A1B121049
Bullivant yang mendefinisikan budaya sebagai program bertahan hidup dan adaptasi suatu kelompok
dengan lingkungannya. Program budaya terdiri dari pengetahuan, konsep, dan nilai-nilai yang dimiliki
oleh anggota kelompok melalui sistem komunikasi.
E.B. Tylor (1832-1917) memandang budaya sebagai kompleksitas hal yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan lain yang diperoleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut
Raymond Williams (1921-1988) budaya meliputi meliputi organisasi produksi, struktur keluarga, struktur
lembaga yang mengungkapkan atau mengatur hubungan-hubungan sosial, bentuk komunikasi yang khas
dalam anggota masyarakat
Menurut Claude Levi-Strauss, kebudayaan harus dipandang dalam konteks teori komunikasi yaitu
sebagai keseluruhan sistem simbol (bahasa, kekerabatan, ekonomi, mitos, seni) yang pada berbagai
tingkat memungkinkan dan mengatur komunikas
Unsur-unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah Sistem religi dan upacara keagamaan,Sistem
dan organisasi kemasyarakatan,Sistem pengetahuan ,Bahasa ,Kesenian ,Sistem mata pencaharian
hidup ,Sistem teknologi dan peralatan.
Wujud idiil (adat tata kelakuan) yang bersifat abstrak, tak dapat diraba. Terletak di alam pikiran
dari warga masyarakat di mana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup, yang nampak pada
karangan, lagu-lagu. Fungsinya adalah pengatur, penata, pengendali, dan pemberi arah kelakuan
manusia dalam masyarakat. Adat terdiri atas beberapa lapisan, yaitu sistem nilai budaya (yang
paling abstrak dan luas), sistem norma-norma (lebih kongkrit), dan peraturan khusus mengenai
berbagai aktivitas sehari-hari (aturan sopan santun) yang paling kongkrit dan terbatas ruang
lingkupnya
Wujud kedua adalah sistem sosial mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem
sosial ini terdiri dari aktivitas manusia yang berinteraksi yang selalu mengikuti pola tertentu.
Sifatnya kongkrit, bisa diobservasi
Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik yang bersifat paling kongkrit dan berupa benda yang
dapat diraba dan dilihat.
Pendidikan multikultural adalah ide, gerakan pembaharuan pendidikan dan proses pendidikan yang
tujuan utamanya adalah untuk mengubah struktur lembaga pendidikan supaya siswa, baik pria maupun
wanita, siswa berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari kelompok ras, etnis, dan
kultur yang bermacam-macam itu akan memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi
akademis di sekolah.
(1) Kesadaran nilai penting keragaman budaya Perlu peningkatan kesadaran bahwa semua siswa
memiliki karakteristik khusus karena usia, agama, gender, kelas sosial, etnis, ras, atau
karakteristik budaya tertentu yang melekat pada diri masing-masing. Pendidikan multikultural
berkaitan dengan ide bahwa semua siswa tanpa memandang karakteristik budayanya itu
seharusnya memiliki kesempatan yang sama untuk belajar di sekolah. Perbedaan yang ada itu
merupakan keniscayaan atau kepastian, namun perbedaan itu harus diterima secara wajar dan
bukan untuk membedakan
(2) Gerakan pembaharuan pendidikan Ide penting lain dalam Pendidikan Multikultural adalah
bahwa sebagia siswa karena karakteristik tersebut di atas, ternyata ada yang memiliki
kesempatan yang lebih baik untuk belajar di sekolah favorit tertentu, sedangkan siswa dengan
karakteristik budaya yang berbeda tidak memiliki kesempatan itu. Beberapa karakteristik
institusional dari sekolah secara sistematis menolak kelompok siswa untuk mendapatkan
kesempatan pendidikan yang sama, walaupun itu dilakukan secara halus. Dalam arti, dibungkus
dalam bentuk aturan yang hanya bias dipenuhi oleh segolongan tertentu dan tidak bias dipenuhi
oleh golongan yang lain
(3) Proses pendidikan Pendidikan Multikultural juga merupakan proses pendidikan yang tujuannya
tidak akan pernah terealisasikan secara penuh. Pendidikan Multikultural adalah proses menjadi.
Pendidikan Multikultural harus dipandang sebagai suatu proses yang terus menerus (an ongoing
process), dan bukan sebagai sesuatu yang langsung bisa tercapai. Tujuan utama dari Pendidikan
Multikultural adalah untuk memperbaiki prestasi secara utuh, bukan sekedar meningkatkan
skor.
Ada beberapa dasar dalam memahami Pendidikan Multikultural yaitu:
o kesempatan yang sama bagi setiap siswa untuk mewujudkan potensi sepenuhnya
o penyiapan pelajar untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat antarbudaya
o penyiapan pengajar agar memudahkan belajar bagi setiap siswa secara efektif tanpa
memperhatikan perbedaan atau persamaan budaya dengan dirinya
o partisipasi aktif sekolah dalam menghilangkan penindasan dalam segala bentuknya.
Dengan menghilangkan penindasan di sekolahnya sendiri, kemudian menghasilkan
lulusan yang sadar dan aktif secara sosial dan kritis
o Pendidikan harus berpusat pada siswa dengan mendengarkan aspirasi dan pengalaman
siswa
o pendidik, aktivis, dan yang lain harus mengambil peranan lebih aktif dalam mengkaji
kembali semua praktik pendidikan, termasuk teori belajar, pendekatan mengajar,
evaluasi, psikologi sekolah dan bimbingan, materi pendidikan dan buku teks, dan
lainlain.
3) Menjelaskan tujuan Pendidikan Multikultural
1. Mengembangkan literasi etnis dan budaya yang berkaitan dengan latar belakang sejarah,
bahasa, karakteristik budaya, peristiwa kritis, serta kondisi sosial, politik, dan ekonomi dari
berbagai kelompok entis, baik mayoritas maupun minoritas.
2. Mengembangkan pribadi siswa agar mempunyai konsep diri yang lebih positif dan bangga pada
identitas pribadinya.
5. Memfasilitasi pembelajaran keterampilan dasar bagi siswa berbagai etnis dalam penguasaan
kemampuan membaca, menulis, materi pelajaran, kemampuan memecahkan masalah, dan
berpikir kritis.
7. Memberikan wawasan tentang kekayaan budaya bangsa sehingga akan tumbuh rasa
kebangsaan kuat dan kokoh.
8. Mengembangkan wawasan lintas budaya dan kemampuan berpikir untuk tetap peduli dengan
situasi di sekitarnya.
9. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan mengembangkan sikap toleran terhadap kelompok
lain untuk menciptakan hidup yang damai berdampingan
Metode Kontribusi. Metode ini diterapkan dengan mengajak pembelajar berpartisipasi dalam
memahami dan mengapresiasi kultur lain yang berbeda dengan dirinya. Dalam implementasinya
yang lebih praktis, metode ini antara lain diterapkan dengan menyertakan peserta didik memilih
buku bacaan bersama dan melakukan aktivitas bersama.
Metode Pengayaan. Metode ini memperkaya kurikulum dengan literatur dari atau tentang
masyarakat yang berbeda kultur, etnis atau agamanya. Penerapan metode ini, misalnya dengan
mengajak peserta didik menilai atau menguji dan kemudian mengapresiasikan cara pandang
masyarakat tetapi peserta didik tidak mengubah pemahamannya tentang hal itu, seperti tata
cara atau ritual ibadah, pernak-pernik dalam ritual ibadah, pernikahan, dan lain-lain.
Metode Transformatif. Metode ini secara fundamental berbeda dengan dua metode
sebelumnya. Metode ini memungkinkan peserta didik melihat konsep-konsep dari sejumlah
perspektif budaya, etnik dan agama secara kritis. Metode ini memerlukan pemasukan
perspektif-perspektif, kerangka-kerangka referensi dan gagasan-gagasan yang akan memperluas
pemahaman pembelajar tentang sebuah ide.
Metode Pembuatan Keputusan dan Aksi Sosial. Metode ini mengintegrasikan metode
transformasi dengan aktivitas nyata di masyarakat, yang pada gilirannya bisa berdampak
terjadinya perubahan sosial. Peserta didik tidak hanya dituntut untuk memahami dan membahas
isu-isu sosial, tapi juga melakukan sesuatu yang penting berkaitan dengan hal itu. Artinya, peserta
didik tidak hanya berhenti pada penguasaan teori, tapi juga terjun langsung di masyarakat untuk
menerapkan teori-teori yang mereka peroleh dari ruang pendidikan.