawali dengan teori melting pot yang diwacanakan


oleh J Hector. J Hector dalam teorinya menekankan penyatuan budaya dan
melelehkan budaya asal, sehingga seluruh imigran yang baru hanya memiliki satu
budaya baru yakni budaya Amerika.

Seiring beralannya waktu, komposisi etnik di Amerika semakin beragam.


Kemudian teori melting pot mengalami kritikan lalu muncul teori baru yang populer
dengan nama salad bowl yang dipopulekan oleh Horace Kallen. Teori salad bowl
sangat berbeda dari teori melting pot, teori salad bowl tidak menghilangkan budaya
asal, tetapi menerima kultur-kultur lain dan diakomodir dengan baik guna
berkontribusi untuk membangun budaya Amerika, sebagai suatu budaya nasional.

Kemudian berkembanglah toeri cultural Pluraslims, teori ini muncul disebebkan


perlunya ruang gerak yang leluasa bagi setiap etnik. Teori ini membagi ruang
pergerakan budaya menjadi dua, yakni ruang public untuk seluruh etnik dan
mengekspresikan partisipasi social politik mereka. Tetapi mereka juga memiliki

5
Ibid, hal. 11
ruang privat, yang didalamnya mereka mengekspresikan budaya etnisitasnya secara
leluasa.

Saat bangsa Amerika berusaha untuk memperkuat bangsanya serta


mengembangkan rasa bangga menjadi orang Amerika. pada tahun 1960-an ada
sebagian masyarakat yang merasa bahwa hak-haknya masih belum terpenuhi. Atas
dasar itulah mereka mengembangkan multiculturalism.6

Pada akhirnya multikulturalisme menjadi sebuah konsep akhir dalam membangun


kekuatan dari sebuah bangsa yang terdiri dari beberapa etnis, agama, ras, dan budaya,
dengan cara menghargai hak-hak mereka. Adanya rasa penghargaan yang didapatkan,
mereka akan menigkatkan patisipasi mereka dalam membesarkan suatu bangsa.

Multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan dampak dari adanya


keanekaragaman budaya dan kondisi geografis. Jika ditinjau dari kondisi geografis,
Indonesia memiliki banyak daerah yang didami oleh suatu kelompok dan membentuk
suatu masyarakat. Kemudian tebentuklah berbagai macam budaya pada masyarakat
tersebut.

Konsep multiklturalisme di Indonesia tidak dapat disamakan dengan ciri


masyaakat majemuk. Hal ini karena multikulturalisme lebih menekankan pada
kesederajatan budaya.

3. Multikulturalisme Menurut Tinjauan Antropologi

Menurut bhikkhu parekh bahwasanya dalam masyarakat barat banyak


berkembang pemikiran-pemikiran yang didominasi oleh pandangan monisme moral
dan pandangan-pandangan pluralisme yang didukung gerakan pemikiran liberal
klasik dan liberal kontemporer, tetapi menurut pemikiran bhikkhu parekh pandangan-
pandangan dominan tersebut secara filosofis tidak koheren, penuh kontradiksi, dan

6
Muhandis Azzuhri, KONSEP MULTIKULTURALISME DAN PLURALISME DALAM
PENDIDIKAN AGAMA ( jurnal Upaya Mengunivesalkan Pendidikan Agama dalam Ranah
Keindonesiaan), FORUM TARBIYAH Vol. 10, No. 1, Juni 2021, hal. 16
tidak dapat dipertanggung jawabkan secara etis dalam mengelola keanekaragaman
kultural yang dialami dan dirasakan masyarakat modern khususnya barat.

Dari pengamatan bhikkhu parekh tentang masyarakat modern maupun barat, ia


mengklasifikasikan dirinya dalam kehidupan sosial-budaya maupun sosial-kultural
dengan cara pandang oposisi biner, yaitu pembagian berdasarkan ciri-ciri saling
kontras berkebalikan, bahkan bertentangan.

Pandangan oposisi biner kemudian berlanjut ke pandangan vertikalisme, yaitu


melihat dua perkara atau hal ihwal ke dalam tataran hirarkis, dimana satu perkara atau
suatu hal diletakkan pada peringkat lebih tinggi atau lebih kuat dari pada yang lainnya.
Pandangan ini biasa disebut sebagai pandangan dualisme kultural vertikalis,
pandangan ini menghasilkan paradigma ketidaksetaraan, rasisme, arogansi budaya,
hegemoni dan dominasi budaya, yang membutakan pandangan tentang kesetaraan
budaya dan adanya budaya alternative dalam konteks pluralitas budaya.

Menurut bhikkhu parekh persoalan tersebut bisa diatasi dengan gerakan


multikulturalisme, dimana dalam perspektifnya tentang kehidupan manusia yang
lemah bisa memperjuangkan etnisitas mereka, perjuangan tersebut bisa berupa dialog
antar budaya, menumbuhkan norma dan etika interaksi antar budaya, dan penciptaan
struktur kelembagaan bagi kesetaraan kebudayaan.

Bhikku parekh menegaskan bahwa masyarakat modern harus terbuka untuk


membuka dialog demi mebangun kelestarian eksistensinya, dan semangat dalam
gerakan multikulturalisme yang pada prinsipnya menekankan bahwa relitas bersifat
plural, dan power, termasuk power yang terkandung dalam beragam relitas budaya.
Yang keberadaannya bersifat obyektif, masyarakat dituntut terbuka agar tidak
terisolasi.

Bhikkhu parekh dalam membangun pemikiran multikulturalisme dibarengi


dengan wacana civil society, menurut pandangan para pakar antropologi-sosiologi
civil society merupakan fenomena dari adanya globalisasi, di indonesia civil society
biasa disebut dengan istilah masyarakat madani, yaitu masyarakat yang beradab
dalam membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya, Adapun kaitan
globalisasi dengan multikulralisme yaitu, tanpa adanya proses globalisasi sulit untuk
mencapai kesuksesan dalan gerakan multikulturalisme, bhikkhu parekh mengatakan
bahwa sulit untuk menemukan adanya kebudayaan yang selamat tanpa dipengaruhi
oleh kebudayaan lain, bahkan yang paling primitif dan terisolasi sekalipun. 7

Untuk mencapai suatu kesetaraan dan keadilan antar budaya, gerakan


multikulturalisme sangat dibutuhkan agar tidak terjadi diskriminasi terhadap
kelompok tersebut, sebagian masyarakat cenderung melakukan tindakan diskriminasi
terhadap kelompok yang berbeda pemahaman dengan mereka, karena suatu kelompok
akan diberlakukan setara apabila mereka memiliki pandangan yang sama. Agar
konsep kesetaraan antar budaya bisa berjalan dengan baik dan tidak ada diskriminasi,
kesetaraan memerlukan kesetaraan hak dan kewajiban serta pemenuhan hak-hak sipil,
politik, ekonomi serta budaya, dalam hal ini negara memiliki peran penting dalam
membantu perkembangan keadilan dan kebersamaan, maka dari itu negara harus
memberikan nilai yang tinggi pada keanekaragaman kultural dan memberi sumber
daya dan hak yang lebih kepada kelompok-kelompok minoritas untuk membantu
mereka berkembang.

4. Multikulturalisme dalam Tinjauan Al Qur`an

Dalam menafsirkan Al Qur’an tentang multikulturalisme, ada dua hal yang harus
diperhatikan. pertama Al Qr’an tidak hanya berbicara kepada umat islam, akan tetapi
juga berbicara kepada banyak umat lain. baik umat nasrani, yahudi dan yang lainnya.
dalam Al Qur’an terdapat ungkapan ungkapan seperti hai orng orang beriman (ya
ayyuha alladzina amanu), hai manusia (ya ayyuha al nas) hai orang orang kafir ( ya
ayyuha al kafirun). dan lain sebagainya. 8 Ungkapan ungkapan tersebut lah yang
membuktikan bahwasannya al quran memang tidak hanya berbicara pada salah satu
pihak saja, melainkan juga berbicara kepada umat yang lainnya.

7
Pamerdi Giri Wiloso, MULTIKULTURALISME DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI. Hlm 3-6

8
Nurdin, Roswati. MULTIKULTURALISME DALAM TINJAUAN AL QR’AN. jurnal al asas vol,iii,
No.2 ,2019. hlm 10
Kedua Alquran berbicara pada hal-hal yang bersifat multikulturalistik. Banyak
suara yang direfleksikan oleh Alquran, berbicara kepada banyak representasi, ada
suara untuk Muhammad, ada suara yang disampaikan Allah sendiri, dan juga ada
suara yang disampaikan kepada umat manusia yang lain. Intinya, Alquran telah
mengenal gagasan multikulturalisme dalam arti keragaman budaya berbasis agama,
etnisitas, dan lainlain. Bahkan secara normatif, Alquran mengakui bahwa manusia
dijadikan berbangsa-bangsa (syu’ūban) dan bersukusuku (qabāil) agar mereka saling
mengenal dan menghargai satu sama lain.

- Kesamaan Asal Muasal Manusia

Dasar epistemologi multikultural dalam Al Qur’an adalah kesamaan asal muasal


manusia. kesamaan dapat juga diartikan sebagai kesatuan yang merupakan lawan
dari keberagaman. Kesamaan ini nampakpada berbagai ayat Al-Qur'an antara
laindalam QS al- ‘Alaq (96): 2 Dia telah menciptakan manusia darisegumpal darah
Kata ‘alaq dalam kamus-kamus Bahasa Arab digunakan dalam arti segumpal darah,
juga dalam arti cacing yang terdapat di dalam air bila diminum oleh binatang maka
ia tersangkut di kerongkongannya. Banyak ulama masa lampau memahami ayat di
atas dalam pemgertian pertama. Tetapi, ada juga yang memahaminya dalam arti
sesuatu yang tergantung di dinding rahim. Ini karena para pakar embriologi
menyatakan bahwa setelah terjadinya pertemuan antara sperma dan indung telur ia
berproses dan membelah menjadi dua, kemudian empat, kemudian delapan,
demikian seterusnya sambal bergerak menuju ke kantong kehamilan dan melekat
berdempet serta masuk ke dinding rahim. Bisa juga kata ‘alaq dipahami sebagai
berbicara tentang sifat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri, tetapi selalu bergantung kepada selainnya 9.

Selain itu ayat lain yang menggambarkan tentang kesamaan asal muasal manusia
adalah Q.S Al Najm 45-46. “ Dan bahwasannya Dialah yang menciptakan
berpasang pasangan pria dan wanita dari seperma, apabila dipancarkan.”

9
ibid.hlm.10
Di dalam Al Qur’an, Allah mengatakan bahwa manusia diciptakan dengan
beragam (heterogenitas) mulai dari bangsa dan suku. Penciptaan Allah dengan
beragam tersebut hanya dengan satu tujuan yakni untuk saling mengenal (QS Al
Hujurat 13). pengenalan manusia tersebuut tidak memandang golongan, kelompok,
maupun agama. hal itu karena Allah menyurh kepada umat manusia, baik muslim
atau tidak untuk berlomba lomba dalam berbuat kebajikan (QS Al Maidah 48). 10

Macam-macam multikulturalsime

Multikulturalisme dibagi menjadi lima macam, yaitu sebagai berikut;

- Multikulturalisme Isolasionis
Merupakan hal yang mengacu pada masyarakat, dimana berbagai
kemlompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam
interaksi yang hanya minimal satu sama lain

- Multikulturalisme Akomodatif
Adalah masyarakat plural yang memiliki kultur dominan, kemudian
membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi bagi kebutuhan kultural kaum
minoritas

- Multikulturalisme Otomatis
Yakni kelompok-kelompok pada masarakat plural yang berusaha untuk
mewujudkan kesetaraan dengan budaya yang dominan dan mengangkan
kehidupan yang otonom dalam rangka politik yang kolektif dapat diterima.
Mereka berusaha untuk tetap bertahan dari kelompok yang dominan dengan cara
hidup seperti mereka. Tetapi mereka menentang kelompok dominan tersebut dan
berusaha menciptkan suatu masyarakat yang sejajar.

- Multikulturalisme Kritikal atau Interaktif

10
Sa’dan, Masthuriyah. NILAI-NILAI MULTIKULTURALISME DALAM AL-QUR’AN & URGENSI
SIKAP KEBERAGAMAAN MULTIKULTURALIS UNTUK MASYARAKAT INDONESIA. UIN
Sunan Kalijaga
Yakni masyarakat plural yang tiap-tiap kelompoknya tidak terlalu perduli
dengan hal-hal yang berbau otonom, tetapi mereka lebih menuntut penciptaan
secara kolektif yang mencerminkan dan menegaskan prspektif-prespektif
distingtif mereka

- Multikulturalisme Kosmopolitan
Yakni paham yang berusaha untuk menghapus batas-batas kultural untuk
menciptakan sebuah masyarakat yang dimana setiap individu tidak lagi terikat
akan sautu kebudayaan.

5. Multikulturalisme di Indonesia

Indonesia sebagai negara yang dihuni oleh masyarakat multikultural ditunjukkan


antara lain dengan: 1) lebih dari 700 bahasa yang digunakan sehari-hari oleh setiap
kelompokmasyarakat pemakainya; 2) penduduk yang berbeda agama yang terdiri
atas Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha; dan 3) tradisi yang berasal dari nenek
moyang setiap suku bangsa. Keberagaman masyarakat Indonesia dituangkan dalam
moto nasional “Bhinneka Tunggal Ika” Moto tersebut melambangkan segala
perbedaan kultural sebagai dasar kebijakan masional, doktrin, filosofis, ideologis,
dan realitas sejak awal pembentukan bangsa dan Negara Indonesia 11.

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat multikultural. Dalam konteks


masyarakat multkultural, upaya mencegah konflik dan adanya anggapan bahwa
berkonflik merupakan hal negatif adalah sama sekali tidak relevan. Konflik bukanlah
sesuatu yang dapat dihindari atau disembunyikan, tetap harus diakui keberadaannya,
dikelola, dan diubah menjadi kekuatanuntuk perubahan yang positif

Multikulturalisme tentu saja memiliki dampak positif dan negatif. Dampak


positifnya bisa mengukuhkan persatuan, sementara dampak negatifnya bisa

11
Efit Fitria Agustianty, MULTIKULTURALISME DI INDONESIA. Hal 4
menyebabkan perpecahan. Saat ini, Indonesia sedang diuji dengan adanya ancaman
akan keberadaan multikulturalisme12.

Dalam masyarakat banyak muncul sifat atau sikap egosentrisme, baik atas nama
agama, suku, atau politik. Sifat atau sikap tersebut dapat berubah menjadi
eksklusivisme dan pada akhirnya memicu perpecahan, apalagi jika ditambah dengan
himpitan masalah ekonomi, sosial, serta budaya.

Salah satu tantangan rakyat Indonesia saat ini adalah bagaimana menjadikan
multikulturalisme itu sebagai kekuatan, yang tentunya nanti bisa membawa rakyat
pada persatuan dan kesatuan bangsa. Multikulturalisme masyarakat Indonesia dapat
menimbulkan masalah tentang sulitnya membangun masyarakat Indonesia yang
terintegrasi pada tingkat lokal dan tingkat nasional. Salah satu masalah yang ada
dalam masyarakat terkait multikulturalisme adalah konflik yang dapat memecah
persatuan dan kesatuan dalam masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan strategi
pemerintah untuk menghindari perpecahan akibat dampak negatif multikulturalisme.

Dengan adanya struktur masyarakat Indonesia dan masalah multikultural, maka


diperlukan kebijakan pemerintah yang menjamin kelangsungan hidup masyarakat,
dengan cara tetap menghormati pranata, struktur, dan kebiasaan yang ada (social
sustainability). Indonesia yang

Multikultural ini akan tetap bertahan sebagai sebuah negara kesatuan, apabila
elemen-elemen pendukung kebersamaan tetap dipertahankan. Kecenderungan
dominasi mayoritas (suku dan agama) harus ditata kembali agar rasa memiliki bangsa
ini tidak luntur. Gejolak yang terjadi di berbagai daerah seperti Aceh, Sulawesi
Tengah, Kalimantan Tengah, Maluku, dan Papua, membutuhkan penanganan yang

12
Mohammad Mulyadi, …MEMBANGUN NKRI DENGAN
MULTIKULTURALISME, jurnal Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis Vol.
IX, No. 10, Hal, 11
serius. Kelalaian tidak memperhatikan multikultural bangsa, di masa mendatang
akan menjadi bom waktu yang sangat mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa.

Konflik antar-suku bangsa dewasa ini disebabkan antara lain tidak ada atau
kurangnya pemahaman dan penghargaan atas suku bangsa lain, sehingga salah satu
usaha untuk menanggulangi konflik ini adalah dengan usaha melakukan sosialisasi
atau pembinaan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga keserasian antara
suku bangsa. Karena salah satu keuntungan ini adalah bisa menjadikan identitas suatu
bangsa. Pembinaan kepada masyarakat dapat dilakukan dengan sosialisasi langsung
kepada masyarakat umum maupun melalui pendidikan di sekolah, khususnya kepada
generasi pemimpin bangsa. Melalui pendidikan kita dapat mengubah cara berpikir
kita dengan pandangan yang lebih baik demi terciptanya lingkungan sosial yang
harmoni

Urgensitas pendidikan multikultural diIndonesia dapat di urai kepada tiga garis


besar:

1. Sebagai Sarana Alternatif pemecahan masalah

Spektrum kultur masyarakat Indonesiayang amat beragam menjadi tantangan


menjadi tantangan bagi dunia pendidikan guna mengolah perbedaan tersebut menjadi
suatuaset,bukan sebagai sumber perpecahan.

Pendidikan multikultural di Indonesia memiliki dua tanggung jawab besar;


menyiapkan bangsa Indonesia untuk siap menghadapi arus budaya luar di era
globalisasi, dan menyatukan bangsa yang terdiri dari bermacam ragam budaya.
Penyelenggaraan pendidikan multikultural di dunia pendidikan diyakini dapat
menjadi solusi nyata bagi

konflik dan disharmonisasi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, khususnya


yang kerap terjadi di Indonesia. Dalam arti kata bahwa pendidikan multikultural
dapat menjadi sarana alternatif pemecahan konflik sosial budaya.
Pendidikan multikultural dipandang suatu yang urgen bagi bangsa Indonesia
karna umumnya masyarakat justru mengetahui dalam mengenai streotip suatu bangsa
dibandingkan mengenal apa yang sebenarnya dimiliki bangsa tersebut. Padahal
dalam pendidikan multikultural, memahami makna dibalik realitas budaya suatu
suku bangsa merupakan hal yang esensial. Perubahan yang diharapkan dalam
pembelajaran dalam konteks pendidikan multikultural bukan terletak pada justifikasi
angka yang berorientasi kognitif sebagaimana lazimnya penilaian keberhasilan
pendidikan. Namun terletak pada terciptanya kondisi yang nyaman, damai dan
toleran yang keragaman.

2. Supaya siswa tidak tercerabut dari akar budayanya

Era globalisai yang terjadi saat ini, selain memberikan banyak memberi banyak
kemudahan dalam kehidupan dengan hadir IPTEK namun dibalik itu pertemuan antar
budaya juga

Memmberikan ancaman bagi generasi muda. Untuk menyikapi realitas global


tersebut, siswa hendaknya diberi penyadaran akan pengetahuan yang beragam,
sehingga mereka memiliki kompetensi yang luas akan pengetahuan global, termasuk
aspek kebudayaan. HAR Tilaar berpendapat bahwa pendidikan multikultural
menjadi suatu tuntutan untuk membangun Indonesia baru dengan mengenali
beragam budaya kepada siswa dan memperkokoh pemahaman siswa terhadap
budayanya sehingga tidak tercerabut dari akarnya sebagai dampak dari era
globalisasi.

3. Sebagai Landasan Pengembangan Kurikulum

Pendidikan multikultural sebagai landasan pengembangan kurikulum menjadi


sangat penting karena kurikulum sebagai titik tolak dalam proses pembelajaran.

Pengembangan kurikulum dengan pendekatan multikultural antara lain:

a. Filosofi

kurikulum yang lebih sesuai dengan tujuan, visi dan misi serta fungsi setiap
jenjang pendidikan bukan berdasarkan keseragaman yang diatur dari pusat.
b. Pembelajaran yang berbasis proses bukan berbasis materi.

c. Teori belajar yang digunakan memperhatikan aspek keragaman sosial dan


menempatkan siswa sebagai anggota aktif masyarakat, bangsa dan dunia.

d. Evaluasi yang digunakan meliputi keseluruhan aspek kemampuan dan


kepribadian peserta didik bukan hanya penguasaan materi semata.

Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa kedudukan kebudayaan dalam


pengembangan kurikulum sangat penting mengingat perkembangan pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik tidak bisa dilepaskan dari aspek sosial budaya
dimana mereka berada. Oleh karena pemikiran aspek sosial budaya yang beragam
(pendidikan multikultural) perlu menjadi perhatian dalam pengembangan
pendidikan13.

C. Penutup
1. Kesimpulan
Multikulturalisme adalah saling mengagungkan antara perbedaan. Yang mana
dalam perbedaan tersebut terdapat rasa saling menghormati walaupun berbeda
beda baik itu dari segi budaya, agama, bahasa dan lain sebagainya.
Tujuan dari Multikulturalisme adalah supaya terciptanya hubungan yang baik
antara sesama manusia. Dan juga akan tercipta tatanan kehidupan yang saling
mengedepankan rasa toleransi terutama di Indonesia karena banyak sekali ragam
budaya, agama dan bahasa di Indonesia, maka akan lebih relevan ketika
menggunakan Multikulturalisme.

13
Huhiddinur Kamal, PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BAGI MASYARAKAT
INDONESIA YANG MAJEMUK, Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 6 November 2013, hal 458
Daftar Pustaka

Nurdin, Roswati, MULTIKULTURALISME DALAM TINJAUAN AL-QUR’AN, Jurnal al-Asas,


Vol. III, No. 2, Otober 2019.

Suparlan, Pasurdi, MULTIKULTURALISME, Jurnal Ketahanan Nasional, VI (1) April 2002.

Naim, Ainun & Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural Konsep & Aplikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2008).

Azzuhri, muhandis, KONSEP MULTIKULTURALISME DAN PLURALISME DALAM


PENDIDIKAN AGAMA ( jurnal Upaya Mengunivesalkan Pendidikan Agama dalam Ranah
Keindonesiaan), FORUM TARBIYAH Vol. 10, No. 1, Juni 2021.

Wiloso, Pamerdi Giri, jurnal multikulturalisme dalam perspektif antropologi. Fiskom-Uksw.

Sa’dan, Masthuriyah. NILAI-NILAI MULTIKULTURALISME DALAM AL-


QUR’AN & URGENSI SIKAP KEBERAGAMAAN MULTIKULTURALIS
UNTUK MASYARAKAT INDONESIA. UIN Sunan Kalijaga.

Agustianty, Efit Fitria, MULTIKULTURALISME DI INDONESIA.

Mulyadi, Muhammad, …MEMBANGUN NKRI DENGAN


MULTIKULTURALISME, jurnal Kajian Singkat terhadap Isu Aktual dan Strategis
Vol. IX, No. 10.
Huhiddinur Kamal, PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BAGI MASYARAKAT
INDONESIA YANG MAJEMUK, Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 6 November
2013.

Anda mungkin juga menyukai