PENDAHULUAN
Cerpen merupakan salah satu karya sastra yang menarik untuk dibaca. Di
dalamnya terdapat unsur-unsur intrinsik seperti halnya dengan karya sastra lainnya
(novel,drama dan puisi). Unsur-unsur yang dimaksud yakni tema, alur, latar,
penokohan, sudut pandang dan amanat. unsur- unsur tersebut merupakan kesatuan
utuk mendapatkan makna cerpen secara utuh.
Untuk mendapatkan unsur-unsur tersebut secara utuh diperoleh dari
kegiatan membaca. kegiatan membaca tidak hanya sekedar membaca kata demi kata,
kalimat demi kalimat, pragraf demi paragraph tetapi diperlukan keterampilan
membaca.
Membaca pada hakikatnya adalah suatu kegiatan memahami bacaan dalam
rangka memperoleh informasi atau pesan yang terkandung di dalam bacaan. Untuk
memperoleh kemampuan membaca yang memadai, seseorang memerlukan banyak
pengetahuan dan kemampuan lain sebagai pendukung. Hal ini berlaku pula pada
membaca cerpen
Membaca cerpen dibutuhkan keterampilan membaca yang disebut
membaca secara cermat. dengan membaca secara cermat kita dapat memperoleh
sebuah pokok persoalan yang menarik khususnya dalam membaca cerpen. Di
samping itu, kecermatan dan ketelitian dalam membaca merupakan faktor yang
berpengaruh dalam memperoleh informasi yang terdapat dalam bacaan khususnya
cerpen.
Membaca intensif adalah teknik membaca yang dapat diterapkan dalam
upaya mencari informasi yang bersifat detail. Membaca intersif dapat disebut pula
membaca cermat. Membaca dengan cermat akan memperoleh sebuah poko persoalan
atau perihal menarik dari suatu teks bacaan.
Berdasarkan paparan diatas, dapat dikatakan bahwa unsur-unsur intrinsik
cerpen yang telah dibaca dapat diperoleh dengan membaca intensif. Akan tetapi
kenyataannya menunjukan peserta didik kurang memiliki pengetahuan dan
kemampuan membaca intensif. Sehingga kemampuan dan mengungkapkan unsur-
unsur intrinsik cerpen yang dibacanya akan mengalami kesulitan, peneliti melihat
bahwa kemampuan peserta didik menentukan unsur-unsur pembangun dalam cerpen
yang telah di baca masih memprihatinkan karena jika dilihat secara cermat,
kurangnya kemampuan peserta didik menentukan unsur–unsur pembangun dalam
cerpen hal-hal yang mendasari yaitu kurangnya minat siswa dalam membaca cerpen
1
kemudian peserta didik hanya dapat membaca dan menceritakan kembali isi dari
cerpen tapi tak mengetahui apa itu unsur–unsur pembangun dalam cerpen.
Hal ini hanyalah beberapa contoh ketidakmampuan peserta didiik
menentukan unsur pembangun pada cerpen. Namun hal ini juga dipengaruhi
antusiasnya guru mengidentifikasi kelemahan–kelemahan peserta didik dalam
menentukan unsur–unsur pembangun dalam cerpen.
Berdasarkan kekurangan di atas peneliti merasa perlu melakukan
penelitian terhadap kemampuan peserta didik kelas XI IPS 1 SMAN 1 KEDUNGWUNI
dalam menentukan unsur–unsur pembangun dalam cerpen yang telah dibaca. Oleh
karena itu peneliti membuat makalah dengan judul Mengidentifikasi Peserta Didik
di Kelas XI IPS 1 SMAN 1 KEDUNGWUNI Dalam Menentukan Unsur-Unsur
Pembangun Cerpen.
Rumusan masalah dari makalah ini adalah Bagaimana cara menentukan unsur-unsur
pembangun cerita pendek.
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah Untuk menganalisis unsur-unsur pembangun cerita
pendek.
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah Agar peserta didik kelas XI IPS 1 SMA N 1
KEDUNGWUNI dapat menganalisis unsur-unsur pembangun dalam cerita pendek.
BAB II
2
PEMBAHASAN
3
cerita. Kelebihan cerpen yang khas adalah kemampuannya mengemukakan
secara lebih banyak-jadi, secara implisit-dari sekedar apa yang diceritakan.
(Burhan, 2012:11).
Menurut The Liang dan A. Widyamartaya cerpen adalah cerita khayal
berbentuk prosa yang pendek, biasanya di bawah 10.000 kata, bertujuan
menghasilkan kesan kuat dan mengandung unsur-unsur drama: oleh sebab itu
alirnya pun disebut konflik dramatik (dalam Korrie, 1995:10).
1. Alur
Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh
hubungan sebab akibat ataupun bersifat klonologis. Pola pengembangan cerita
suatu cerpen beragam.pola-pola pengembangan cerita harus menarik, mudah
dipahamai, dan logis. Jalan cerita suatu cerpen kadang –kadang berbelit-belit
dan penuh kejutan , juga kadang-kadang sederhana.
Menurut Stanton (Nurgiyantoro, 2010: 113), alur adalah cerita yang
berisi urutan kejadian, tetapi tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara
sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya
peristiwa yang lain. Dalam KBBI (2007: 33) alur adalah rangkaian peristiwa
yang direka dan dijalin dengan saksama dan menggerakkan jalan cerita
melalui kerumitan ke arah klimaks dan penyelesaian. Aminudin (2010: 83)
mengemukakan bahwa alur atau plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh
tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh
para pelaku dalam suatu cerita.
4
2. Penokohan
Penokohan merupakan penggambaran suatu watak tokoh dalam sebuah
prosa, dalam hal ini adalah cerita pendek. Kehadiran tokoh dapat menghidupkan
cerita dan adanya perwatakan dapat menimbulkan pergeseran serta konflik
yang dapat melahirkan cerita. Untuk memahami perwatakan tokoh dapat dilihat
dari perbuatan-perbuatan tokoh, ucapan-ucapan tokoh, gambaran fisik tokoh,
pikiran- pikiran tokoh, dan penerangan langsung dari pengarang. Penokohan
dalam suatu cerita melukiskan keadaan tokoh cerita baik keadaan lahir maupun
batinnya yang berupa pandangan hidup, sikap, keyakinan, adat-istiadat dan
sebagainya (Nurgiyantoro, 2012: 165-166).
Berdasarkan tingkat perananya dalam membentuk cerita, tokoh dapat
dikategorikan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan (Nurgiyantoro, 2005: 176
-177). :
1. Tokoh utama merupakan tokoh yang diutamankan penceritaannya dalam
sebuah cerita. Kehadirannya sangat mempengaruhi perkembangan alur
secara keseluruhan karena tokoh utamalah yang paling banyak
diceritakan (baik sebagai pelaku tindakan atau yang dikenai tindakan/
kejadian) dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain.
2. Tokoh tambahan adalah tokoh yang jarang diceritakan, hanya beberapa
kali muncul dan tidak menjadi fokus utama dalam penceritaan, sehingga
tidak akan mempengaruhi jalan cerita. Namun, meskipun tokoh
tambahan tidak diutamakan, kehadirannya berpengaruh secara tidak
langsung untuk memperkuat tokoh utama.
3. Latar
Latar atau setting meliputi tempat,waktu, dan budaya yang digunakan
dalam suatu cerita. latar dalam suatu cerita bisa bersifat faktual atau bisa pula
yang imajinatif. Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas
keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita. Dengan demikian, apabila
pembaca sudah menerima latar itu sebagai sesuatu yang benar adanya, maka
cenderung dia pun akan lebih siap dalam menerima pelaku ataupun kejadian-
kejadian yang berada dalam latar itu.
Nurgiyantoro (2010: 227) membedakan latar ke dalam tiga unsur
pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial dimana ketiganya saling berkaitan satu
sama lain :
a. Latar tempat
Lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya
fiksi. Latar tempat biasanya menunjuk lokasi tertentu secara geografis,
5
misalnya di sebuah daerah atau tempat tertentu.
b. Latar waktu
Latar ini berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa
yang diceritakan. Latar waktu dapat dideskripsikan dengan hitungan detik,
menit, jam, hari, bulan maupun tahun.
c. Latar sosial
Latar sosial berkaitan dengan perilaku seseorang dalam masyarakat
yang diceritakan dalam cerita pendek, mengenai adat istiadat,
kebiasaan, serta normanorma yang mengaturnya. Dapat juga diketahui
kekhasan suatu tempat yang diceritakan berdasarkan deskripsi latar sosial
masyarakatnya. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan
status sosial tokoh yang diceritakan.
4. Tema
Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu
cerita menyangkut segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan,
kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. Untuk mengetahui
tema suatu cerita, diperlukan apresiasi menyeluruh terhadap berbagai unsur
karangan itu.
Tema merupakan pokok pikiran; dasar cerita yang dipercakapkan, yang
dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajak, dsb. (KBBI, 2007: 1164).
Pengertian yang sama juga dikemukakan oleh Stanton melalui Nurgiyantoro
(2010: 67) yang menyatakan bahwa tema adalah makna yang dikandung oleh
sebuah cerita.
Tema yang ada dalam sebuah cerita pendek dapat diungkapkan secara
eksplisit (tersurat) maupun implisit (tersirat), sehingga dibutuhkan pembacaan
yang cermat untuk mengetahuinya. Perwujudan tema secara eksplisit biasanya
dapat terlihat lewat judul sebuah karya sastra sedangkan tema implisit biasanya
dapat diketahui secara tersirat dalam penokohan yang didukung oleh pelukisan
latar atau terungkap dalam cerita.
Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat
meremuskan tema, kita harus terlebih dahulu mengenali rangkaian peristiwa
yang membentuk alur cerita dalam cerpen itu.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk,
kira- kira berkisar antara setengah sampai dua jam, suatu hal yang kiranya tidak
mungkin dilakukan dalam sebuah novel. Cerpen, sesuai dengan namanya
adalah cerita yang pendek. Panjang cerpen itu sendiri bervariasi. Ada cerpen
yang pendek (short short story), ada yang panjangnya cukupan (midle short
stoy), serta ada cerpen yang panjang (long short story).
Unsur intrinsik dalam karya sastra inilah yang dikaji terlebih dahulu dalam
kajian struktural. Unsur-unsur pembangun tersebut meliputi alur, penokohan, latar
serta tema (Nurgiyantoro, 2012: 36)
3.2 Saran
Dalam penelitian ini penulis memberikan beberapa saran kepada diri
sendiri khususnya dan Teman-Teman XI IPS 1 . Semoga lewat penelitian ini dapat
meningkatkan motivasi kita untuk lebih senang lagi terhadap karya sastra cerpen
dan agar kita mengetahui unsur-unsur pembangun dalam pembuatan cerpen
serta kita dapat membuat cerpen dengan baik
7
DAFTAR PUSTAKA