Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL BOOK REVIEW

Dosen pengampu: Prof. Dr. Mardianto, M.Pd

Disusun Oleh :

Nama: Nailah Kaltsum

NIM : 0302232022

Kelas : Pba-3/ semester 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATERA UTARA


2024
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
yang telah memberikan kita kesehatan, kekuatan, sehingga kita dapat berkumpul diruangan yang
kita sama-sama cintai ini.

Akhirnya saya kami dapat menyelesaikan makalah Critical Book Riview ini tepat pada
waktunya. Walaupun hasilnya masih jauh dari apa yang menjadi harapan pembimbing. Namun
sebagai awal pembelajaran dan supaya menambah spirit dalam mencari pengetahuan yang luas
dilapangan, bukan sebuah kesalahan jika saya mengucapkan kata syukur.

Kesalahan yang terdapat di dalam jelas ada. Namun bukanlah kesalahan yang tersengaja
melainkan karena khilafan dan kelupaan. Dari kesemua kelemahan saya kiranya dapat
dimaklumi.

Demikian, harapan saya semoga hasil Critical Book Riview ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Dan menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang baru pula,
amin.

Medan, 22 Maret

2024

Nailah Kaltsum

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
IDENTITAS BUKU.......................................................................................................................1
Identitas Reviewer........................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
RINGKASAN BUKU....................................................................................................................2
Ringkasan Isi Buku......................................................................................................................2
BAB III...........................................................................................................................................9
REKOMENDASI...........................................................................................................................9

ii
BAB I

IDENTITAS BUKU
A. Identitas Reviewer

Nama : Nailah Kaltsum


NIM : 0302232022
Jurusan/Semester : Pendidikan Bahasa Arab 3/ Semester 2
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Mardianto, M.Pd

B. Identitas Buku

Judul Buku : Materi Pokok Psikologi Pendidikan


Penulis : Drs. Noehi Nasution, M. A.,dkk
Penerbit : UT, Depdikbud
Tahun Terbit 1991
Tempat Terbit : Jakarta

Jumlah Halaman : 318 halaman


Cetakan : Pertama, Kedua, Ketiga

1
BAB II
RINGKASAN BUKU

A. Definisi Belajar

Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu kalau padanya terjadi perubahan pur tertentu,
misalnya dari tidak dapat naik motor menjadi dapat naik motor, dari tit Mengenai " dapat
menggunakan kalkulator menjadi mahir menggunakannya, dari tidak mampu sesuatu proc
berbahasa Inggris menjadi mahir dalam bahasa tersebut, dari tidak tahu sopan santun dari hasilny
menjadi seseorang yang sangat sopan, dan sebagainya.

Namun tidak semua perubahan dapat disaks yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena
orang tersebut telah belajar. Bebe. terhadap ke rapa perubahan yang terjadi pada bayi, terjadi
terutama bukan karena belajar, misalnya bayi yang tadinya tidak dapat memegang benda lalu dapat
memegang benda, bayi tadinya tidak dapat tengkurep lalu dapat tengkurep, anak yang tadinya tidak
dapat duduk lalu dapat duduk. Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena kematangan.

Di samping itu, masih ada satu jenis perubahan lagi yang tidak dapat digolongkan sebagai
perubahan yang terjadi karena belajar. Yang dimaksud di sini adalah perubahan yang terdapat pada
seseorang itu sangat singkat, dan kemudian segera hilang lagi. Misalnya seseorang secara
kebetulan dapat memperbaiki pesawa radio atau dapat memecahkan suatu soal, tetapi ketika harus
mengerjakan hal-hal itu sekali lagi tidak dapat. Orang tersebut sebenarnya belum belajar hal-hal
yang berhubungan dengan kecakapan, dengan perkataan lain dengan kecakapan memper baiki
pesawat radio atau kemampuan memecahkan soal belum terdapat pada orang tersebut. Satu hal lagi
yang perlu disebutkan, yaitu perubahan sebagai hasil belajar itu diperoleh karena individu yang
bersangkutan berusaha untuk itu. hal tersebu yang mem dari terbe tingkah b perubahan Lingkup
lingkup 1.

Dari uraian di atas dapatlah diidentifikasi ciri-ciri kegiatan yang disebut "belajar" yaitu:

(a) Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik
aktual maupun potensial.
2
(b) Perubahan itu pada dasarnya berupa didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam
waktu yang relatif lama.

(c) Perubahan itu terjadi karena usaha.

Untuk memahami kegiatan yang disebut "belajar" itu perlulah dilakukan analisis untuk
menemukan persoalan-persoalan apa yang terlihat di dalam kegiatan

Menurut Gagne "Kemahiran intelektual ses semakin menguasai cara berpikir yang tidak bo
menill alam berpikir tie (b) ber berperaga sangat menonjolan bir atari apa yang disemahiran
Intelektua di mana orang memperoleh pemahaman dan menggunakan konsep, kaidah prinsip. Di
sini pula terdapat "berpikir intelektual" yaitu berpikir dengan meng dan menggunakan pemahaman
melalui penguasaan konsep dan relasi-relasi anı konsep itu. Demikian juga pemahaman semacam
itu disebut "pemaham intelektual".

B. Faktor Kognitif

Fakto Ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan bentu bentuk
representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, entah objek itu oran benda atau
kejadian/peristiwa. Objek-objek itu dipresentasikan atau dihadirk yang dalam diri seseorang
melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuan atau merupakan sesuatu yang bersifat
mental. Oleh karena itu kemampuan kognitif i prase siswa dapat menghadirkan realitas dunia di
dalam dirinya sendiri, dari hal-hal ya Mem bersifat material dan berperaga seperti perabot rumah
tangga, kendaraan, bangun ini. F dan orang, sampai hal-hal yang tidak bersifat material dan
berperaga seperti oleh "keadilan, kejujuran" dan lain sebagainya. Jelaslah kiranya, bahwa semakin
bany. Mes pikiran dan gagasan dimiliki seseorang, semakin kaya dan luaslah alam pikin perk

kognitif orang itu. Adapun yang termasuk dalam aktivitas kognitif ini yaitu (a) mengingat di bahw
(b) berpikir.

(a) mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, di mana orang menyadari bah pengetahuannya
3
berasal dari masa yang lampau atau berdasarkan kesan-kes yang diperoleh di masa lampau. Ada
dua bentuk mengingat yaitu: mengen sam kembali dan mengingat kembali,

Yang memegang peranan lebih penting di sekolah ialah reproduksi pengetahui dah
misalnya pada waktu ujian siswa harus mereproduksikan kembali pengetahui ben dan pemahaman
yang telah diperoleh selama mengikuti pelajaran. Pada saat-sa mempelajari materi untuk pertama
kali, siswa mengolah bahan pelajaran (fs Sec fiksasi), yang kemudian disimpan dalam ingatan (fase
retensi); akhirnya male bila yang dipelajari dahulu dan disimpan itu direproduksikan kembali (fs
me evokasi). Siswa dapat belajar untuk mengingat kembali dengan lebih ba mu terutamen dengan
memperhatikan dan mempelajari materi yang harus diing dip kelak dengan sungguh-sungguh. Jadi,
kemajuan dalam mengingat kembal sanisasi. Hal ini menjaonsentrasi dan cara mengolah materi
pelajaran po bel saat fiksasi. Hal ini menjadi nyata bila siswa menghafal materi mencamkan
sesuatu dengan mencari pemahaman. bila sisw
Gagne "Kemahiran intelektual seseorang semakin semakin menguasai cara berpikir yang
tidak berperaga. Dalam berperaga sangat menonjollah manfaat dari apa yang disebut bermana
orang memperoleh pemahaman dan menggunakan konsep, kait prinsip. Di sini pula terdapat
"berpikir intelektual" yaitu berpikir dengan m dan menggunakan pemahaman melalui penguasaan
konsep dan konsep itu. Demikian juga pemahaman semacam itu disebut "pemah intelektual".
relasi-relasia

Ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan ben bentuk representasi
yang mewakili objek-objek yang dihadapi, entah objek ituon benda atau kejadian/peristiwa. Objek-
objek itu dipresentasikan atau dihadis yang dimiliki ses dalam diri seseorang melalui tanggapan,
gagasan atau lambang, yang semur atau fondasi bah merupakan sesuatu yang bersifat mental. Oleh
karena itu kemampuan kognitifi prasekolah meru siswa dapat menghadirkan realitas dunia di i
dalam dirinya sendiri, dari hal-hal ya bersifat material dan berperaga seperti perabot rumah tangga,
kendaraan, bangus dan orang, sampai hal-hal yang tidak bersifat material dan berperaga seperti
keadilan, kejujuran" dan lain sebagainya. Jelaslah kiranya, bahwa semakin bany pikiran dan
gagasan dimiliki seseorang, semakin kaya dan luaslah alam pikin kognitif orang itu.

Adapun yang termasuk dalam aktivitas kognitif ini yaitu (a) mengingatdi (b) berpikir.

4
(a) mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, di mana orang menyadari bahw
pengetahuannya berasal dari masa yang lampau atau berdasarkan kesan-kesa yang diperoleh di
masa lampau. Ada dua bentuk mengingat yaitu: mengedi kembali dan mengingat kembali,

Yang memegang peranan lebih penting di sekolah ialah reproduksi pengetahuan misalnya
pada waktu ujian siswa harus mereproduksikan kembali pengetahua dan pemahaman yang telah
diperoleh selama mengikuti pelajaran. Pada saat-sa mempelajari materi untuk pertama kali, siswa
mengolah bahan pelajaran (fas fiksasi), yang kemudian disimpan dalam ingatan (fase retensi);
akhirnya maten yang dipelajari dahulu dan disimpan itu direproduksikan kembali (fas evokasi).
Siswa dapat belajar untuk mengingat kembali dengan lebih baik. terutama dengan memperhatikan
dan mempelajari materi yang harus diingal kelak dengan sungguh-sungguh. Jadi, kemajuan dalam
sangat tergantung pada konsentrasi dan cara mengolah materi pelajaran pada mengingat kembali.
saat fiksasi. Hal ini menjadi nyata bila siswa menghafal sesuatu dan bila siswa mencamkan sesuatu
dengan mencari pemahaman.
Indonesia, orang cenderung berpendapat bahwa belajar pada pagi hari akan lebih baik
hasilnya daripada belajar pada sore hari.

Di samping konc

Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia dan representasinya maupun kondisi
pancaindera yang berwujud 1 hal-hal lain, langsung berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar,
Seseorang yang sedang belajar memecahkan soal akan terganggu, bila ada orang yang mondar-
mandir di dekatnya atau keluar masuk kamarnya, atau bercakap-cakap di dekat tempat belajar itu.
Representasi manusia seperti potret, tulisan, suara juga berpengaruh.
dipelajari oleh manu

Dalam banyak hal, terdapat pengaruh kurang menguntungkan dari lingkungan terhadap
proses belajar, seperti suara mesin pabrik, dan hiruk-pikuk lalu lintas. Inilah antara lain alasannya
mengapa gedung sekolah didirikan di tempat yang jauh dari pabrik atau tempat kerja, dan jauh dari
keributan lalu-lintas.

Faktor-faktor Instrumental
5
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang pengadaan dan penggunaannya dirancangkan
sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai
sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah dirancangkan pula. Faktor-faktor ini
dapat berwujud gedung, perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, dan sebagainya.

Kiranya jelas, bahwa faktor-faktor yang disebutkan di atas itu dan faktor-faktor lain yang
sejenis besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Evaluasi mengenai keberhasilan usaha belajar
harus memperhitungkan faktor-faktor instrumental itu.

Kondisi Individu Pelajar

Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, barangkali kondisi
individu pelajar yang memegang peranan paling menentukan. Jika diuraikan, kondisi individu ini
dapat dibedakan menjadi dua kelompok atau faktor.

yaitu:

(a) Kondisi fisiologis

(b) Kondisi psikologis.

C. Kondisi fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar


seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang
dalam keadaan kelelahan. Ayak-anak yang kekurangan belajarnya dikemampuan belajarnya di
bawah anak makan tidak kekurangan
1) Fase pengolahan: mempelajari prosedur yang harus diikuti dan melatih de baik
subketerampilan maupun keseluruhan rangkaian gerak-gerik, disen, pengaturan yang baik. Fase ini
memegang peranan pokok.

6
2) Fase menggali: menggali "program mental" yang tersimpan dalam LTM (da ingatan).
Diperkirakan, program mental ini langsung menjadi masukan bagi faş prestasi dan tidak disalurkan
melalui STM.

3) Fase umpan balik: pengesahan merupakan wujud umpan balik intrinsik ata Berpinsik
sebagaimana diterangkan di pumaan keterampilan, sampai semuany berjalan secara otomatis.

Kondisi intern:

Motivasi sebagai penunjang. Bila kompleksitas keterampilan yang dipelajar beberapa kali,
setiap ka menuntut supaya sub-subketerampilan dilatih lebih dahulu, sub-subkomponen itt menjadi
prasyarat yang harus dipenuhi lebih dahulu.

Kondisi ekstern:

Menyangkut komunikasi kepada siswa mengenai prosedur yang harus dipegang sebagai
pola, disertai demonstrasi dalam bentuk gambar, diagram, film atau contoh nyata. Selain itu, siswa
akan sangat tertolong bila waktu-waktu untuk latihan diatur dengan baik.

Belajar sikap berarti memperoleh kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu
objek, berdasarkan penilaian terhadap objek itu sebagai hal yang berguna berharga (sikap positif)
atau tidak berharga berguna (sikap negatif).

Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang berperan sekali dalam mengambil
tindakan (action), lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak atau tersedia
beberapa alternatif. Sikap merupakan sesuatu yang bersifat agak rumit, yang mengandung
komponen-komponen atau aspek-aspek, yaitu c) Belajar dari m aspek kognitif, aspek afektif dan
aspek konatif. Aspek terakhir perlu mendapat tekanan, karena kemauan atau kerelaan untuk
bertindak, akhirnya, menentukan apakah seseorang berbuat sesuatu ses dengan lap yang
dimilikinya. Dalam rangka belajar sikap, pe lar

7
BAB III

REKOMENDASI

A. Rekomendasi untuk Pendidikan Bahasa Arab

Diagnosis kesulitan belajar berarti pemeriksaan yang dilakukan oleh guru atau penyuluh
terhadap murid yang diduga mengalami kesulitan belajar untuk menentukan jenis dan kekhususan
kesulitan belajar yang dihadapi. Dari hasil diagnosis ini guru merancang pertolongan terhadap
murid ini berupa perbaikan belajar-mengajar.

Diagnosis dan perbaikan belajar mempunyai peranan penting dalam membantu murid
berkembang sesuai dengan kemampuannya, mendorong guru untuk lebih mengenal
keanekaragaman muridnya, serta untuk meningkatkan kepuasan murid belajar dan kepuasan guru
mengajar.

Kemampuan/keterampilan melakukan diagnosis dan perbaikan belajar perlu dimiliki oleh


guru karena pada umumnya pelayanan hanya dirancang untuk murid dengan kemamppuan rata-
rata, sedangkan murid dalam kelas banyak yang berada "di luar" rata-rata tersebut.

Dalam melakukan diagnosis dan perbaikan belajar, beberapa hal penting perlu s Diagnosis
k diingat. Hal-hal tersebut antara lain:

1. belajar adalah perbuatan yang kompleks,


2. kesulitan belajar dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
3. gejala kesulitan belajar dapat muncul dalam berbagai bentuk,
4. diagnosis dan perbaikan belajar harus dilakukan seawal mungkin,
5. kepercayaan dan rasa simpati merupakan modal utama dalam diagnosis dan
perbaikan belajar-mengajar,
6. diagnosis yang tepat menghasilkan perbaikan yang mungkin tepat, dan
8
7. perbaikan belajar bersifat unik.
Dengan penjelasan sebelumnya sebagaimana yang telah Anda pelajari, maka dapat disimpulkan
bahwa:

1. Perkembangan intelektual menurut Piaget dan Gagne.

Piaget:
Anak berkembang dengan lingkungannya melalui "skema" "yang dipunyai, dengan cara
mengadakan asimilasi dan akomodasi. Melalui asimilasi dan akomodasi pengalaman baru
diperoleh melalui tahap-tahap:

1. Sensorimotor
2. Praoperasi
3. Operasi konkret
4. Operasi formal

Gagne:
Perkembangan intelektual anak, melalui urutan hierarki dari masing-masing kemampuan
seperti persepsi, konsep, kaidah dan prinsip. Proses perkembangan intelektual itu terjadi pada anak
yang sedang belajar.

2. Peaget mengemukakan fase-fase perkembangan kognitif, setiap fase ini tidak murni artinya ada
unsur-unsur dari fase terdahulu dan fase yang akan datang. Fase- fase tersebut adalah:

1. Sensoimotor (0-2 tahun)


2. Intuitif atau praoperasional (2-7 tahun)
3. Operasi konkret (7-11 tahun)
4. Operasi formal (11-16 tahun)

3. Bahasa berkembang diawali adanya kebutuhan anak terhadap keinginan bergaul, keinginan
memperoleh informasi, keinginan menyatakan pendapat/kemauan ataupun keinginan menguasai
orang lain. Perkembangan bahasa anak sangat eral hubungannya dengan tahap-tahap
9
perkembangan fisik maupun psikis anak itu. Proses-proses seperti belajar, penggunaan ingatan,
penanaman kebiasaan dalam pendidikan dan pengajaran merupakan unsur penting yang
mempengaruhi perkembangan bahasa.
4. Konsep ialah kemampuan untuk mengadakan diskriminasi antara golongan- golongan objek dan
sekaligus mengadakan generalisasi dengan mengelom- pokkan objek-objek yang mempunyai satu
atau lebih ciri yang sama. Kaidah ialah kemampuan untuk menghubungkan beberapa konsep,
sehingga terbentuk suatu pemahaman baru yang mewakili kenyataan yang biasanya terjadi. Prinsip
ialah kemampuan untuk menggabungkan beberapa kaidah, sehingga pemahaman yang lebih tinggi,
yang membantu memecahkan suatu problem atau masalah.

Beberapa contoh hasil perbuatan belajar sebagai berikut:

1) Hasil belajar perseptual antara lain:

Anak-anak TK menemukan perbedaan-perbedaan antara benda-benda menurut ciri-ciri fisiknya,


yaitu bentuk, ukuran, warna, panjang, lebar, kasar, halus, dan bunyi.

Anak-anak SD dapat membedakan bentuk-bentuk huruf (misal D dan F) dan bentuk-bentuk angka
(misal 6 dan 7). Siswa SMP bisa membedakan warna kuning, merah, hijau dan sebagainya.

Siswa bisa membedakan bentuk segi tiga dengan lingkaran, garis panjang dengan garis lengkung;
rasa asin, bau busuk; bau harum.

2) Hasil belajar konsep antara lain:

Anak bisa membedakan antara garis lurus dengan garis lengkung; antara garis tipis dan garis tebal.
Diskriminasi perseptual mengenai dua ciri fisik.
Anak bisa membedakan antara kelompok 3 garis lurus yang sama panjangnya, dan kelompok 3
garis lengkung yang tidak sama panjang tebal dan posisinya.

Program Penyetaraan D-II Guru Sekolah Dasar


terhadap fakta dapat bermacar Menurut Robert M. Gagne', dalam meninjau proses belajar,
1
0
perhatian khus, atau diberikan diberikan pada syarat-syarat yang harus dipenuhi pelajar.
Pembahasan mengen itu. Makab syarat-syarat intern dan ekstern, ternyata mempunyai kegunaan
praktis ba seseorang tenaga pengajar, yang mendampingi siswa dalam menjalani suatu prose
belajar dengan Setiap proses belajar diikuti sub-subproses belajar serta serangkaian fase-fasi
diberikan pa Rangkaian fase-fase itu dapat ditemukan dalam setiap jalur belajar; mengingat ciri ciri
khas masing-masing jalur, maka akan nampak perbedaan perwujudan dat (1) Fase mo beberapa
fase, yaitu pada fase tertentu. Masing-masing proses dijelaskan sebaga berikut: kata ata

Proses Belajar Informasi Verbal

Diawali dari anak kecil yang mulai mengetahui nama untuk konsep-konse konkret yang
sederhana. Misal "di, atas", "di bawah", "di sekolah". Orang tu membantu dengan menyebutkan
nama-nama benda konkret itu. Di Sekolah Dasar anak mempelajari lebih banyak nama untuk
berbagai objek dalam lingkungat hidupnya. Kesulitan akan timbul jika siswa di sekolah
mempelajari pasangan kata kata, seperti: menghafal pedoman kata Indonesia - Inggris, misal "kursi
- chair".

Kesulitan ini dapat diatasi dengan:

1) Mempelajari daftar kata-kata secara berulang-ulang (mengulang dengan tujuat meningkatkan


penyimpanan, lebih baik sering mengulang dalam waktu yang (4) Fa tidak terlalu lama).

2) Menciptakan suatu siasat untuk mengarahkan pedoman kata-kata dalam ingatan Menciptakan
suatu bayangan yang berfungsi sebagai penghubung antara kedua
Dalam mempelajari sejumlah fakta dan dah batu na dikiran diikutsertakan menu sampai mungkin
terbentuk konsep dan kaidah baru atau digunakan konsriakan. pelaku pendidikan mempunyai
tanggung jawab untuk mengembangkan ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Di sekolah
pengembangan ranah ini dilakukan melalui mata pelajaran yang menjadi tanggung jawab para
pendidik. Setiap mata pelajaran menjadi wahana untuk mengembangkan ketiga ranah di atas. Ada
mata pelajaran yang berperan banyak dalam pengembangan koginitif dibandingkan dengan dua
ranah yang lain. Yang tidak dapat dipungkiri pelajaran memegang peranan dalam pengembangan
masing Setela masing ranah sangat tergantung pada kreativitas guru.
1
1
Pada hakikatnya penilaian berupaya untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan pendidikan
yang meliputi kemajuan dalam proses berpikir, kemajuan dalam keterampilan menggunakan
pancaindera, dan kemajuan dalam pembinaan moral dan
Tipe masalah yang terkait dengan kehidupan dunia nilai. Cara-cara pemecahan biasanya
menggunakan teknik pemilihan alternatif, teknik pengambilan keputusan, teknik interpretasi data
dari sudut pandangan nilai atau norma yang berbeda-beda, teknik pemberian prioritas menurut
norma dasar tertentu, dan sikap mengerti dan apresiatif terhadap norma-norma lain.

Tipe masalah inovatif (bersifat pembaharuan). Cara-cara pemecahan biasanya dapat


dilakukan melalui regenerasi, kreativitas, pernyataan yang artistik, dan penemuan. ASCD
mengemukakan ada empat kategoris strategi mengajar untuk pengembangan berpikir anak, yaitu:
Strategi Directive, strategi mengajar pendidikan berpikir yang bertujuan membantu murid untuk
memperoleh dan menguasai fakta, ide dan keterampilan. Guru dalam strategi ini amat aktif.
Strategi Mediative, strategi mengajar yang bertujuan membantu murid untuk mengembangkan
reasoning atau pertimbangan, konsep dan pemecahan masalah. Murid agak lebih banyak aktif.
Dalam strategi mediatif ini terdapat sejuralah strategi instruksional, seperti strategi diskusi atau
Open-Ended Discussion, strategi pengembangan konsep, atau Concept Development (termasuk
juga strategi Concept Attainment dan Concept Formation), strategi penyadaran nilai- nilai atau
Values Awareness, dan lain-lain. Strategi Generative, strategi yang bertujuan membantu murid
untuk mengembangkan cara-cara pemecahan baru, pengembangan wawasan dan kreativitas. Murid
amat aktif. Di dalam strategi ini terdapat beberapa strategi instruksional seperti strategi kocok
pikiran atau Brainstorming, strategi pemetaan mental atau Mind Mapping, strategi kreativitas, dan
strategi sinektik.

Strategi Collaborative, strategi yang membantu murid belajar mengadakan hubungan satu
sama lain dan bekerja secara kooperatif dalam kelompok. Kelompok amat aktif. Beberapa strategi
instruksionalnya adalah strategi belajar kooperatif, strategi instruksionalnya adalah strategi belajar
kooperatif, strategi STAD (Student Teams and Academic Division), strategi TGT, atau Teams-
Games-Tournaments, strategi pertemuan kelas dan strategi pemecahan masalah kelompok
berpasangan (Paired Problem Solving). dalam belajar semacam ini gerakan jasmani, persepsi,
konsep dan kaidah, pengetahuan, bahkan sikap, semuanya memegang peranan, namun pengaturan
1
2
gerakan-gerakan jasmani dan koordinasi antargerakan pada berbagai anggota badan, memegang
peranan utama dan menjadikan jalur belajar ini suatu proses belajar tersendiri.

Mengingat sifat khas dari belajar keterampilan motorik, maka latihan memegang peranan
pokok untuk "mendarahdagingkan" keterampilan yang sedang dipelajari. Tanpa latihan orang tidak
mungkin menguasai keterampilannya karena berlatih membutuhkan waktu. Suatu konsep dapat
ditangkap dalam waktu singkat, tetapi tidak demikian dalam keterampilan motorik. Selain latihan,
perlu juga dikuasai prosedur gerak-gerik yang harus diikuti dan prosedur koordinasi antara
anggota-anggota badan. Prosedur ini menjadi semacam "program mental" seperti terdapat dalam
operasi komputer, dan dapat dipelajari terlebih dahulu sebelum latihan-latihan dimulai.
Mempelajari prosedur dikenal dengan istilah fase kognitif dan periode latihan dikenal dengan
istilah "fase fiksasi".

Biasanya suatu keterampilan motorik terdiri atas sejumlah subkomponen yang merupakan
subketerampilan atau keterampilan bagian. Subkomponen-subkomponen itu harus dikuasai, karena
merupakan bagian inti dalam keseluruhan keterampilan. Kadang-kadang, subketerampilan itu
dilatih tersendiri, kemudian dirangkaikan satu sama lain, kadang-kadang subketerampilan itu
dilatih, sambil melatih keseluruhan rangkaian gerak-gerik dan koordinasi. Cara mana yang lebih
baik, tergantung dari jenis keterampilan motorik yang dipelajari dan kompleksitasnya. Latihan-
latihan itu sebaiknya dilakukan secara teratur dan tidak dilakukan secara terus-menerus tanpa
istirahat. Hal yang penting juga ialah umpanbalik, karena umpan balik memungkinkan
penyempurnaan, baik dalam pengaturan waktu maupun dalam peningkatan keluwesan serta
kelancaran. Umpan balik ini berupa umpan balik intrinsik dan umpan balik ekstrinsik. Umpari
balik intrinsik berbentuk konfirmasi dari otot, urat dan persendian (apakah gerakan sudah tepat atau
belum); seolah-olah terdapat program motorik, yang tertanam dalam kejasmanian seseorang yang
mengadakan kontak terhadap keseluruhan rangkaian gerak-gerik. Umpan balik ekstrinsik
berbentuk konfirmasi dari lingkungan, apakah rangkaian gerak-gerik sudah tepat atau belum.

Beberapa fase dalam belajar keterampilan motorik atau tekanan yang harus diberikan pada fase
tertentu adalah sebagai berikut.

1) Fase motivasi: sangat berperan, lebih-lebih bila keterampilan yang dipelajari membutuhkan
1
3
usaha berkelanjutan dan banyak waktu untuk latihan.

2) Fase Konsentrasi: berperan dalam belajar keterampilan yang menuntut pengamanan terhadap
lingkungan untuk menentukan posisi badan dan memperkirakan jarak, seperti dalam belajar
bermain olah raga sepak bola.

1
4

Anda mungkin juga menyukai