A. Definisi
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Resti, 2014)
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain
yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara
efidemik. (PADILA, 2012)
B. Etiologi
Virus dongue serotype 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti.
Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vector yang
kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup
terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain. (Smeltzer
& Suzanne, 2001)
C. Klasifikasi
1. Derajat I ( ringan )
Demam mendadak dan sampai 7 hari di sertai dengan adanya gejala yang tidak khas dan uji
turniquet (+).
2. Derajat II ( sedang )
Lebih berat dari derajat I oleh karena di temukan pendarahan spontan pada kulit misal di
temukan adanya petekie, ekimosis, pendarahan,
Adanya gagal sirkulasi di tandai dengan laju cepat lembut kulit dngin gelisah tensi menurun
manifestasi pendarahan lebih berat( epistaksis, melena)
4. Derajat IV ( DIC )
Gagal sirkulasi yang berat pasien mengalami syok berat tensi nadi tak teraba. (Smeltzer &
Suzanne, 2001)
D. Patofisiologi
Virus dongue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes
dan menginfeksi pertama kali member gejala DF. Pasien akan mengalami gejala viremia, sakit
kepala, mual, nyei otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorokkan, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin terjadi pasa RES seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limfa.
Reaksi yang berbeda Nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus
yang berlainan. Berdasarkan hal itu timbullah the secondary heterologous infection atau
sequential infection of hypothesis. Re- infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik
antibody, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus
antibody) yang tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai berikut:
Diagnose penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan criteria diagnosa klinis dan laboratories. Berikut
ini tanda dan gejala penyakit DBD dengan diagnose klinis dan laboratories:
a. Diagnose klinis
Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji tourniquet positif, petekie (bintik merah
pada kulit), purpura (perdarahan kecil di dalam kulit), ekimosis, perdarahan konjungtiva
(perdarahan pada mata), epitaksis (perdarahan hidung), perdarahan gusi, hematemesis
(muntah darah), melena (BAB darah) dan hematusi (adanya darah dalam urin).
Perdarahan pada hidung
Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat
pecahnya pembuluh darah
Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau kurang, tekanan sistolik
sampai 80mmHg atau lebih rendah
Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya nafsu makan),
lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
b. Diagnose laboratories
Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan trombosit hingga
100.000/mmHg
F. Pemeriksaan diagnostic
a. Darah lengakap
b. Kimia darah
SGOT/SGPT meningkat
Umum meningkat
pH darah meningkat
c. Urinalis
(Doenges, 2000)
G. Penatalaksanaan
1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak .
3. Pemberian cairan melalui infus.
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan
intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter,
korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
a. Perdarahan luas.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit
dan dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi
vena, petekia dan purpura.
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesis.Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan
nyeri perut yang hebat.
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan
tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan,
jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukan prognosis yang buruk.
c. Effuse pleura
1. Pengkajian
a. Identitas
Umur, jenis kelamin, tempat tinggal bisa menjadi indicator terjadinya DHF
b. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Panas
Panas tinggi, nyeri otot, dan pegal, ruam, malaise, muntah, mual, sakit kepala,
sakit pada saat menelan, lemah, nyeri pada efigastrik, penurunan nafsu
makan,perdarahan spontan.
Adanya anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dan adanya
penyakit herediter (keturunan).
c. Aktivitas
Aktivitas/istirahat
Sirkulasi
Integritas ego
Tanda : gelisah
Eliminasi
Gejala : diare
Makanan/cairan
Hygiene
Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala Nyeri tekan epigastrik Nyeri pada anggota badan, punggung,
sendi
Perdarahan
d. Pemeriksaan fisik
System pernapasan
System cardivaskular
Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat (tachycardia),
penurunan tekanan darah (hipotensi), cyanosis sekitar mulut, hidung dan
jari-jari.
Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
System neurologi
Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III pasien gelisah
dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS
System perkemihan
System pencernaan
Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan
pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati (hepatomegali) disertai
dengan nyeri tekan tanpa diserta dengan ikterus, abdomen teregang, penurunan
nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat muntah darah
(hematemesis), berak darah (melena).
System integument
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
2. Trombositopenia
3. Hemoglobin meningkat
hipoproteinemia
hiponatremia dan
hipokalemia
Pemeriksaan serologi
2. Diagnosa Keperawatan
Dapat menurunkan
demam
Temperature
Peningkatan suhu
Regulation
tubuh akan
Beri banyak menyebabkan
minum ( ± 1-1,5 penguapan tubuh
liter/hari) sedikit meningkat sehingga
tapi sering perlu diimbangi
Pemberian cairan
I.V sangat penting
bagi klien yang
mengalami deficit
volume cairan
untuk memenuhi
kebutuhan cairan
klien.
Dengan suasana
gembira pasien
dapat
sedikit mengalihkan
perhatiannya
terhadap nyeri.
Obat analgesik
Analgetic dapat menekankan
administration rasa nyeri.
Berikan analgesik
sesuai tipe dan
beratnya nyeri .
Timbang berat
badan klien tiap Berat badan
hari. merupakan salah
satu indicator
Monitor mual
pemenuhan nutrisi
dan muntah
berhasil.
pasien
Untuk mengetahui
status nutrisi
pasien.
Untuk mencegah
terjadinya keadaan
yang lebih parah
Keterlibatan
keluarga untuk
segera melaporkan
jika terjadi
perdarahan
terhadap pasien
sangat membantu
tim perawatan
untuk segera
melakukan
tindakan yang tepat
untuk acuan
melakukan tindak
lanjut terhadap
Syok managemen perdarahan.
Monitor gas
darah dan
oksigenasi
7. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Anxiety Reduction
dengan perubahan tindakan
Kaji tingkat Mengetahui
status kesehatan keperawatan
kecemasan kecemasan orang
selama ... x 24 jam,
tua klien dan
pasien akan : Jelaskan
memudahkan
prosedur
Mampu menentukan
pengobatan
mengidentifikasi intervensi
perawatan.
dan selanjutnya.
mengungkapkan Beri kesempatan
Untuk menambah
gejala cemas pada orang tua
pengetahuan dan
untuk bertanya
TTV normal informasi kepada
tentang kondisi
klien yang dapat
Menunjukkan pasien.
mengurangi
teknik untuk
Beri penjelasan kecemasan orang
mengontrol
tiap prosedur/ tua.
cemas
tindakan yang
Untuk memperoleh
akan dilakukan
informasi yang lebih
terhadap pasien
banyak dan
dan manfaatnya
meningkatkan
bagi pasien
pengetahuan dan
Beri dorongan mengurangi stress.
spiritual.
Memberikan
penjelasan tentang
proses penyakit,
menjelaskan
tentang
kemungkinan
pemberian
perawatan intensif
jika memang
diperlukan oleh
pasien untuk
mendapatkan
perawatan yang
lebih optimal
Memberi
ketenangan kepada
klien dengan
berserah diri
kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Daftar Pustaka
Judith, M. W., & Nancy, R. A. (2012). Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin, H. K., & Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC. Jakarta: Medi
Action Publishing.
Resti. (2014, September). Asuhan Keperawatan DHF. Retrieved Desember 27, 2015, from
Tersemangat: http://www.tersemangat.com/2014/09/laporan-pendahuluan-dengue-
hemoragic.html
Smeltzer, & Suzanne, C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (8 ed.).
Jakarta: EGC.