Anda di halaman 1dari 14

KEBEBASAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT

Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen pengampu :

DITA HENDRIANI, M.A

Disusun oleh :

KELOMPOK 6

1. ARIES SETIAWAN (12202193062)


2. INAS MAKI JANNATA K. (12202193065)
3. ELIKA ULLY ELISHIA (12202193111)
4. TATU’ NURMALA (12202193112)
5. M. RIZKY ABIDIN (12202193118)

SEMESTER 1

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

OKTOBER 2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah memberi
kelancaran dan kemurahan-Nya terhadap kami, sehingga dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah “ Pendidikan Kewarganegaraan” dalam bentuk makalah.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman
yang terang benderang.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa sesuai dengan kemampuan
dan pengetahuan yang terbatas, maka makalah yang berjudul “Kebebasan
menyampaikan pendapat” ini, masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini, kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi kami maupun pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Tulungagung, 29 Oktober 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB 1
PENDAHULUAN .........................................................................................4
Latar belakang ...............................................................................................4
Rumusan masalah ..........................................................................................4
Tujuan pembelajaran......................................................................................4

BAB 2
PEMBAHASAN.............................................................................................5
Pengertian kemerdekaan menyampaikan pendapat .......................................5
Asas menyampaikan pendapat di muka umum..............................................6
Implementasi UU No. 9 Tahun 1998 tentang kemerdekaan
menyampaikan pendapat ..............................................................................9

BAB 3
PENUTUP........................................................................................................
KESIMPULAN.................................................................................................
SARAN.............................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemerdekaan menyampaikan pendapat sebagaimana di atur dalam
Undang undang Nomor 9 Tahun 1998, sejalan dengan Pasal 19 Deklarasi
Universal Hak hak Asasi Asasi Manusia yang berbunyi: ”Setiap orang berhak atas
kebebasan mempunyai pendapat dengan tidak mendapat gangguan dan untuk
mencari,menerima,dan menyampaikan keterangan dan pendapat dengan cara
apapun juga dan dengan tidak memandang batas batas.”

Indonesia sebagai Negara berdaulat yang mengakui adanya Hak Asasi


Manusia (HAM) mencamtumkan hal tersebut dalam pasal 28 (e) ayat (3)
amandemen kedua UUD 1945, yang menyatakan bahwa ”setiap orang berhak atas
kebebasan berserikat,berkumpul,dan mengeluarkan pendapat.”

Akan tetapi,meskipun telah tercantum dalam UUD 1945, tetap banyak


terjadi kasus pelanggaran HAM untuk bebas menyampaikan pendapat. Untuk
mencegah kasus ini antara pemerintah dan rakyat harus saling menghargai dan
konduktif. Rakyat bebas mengemukakan pendapat,selama bertanggung jawab
dalam mengemukakan pendapatnya. Tetapi tidak dengan berdemo dengan anarkis
karena hanya merugikan dan melanggar HAM.

B. Rumusan Masalah

1.Apa yang di maksud dengan kemerdekaan menyampaikan pendapat?

2.Apa sajakah asas asas dalam menyampaikan pendapat?

3.Bagaimana aktualisasi penyampaian pendapat sesuai aturan yang berlaku

C.Tujuan Makalah

4
1.Memahami pengertian kemerdekaan menyampaikan pendapat

2.Menjelaskan asas asas menyampaikan pendapat

3.Memahami aktualisasi penyampaian pendapat sesuai aturan yang berlaku

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat

Dalam pasal 1 ayat 1 UU No 9 Tahun 1998, Kemerdekaan menyampaikan


pendapat adalah hak setiap warga Negara untuk menyampaikan pikiran dengan
lisan,tulisan,dan sebagainya secara bebas dan bertanggungjawab sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku.

Dalam Pasal 2 ayat 1 UU No 9 Tahun 1998:”Setiap warga Negara,secara


perorangan atau kelompok,bebas menyampaikan pendapat sebagai perwujudan
hak dan tanggung jawab berdemokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara.”1

Perwujudan kehendak warga Negara secara bebas dalam menyampaikan


pikiran secara lisan,tulisan dan sebagainya harus tetap di pelihara agar seluruh
tatanan sosial dan kelembagaan baik infrastruktur maupun suprastruktur tetap
terbebas dari penyimpangan atau pelanggaran hukum yang bertentangan dengan
yang di maksud,tujuan dan arah dari proses keterbukaan dalam pembentukan dan
penegakan hokum sehingga tidak tercipta disintegrasi sosial,tetapi justru harus
dapat menjamin rasa aman dalam kehidupan masyarakat.

Dengan demikian,maka kemerdekaan menyampaikan pendapat di


muka umum harus di laksanakan dengan penuh tanggung jawab, sejalan dengan
ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku dan prinsip hokum

1
El Muhtaj Majda 2007,Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia , Kencanai, Jakarta

5
internasional sebagaimana tercantum dalam Pasal 29 Deklarasi Universal Hak
Hak Asasi Manusia yang antara lain menetapkan sebagai berikut:

1.Setiap orang memiliki kewajiban terhadap masyarakat yang memungkinkan


pengembangan kepribadiannya secara bebas dan penuh.

2.Dalam pelaksanaan hak dan kebebasannya setiap orang harus tunduk semata
mata pada pembatasan yang di tentukan oleh Undang undang dengan maksud
untuk menjamin pengakuan dan penghargaan terhadap hak serta kebebasan orang
lain dan untuk memenuhi syarat syarat yang adil bagi moralitas,ketertiban,serta
kesejahteraan umum dalam suatu masyarakat yang demokratis.

3.Hak dan kebebasan ini sama sekali tidak boleh di jalankan secara bertentangan
dengan tujuan dan asas PBB.2

B.Asas Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum

1.Asas keseimbangan antara hak dan kewajiban

Warga negara yang menyampaikan pendapat di muka umum berhak untuk


mengeluarkan pikiran secara bebas dan memperoleh perlindungan hukum ( Pasal
5 UU No 9 Tahun 1998 ).Tapi,warga negara juga berkewajiban dan bertanggung
jawab untuk menghormati hak hak dan kebebasan orang lain,menghormati aturan
aturan moral, dan menaati hokum dan ketentuan perundang undangan yang
berlaku. Maka haruslah seimbang antara hak dan kewajiban.

2.Asas musyawarah dan mufakat

Musyawarah adalah pembahasan Bersama dengan maksud mencapai


keputusan atas penyelesaian masalah atau bisa juga di sebut perundingan. Mufakat
adalah keputusan Bersama yang di hasilkan dari musyawarah dengan persetujuan
seluruh peserta musyawarah. Sehingga dapat di simpulkan bahwa asas
musyawarah dan mufakat adalah bahwa pembahasan untuk menyatukan pendapat
dalam mencapai kesepakatan Bersama.

3.Asas kepastian hukum dan keadilan

2
Resolusi terakhir dalam Konferensi Internasional tentang HAM, 4.para. 2, UN Doc. A/CONF
32/41, yang di setujui oleh Majelis Umum dalam GA Res. 2442

6
Makna dari asas kepastian hukum dan keadilan adalah jaminan bahwa
hukum harus di jalankan dengan tepat,hatus merata,tidak diskriminatif dan harus
seimbang antara hak dan kewajiban. Selain itu, setiap warga negara yang hendak
berpendapat haruslah adil dalam pendapatnya itu.

4.Asas profesionalitas

Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan suatu keahlian yang


berlandaskan kode etik negara dan ketentuan hokum yang berlaku. Ketika
berpendapat, kita di harapkan untuk selalu memiliki landasan sehingga asas ini
tercapai.

5.Asas manfaat

Asas manfaat adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan berbagai
sumber daya untuk menjamin kesejahteraan generasi kini dan selanjutnya.Oleh
karena itu, dalam menyampaikan pendapat harus di dasarkan pada keinginan kita
untuk bermanfaat.

Memberikan kebebasan rakyat dalam menyampaikan pendapat sangat


berpengaruh terhadap kemajuan suatu negara.Akibat dari pembatasan dalam
kemerdekaan menyampaikan pendapat,yaitu:

1.Munculnya sikap acuh tak acuh masyarakat terhadap kehidupan


berdemokrasi,berbangsa dan bernegara.

2.Munculnya kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah karena merasa di


bodohi dan di pasung hak haknya.

3.Terbentuknya tirani penguasa yang menghambat terciptanya pemerintahan yang


demokratis.

4.Terkekangnya komunikasi sosial yang berujung perlawanan rakyat.

5.Negara kehilangan ide kreatif dari raKyat.

6.Terancamnya stabilitas nasional.

Bentuk bentuk penyampaian pendapat di muka umum (pasal 9 UU no 9 Tahun


1998):

7
a.Demonstrasi (unjuk rasa)

Adalah kegiatan yang di lakukan oleh seseorang atau lebih untuk mengeluarkan
pikiran dengan lisan,tulisan,dan sebagainya secara demonstrative di muka umum.

b.Pawai

Adalah cara penyampaian pendapat dengan arak arakan di jalan

c.Rapat umum

Adalah pertemuan terbuka yang di lakukan untuk menyampaikan pendapat


dengan tema tertentu.

d.Mimbar bebas

Adalah kegiatan penyampaian pendapat di muka umum yang di lakukan secara


bebas dan terbuka tanpa tema tertentu.

Meskipun di berlakukannya Undang undang No 9 Tahun 1998 tentang


kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum,akan tetapi dalam
prakteknya masih sering terjadi unjuk rasa yang tidak dapat di kendalikan dan
berujung pada tindak kekerasan,kebrutalan,dan kerusuhan massa sehingga
mengganggu ketertiban dan keamanan umum lainnya, misalnya:kasus
Trisakti,Kasus UNAS,dan sebagainya. Terjadinya suatu kerusuhan massa seperti
itu menurut N.J.Smelser dalam bukunya Theory of Collective Behaviour yang
di kutip oleh Sarwono ( 2001 ) menyatakan ada 5 prasyarat yang secara bertahap
harus di penuhi untuk terjadinya kerusuhan massa,yaitu:

1.Situasi sosial yang memungkinkan timbulnya kerusuhan ( social


condusiveness ) yang di sebabkan oleh struktur sosial tertentu.Misalnya saja
kesenjangan sosial dan ekonomi yang sudah tinggi di tambah pula dengan
kenaikan harga barang barang kebutuhan pokok secara terus menerus.

2.Kejengkelan atau tekanan sosial ( structural strain ), yaitu kondisi dimana


sejumlah besar anggota masyarakat merasa bahwa banyak nilai nilai dan norma
yang sudah di langar.Misalnya kebajikan pemerintah menjual BUMN kepada
negara asing di nilai sebagai wujud dari pengkhianatan terhadap Negara.

8
3.Berkembangnya prasangka kebencian yang meluas ( generalized hostle belief )
terhadap suatu sasaran tertentu.Sasaran kebencian ini berkaitan erat dengan faktor
pencetus ( precipitating factor ). Yaitu peristiwa tertentu yang mengawali atau
memicu kerusuhan.

4.Mobilisasi massa untuk beraksi ( mobilization for action ), yaitu adanya


tindakan nyata dari massa dan mengorganisasikan diri mereka untuk bertindak.

5.Kontrol sosial ( social control ), yaitu kemampuan apparat keamanan dan


petugas untuk mengendalikan situasi dan menghambat kerusuhan.Semakin kuat
control sosial ini, maka semakin kecil kemungkinan meletusnya kerusuhan.

Unjuk rasa dalam praktek dapat di lakukan untuk mengeluarkan pikiran


dengan lisan,tulisan,dan sebagainya secara demonstratif di muka umum.Akan
tetapi, meskipun telah ada dan di bentuk saluran saluran / ruang terbuka baik
secara formal melalui perundang undangan ( DPR/DPRD sebagai wakil
rakyat,Bipatri,SPSI dan sebagainya) untuk menyelesaikan permasalahan yang
terjadi baik dengan dialog atau diskusi,namun maraknya aksi unjuk rasa turun
dengan mengerahkan massa menunjukkan bahwa kegiatan ini sudah membudaya
dan menjadi kebiasaan dalam mengemukakan tuntutan / aspirasi rakyat.

Unjuk rasa harus berlangsung dengan aman dan tertib. Pengertian aman
menurut konsepsi Polri mencakup 4 unsur pokok, yaitu:

1,Security : adalah perasaan bebas dari gangguan fisik maupun psikis

2.Surety : adalah perasaan bebas dari kekhawatiran

3.Safety : adalah perasaan bebas dari resiko

4.Peace : adalah perasaan damai lahiriah dan batiniah

C.Implementasi Undang undang No 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan


Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum.3

Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum memang


merupakan hak asasi manusia yang di jamin oleh UUD 1945 dan Deklarasi
Universal HAM.Hal ini berarti bahwa penyampaian pendapat di muka umum
3
Draft 1, Siswaluyo,” Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan”

9
merupakan perwujudan demokrasi dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.

Selain UU No 9 Tahun 1998 yang mengatur tentang pelaksanaan kegiatan


penyampaian pendapat di muka umum, secara teknis kemudian Kapolri membuat
Surat Keputusan yang mengatur tentang Pemberian Surat Tanda Terima
Pemberitahuan ( STTP ) Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum.Adapun
aturan aturan dan petunjuk lapangan yang di maksud adalah sebagai berikut:

1.Surat Pemberitahuan ke Polri

Berdasarkan Pasal 10 UU No 9 / 1998 bahwa pelaksanaan penyampaian


pendapat di muka umumwajib di beritahukan secara tertulis kepada Polri.
Pemberitahuan secara tertulis, di sampaikan oleh yang bersangkutan, pemimpin,
atau penanggung jawab kelompok dan di beritahukan kepada Polri setempat
selambat lambatnya 3 x 24 jam sebelum kegiatan di mulai.

Adapun cara dan prosedur penyampaian pendapat di muka umum tersebut


sebagaimana di atur dalam Pasal 10 UU 1998, antara lain:

1.Penyampaian pendapat di muka umum wajib di beritahukan secara tertulis


kepada Polri.

2.Pemberitahuan secara tertulis di sampaikan oleh yang bersangkut, pemimpin


atau penanggung jawab kelompok.

3.Pemberitahuan selambat lambatnya 3 x 24 jam sebelum kegiatan di mulai dan


telah di terima oleh Polri setempat.

4.Pemberitahuan secara tertulis tidak berlaku bagi kegiatan ilmiah di dalam


kampus dan kegiatan keagamaan.

2.Tempat, lokasi dan rute

Penyampaian pendapat di muka umum boleh di laksanakan di semua


lokasi di muka umum,kecuali di lingkungan istana kepresidenan,tempat
ibadah,instalasi militer,rumah sakit,pelabuhan udara dan laut,stasiun kereta
api,terminal angkutan darat dan obyek vital nasional lainnya ( pasal 9 ayat (2).

10
Aturan tersebut di perjelas lagi dalam Juklap Polri tentang Naskah Sementara
Buku Petunjuk Lapangan Pemberian STTP Menyampaikan Pendapat Di Muka
Umum.

Pada bab “penjelasan”dalam undang undang serta juklap,di sebutkan


mengenai jarak yang di ijinkan untuk melakukan kegiatan di lingkungan istana
kepresidenan termasuk istana wakil presiden adalah dengan radius 100 meter dari
pagar luar. Sedangkan instansi militer tidak di perbolehkan dengan radius 150
meter dari pagar luar.

Adapun obyek obyek vital nasional lainnya tidak di perbolehkan dengan


radius 500 meter dari pagar luar.Namun radius tersebut tidak di berlakukan untuk
tempat tempat lain yang juga di larang untuk tempat menyampaikan pendapat di
muka umum seperti rumah sakit dan lain sebagainya.

Selain itu, penyampaian pendapat di muka umum juga di larang di


selenggarakan pada hari besar nasional ( Pasal 9 ayat (2) huruf b ), misalnya hari
raya keagamaan dan lain sebagainya. Demikian pula lainnya dengan rute.Pada
surat pemberitahuan yang di sampaikan Polri,pelaku harus mencamtumkan rute
atau jalan yang akan di lewati dari tempat (titik berangkat atau berkumpulnya
massa) menuju lokasi pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum.

Pengecualian rute yang akan di lewati juga tercantum dalam Juklap yaitu
rute dari tempat menuju lokasi tidak boleh melewati tempat tersebut di atas yaitu
istana kepresidenan dan wakil presiden,instalasi militer dan obyek vital nasional
kecuali tempat tersebut akan di jadikan lokasi kegiatan,maka harus berada pada
radius yang telah di tentukan.

3.Waktu

Di undang undang tidak ada batas yang mengatur waktu atau lamanya
berunjuk rasa. Sedangkan dalam petunjuk lapangan ( Juklap ) di sebutkan bahwa
waktu yang di ijinkan untuk berunjuk rasa sebagai berikut:

1.Pada siang hari berlangsung dari pukul 06.00 s/d pukul 18.00 waktu setempat

11
2.Pada malam hari berlangsung dari pukul 18.00 s/d pukul 22.00 waktu
setempat.Namun saat ini ijin pada malam hari tidak di berikan dengan
pertimbangan keamanan.Perbedaan aturan mengenai waktu berunjuk rasa ini ada
kalanya menjadi hal yang menyulitkan bagi negosiator atau saat bernegosiasi
dengan pengunjuk rasa soal waktu dan lamanya berunjuk rasa yang di ijinkan.

4.Bentuk Kegiatan dan Alat Peraga

Bentuk penyampaian pendapat di muka umum dapat di laksanakan secara


lisan dan tulisan.Sesuai dengan undang undang dan juga yang tercantum dalam
juklap, di sebutkan bahwa bentuk penyampaian pendapat di muka umum secara
lisan yaitu unjuk rasa atau demonstrasi, pawai, rapat umum, dan mimbar bebas.
Terutama untuk kegiatan unjuk rasa atau demonstrasi dan pawai setiap 100 orang
peserta ,harus ada seorang sampai dengan lima orang penanggung jawab yang
biasa di sebut koordinator lapangan.

Selain bentuk kegiatan di atas, dalam penjelasan undang undang dan


juklap di sebutkan, mogok makan dan mogok bicara merupakan bentuk lain dari
pernyataan pernyataan penyampaian pendapat yang ada. Namun saat ini, mogok
makan tidak di ijinkan atas pertimbangan kemanusiaan.

Adapun alat peraga termasuk dalam bentuk penyampaian pendapat secara


tulisan. Alat peraga yang di gunakan antara lain berupa petisi, gambar, pamflet,
poster, brosur, selebaran dan spanduk. Sedangkan benda benda lain yang di nilai
dapat membahayakan keselamatan umum di larang untuk di bawa dan di
pergunakan dalam kegiatan tersebut.

Misalnya saja bom Molotov, senjata tajam atau benda lain yang di
tajamkan dan sebagainya. Jika pengunjuk rasa membawa benda atau senjata tajam
lainnya, maka pengunjuk rasa dapat di tangkap atau dapat di bubarkan dan pelaku
dapat di kenakan tuntutan sesuai dengan undang undang yang berlaku.

BAB III

12
PENUTUP

a.Kesimpulan

Dalam Pasal 1 ayat 1 UU Tahun 1998, kemerdekaan menyampaikan


pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan
lisan, tulisan dan sebagainya secara bebas dan bertanggungjawab sesuai debgan
ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku.

Asas asas dalam menyampaikan pendapat di muka umum ada lima, yaitu:
asas keseimbangan antara hak dan kewajiban, asas musyawarah dan mufakat, asas
kepastian hukum dan keadilan, asas profesionalitas dan asas manfaat.

Dalam melaksanakan kegiatan penyampaian pendapat haruslah menaati


aturan aturan yaitu : mengirim surat pemberitahuan terhadap Polri, menghindari
tempat tempat dan waktu yang di larang dan tidak membawa barang atau senjata
yang membahayakan keselamatan umum.

b.Saran

Setiap sesuatu pasti terdapat sebuah kesalahan sama halnya dengan


makalah ini yang kurang dari kata sempurna. Oleh sebab itu, di harapkan kepada
pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
bertujuan untuk perbaikan dalam penyusunan makalah kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

13
14

Anda mungkin juga menyukai