1
2
8
Ali Maulida, “Dinamika dan Peran Pondok Pesantren dalam Pendidikan Islam Sejak Era
Kolonialisme Hingga Masa Kini”, Edukasi Jurnal Pendidikan Islam, Vo. 05, Januari 2016.
9
Irham, “Pesantren dan Perkembangan Politik Pendidikan Agama di Indonesia”, Ta’lim
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 13, No. 1, Maret 2015.
10
Mukodi, “Pesantren dan Pendidikan Politik DI Indonesia: Sebuah Reformulasi
Kepemimpinan Islam Futuristik”, At-Tahrir, Vol. 16, No. 2, November 2016.
4
politik (pesantren politik) pun menjadi alternatif solutif, dan jawaban konkrit
untuk merangkul alumni pesantren, dan kaum muda Islam yang potensial
bergiat di dunia politik. Selain itu, melalui reformulasi kepemimpinan di
pesantren, berupa: (1) memasukkan kurikulum kepemimpinan, dan politik
kedalam kurikulum pesantren; (2) mengintensifkan pelatihan kepemimpinan;
(3) mengadakan program pencangkokan kepemimpinan; (4) mendudukkan
alumni pesantren yang berkualitas (qualifed) menjadi pemimpin; (5)
pendampingan (coaching) pemimpin muda di pesantren dapat mempercepat
terwujudnya kepemimpinan ideal versi Islam di Indonesia.
Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Zaini Tamin AR berjudul
Pesantren dan Politik (Sinergi Pendidikan Pesantren dan Kepemimpinan
dalam Pandangan KH. M. Hasyim Asy’ari).11 Hasil penelitian ini adalah Kiai
Hasyim, dalam beberapa karyanya dengan jelas menegaskan bahwa tujuan
pendidikan Islam tidak hanya berhenti pada tingkat kognitif saja. Lebih dari
itu, tujuan pendidikan Islam terutama di pesantren adalah pada pengamalan
terhadap ilmu yang telah diperoleh, yang disebut dengan ilmu bermanfaat (‘ilm
nafi’). Ini menjadi keunggulan pendidikan pesantren, yang menggabungkan
kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual, yang muaranya dapat
membentuk karakter seseorang. Karakter adalah faktor penting dalam
kepemimpinan, sebuah kemampuan untuk melangkah keluar dari budaya yang
ada dan memulai proses perubahan evolusioner yang lebih adaptif. Sebagai
laboratorium pendidikan karakter, pesantren menjadi lumbung pembentukan
karakter, baik dalam hal intelektual, sosial, dan terutama dalam hal
kepemimpinan.
Penelitian-penelitian di atas, telah membahas tentang tema pesantren,
politik dan pendidikan Islam di Indonesia dalam segala babak sejarah: pra
kolonialisme, era kolonialisme dan pasca kolonialisme. Namun demikian,
kajian penelitian-penelitian di atas masih menyisakan “ruang kosong” terkait
dengan diskursus kebijakan pesantren dalam melawan hegemoni pendidikan
11
Zaini Tamin AR, “Pesantren dan Politik (Sinergi Pendidikan Pesantren dan
Kepemimpian dalam Pandangan KH. M. Hasyim Asy’ari)”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.
3 No. 2, November 2015.
5
mencapai puncak pada pertengahan abad ke-19 M dan awal abad ke-20 M
yaitu pada masa Syaikh Kholil Bangkalan yang melahirkan banyak ulama
besar di Nusantara. Bahkan, pada waktu itu hampir di setiap kota kecamatan
sampai di pedesaan berdiri satu pesantren atau bahkan lebih. Lebih lanjut,
dalam perjalanannya, muncul pengklasifikasian pesantren di Indonesia
berdasarkan sistem atau jenis lembaga pendidikan yang diadakannya.
Sejak pemerintah kolonial Belanda berkuasa di Indonesia, persoalan
pendidikan dan kehidupan beragama diatur melalui regulasi yang ketat.
Kebijakan ini dalam mengatur jalannya pendidikan disesuaikan dengan
kepentingan pemerintah kolonial Belanda, terutama untuk kepentingan
agama Kristen.15 Hal ini dapat dilihat dalam kebijakan Gubernur Jenderal
Hindia Belanda Van Den Boss di Batavia pada tahun 1813, yang menetapkan
sekolah agama Kristen di setiap daerah Keresidenan.16 Bahkan, pada tahun
1882, pemerintah kolonial Belanda membentuk Priesterraden yaitu suatu
badan khusus yang bertugas mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan
Islam yang disebut.17
Pesantren yang dilabeli sebagai lembaga pendidikan yang tradisional
waktu itu, menjadikan kehadiran sekolah-sekolah Belanda yang modern
sebagai inspiring dan pemicu kesadaran baru untuk melakukan perubahan-
perubahan mendasar dalam sistem pendidikan Islam di Indonesia. Muncullah
gagasan tentang perlunya melakukan pengembangan dan pembaruan
pendidikan Islam di Indonesia. Praktiknya, sistem pendidikan yang diterapkan
oleh sekolah-sekolah Belanda (sekolah pemerintah) dimasukkan ke dalam
sistem pendidikan pesantren. Sistem pendidikan dengan model halaqah
.
Budiono Hadi Sutrisno, Sejarah Wali Songo Misi Pengislaman di Tanah Jawa,
(Yogyakarta: GRAHA Pustaka, 2009), h. 16.
15
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Hudaya Karya
Agung, 1985), h. 62.
16
Ridwan Kafrawi, Pembaruan Sistem Pondok Pesantren, (Jakarta: Cemara, 1978), h.
532. Lihat juga, Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 52.
17
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, h. 52.
7
18
Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999), h. 93.
19
Nur Huda, Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia, (Yogtakarta:
Arruz Media, 2007), 386.
20
Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam
Kurikulum Modern, (Jakarta: LP3ES, 1995), h. 36.
8
society juga memuat sasaran perubahan yang dilakukan dengan cara membuka
lahan-lahan pemberdayaan dan pembebasan, sebagai bagian integeral dalam
upaya mengcounter kelas penguasa.
B. Identifikasi, Batasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan di atas, dapat diidentifikasikan terhadap
beberapa masalah dalam penelitian ini, yaitu:
a. Penjajahan Belanda terhadap Indonesia berimplikasi pada terhambatnya
perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.
b. Belanda melakukan pengawasan yang ketat terhadap kehidupan
beragama dan praktik pendidikan Islam.
c. Labelisasi pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional kesan
bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan yang mengusung jargon
“anti modern”
d. Pemberlakuan politik balas budi oleh Belanda, membawa kaum
intelektual Indonesia pada situasi yang dilematis.
e. Adanya kebijakan yang mendiskreditkan pesantren oleh Belanda karena
khawatir kelestarian status sebagai penjajah hilang.
f. Adanya kebijakan ordonasi guru agama yang membatasi kegiatannya
dalam melaksanakan pendidikan Islam.
g. Diskursus kebijakan pesantren dalam melawan hegemoni pendidikan
Belanda.
2. Batasan Masalah
Penelitian ini membatasi masalah penelitian pada kebijakan pondok
pesantren dalam melawan hegemoni pendidikan Barat atas pendidikan Islam
era kolonialisme Belanda pada periode 1900-1940 M. Pembatasan masalah
ini penting dilakukan karena eksistensi pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam tertua di Indonesia dalam mewarnai dinamika sosio
kultural telah melewati periode sejarah yang panjang. Kemudian, pesantren
dengan segala aspek yang melingkupinya dapat diteliti oleh pelbagai
disiplin keilmuan dan objek kajiannya yang beragam.
11
3. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah kebijakan Belanda dalam pendidikan Islam?
b. Bagimanakah sistem pendidikan pesantren di zaman kolonial Belanda?
c. Bagaimanakah respon pesantren terhadap kebijakan pendidikan
Belanda?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kebijakan Belanda dalam pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui sistem pendidikan pesantren di zaman kolonial Belanda.
3. Untuk mengetahui respon pesantren terhadap kebijakan pendidikan
Belanda.
D. Manfaat Penelitian
1. Menjadi bahan referensi untuk seluruh kalangan yang mempunyai minat
dalam dunia sejarah pendidikan Islam di Indonesia, baik kalangan
mahasiswa, guru, dosen serta orang-orang yang ingin mengembangkan
keilmuannya dalam bidang sejarah politik pendidikan Islam.
2. Memperluas khazanah keilmuan, sehingga membuka kerangka berpikir
mengenai perlawanan pesantren terhadap kolonialisme Belanda melalui
jalur pendidikan.
3. Sebagai bahan masukan terhadap dunia pesantren di Indonesia untuk
menerapkan kebijakan pendidikan yang responsif terhadap dinamika sosial,
politik dan kebudayaan bangsa Indonesia.
E. Kajian Pustaka
Penulis telah menelusuri berbagai sumber-sumber referensi yang
membahas secara khusus tentang kebijakan pesantren dalam pendidikan Islam
untuk melawan hegemoni pendidikan Barat era kolonialisme Belanda, namun,
belum menemukan karya ilmiah yang mengkaji secara khusus tentang tema
tersebut. Kajian tentang pesantren pada masa kolonialisme Belanda, hanya
dijadikan sebagai informasi sekilas tentang perkembangan dan dinamika
pendidikan Islam di Indonesia. Oleh karena itu, penulis akan berupaya mengisi
celah kosong kajian tentang kebijakan pesantren dalam pendidikan Islam
12
penelitian ini, Anzar Abdullah menemukan fakta bahwa pendidikan Islam pada
awalnya sangat erat kaitannya dengan proses islamisasi di Nusantara dan
berpusat di surau, masjid, dan langgar yang kemudian berkembang menjadi
lembaga pendidikan dalam bentuk pesantren dan madrasah. Kemudian,
fenomena pendidikan Islam di Indonesia diwarnai oleh pergeseran pola
pendidikan pesantren salaf kepada sistem pendidikan madrasah yang
mengadopsi pendidikan a la Barat dengan sistem klasikal sebagai ciri khasnya.
Ali Maulida dengan judul penelitian Dinamika dan Peran Pondok
Pesantren dalam Pendidikan Islam Sejak Era Kolonialisme Hingga Masa
Kini.35 Penilitian ini merupakan artikel yang dipublikasikan pada Januari tahun
2016 oleh Edukasi Jurnal Pendidikan Islam Volume 05. Hasil penelitian ini
adalah pesantren telah memainkan peranan yang sangat penting dalam sejarah
kehidupan umat Islam bahkan bangsa Indonesia pada umumnya. Pesantren
bukan hanya menjadi tempat menimba ilmu, dan menyebarkan da’wah Islam,
tapi juga menjadi tempat memupuk perlawanan bangsa Indonesia kepada
pemerintah kolonial.
Kemudian karya ilmiah yang disususn oleh Irham berjudul Pesantren
dan Perkembangan Politik Pendidikan Agama di Indonesia. 36 Penelitian ini
adalah artikel yang dimuat oleh Ta’lim Jurnal Pendidikan Agama Islam
Volume 13 Nomor 1 dan dipublikasikan pada bulan Maret tahun 2015. Hasil
penelitian ini adalah pesantren merupakan lembaga pendidikan agama Islam di
Indonesia yang tertua dan akomodatif terhadap perkembangan sosial budaya
Nasional maupun global. Sistem pendidikannya memuat nilai-nilai
multikulturalisme. Selain itu, pesantren sebagai lembaga pendidikan yang
menanamkan nilai-nilai nasionalisme kebangsaan. Pesantren sangat
memungkinkan menjadi lembaga yang mampu mengintegrasikan tiga
peradaban besar sekaligus. Yaitu peradaban Barat, peradaban Timur, dan
35
Ali Maulida, “Dinamika dan Peran Pondok Pesantren dalam Pendidikan Islam Sejak
Era Kolonialisme Hingga Masa Kini”, Edukasi Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 05, Januari 2016.
36
Irham, “Pesantren dan Perkembangan Politik Pendidikan Agama di Indonesia”, Ta’lim
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 13, No. 1, Maret 2015.
14
2. Sumber Data
Studi kepustakaan (library research) dipilih sebagai teknik
pengumpulan data dan informasi diperoleh berdasarkan bahan yang
terdapat di perpustakaan berupa, arsip, dokumen, majalah, buku dan materi
perpustakaan lainya, dengan asumsi bahwa data yang diperlukan dalam
pembahasan ini terdapat di dalamnya.39
Dalam pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu,
pengumpulan data primer dan data sedunder. Data primer dalam penelitian
ini adalah data yang terdiri dari karya ilmiah yang membahas tentang
pesantren, pendidikan Islam dan kebijakan politik kolonialisme Belanda.
Sedangkan bahan-bahan sekunder yang digunakan untuk mendukung data
primer adalah buku-buku yang berkaitan dengan reformasi pendidikan atau
artikel yang berkaitan dengan topik penelitian, tulisan-tulisan, dokumen-
dokumen atau jurnal nasional maupun internasional yang berkaitan dengan
penelitian yang sedang penulis lakukan.
Transactions in Operational Research, Vol. 22. No. 1 (2015): 3-18; Jochen, Janssens, et.al.,
"Multi-objective microzone-based vehicle routing for courier companies: From tactical to
operational planning," European Journal of Operational Research, Vol. 242. No. 1 (2015): 222-
231; Daniel Palhazi Cuervo, Peter Goos, dan Kenneth Sörensen, "Optimal design of large-scale
screening experiments: a critical look at the coordinate-exchange algorithm," Statistics and
Computing, Vol. 26. No. 1-2 (2016): 15-28; Matteo Balliauw, et.al., "A variable neighborhood
search algorithm to generate piano fingerings for polyphonic sheet music," International
Transactions in Operational Research, Vol. 24. No. 3 (2017): 509-535.
39
Winamo Surakmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik (Bandung: Tarsito,
1982), 251.
16
G. Sistematika Penulisan
Pada bab pertama, pendahuluan, penulis memaparkan karya-karya ilmiah
yang telah dihasilkan oleh peneliti lain terkait dengan tema pesantren dan
pendidikan Islam pada masa kolonialisme Belanda. Hal ini, dilakukan untuk
mengetahui ruang kosong yang ditinggalkan oleh peneliti terdahulu terkait
pembahasan tentang pesantren dan pendidikan Islam pada masa kolonialisme
Belanda, sehingga langsung dapat diketahui bahwa penelitan penulis bukanlah
suatu pengulangan dari karya ilmiah yang sudah ada. Untuk merunutkan
pembahasan, maka dalam bab ini juga penulis kemukakan identifikasi, batasan
dan rumusan masalah dalam penelitian ini. Selanjutnya penulis uraikan tujuan
dan maksud dari penelitian tesis ini. Langkah berikutnya, untuk menghindari
plagiasi dan kejenuhan penelitian atas tema yang berkali-kali diulang dan
dikaji, maka disertakan peta kajian posisi penelitian dari penulis atas penelitian
terdahulu yang relevan. Tata-tertib hingga penelitian ini menjadi urut dan runut
dan harmonis, penulis kaji dalam subbab metodologi penelitian. Terakhir, agar
penelitian semaksimal-mungkin bias komprehensif, penulis jabarkan dalam
sistematika pembahasan.
Bab kedua, merupakan kajian teori atas beberapa pandangan tentang
pesantren, pendidikan Islam, politik dan hegemoni pendidikan Barat. Asumsi
yang dibangun di sini adalah kelompok yang terhegemoni akan menerima dan
menyepakati ideologi penguasa. Belanda sebagai kelompok penguasa akan
memaksakan ideologinya dianut oleh kelompok di bawah penguasaannya.
Tidak terkecuali pesantren sebagai subkultur masyarakat Indonesia tidak
terlepas dari sasaran hegemoni Belanda, salah satunya dalam aspek pendidikan.
Bab ketiga, merupakan bab sketsa sejarah perlawanan pesantren. Pada
bab ini dikaji sejarah yang melatari perlawanan pesantren terhadap
kolonialisame Belanda. Kemudian, menjelaskan bentuk perlawanan pesantren
terhadap kolonialisme Belanda. Terakhir, dijelaskan upaya pesantren dalam
memobilisasi umat Islam untuk melawan kolonialisme Belanda.
Bab keempat merupakan bab inti pertama, Untuk mengetahui bentuk
perlawanan pesantren terhadap kolonialisme Belanda dalam ranah Pendidikan.
17
Subbab pada bagian ini lebih difokuskan pada eksistensi pesantren untuk
mempertahankan nilai-nilai keislaman dengan titik berat pada pendidikan. Agar
menjadi runut, maka subbabnya berupa: pertama, perjuangan pesantren dalam
menghilangkan dominasi pendidikan Barat di Indonesia. Kedua, pesantren
sebagai benteng identitas kultural bangsa Indonesia, dan ketiga, pesantren
sebagai laboratorium pendidikan karakter.
Bab kelima, merupakan bab inti kedua dari penelitian ini. Bab ini
memfokuskan kajian pada kebijakan pesantren dalam melawan hegemoni
pendidikan Barat. Runutannya adalah sebagai berikut, pertama, pesantren dan
figur sang kyai. Kedua, pesantren dan mobilisasi umat Islam. Ketiga, pesantren
dan revitalisasi budaya Nusantara.
Bab keenam, merupakan bab kesimpulan dan implikasi atas penelitian
ini. Bab ini diperuntukkan untuk meringkas jawaban atas rumusan masalah dan
tujuan penelitian. Kemudian, pembahasan ditutup dengan implikasi lanjutan
atas penelitian ini bagi peneliti-peneliti yang kemudian.
18
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Arif, Mahmud. 2008. Pendidikan Islam Transformatif. Yogyakarta: LkiS, 2008.
Bocock, Robert. 2007. Pengantar Komprehensif untuk Memahami Hegemoni, terj.
Ikramullah Mahyuddin. Yogyakarta: Jalasutra, 2007.
Boggs, C. 1976. Gramsci’s Marxism. London: Pluto Press.
Clark, M. Clark. 1977. Antonio Gramsci and The Revolution that Failed. New
Haven: Yale University Press.
Dhofier, Zamakhsari. 1981. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup
Kyai. Jakarta: LP3ES.
Faruk. 2005. Pengantar Studi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gramsci, Antonio. 1976. Selection From The Note Hoare and Nowel Smith (ed.).
New York: Internasional Publishers.
Hasbullah. 1995. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Huda, Nur. 2007. Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia.
Yogtakarta: Arruz Media.
Kafrawi, Ridwan. 1978. Pembaruan Sistem Pondok Pesantren. Jakarta: Cemara.
Maksum. 1999. Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu.
Simon, Roger. 2004. Gagasan-gagasan Politik Gramsci, terj. Kamdani dan Imam
Baihaqi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Steenbrink, Karel A. 1995. Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam
dalam Kurikulum Modern. Jakarta: LP3ES.
Suminto, Aqib. 1985. Politik Islam Hindia Belanda. Jakarta: LP3ES.
Surakmad, Winamo. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan
Teknik. Bandung: Tarsito.
19
Sutrisno, Budiono Hadi Sutrisno. 2009. Sejarah Wali Songo Misi Pengislaman di
Tanah Jawa. Yogyakarta: GRAHA Pustaka.
Wahid, Abdurahman. 1974. Pesantren Sebagai Subkultur, dalam Dawam Rardjo
(Ed). Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3ES.
Yunus, Mahmud. 1985. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Hudaya
Karya Agung.
Ziemek, Manfred. 1986. Pesantren dalam Perubahan Sosial, terj. Butche B.
Soendjojo. Jakarta: P3M.
JURNAL
Abdullah, Anzar. “Perkembangan Pesantren dan Madrasah di Indonesia dari Masa
Kolonila Sampai Orde Baru”. Paramita, Vol. 23. No. 2-Juli 2013.
Balliauw, Matteo et.al., "A variable neighborhood search algorithm to generate
piano fingerings for polyphonic sheet music," International Transactions
in Operational Research, Vol. 24. No. 3 (2017).
Cuervo, Daniel Palhazi, Peter Goos, dan Kenneth Sörensen, "Optimal design of
large-scale screening experiments: a critical look at the coordinate-
exchange algorithm," Statistics and Computing, Vol. 26. No. 1-2 (2016).
Hasnida. “Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia pada Masa Pra
Kolonialisme dan Masa Kolonialisme (Belanda, Jepang, Sekutu),
KORDINAT, Vol. XVI. No. 2 Oktober 2017.
Irham. “Pesantren dan Perkembangan Politik Pendidikan Agama di Indonesia”.
Ta’lim Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol. 13. No. 1. Maret 2015.
Janssens, Jochen. et.al., "Multi-objective microzone-based vehicle routing for
courier companies: From tactical to operational planning," European
Journal of Operational Research, Vol. 242. No. 1 (2015).
Maulida, Ali. “Dinamika dan Peran Pondok Pesantren dalam Pendidikan Islam
Sejak Era Kolonialisme Hingga Masa Kini”. Edukasi Jurnal Pendidikan
Islam. Vo. 05, Januari 2016.
Mukodi. “Pesantren dan Pendidikan Politik DI Indonesia: Sebuah Reformulasi
Kepemimpinan Islam Futuristik”. At-Tahrir. Vol. 16. No. 2. November
2016.
Nasution, Sangkot. “Strategi Pendidikan Belanda pada Masa Kolonial di
Indonesia”. Ihya’ al-‘Arabiyyah, Vol. VI, No. 2, Juni-Desember 2016.
Smith, S. & J. Baylis (eds). 2001. The Globalization of World Politics: An
Introduction to International Relations. Oxford: Oxford University Press.
Sörensen, Kenneth. "Metaheuristics—the metaphor exposed," International
Transactions in Operational Research, Vol. 22. No. 1 (2015).
Tamin AR, Zaini. “Pesantren dan Politik (Sinergi Pendidikan Pesantren dan
Kepemimpian dalam Pandangan KH. M. Hasyim Asy’ari)”. Jurnal
Pendidikan Agama Islam. Vol. 3 No. 2. November 2015.
Untung, Moh. Slamet. “Kebijakan Kolonial Belanda Terhadap Pendidikan
Pesantren”. Forum Tarbiyah, Vol. 11, No. 1, Juni 2013.
TESIS
Maftuh. Kebijakan Poltik Pendidikan Hindia Belanda dan Implikasinya Bagi
20
INTERNET
https://id.wikipedia.org/wiki/Subkultur