K. INDIKATOR KEBERHASILAN
Matriks Indikator Keberhasilan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Penyelenggaraan Sekolah Menengah Pertama
1. Landasan Hukum
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
mengenai pendanaan Pendidikan diatur dalam Bab XIII, pasal 46, 47, 48, 49, masing-masing
pasal berturut-turut mengatur tentang Tanggung jawab Pendanaan, dan Pengalokasian Dana
Pendidikan.
BAB XIII
PENDANAAN PENDIDIKAN
Bagian Kesatu
Tanggung Jawab Pendanaan
Pasal 46
Bagian Kedua
Sumber Pendanaan Pendidikan
Pasal 47
(2) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang
ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Ketiga
Pengelolaan Dana Pendidikan
Pasal 48
Bagian Keempat
Pengalokasian Dana Pendidikan
Pasal 49
(1) Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor
pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
(2) Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
(3) Dana pendidikan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk satuan pendidikan
diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(4) Dana pendidikan dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah diberikan dalam
bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VIII
WAJIB BELAJAR
Pasal 34
(1) Setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib
belajar.
(3) Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh
lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
(4) Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua
Pendidikan Berbasis Masyarakat
Pasal 55
(5) Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah
2. Formula pendanaan sekolah
Mengacu pada prinsip yang dikemukakan sebelumnya, ada dua prinsip, yaitu
kecukupan dan keadilan yang perlu memperoleh perhatian.
a. Prinsip Kecukupan
Untuk menjamin prinsip kecukupan dalam pendanaan sekolah perlu dilakukan
perhitungan satuan biaya per anak untuk setiap bentuk satuan, jenjang dan jenis
sekolah. (2010: 3.)
Berdasarkan biaya satuan untuk SD per anak tersebut Pemerintah Kabupaten/Kota
dapat menghitung biaya pendidikan untuk SD dengan cara mengalikan jumlah seluruh
siswa SD di wilayahnya kali biaya per anak. (2010: 3.)
Pendanaan sekolah dengan block grant atau hibah layak (seperti pesan UU No. 20
Tahun 2003) yang dihitung berdasarkan jumlah siswa kali biaya per siswa tampaknya
sudah baik, tetapi kalau diteliti lebih jauh belum memenuhi prinsip keadilan. Sekolah
yang kaya (kategori baik), sedang dan kurang (miskin) diperlakukan sama, padahal
kebutuhannya berbeda. (2010: 3.)
b. Prinsip Keadilan
Untuk memastikan bahwa setiap murid memperoleh layanan pendidikan yang layak
maka disamping satuan biaya per siswa/murid dihitung secara layak, perlu memerhatikan
unsur-unsur penentu atau variabel yang merupakan ciri sasaran perhitungan. Unsur-unsur
penentu yang menjadi pertimbangan, antara lain sebagai berikut.
1) Jenis dan bentuk satuan dan jenjang pendidikan, seperti TK/RA, SD/MI,
SLTP/MTs, SMU/MA, SMK/MAK, serta SLB/MLB, yang masing-masing memiliki
karakteristik keperluan pendanaan yang berbeda, baik karena tuntutan kurikulum maupun
karakteristik muridnya. (2010: 3.)
2) Pada setiap bentuk satuan, jenjang dan jenis yang sama, terdapat perbedaan:
a) Sekolah besar dan kecil dari segi jumlah muridnya, yang menyebabkan
kebutuhan pendanaan yang berbeda.
b) Sekolah yang kaya dan miskin, baik karena dukungan masyarakat (murid-
muridnya dari kalangan yang sosial-ekonominya kuat) atau sebaliknya. Anak-
anak keluarga miskin jangan sampai terlalu dirugikan layanan pendidikannya di
sekolah. (2010: 3.)
Kategori sekolah kaya dan miskin dapat diperhalus menjadi tiga kategori, yaitu
kuat, sedang, dan lemah yang disebabkan oleh lingkungan (status sosial ekonomi
masyarakat pendukungnya) masyarakatnya. (2010: 3.)
3) Biaya minimal atau biaya tetap (fix-cost)
Biaya minimal perlu ditetapkan sesuai syarat pendirian sekolah dan tuntutan
kurikulum. Sampai batas jumlah siswa tertentu, sekolah diberi biaya minimal yang dapat
untuk membiayai proses pembelajaran dan keperluan operasional lainnya (gaji tenaga dan
biaya operasional). Singkatnya, biaya minimal per sekolah adalah dana minimal yang harus
dialokasikan ke sekolah berdasarkan kebutuhan minimal agar pengelolaan sekolah dapat
berjalan semestinya, tanpa memperhitungkan jumlah murid pada sekolah tersebut. Biaya ini
tidak dapat dikurangi karena kalau dikurangi akan mengganggu proses pembelajaran. Alokasi
dana untuk biaya minimal sama untuk semua sekolah yang bentuk satuan, jenis dan
jenjangnya sama, sampai jumlah murid yang ditentukan. (2010: 3.)
4) Kombinasi banyaknya murid dan status sosial ekonomi
Pada bahasan tentang pendanaan minimal berdasarkan pembiayaan minimal sampai
jumlah murid yang ditentukan, telah disinggung perhitungan biaya tambahan berdasarkan
banyaknya murid di atas jumlah yang ditentukan. Namun, perhitungan biaya tambahan
tersebut tidak dapat disamaratakan, mengingat ada sekolah yang secara sosial-ekonomi kuat,
ada sekolah yang sedang, dan ada yang lemah. Sedangkan yang lemah harus diberi dana per
murid lebih besar dari pada yang sedang, dan perhitungan tambahan biaya per murid pada
sekolah yang sedang harus lebih besar dari pada yang kuat. Kalau dibuat sederhana menjadi 3
kategori tersebut, dan disepakati rasio antara lemah, sedang, dan kuat 4 : 2 : 1 atau dengan
indeks pengali 1:0,5:0,25 maka besarnya tambahan biaya bagi sekolah dari jumlah standar,
akan sama dengan banyaknya murid tambahan kali indeks kategori kali satuan biaya per
murid. (2010: 3.)
Kegiatan Belajar 1
Langkah-langkah MBS
Bagi sekolah yang sudah beroperasi, Umaedi (2004) mengajukan paling tidak ada 6
langkah yang dapat dilakukan dalam implementasi MBS, yaitu:
1. Evaluasi diri (self assessment);
2. Perumusan visi, misi, dan tujuan;
3. Perencanaan;
4. Pelaksanaan;
5. Evaluasi;
6. Pelaporan.