Sifat budaya belajar yang melekat dalam kebudayaan diciptakan oleh kelompok
manusia secara bersama. Karena terlahir dari potensi yang dimiliki manusia, maka budaya
belajar kelompok itu merupakan suatu karya yang dimilki bersama. Bermacam-macam jenis
kebudayaan tergantung dari pengkategorianya. Seorang individu akan menjadi pendukung
budaya belajar yang bersumber dari latar belakang etnis, sekaligus menjadi pendukung
budaya belajar masyarakat yang didiaminya.
Dalam kepustakaan antropologi pendidikan ditemukan beberapa konsep yang paling penting,
yakni enculturation (pembudayaan/pewarisan), socialization (sosialisasi/pemasyarakatan),
education (pendidikan), dan schooling (persekolahan).
Menurut Herskovits, bahwa enkilturasi berasal dari aspek-aspek dari pengalaman belajar
yang memberi ciri khusus atau yang membedakan manusia dari makhluk lain dengan
menggunakan pengalaman-pengalaman hidupnya. Proses enkulturatif bersifat kompleks dan
berlangsung hidup, tetapi proses tersebut berbeda-beda pada berbagai tahap dalam lingkaran
kehidupan seorang. Enkulturasi terjadi secara agak dipaksakan selama awal masa kanak-
kanak tetapi ketika mereka bertambah dewasa akan belajar secara lebih sadar untuk
menerima atau menolak nilai-nilai atau anjuran-anjuran dari masyarakatnya. Bahwa tiap anak
yang baru lahir memiliki serangkaian mekanisme biologis yang diwarisi, yang harus dirubah
atau diawasi supaya sesuai dengan budaya masyarakatnya.
Pewariasan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah “Transmisi kebudayaan”. Yakni
suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan
sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Dalam hal ini tidak ada suatu
masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan budaya. Usaha pewarisan ini bukan
sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan yang terpenting
adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang
baku dalam masyarakat.