NIM : 2127201020172
Mata Kuliah : Pendidikan Multikultural
Semester/ Kelas : III (Tiga) / A (Daring Murni)
Jurusan / program studi : Pendidikan Agama Islam
DosenPengampu : Dr. Abdul Roni, M.Pd.I
Kelompok 1.
Hakikat Kebudayaan
I. Hakikat Kebudayaan
II. Budaya dan Lingkungan
III. Budaya dan Non Budaya
Non budaya mencakup benda yg keberadaan nya sudah ada dengan sendiri nya atau
ciptaan tuhan yang tidak/belum mendapatkan sentuhan aktivitas manusia (benda-
benda alamiah seperti batu, pohon, gunung, tanah, planet) .
Budaya mencakup sesuatu yang keberadaan nya sudah mendapat sentuhan tangan
manusia (misal, patung marmer/onix, bonsai, bangunan, aturan makan dan lain-lain).
Jadi batu dan kayu dapat dipandang sebagai non budaya bila di dapatkan apa ada nya
sebagai batu gunung dan pepohonan, namun menja di sebuah benda budaya bila
mendapat campur tangan manusia.
Kelompok 2.
dan proses pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengubah struktur
lembaga pendidikan supaya siswa baik pria maupun wanita, siswa berkebutuhan
khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari kelompok ras, etnis, dan kultur yang
bermacam-macam itu akan memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi
akademis di sekolah.
kehidupan bersama dari umat manusia di dalam era globalisasi yang penuh tantangan
baru.
masing memiliki kesempatan yang sama untuk mewujudkan potensinya secara penuh
1. Teori Kellen mengakui bahwa budaya yang dominan harus juga diakui oleh masyarakat
nya sendiri. Dalam konteks ini kellen tetap mengakui bahwa budaya WASP di Amerika
Serikat sebagai budaya yang dominan, sementara budaya-budaya yang lain dipandang
menambah variasi dan kekayaan budaya Amerika.
pemikiran kembali norma Barat (the western canon) yang mengakui adanya
Republik, karya Plato, bukan hanya memberi norma politik dan akademis klasik bagi
pemimpin dari negara ideal, namun juga menjadi petunjuk tentang pendidikan bagi yang
tertindas. Matustik yakin bahwa kita harus menciptakan pencerahan multikultural baru yaitu
“multikulturalisme lokal yang saling bergantung secara global sebagai lawan dari monokultur
nasional”.
Kelompok budaya kecil harus mengakomodasi dan memiliki toleransi dengan budaya
dominan. Amerika memberi tempat perlindungan dan memungkinkan kelompok kecil itu
kekuatan dan kekuasaan untuk membawa perubahan dan peningkatan dalam ekonomi,
partisipasi politis dan media massa. Untuk itu diperlukan pendidikan dan lewat pendidikanlah
Amerika meraih kesuksesan terbesar dalam transformasi dan sejak kelahirannya Amerika
selalu memiliki masyarakat multikultural yang telah bersatu lewat perjuangan, interaksi, dan
kerjasama.
Kelompok 5.
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL DI INDONESIA
1. Makna Pendidikan Multikultural terhadap
pengembangan Pendidikan Multikultural.
2. Sejarah Pendidikan Multikultural terhadap
pengembangan Pendidikan Multikultural. Problematika
multikultural di Indonesia terhadap pengembangan
Pendidikan multikultural- Tehnik penilaian kompetensi
sikap
Pendidikan multikultural adalah sebuah proses pengembangan yang tidak mengenal sekat-
sekat dalam interaksi manusia. Sebagai wahana pengembangan potensi, pendidikan multikultural
adalah pendidikan yang menghargai heterogenitas dan pluralitas, pendidikan yang menjunjung
tinggi nilai kebudayaan, etnis, suku, dan agama. Sejarah Pendidikan multikulturallahir sejak 30 tahun
silam, yaitu sesudah Perang Dunia II dengan lahirnya banyak negara dan perkembangannya prinsip-
psinsip demokrasi. hal ini dilandasi oleh adanya sejarah kelam yang dialami oleh negara-negara
tersebut, seperti kolonialisme dan perang dunia I dan II. Dalam sejarah, tertulis pada tahun 1415
hingga awal tahun 1900-an, negara-negara utama di Eropa, seperti Spanyol, Portugis, Inggris,
Prancis, dan Belanda, telah melakukan ekspansi dan penjajahan terhadap negara-negara lain di
Afrika, Asia dan Amerika. Adanya kolonialisasi ini, menyebabkan kerugian jiwa dan materi yang
sangat besar bagi negara-negara yang terjajah. Problematika Multi Kultural di Indonesia Terhadap
Pengembangan Multikultural Beberapa peristiwa budaya yang negatif dan sering muncul di tanah air
seperti peristiwa di Poso, Ambon, Papua, Sampit, Aceh, Bali, Jakarta, dan lain-lain ini disebabkan
oleh problema kemasyarakatan sebagai berikut:
1) Keragaman Identitas Budaya Daerah
2) Kurang Kokohnya Nasionalisme
3) Fanatisme Sempit
4) Kesejahteraan Ekonomi yang Tidak Merata diantara Kelompok Budaya
5) Konflik Kesatuan Nasional dan Multikultural
6) Pergeseran Kekuasaan dari Pusat ke Daerah
7) Keberpihakan yang Salah dari Media Massa, Khususnya Televisi Swasta dalam Memberitakan
Peristiwa. Penilaian kompetensi sikap adalah serangkaian kegiatan penilaian yang dilakukan oleh
pendidik atau guru untuk mengukur dan menilai serta memperoleh informasi mengenai perilaku
peserta didik.
Kelompok 6.
1. Prasangka
2. Stereotipe
3. Etnosentrisme
4. Rasisme
5. Diskriminasi
6. KambingHitam(Scape Goating)