Anda di halaman 1dari 8

Nama : Dedi Kurniawan

NIM : 2127201020172
Mata Kuliah : Pendidikan Multikultural
Semester/ Kelas : III (Tiga) / A (Daring Murni)
Jurusan / program studi : Pendidikan Agama Islam
DosenPengampu : Dr. Abdul Roni, M.Pd.I

Kelompok 1.

Hakikat Kebudayaan
I. Hakikat Kebudayaan
II. Budaya dan Lingkungan
III. Budaya dan Non Budaya

Pengertian, unsur-unsur, dan wujud dari kebudayaan.

Kebudayaan berasal dari kata cultuure (Belanda) culture (Inggris) dancolere(Latin)


yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan terutama
pengolahan tanah yang kemudian berkembang menjadi segala daya dan aktifitas
manusia manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Kebudayaan merupakan
keseluruhan system gagasan atau tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi
kehidupannya dengan cara belajar, yang tersusun dalam kehidupan manusia. Dari
berbagai unsure kehidupan dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan hal
yang luas karena kebudayaan merupakan hasil dari alam, pemikiran manusia dan
tindakannya. Kebudayaan hanya dapat diperoleh dalam anggota masyarakat yang
mana pewarisannya melalui cara belajar.
Kebudayaan dalam suatu masyarakat terdiri atas tujuh unsur yang saling
berkaitan.Dalam mengamati suatu kebudayaan seorang ahli antropologi membagi
seluruh kebudayaan kedalam unsur-unsur besar yang disebut unsure kultural
universal, yaitu “system peralatan hidup, mata pencaharian, religi, pengetahuan,
organisasi sosial, kesenian, dan bahasa.
Definisi kebudayaan dalam antropologi adalah segala tingkah laku manusia yang
layak dipandang dari sudut kebudayaan sehingga bias dikategorikan sebagai
kebudayaan.
“Koentjaraningrat membagi kebudayaan dalam tiga wujud, yakni ideas (sistem ide),
activities (system aktivitas), dan artifacts (system artefak).”
Budaya Dan Lingkungan
Lingkungan merupakan hal yang sangat penting untuk di bicarakan karena pada dasar
nya manusia dan budaya tidak terpisah dari lingkugannya.Manusia dan budaya
merupakan kolektivitas permanen yang hidup bersama dan interaksi dengan berbagai
lingkungan yang mengitari diri nya dan harus bertahan hidup dengan beradaptasi
dengan lingkungan nya. Pertama, anggota kelompok social harus hidup bersama dan
berinteraksi. Kelompok social sebagai satu keseluruhan memiliki kelompok lain
sebagai tetangga yang membentuk lingkungan sosial yang saling berinteraksi.
Beberapa dari kelompok ini ada interaksi local dan memungkin kan interaksi tatap
muka, sedangkan yang lain lebih beranjak. Dalam skala dunia, kelompok social utama
seperti Negara hidup dalam lingkungan sosial regional dan global dan harus
beradaptasi dengan negara lain. Bagaimana budaya sebagai besar tersusun dari semua
kebiasaan dan aturan yang memungkinkan semua skala interaksi yang berbeda ini di
lakukan .Kedua, ada suatu jenis lingkungan yang biasanya kita tidak memikirkanya
karena tidak terlihat atau berinteraksi di dalam dunia ini. Namun faktanya, jutaan
manusia sangat mempengaruhi hidup. Asalnya terletak pada pemikiran terhadap
dorongan manusia yang mendasar atau kebutuhan universal untuk menemukan makna
dan penjelasan dalam hidupnya. Cara memuaskan kebutuhan makna ini adalah
mengembang kan keyakinan bahwa hidup di tentukan oleh sesuatu yang lebih tinggi,
yang adanya di luar umat manusia, seperti tuhan atau hal-hal supranatural lain nya.
Tanpa memasukkan lingkungan metafisik dalam pembahasan kita, sulit untuk
memahami secara utuh mengapa beberapa kelompok social hidup sebagaimana
mereka lakukan. Misalnya, suku Baduy di Jawa Barat yang lebih menghargai kakinya
untuk di beri bantal kaki ketika sedang tidur dari pada kepalanya karena memandang
bahwa kaki lebih digunakan untuk menopang seluruh anggota tubuh mereka. Hal
esensial tentang praktik dan berbagai tempat lain di dunia ini adalah lingkungan
metafisik yang demikian itu nyata bagi yang mempercayai nya seperti hal nya Allah
SWT, bagi umat Islam .

Budaya Dan Non Budaya

Non budaya mencakup benda yg keberadaan nya sudah ada dengan sendiri nya atau
ciptaan tuhan yang tidak/belum mendapatkan sentuhan aktivitas manusia (benda-
benda alamiah seperti batu, pohon, gunung, tanah, planet) .
Budaya mencakup sesuatu yang keberadaan nya sudah mendapat sentuhan tangan
manusia (misal, patung marmer/onix, bonsai, bangunan, aturan makan dan lain-lain).
Jadi batu dan kayu dapat dipandang sebagai non budaya bila di dapatkan apa ada nya
sebagai batu gunung dan pepohonan, namun menja di sebuah benda budaya bila
mendapat campur tangan manusia.

Kelompok 2.

Hakikat Penidikan Multikultural


I. Pengertian Pendidikan Multikultural
II. Dasar Pendidikan Multikultural
III. Tujuan Pendidikan Multikultural
IV. Fungsi Pendidikan Multikultural

Pendidikan Multikultural merupakan ide, gerakan pembaharuan pendidikan

dan proses pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengubah struktur

lembaga pendidikan supaya siswa baik pria maupun wanita, siswa berkebutuhan

khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari kelompok ras, etnis, dan kultur yang

bermacam-macam itu akan memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi

akademis di sekolah.

Pendidikan Multikultural dipandang sebagai jembatan untuk mencapai

kehidupan bersama dari umat manusia di dalam era globalisasi yang penuh tantangan

baru.

Tujuan pendidikan multikultural yang mendasar adalah mengubah

struktur lembaga pendidikan supaya siswa dengan karakteristik budayanya masing-

masing memiliki kesempatan yang sama untuk mewujudkan potensinya secara penuh

dan dapat mempengaruhi perubahan sosial.


Kelompok 3.

TEORI DAN PENDEKATAN PENDIDIKAN


MULTIKULTURAL
1. Pendapat Horace Kallen tentang multikultural
2. Tiga kelompok yang terlibat dalam pembahasan
Pendidikan
3. Multikultural menurut James A. Banks.
4. Pandangan Bill Martin tentang multikultural

1. Teori Kellen mengakui bahwa budaya yang dominan harus juga diakui oleh masyarakat
nya sendiri. Dalam konteks ini kellen tetap mengakui bahwa budaya WASP di Amerika
Serikat sebagai budaya yang dominan, sementara budaya-budaya yang lain dipandang
menambah variasi dan kekayaan budaya Amerika.

2. Pertama adalah traditionalis Barat, kelompok kedua  yaitu mereka yang menolak


kebudayaan Barat secara berlebihan, yaitu kelompok Afrosentris, dan Kelompok ketiga,
Multikulturalis, yang percaya bahwa pendidikan seharusnya direformasi untuk lebih
member perhatian pada pengalaman orang kulit berwarna dan wanita.

3. James Banks (1993: 3) mendefinisikan pendidikan multicultural sebagai pendidikan untuk


people of color.Artinya, pendidikan multicultural ingin mengeksplorasi perbedaan sebagai
keniscayaan (anugerahTuhan).

4. Bill Martin menulis, bahwa keseluruhan isu tentang multiculturalis mememunculkan


pertanyaan tentang “perbedaan” yang Nampak sudah dilakukan berbagai teori filsafat atau
teorisosial.

Penerapan pedidikan juga memerlukan beberapa pendekatan sebagai


pengembangan pengetahuan tentang pendidikan multikultur, diantara nya
adalah pendekatan Historis, Pendekatan Sosiologis, Pendekatan
Kultural, Pendekatan Psikologis, dan Pendekatan Estetik.
Kelompok 4.

TEORI DAN PENDEKATAN PENDIDIKAN


MULTIKULTURAL
5. Pandangan Martin J. Beck Matustik tentang hubungan
antara multikultural dengan pandangan Plato.
6. Pandangan Judith M. Green. Empat pendekatan untuk
mengintegrasikan materi multikultural kedalam
kurikulum menurut James A. Banks.

1. Martin J. Beck Matustik berpendapat bahwa perdebatan tentang multikultural di

masyarakat Barat berkaitan dengan norma/tatanan. Pembahasan multikultural berada pada

pemikiran kembali norma Barat (the western canon) yang mengakui adanya

multikultural.Teori multikulturalisme berasal dari liberalisasi pendidikan dan politik Plato.

Republik, karya Plato, bukan hanya memberi norma politik dan akademis klasik bagi

pemimpin dari negara ideal, namun juga menjadi petunjuk tentang pendidikan bagi yang

tertindas. Matustik yakin bahwa kita harus menciptakan pencerahan multikultural baru yaitu

“multikulturalisme lokal yang saling bergantung secara global sebagai lawan dari monokultur

nasional”.

2. Judith M.Green menunjukkan bahwa multikulturalisme bukan hanya di AS.

Kelompok budaya kecil harus mengakomodasi dan memiliki toleransi dengan budaya

dominan. Amerika memberi tempat perlindungan dan memungkinkan kelompok kecil itu

mempengaruhi kebudayaan yang ada. Secara bersama-sama, kelompok tersebut memperoleh

kekuatan dan kekuasaan untuk membawa perubahan dan peningkatan dalam ekonomi,

partisipasi politis dan media massa. Untuk itu diperlukan pendidikan dan lewat pendidikanlah

Amerika meraih kesuksesan terbesar dalam transformasi dan sejak kelahirannya Amerika

selalu memiliki masyarakat multikultural yang telah bersatu lewat perjuangan, interaksi, dan

kerjasama.
Kelompok 5.

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL DI INDONESIA
1. Makna Pendidikan Multikultural terhadap
pengembangan Pendidikan Multikultural.
2. Sejarah Pendidikan Multikultural terhadap
pengembangan Pendidikan Multikultural. Problematika
multikultural di Indonesia terhadap pengembangan
Pendidikan multikultural- Tehnik penilaian kompetensi
sikap

Pendidikan multikultural adalah sebuah proses pengembangan yang tidak mengenal sekat-
sekat dalam interaksi manusia. Sebagai wahana pengembangan potensi, pendidikan multikultural
adalah pendidikan yang menghargai heterogenitas dan pluralitas, pendidikan yang menjunjung
tinggi nilai kebudayaan, etnis, suku, dan agama. Sejarah Pendidikan multikulturallahir sejak 30 tahun
silam, yaitu sesudah Perang Dunia II dengan lahirnya banyak negara dan perkembangannya prinsip-
psinsip demokrasi. hal ini dilandasi oleh adanya sejarah kelam yang dialami oleh negara-negara
tersebut, seperti kolonialisme dan perang dunia I dan II. Dalam sejarah, tertulis pada tahun 1415
hingga awal tahun 1900-an, negara-negara utama di Eropa, seperti Spanyol, Portugis, Inggris,
Prancis, dan Belanda, telah melakukan ekspansi dan penjajahan terhadap negara-negara lain di
Afrika, Asia dan Amerika. Adanya kolonialisasi ini, menyebabkan kerugian jiwa dan materi yang
sangat besar bagi negara-negara yang terjajah. Problematika Multi Kultural di Indonesia Terhadap
Pengembangan Multikultural Beberapa peristiwa budaya yang negatif dan sering muncul di tanah air
seperti peristiwa di Poso, Ambon, Papua, Sampit, Aceh, Bali, Jakarta, dan lain-lain ini disebabkan
oleh problema kemasyarakatan sebagai berikut:
1) Keragaman Identitas Budaya Daerah
2) Kurang Kokohnya Nasionalisme
3) Fanatisme Sempit
4) Kesejahteraan Ekonomi yang Tidak Merata diantara Kelompok Budaya
5) Konflik Kesatuan Nasional dan Multikultural
6) Pergeseran Kekuasaan dari Pusat ke Daerah
7) Keberpihakan yang Salah dari Media Massa, Khususnya Televisi Swasta dalam Memberitakan
Peristiwa. Penilaian kompetensi sikap adalah serangkaian kegiatan penilaian yang dilakukan oleh
pendidik atau guru untuk mengukur dan menilai serta memperoleh informasi mengenai perilaku
peserta didik.
Kelompok 6.

PERANAN SEKOLAH SEBAGAI LEMBAGA


PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
1. Peranan sekolah dasar sebagai sistem sosial, dan
2. Peranan sekolah dasar sebagai model lembaga budaya.
1. Pendidikan multikultural adalah adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan pada
semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan kultural yang
ada pada para siswa seperti perbedaan etnis agama, bahasa, gender, khas sosial, ras,
kemampuan, dan umur agar proses belajar menjadi efektif dan mudah.
Sekolah sebagai sistem sosial pada hakikatnya merupakan susunan dari peran dan
status yang berbeda-beda, dimana masing-masing bagian tersebut terkonsentrasi pada satu
kekuatan legal structural yang menggerakkan daya orientasi demi mencapai tujuan
tertentu.Tentu saja sistem social tersebut bermuara pada status sekolah sebagai lembaga
formal.
Variabel dan faktor sekolah sebagai sistem sosial itu antara lain :
1. Kebijakan dan politik sekolah
2. Budaya sekolah dan kurikulum yang tersembunyi (hidden curriculum)
3. Gaya belajar dan sekolah
4. Bahasa dan dialek sekolah
5. Partisipasi dan input masyarakat
6. Program penyuluhan/konseling
7. Prosedur asesmen dan pengujian
8. Materi pembelajaran
9. Gaya dan strategi mengajar
10. Sikap, persepsi, kepercayaan dan perilaku staf sekolah

2. Peranan sekolah dasar sebagai lembaga pengembangan budaya antara lain:


Multikultural sebagai landasan pembelajaran, perencanaan pembelajaran pendidikan
multikultural, pengembangan pendekatan  multikultural
Iwan Supardi menyebutkan enam asumsi dasar mengapa pendidikan multikultural perlu
dikembangkan disekolah, yaitu:
1. Perbedaan budaya memiliki kekuatan dan nilai.
2. Sekolah harus menjadi model penyampaian HAM dan penghormatan terhadap
perbedaan-perbedaan budaya.
3. Keadilan dan kesetaraan bagi semua di sekolah harus menjadi perhatian penting
dalam rancangan dan pelaksanaan kurikulum.
4. Perilaku dan nilai yang perlu untuk kelangsungan masyarakat demokratis dapat
dipromosikan di sekolah.
5. Lembaga sekolah dapat sebagai tempat untuk pengembangan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap nilai, perilaku, dan komitmen untuk membantu siswa dari
berbagai kelompok yang beragam.
6. Kerjasama guru dengan pihak keluarga dan masyarakat dapat menciptakan
lingkungan yang mendukung multikulturalisme.
Kelompok 7.

PROBLEMA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL


DI INDONESIA
1. Problema kemasyarakatan Pendidikan Multikultural di
Indonesia.
2. Problema penyakit budaya: prasangka, stereotipe,
etnosentrisme, rasisme, dan diskriminasi.
3. Problema pembelajaran Pendidikan Multikultural.
Karakter adalah potret diri seseorang yang sesungguhnya. Maka karakteristik adalah
sifat-sifat, ciri-ciri atau hal-hal yang dimiliki oleh elemen, yaitu semua keterangan mengenai
elemen. Misalnya, kalau elemen itu pegawai pemerintah/swasta maka karakteristik yang
perlu diketahui jenis kelamin, pendidikan, agama, umur, masa kerja, golongan dan gaji.
Problemati ka dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut juga sebagai hal yang masih
belum terpecahkan dalam kata lain permaslahan. Dalam kamus dakwah, problem adalah
tanda kehidupan.
Karakteristik Problematika Pendidikan di Indonesia adalah:

1. Prasangka

2. Stereotipe

3. Etnosentrisme

4. Rasisme

5. Diskriminasi

6. KambingHitam(Scape Goating)

Anda mungkin juga menyukai