Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur
kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya lah maka karya tulis dengan judul Analisis Unsur-
unsur intrinsik teks Drama Salawat beriring salam penulis persembahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, semoga penulis dapat syafaatnya kelak di akhirat nanti. Penulisan karya tulis ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir bahasa indonesia semester I, dan semoga juga dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Dalam penulisan karya tulis ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini masih sangat sederhana dan jauh dari
kesempurnaan, hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan ilmu dan
kemampuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan tanggapan, kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demu kesempurnaan karya tulis ini.

Akhir kata, kepada Tuha jualah penulis berserah diri semoga karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Minas, september 2017

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Unsur Instrinsik Drama


1. Judul
2. Tema
3. Alur/Plot
4. Perwatakan atau karakter tokoh
5. Dialog
6. Petunjuk laku
7. Latar
8. Amanat
9. Bahasa
10.Interpretasi

BAB III PENUTUP


Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Drama merupakan salah satu jenis karya sastra selain puisi dan prosa. Karya drama
diciptakan pengarang berdasarkan pikiran atau imajinasi, perasaan dan pengalaman hidupnya.
Pementasan drama memang lebih kepada dialog dan gerak-gerik para pemainnya di
panggung. Penonton dapat menyaksikan secara langsung peristiwa-peristiwa yang terjadi
melalui gerak-gerik tokoh dan percakapannya
Bagian dari seni drama yang termasuk ke dalam karya sastra adalah naskah ceritanya.
Sebagai karya sastra, drama memiliki keunikan tersendiri. Dia diciptakan tidak untuk dibaca
saja, namun juga harus memiliki kemungkinan untuk dipentaskan. Karya drama sebagai
karya sastra dapat berupa rekaman dari perjalanan hidup pengarang yang menciptakannya.
Pengarang dapat diilhami pengarang lain, disamping masyarakat, lingkungan, dan alam
sekitar.
Saat menyaksikan sebuah drama yang dilakonkan, emosi penonton pun terlibat dalam
cerita yang diperankan tersebut. Itu artinya, penulis naskah drama tersebut mampu
membangun sebuah cerita menjadi konflik pada masing-masing tokoh sehingga cerita
mengalir sebagaimana kejadian sesungguhnya. Hal itu tidak terlepas dari kemahiran penulis
naskah untuk menghidupkan drama tersebut. Untuk dapat menulis naskah drama yang baik
dan menarik, diperlukan latihan dan pemahaman tentang unsur-unsur yang dapat membangun
sebuah naskah drama. Untuk itu, disini kami paparkan beberapa unsur unsur instrinsik dan
ekstrinsik sebuah drama.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang termasuk unsur instrinsik sebuah drama ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui macam-macam unsur instrinsik sebuah drama
BAB II
PEMBAHASAN

A. Unsur Instrinsik Drama


Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro,
2002). Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-
unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik
sebuah drama adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita.
Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah drama berwujud. Atau
sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan
dijumpai jika kita membaca sebuah naskah drama.
Unsur unsur tersebut adalah sabagai berikut :

1. Judul
Judul adalah kepala karangan atau nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang
dapat menyiratkan isi buku tersebut. Judul suatu karya (buku) drama juga merupakan kunci
untuk melihat keseluruhan makna drama. Judul isi karangan selalu berkaitan erat. Drama juga
tergolong sebagai karya sastra fiksi. Sugiarta dalam Sudjarwadi (2004) menjelaskan, judul
pada karya fiksi bersifat manasuka, dapat diambil dari nama salah satu tempat atau tokoh
dalam cerita, dengan syarat sebaiknya melambangkan isi cerita untuk menarik perhatian.
Judul karangan seringkali berfungsi menunjukan unsur-unsur tertentu dari karya sastra,
misalnya :
1. Dapat menunjukan tokoh utama
2. Dapat menunjukan alur atau waktu
3. Dapat menunjukan objek yang dikemukakan dalam suatu cerita
4. Dapat mengidentifikasi keadaan atau suasana cerita
5. Dapat mengandung beberapa pengertian[1]

2. Tema
Tema adalah pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Pikiran pokok ini dikembangkan
sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang lebih menarik. Tema dikembangkan melalui
alur dramatik melalui dialog tokoh-tokohnya.

Tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang
dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Tema merupakan ide pusat atau pikiran
pusat, arti dan tujuan cerita, pokok pikiran dalam karya sastra, gagasan sentral yang menjadi
dasar cerita dan dapat menjadi sumber konflik-konflik.
Jika dikaitkan dengan dunia pengarang, tema adalah pokok pikiran didalam dunia pengarang.
Setiap karya sastra (fiksi) telah mengandung atau menawarkan tema. Tema mengikat
pengembangan cerita. Tema juga sebagai premis artinya rumusan inti sari yang merupakan
landasan untuk menentukan tujuan dan arah cerita.[2]

3. Alur/Plot
Alur disebut juga plot. Alur adalah jalinan atau rangkaian peristiwa berdasarkan hubungan
waktu dan hubungan sebab- akibat. Sebuah alur cerita juga harus menggambarkan jalannya
cerita dari awal (pengenalan) sampai akhir (penyelesaian). Sebuah alur dapat dikelompokkan
dalam beberapa tahapan, sebagai berikut.
a. Pengenalan
Pengenalan merupakan bagian permulaan pementasan drama, pengenalan para tokoh
(terutama tokoh utama), latar pentas, dan pengungkapan masalah yang akan dihadapi
penonton.
Perhatikan penggalan teks drama berikut ini! .
Pentas menggambarkan sebuah ruangan kelas waktu
pagi hari. Tampak di sana beberapa meja kursi,
> Pengenalan latar pentas
kurang begitu teratur rapi. Beberapa papan majalah
dinding tersandar di dinding dan di meja.
Seorang pemuda pelajar sedang duduk di atas meja.
Ia bersilang tangan. Pemuda itu Anton namanya. Ia
> Pengenalan para tokoh
adalah Pemimpin Redaksi majalah dinding itu.
Sedangkan Rini, Sekretaris Redaksi, duduk di kursi.
Waktu itu hari Minggu., Anton tampak kusut.
Wajahnya muram. Ia belum mandi, hanya mencuci
muka dan gosok gigi. Ia terburu-buru ke sekolah
karena mendengar berita dari Wilar, Wakil > Pengungkapan masalah
Pimpinan Redaksi, bahwa majalah dinding itu
dibreidel oleh Kepala Sekolah, gara-gara karikatur
Trisno mengejek Pak Kusno, guru karate.

b. Pertikaian
Setelah tahap pengenalan, drama bergerak menuju pertikaian yaitu pelukisan pelaku yang
mulai terlibat ke dalam masalah pokok.
c. Perhatikan penggalan teks drama berikut ini!
Anton : Tapi masih ada satu bahaya.
Rini : Bahaya ?
Kardi : Nasib Trisno, karikaturis kita itu?
Anton : Bisa jadi dia akan celaka.

Pada kutipan di atas terlihat bahwa drama sudah mulai masuk ke dalam tahap pertikaian atau
konflik. Penggambaran masalah sudah semakin jelas bahwa Trisno sudah membuat karikatur
yang mengejek. Kejadian itu berbahaya seperti terlihat pada perkataan Rini pada dialog di
atas, yaitu "Bahaya?".
d. Puncak,
Pada tahap ini pelaku mulai terlibat dalam masalah-masalah pokok dan keadaan dibina untuk
menjadi lebih rumit lagi. Keadaan yang mulai rumit ini, berkembang hingga menjadi krisis.
Pada tahap ini penonton dibuat berdebar, penasaran ingin mengetahui penyelesaiannya.
Perhatikan petikan drama berikut ini!
Trisno : Aku bilang, ide itu ide ...
Anton : Ide Anton?
Trisno : Ide Albertus Sutrisno sang pelukis! Dengar?
Tapi kaubilang sudah ada persetujuan dari Pimpinan
Rini :
Redaksi?
Trisno : Aku bilang bahwa tanpa sepengetahuan Anton, aku
pasang karikatur itu. Sepenuhnya tanggung jawab saya.
Dengar?
Kardi : Edaaaaan. Pahlawan tenan iki.
Anton : Kenapa kaubilang begitu. Menghina aku, Tris? Aku
yang suruh kau
melukis itu. Aku penanggungjawabnya. Akulah yang
mesti digantung ... bukan kau!

Pada kutipan di atas dapat dilihat bahwa puncak masalah itu adalah Anton tidak menyetujui
tindakan Trisno yang mencoba membelanya. Anton menganggap Trisno telah menghinanya,
seperti terlihat pada kutipan dialog yang dicetak tebal di atas.
e. Penyelesaian
Pada tahap ini dilukiskan bagaimana sebuah drama berakhir dengan penyelesaian yang
menggembirakan atau menyedihkan. Bahkan dapat pula diakhiri dengan hal yang bersifat
samar sehingga mendorong penonton untuk mengira-ngira dan memikirkan sendiri akhir
sebuah cerita.

Perhatikan penggalan teks drama berikut ini!


Anton : Kalau ketemu dia, pagi ini?
Wilar : Dia mau!
Anton : Mau.
Rini : Mau?
Wilar Jelas. Malah dia bilang begini. Aku wakil kelas kalian. Aku ikut
bertanggung jawab atas perbuatan kalian terhadap Pak
Kusno. Tapi kalian tidak boleh bertindak sendiri. Diam saja. Aku yang
akan maju ke Bapak Kepala sekolah. Aku akan menjelaskan bahwa
Pak Kusno memang kurang beres. Tapi kalau kalian berbuat dan
bertindak sendiri- sendiri, main corat-coret, atau membikin onar, kalian
akan aku laporkan polisi.

Pada tahap penyelesaian drama ini dapat dilihat bahwa drama ini berakhir dengan bahagia
karena permasalahan karikatur Trisno yang mengejek Pak Kusno akan diselesaikan oleh
salah satu guru, seperti kalimat yang dicetak tebal pada kutipan di atas.[3]

4. Perwatakan atau karakter tokoh


Perwatakan atau karakter tokoh adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon
drama. Karakter ini diciptakan oleh penulis lakon untuk diwujudkan oleh para pemain drama.
Tokoh-tokoh drama disertai penjelasan mengenai nama, umur, jenis kelamin, ciri-ciri fisik,
jabatan, dan keadaan kejiwaannya. Watak tokoh akan jelas terbaca dalam dialog dan catatan
samping. Watak tokoh dapat dibaca melalui gerak-gerik, suara, jenis kalimat, dan ungkapan
yang digunakan.
Perhatikan penggalan teks drama berikut ini! .
Lurah : Saya mesti tetap memikirkannya, Pak Jagabaya. Sebagai
seorang lurah, saya tidak akan berdiam diri menghadapi
persoalan ini.
Jagabaya : Tapi, maaf, Pak Lurah, saya rasa tindakan Pak Lurah dalam
menghadapi persoalan ini kurang tegas. Maaf, Pak Lurah
kurang cak-cek, kurang cepat.
Lurah : Memang, saya sadari saya kurang tegas dalam hal ini. Ini
saya sadari betul, Pak Jagabaya. Tapi tindakan saya yang
kurang cepat ini sebetulnya bukan berarti apa-apa. Terus
terang dalam menghadapi persoalan ini saya tidak mau
grasa-grusu.
Jagabaya : Memang tidak perlu grusa-grusu, Pak Lurah. Tapi, tidak
grusa- grusu bukan pula berarti diam saja dan hanya
plompang-plompong menunggu berita. Pak Lurah kan tinggal
memberikan perintah atau izin kepada saya untuk
mengadakan ronda kampung tiap malam.
Dari dialog antara Pak Lurah dengan Pak Jagabaya di atas dapat dilihat bahwa perwatakan
atau karakter kedua tokoh tersebut langsung diceritakan oleh pengarang, seperti gabungan
kata yang tercetak tebal pada teks drama di atas.
Menurut Akhmad Saliman (1996:25: 27) berdasarkan peranannya di dalam alur cerita tokoh
dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yakni:
1. Antagonis, tokoh utama berprilaku jahat
2. Protagonis, tokoh utama berprilaku baik
3. Tritagonis, tokoh yang berperanan sebagai tokoh pembantu
Selain itu, masih menurut Akhmad Saliman (1996 : 27) berdasarkan fungsinya di dalam alur
cerita tokoh dapat diklasifikasi menjadi 3 macam juga, yaitu:
1. Sentral, tokoh yang berfungsi sebagai penentu gerakan alur cerita
2. Utama, tokoh yang berfungsi sebagai pendukung tokoh antagonis atau protagonis
3. Tokoh pembantu, tokoh yang berfungsi sebagai pelengkap penderita dalam alur cerita.
Tokoh-tokoh drama biasanya disertai penjelasan mengenai nama, umur, jenis kelamin, ciri-
ciri fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaannya. Watak tokoh akan jelas terbaca dalam dialog
dan catatan samping. Watak tokoh dapat dibaca melalui gerak-gerik, suara, jenis kalimat, dan
ungkapan yang digunakan.[4]

5. Dialog
Ciri khas suatu drama adalah naskah tersebut berbentuk percakapan atau dialog. Penulis
naskah drama harus memerhatikan pembicaraan yang akan diucapkan. Ragam bahasa dalam
dialog antar tokoh merupakan ragam lisan yang komunikatif.
Dialog melancarkan cerita atau lakon. Dialog mencerminkan pikiran tokoh cerita. Dialog
mengungkapkan watak para tokoh cerita. Dialog merupakan hubungan tokoh yang satu
dengan tokoh yang lain. Dialog berfungsi menghubungkan tokoh yang satu dengan tokoh
yang lain. Dialog juga berfungsi menggerakan cerita dan melihat watak atau kepribadian
tokoh cerita.
Ada beberapa macam tenik dialog diantaranya adalah :
a) Monolog : Percakapan yang dilakukan seorang diri.
b) Konversi : Percakapan
c) Prolog : pembukaan atau pengantar naskah yang berisi keterangan atau pendapat
pengarang tentang cerita yang akan disajikan
d. Epilog : bagian penutup pada karya sastra yang fungsinya menyampaikan intisari
atau kesimpulan pengarang mengenai cerita yang disajikan
Perhatikan penggalan teks drama berikut ini!
Yanti : Lebih dari itu, aku lebih ingin menyelesaikan persoalan.
Cara seperti itu tidak menyelesaikan persoalan. Itu
bahkan menyiksa. Makin menyiksa.
Asdiarti : Lalu, mesti gimana?
Yanti : Aku tak mengerti.
Asdiarti : Tidak mengerti?
Disebut dialog karena percakapan itu minimal dilakukan oleh dua orang. Nah, kutipan teks
drama di atas dapat disebut sebagai dialog karena diucapkan secara bergantian oleh tokoh
yang bernama Yanti dan Asdiarti.

6. Petunjuk laku
Petunjuk laku atau catatan pinggir berisi penjelasan kepada pembaca atau para pendukung
pementasan mengenai keadaan, suasana, peristiwa, atau perbuatan, tokoh, dan unsur-unsur
cerita lainnya. Petunjuk laku sangat diperlukan dalam naskah drama. Petunjuk laku berisi
petunjuk teknis tentang tokoh, waktu, suasana, pentas, suara, keluar masuknya aktor atau
aktris, keras lemahnya dialog, dan sebagainya. Petunjuk laku ini biasanya ditulis dengan
menggunakan huruf yang dicetak miring atau huruf besar semua. Di dalam dialog, petunjuk
laku ditulis dengan cara diberi tanda kurung di depan dan di belakang kata atau kalimat yang
menjadi petunjuk laku.[5]
Perhatikan petikan drama berikut!
Panggung menggambarkan suatu kelas. Ada tiga atau empat meja, kursi murid, sebuah meja
dan kursi untuk guru, dan sebuah papan tulis. Letak perlengkapan itu diatur sedemikian
rupa sehingga memberikan kesan sebuah kelas. Yanti, seorang pelajar, tampak tengah duduk
di salah satu meja itu. Ia menekuni sebuah buku pelajaran.
Asdiarti : (Masuk dan terkejut melihat Yanti masih di kelas) Kau
masih disini, Yanti? Belum pulang?
(Tidak menjawab. Ia hanya menggeleng-geleng, dan terus
Yanti :
melanjutkan membaca)
Asdiarti : (Mendekati) Ada sesuatu?
Yanti : (Menggeleng)

7. Latar
Latar merupakan unsur struktural yang sangat penting. Latar di dalam lakon atau cerita drama
harus mendukung para tokoh cerita dan tindakannya. Pengarang tentu membuat latar yang
tepat demi keberhasilan dan keindahan struktur drama. Penggunaan latar yang berhasil juga
menentukan keberhasilan suatu karya drama. Penyaji latar yang tepat dapat menciptakan
warna kedaerahan yang kuat sehingga dapat menghidupkan carita. Latar adalah lingkungan
tempat berlangsungnya peristiwa yang dapat dilihat, termasuk di dalamnya aspek waktu,
iklim, dan periode sejarah. Latar mendukung dan menguatkan tindakan tokoh-tokoh cerita.
Latar memberikan pijakan cerita dan kesan realistis kepada pembaca untuk menciptakan
suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 1995).
Fungsi latar yaitu:
1. menggambarkan situasi
2. proyeksi keadaan batin para tokoh cerita
3. menjadi metafor keadaan emosional dan spiritual tokoh cerita
4. menciptakan suasana
Unsur-unsur latar yaitu:
1. letak geografis
2. kedudukan / pekerjaan sehari-hari tokoh cerita
3. waktu terjadinya peristiwa
4. lingkungan tokoh cerita
Aspek latar berdasarkan fungsinya mencakup:
1. tempat terjadinya peristiwa
2. lingkungan kehidupan
3. sistem kehidupan
4. alat-alat atau benda-benda
5. waktu terjadinya peristiwa[6]
Perhatikan penggalan teks drama berikut ini!
Asdiarti : Maka kita gelisah. Karena sebenarnya kita tak pernah mengerti
nasib kita yang akan datang.
Yanti : Dan persoalannya yang kita hadapi itu, tidak bisa dipecahkan
dengan ilmu pengetahuan yang akan kita terima di
sekolah sekarang ini.
Asdiarti : Kau mau? (Mengeluarkan sebatang rokok)
Yanti : (Menerima lalu diletakkan di atas meja)
Asdiarti : Ambillah. Simpanlah di tasmu. Jangan sampai
kelihatan guru kita.

Dari penggalan teks drama di atas dapat diketahui bahwa latar cerita tersebut adalah di salah
satu ruang yang ada di sekolah. Hal ini ditunjukkan dengan kata-kata tercetak tebal yang
menunjukkan bahwa dialog tersebut dilakukan di sebuah kelas.
8. Amanat
Menurut Akhmad Saliman (1996 : 67) amanat adalah segala sesuatu yang ingin disampaikan
pengarang, yang ingin ditanakannya secara tidak langsung ke dalam benak para penonton
dramanya.
Harimurti Kridalaksana berpendapat amanat merupakan keseluruhan makna konsep, makna
wacana, isi konsep, makna wacana, dan perasaan yang hendak disampaikan untuk dimengerti
dan diterima orang lain yang digagas atau ditujunya.
Amanat di dalam drama ada yang langsung tersurat, tetapi pada umumnya sengaja
disembunyikan secara tersirat oleh penulis naskah drama yang bersangkutan.[7]
Perhatikan penggalan teks drama berikut ini.
Kakek : Manusia harus menghayati hidupnya, bukan menghayati disiplin mati itu ...
doktrin-doktrin itu harus ... harus ...
Nenek : Suamiku, sudahlah nanti penyakit napasmu kumat lagi kalau kau terlalu
bersemangat begitu ...
Kakek : Kreativitas harus dibangkitkan. Bukan dengan konsep-konsep tetapi
dengan merangsangnya...dengan menggoncangkan jiwanya ... agar tumbuh
keberaniannya menjadi dirinya sendiri. Tidak menjadi manusia bebek.
Yang cuma meniru-meniru ...(Kakek rebah, Nenek menjerit)
Nenek : (Tersedu)
Pada kutipan di atas, amanat petikan drama tersebut diungkapkan secara tersurat oleh
pengarang, yaitu Kreativitas harus dibangkitkan.

9. Bahasa
Unsur drama yang lain yang sangat penting adalah bahasa. Bahasa yang dipilih pengarang
untuk kemudian dipakai dalam naskah drama tulisannya pada umumnya adalah bahasa yang
mudah dimengerti (bersifat komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan
keseharian. Bahasa yang berkaitan dengan situasi lingkungan, sosial budaya, dan pendidikan.
Dalam hubungannya dengan plot, bahasa memiliki beberapa peran. Bahasa menggerakkan
plot atau alur cerita. Bahasa juga menjelaskan bagian bagian plot yang tidak dipertunjukkan
dalam pentas.
Bahasa juga menjelaskan latar belakang dan suasana cerita. Melalui bahsa yang diucapkan
oleh para tokoh cerita atau petunjuk pengarang. Kita mengetahui tentang tempat, waktu, atau
zaman dan keadaan di mana cerita terjadi. Bahasa juga menciptakan suasana terpenting
dalam cerita. . suasana cerita dapat bersuasana murung, riang, bersemangat dll. Suasana ini
terjadi berkat kemampuan pengrangdi dalam memilih kata-kata dan bentuk-bentuk kalimat.
Bahasa pun sangat penting hubungannya dengan tokoh cerita. Disamping oleh perbuatannya,
watak tokoh cerita dilukiskan melalui apa yang dikatakannya atau apa yang dikatakan oleh
tokoh lain tentang dia. Akhirnya bahasa berperan besar dalam mengungkapkan buah pikiran
pengarang. Kalau tokoh-tokoh cerita tidak mengungkapkan buah pikiran pengarang secara
langsung,pembaca atau penonton akan menyimpulkan buah pikiran itu terutama melalui
bahasadisamping perbuatan tokoh-tokoh cerita.[8]

10. Interpretasi
Penulis naskah drama selalu memanfaatkan kehidupan masyarakat sebagai sumber gagasan
dalam menulis naskah drama. Naskah yang ditulisnya dapat dipertanggungjawabkan,
terutama secara nalar. Artinya ketika naskah drama tersebut dipentaskan akan terasa wajar,
logis, tidak janggal dan tidak aneh. Bahkan harus diupayakan menyerupai kehidupan yang
sebenarnya dalam masyarakat.[9]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

o Unsur intrinsik sebuah drama adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta
membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah
drama berwujud.
o Judul adalah kepala karangan atau nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku
yang dapat menyiratkan isi buku tersebut. Judul suatu karya (buku) drama juga
merupakan kunci untuk melihat keseluruhan makna drama.
o Tema adalah pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Pikiran pokok ini
dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang lebih menarik.
o Alur disebut juga plot. Alur adalah jalinan atau rangkaian peristiwa berdasarkan
hubungan waktu dan hubungan sebab- akibat. Sebuah alur cerita juga harus
menggambarkan jalannya cerita dari awal (pengenalan) sampai akhir (penyelesaian).
o Perwatakan atau karakter tokoh adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh
dalam lakon drama. Karakter ini diciptakan oleh penulis lakon untuk diwujudkan oleh
para pemain drama.
o Dialog adalah Ciri khas suatu drama adalah naskah tersebut berbentuk percakapan atau
dialog. Penulis naskah drama harus memerhatikan pembicaraan yang akan diucapkan.
Ragam bahasa dalam dialog antar tokoh merupakan ragam lisan yang komunikatif.
o Petunjuk laku atau catatan pinggir berisi penjelasan kepada pembaca atau para
pendukung pementasan mengenai keadaan, suasana, peristiwa, atau perbuatan, tokoh,
dan unsur-unsur cerita lainnya.
o Latar merupakan unsur struktural yang sangat penting. Latar di dalam lakon atau cerita
drama harus mendukung para tokoh cerita dan tindakannya. Latar mendukung dan
menguatkan tindakan tokoh-tokoh cerita. Latar memberikan pijakan cerita dan kesan
realistis kepada pembaca untuk menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-
sungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 1995).
o Menurut Akhmad Saliman (1996 : 67) amanat adalah segala sesuatu yang ingin
disampaikan pengarang, yang ingin ditanakannya secara tidak langsung ke dalam benak
para penonton dramanya.
o Bahasa yang dipilih pengarang untuk kemudian dipakai dalam naskah drama tulisannya
pada umumnya adalah bahasa yang mudah dimengerti (bersifat komunikatif), yakni
ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan keseharian.
o Interpretasi adalah Penulis naskah drama selalu memanfaatkan kehidupan masyarakat
sebagai sumber gagasan dalam menulis naskah drama. Naskah yang ditulisnya dapat
dipertanggungjawabkan, terutama secara nalar.
DAFTAR PUSTAKA

Sumardjo,Jacob.1987.Apresiasi Kesusastraani.Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama


http://othersidemiku.wordpress.com/2012/09/06/unsur-intrinsik-drama
http://al-jadiyd.blogspot.com/2013/01/unsur-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik.html
http://edukasi.blogspot.com/p/menulis-kraetif-naska-drama.html

[1]
Lihat : http://al-jadiyd.blogspot.com/2013/01/unsur-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik.html (29
Mei 2013)
[2]
Lihat : http://al-jadiyd.blogspot.com/2013/01/unsur-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik.html (29
Mei 2013)
[3]
Lihat : http://edukasi.blogspot.com/p/menulis-kraetif-naska-drama.html (15 maret 2013)
[4]
Lihat : http://othersidemiku.wordpress.com/2012/09/06/unsur-intrinsik-drama(15 Maret
2013)
[5]
Lihat : http://othersidemiku.wordpress.com/2012/09/06/unsur-intrinsik-drama (15Maret
2013)
[6]
Lihat : http://al-jadiyd.blogspot.com/2013/01/unsur-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik.html(29
Mei 2013)
[7]
Lihat : http://al-jadiyd.blogspot.com/2013/01/unsur-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik.html(29
Mei 2013)
[8]
Jakob Sumardjo.Apresiasi Kesusastraan.(Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama,1987),145-
146
[9]
Lihat :http://othersidemiku.wordpress.com/2012/09/06/unsur-intrinsik-drama(15 Maret
2013)
[10]
http://al-jadiyd.blogspot.com/2013/01/unsur-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik.html(29 Mei
2013)

Anda mungkin juga menyukai